Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL

ANALISIS NOVEL SEJARAH


“Cerita dari Digul”
Karya: Pramoedya Ananta Toer

Oleh: Kelompok Mochtar Lubis


Ketua: Tazkia Nurul Shufi
Anggota: 1. Adam Zaky Fathikan
2. Muhamad Jajuli
3. Nurwanti Arfah
4. Puput putri Isnawati
5. Rissa Rismaya
PROGRAM ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
MAN 2 KOTA SUKABUMI
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan inyahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil analisi novel sejarah yang berjudul “Cerita
dari Digul” dengan sebaik-baiknya.
Laporan ini berisi tentang: sinopsis, struktur, Kaidah kebahsaan, unsur intrinsik, dan
unsur ekstrinsik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok Mochtar Lubis yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga laporan hasil analisis novel sejarah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap midah-mudahan laporan analisi ini bisa menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan
hasil analisis novel sejarah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengaharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan penulisan
laporan yang akan datang.
Sinopsis
Digul adalah tempat pengasingan jaman kolonial, dijadikan tempat pembuangan
beberapa tokoh pahlawan kemerdekaan kita pada masa perjuangan dahulu.
Rustam Digulist
Berkisah tentang seorang kuli perkebunan Belanda bernama Rustam. Ia tampil
membela kawan sesama kuli yang mendapat perlakuan tidak adil dari pengawas
perkebunan. Rustam melancarkan propaganda kepada rekan senasib akan hak yang
semestinya mereka peroleh, cita-cita mulianya ingin mengangkat derajat sesamanya.
Sayang usahanya harus terhenti, Rustam ditangkap saat melakukan rapat. Ketika
penggeledahan, Belanda menemukan kartu anggota Partai Komunis yang membuatnya
diasingkan ke Digul. Namun Rustam adalah salah satu yang beruntung, beberapa tahun
ditanah Papua, dirinya bisa kembali ke tanah kelahirannya di Pematang Siantar dengan
selamat.
Satu keinginan Rustam yang ingin menikahi Cindai pun tidak terpenuhi akibat dari
tidak direstui oleh orang tua nya.
Darah dan Air Mata di Boven Digul
Margono, pemuda asal Surabaya ini pengasingan demi mengejar cintanya. Setelah
sampai di tempat yang pembuangan itu , akhirnya usaha Margono senyatanya tidak sia-sia,
dia berhasil menemukan kekasih hatinya yang bernama Aminah. Namun ketidakpastian di
tanah buangan membuat Aminah telah menikah lebih dahulu dengan pria bernama
Mardisaputro. Hari-hari berlalu, Mardisaputo mati bunuh diri. Bermula ketika Mardisaputro
disurati kaleng mengenai tuduhan perselingkuhan sang istri dengan Margono, yeng ternyata
surat tersebut dibuat oleh Mariyah, istri dari sahabat Margono yang bernama Sugiri. Hingga
pada akhirnya mereka melarikan diri.
Pandu Anak Buangan
Pandu adalah pemuda yang bekerja magang di kantor Wedana. Tahu dirinya bakal
calon priyayi, juru tulis kantor Assistant Wedana tertarik menjadikannya menantu. Waktu
itu bersamaan dengan sedang gencar-gencarnya Partij Semarang (SI Merah) melakukan
propaganda, bahkan hingga sampai Madiun. Pandu tertarik dan terlibat aktif dalam Partij
tersebut. Ketidaksetujuan mertua ia anggap sebagai angin lalu saja. Pandu dipecat dan tidak
diterima lagi oleh mertuanya.
Pandu menjalin pernikahan dengan Zuz Emi namun pernikahannya tidak bertahan
lama, karena Zuz Emi menikah lagi dengan saudagar Betawi. Untuk kedua kalinya Pandu
menikah dengan wanita suku Kayakaya yaitu Okini. Namun pernikahannya kandas, Pandu
tidak perduli dengan keadaan Okini. Pandu ditangkap dan dibawa kembali ke Tanah Merah.
Namun naas Pandu mendapat berita bahwa Okini meninggal karena sakit yang di deritanya.
Antara Hidup dan mati atau Buron dari Boven Digul
Sujito, Kamlin, Rusman dan empat rekan yang lain menyusun rencana pelarian.
Melalui salinan peta yang dibawa oleh Sujito, mereka merencanakan untuk menyusuri kali
Fly menggunakan perahu. Target mereka adalah New Guinea (Papua Nugini). Harapannya,
ketika mereka sampai sana kelak, akan mendapat pekerjaan dan bisa menabung untuk bekal
pulang ke Jawa.
Tantangan pertama ketika menyusuri Kali Digul menggunakan perahu adalah buaya,
beruntung nyawa mereka bertujuh masih selamat. Hari berikutnya salah satu rekan
bernama Suwirjo demam, rasa solidaritas mereka benar-benar diuji di sini. Mereka
membawa Suwirjo, yang sakitnya semakin parah. Pertanda Malaria akut menanti ajalnya.
Kali ini bahaya yang mereka hadapi adalah banjir. Dua orang jadi korban terseret banjir,
termasuk semua perbekalan. Harapan mereka satu-satunya tinggal orang Kayakaya, mereka
berharap dapat segera bertemu suku asli papua tersebut.
Pagi hari berikutnya Sujito dan kawan-kawan bertemu dengan Kayakaya, Sujito dan
rekan-rekannya diterima baik oleh Kayakaya. Malam hari, suku itu menggelar upacara adat
dan pesta bakar ubi. Sujito dan rekan-rekannya curiga, jangan-jangan keesokan paginya
kepala mereka akan dipenggal. Mereka akhirnya sepakat untuk melarikan diri, nahas
Kayakaya mengejar mereka. Dua orang rekan Sujito terpanah oleh Kayakaya. Kini
rombongan itu tinggal tiga orang, Sujito, Rusman dan Kamlin. Rakit mereka terdampar di
daratan Papua Nugini. Sujito dan kedua rekannya diamankan di sel tahanan untuk menjalani
pemeriksaan. Putus sudah harapan Sujito, Rusman dan Kamlin untuk bisa ‘bebas’ menjadi
manusia yang benar-benar bebas. Tetapi harapan untuk bisa bebas ternyata masih jadi
mimpi bagi mereka.
Minggat dari Digul
Saleh dan Sontani adalah dua sahabat di tanah buangan Digul. Tanpa persiapan
matang, dengan perbekalan yang dirasa cukup mereka siap untuk melarikan diri. Malam
yang telah disepakati tiba. Pengetahuan keduanya akan topografi wilayah Digul sangat
minim. Hanya menggunakan perkiraan, mereka memulai perjalanan. Saat bertemu dengan
Kayakaya, Kayakaya melarikan parang dan kapak yang mereka bawa dengan alasan
mengejar burung. Sontani terkena tipu muslihat Kayakaya. Kejadian-kejadian menegangkan
yang tak kalah seru juga mengiringi mereka di hari-hari berikutnya. Mulai dari keracunan
buah yang mereka sangka manggis, kemudian serangan malaria, hanyut saat menyeberang
sungai sampai bertemu tiga kawan sekampung yang juga melakukan pelarian, yaitu
Sastropawiro, Dulrachman dan Tukiman. Sontani dan saleh akhirnya bergabung dengan
mereka. Hari berikutnya mereka berlima kembali bertemu Kayakaya, namun beda suku
dengan Kayakaya pencuri kapak Sontani. Mereka meminta bantuan Kayakaya untuk
mengantarnya ke sungai Fly. Sontani cs. Disambut dan dipersilahkan bermalam di kampung
Kayakaya, tentu dengan terlebih dahulu memberinya imbalan pakaian sebagai sogokan.
STRUKTUR TEKS NOVEL CERITA DARI DIGUL
A.Orientasi :
Cerita dari Digul merupakan kumpulan tulisan karya para eks-Digulis. Mereka pernah
dibuang sebagai tahanan politik semasa pemerintahan kolonial Hindi belanda. Berbagai
cerita itu,yang sungguh-sungguh terjadi mengisahkan suka duka mereka dalam
mempertahankan hidup ditanah buangan Digul, Papua barat. Getir dan mengharukan.
B.Komplikasi :
 Peristiwa 1
Berkisah hilangnya identitas kebebasan semenjak ditangkap batalion pemberantas.
Seorang kuli perkebunan Belanda bernama Rustam. Ia membela kawan sesama kuli yang
mendapat perlakuan tidak adil dari pengawas perkebunan. Rustam membuat propaganda
kepada rekan senasib akan hak yang semestinya mereka peroleh. Rustam ditangkap saat
melakukan rapat. Ketika penggeledahan, Belanda menemukan kartu anggota Partai
Komunis yang membuatnya diasingkan ke Digul. Cap sebagai komunis dan bekas tahanan
yang disandang Rustam, membuat keluarga berusaha menggagalkan tali perkawinan yang
telah terjalin dengan dasar cinta tulus. Bahkan dengan menghalalkan segala cara.
 Peristiwa 2
Margono, pemuda asal Surabaya ini pergi ke pengasingan demi mengejar cintanya.
Ketika keberangkatan. Setelah sampai di tempat yang pembuangan itu , akhirnya usaha
Margono senyatanya tidak sia-sia, dia berhasil menemukan kekasih hatinya yang bernama
Aminah. Namun ketidakpastian di tanah buangan membuat Aminah telah menikah lebih
dahulu dengan pria bernama Mardisaputro. Hari-hari berlalu, Mardisaputo mati bunuh diri.
Bermula ketika Mardisaputro disurati kaleng mengenai tuduhan perselingkuhan sang istri
dengan Margono, yeng ternyata surat tersebut dibuat oleh Mariyah. Hingga pada akhirnya
dua pasangan yaitu Sugiri-Mariyah dan Margono-Aminah naik ke perahu Haji Barmawi yang
sepertinya akan pergi melarikan diri dari Digul.
 Peristiwa 3
Pandu adalah pemuda yang bekerja magang di kantor Wedana. Waktu itu bersamaan
dengan sedang gencar-gencarnya Partij Semarang (SI Merah) melakukan propaganda.
Ketidaksetujuan mertua ia anggap sebagai angin lalu saja. Pandu dipecat dan tidak diterima
lagi oleh mertuanya.
Pandu menjalin pernikahan dengan Zuz Emi namun pernikahannya tidak bertahan lama,
karena Zuz Emi menikah lagi dengan saudagar Betawi. Untuk kedua kalinya Pandu menikah
dengan wanita suku Kayakaya yaitu Okini. Namun pernikahannya kandas, Pandu tidak
perduli dengan keadaan Okini. Pandu ditangkap dan dibawa kembali ke Tanah Merah.
Namun naas Pandu mendapat berita bahwa Okini meninggal karena sakit yang di deritanya.
 Peristiwa 4
Sujito, Kamlin, Rusman dan empat rekan yang lain menyusun rencana pelarian. Target
mereka adalah New Guinea (Papua Nugini). Harapannya, ketika mereka sampai sana kelak,
akan mendapat pekerjaan dan bisa menabung untuk bekal pulang ke Jawa. Mereka diuji
oleh berbagi hal yang pertama Suwirjo meninggal karena sakit, kemudian dua orang
temannya meninggal terseret banjir Harapan mereka satu-satunya tinggal orang Kayakaya,
mereka berharap dapat segera bertemu suku asli papua tersebut. Pagi hari berikutnya Sujito
dan kawan-kawan bertemu dengan Kayakaya. Sujito dan rekan-rekannya diterima baik oleh
Kayakaya, suku itu menggelar upacara adat dan pesta bakar ubi. Karena ke was-wasan
mereka mereka melarikan diri. Nahas Kayakaya mengejar mereka. Dua orang rekan Sujito
terpanah oleh Kayakaya. Kini rombongan itu tinggal tiga orang, Sujito, Rusman dan Kamlin.
pihak otoritas wilayah belum genap setengah bulan, tentara Belanda yang biasa bertugas di
Tanah Merah telah menjemputnya. Putus sudah harapan Sujito, Rusman dan Kamlin untuk
bisa ‘bebas’ menjadi manusia yang benar-benar bebas.

 Peristiwa 5
Saleh dan Sontani adalah dua sahabat di tanah buangan Digul. Tanpa persiapan
matang, dengan perbekalan yang dirasa cukup mereka siap untuk melarikan diri. Hanya
menggunakan perkiraan, mereka memulai perjalanan. Malam yang gelap sangat
menyulitkan mereka. Lima jam berjalan, sekitar pukul 05.15 mereka baru sampai di pinggir
kampung F, kampung sebelah yang jika ditempuh dari kampung tempat tinggal mereka
hanya memakan waktu 20 menit saja. Saat bertemu dengan Kayakaya, Kayakaya melarikan
parang dan kapak yang mereka bawa dengan alasan mengejar burung. Sontani terkena tipu
muslihat Kayakaya keracunan buah yang mereka sangka manggis, kemudian serangan
malaria. Sontani dan saleh akhirnya bergabung dengan mereka. Hari berikutnya mereka
berlima kembali bertemu Kayakaya, namun beda suku dengan Kayakaya pencuri kapak
Sontani. Mereka meminta bantuan Kayakaya untuk mengantarnya ke sungai Fly. Sontani cs.
Disambut dan dipersilahkan bermalam di kampung Kayakaya, tentu dengan terlebih dahulu
memberinya imbalan pakaian sebagai sogokan.
C.Resolusi :
Pemberontakan pada masa itu tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai
pemberontakan nasional pertama karena dua alasan. Pertama, berbagai pemberontakan
yang terjadi dikeresidenan di Jawa,Sumatera,Kalimantan,Sulawesi,Maluku, digerakan oleh
tokoh dari aliran politik dan agama. Kedua, karena sebelumnya tidak pernah terjadi
emberontakan besar diwilayah yang demikian luas tanpa membedakan suku maupun
agama.
KAIDAH KEBAHASAAN NOVEL SEJARAH “ CERITA DARI DIGUL”
 Verba Aksional:
1. Mengetuk: “kiranya orang mengetuk pintu itu telah berada di dalam sambil
jongkok”
2. Mendorong: “Rustam telah mendorong pintu dan terus berlari ke tempat
yang ditunjuk”
3. Berlari: “Rustam telah mendorong pintu dan terus berlari ke tempat yang
ditunjuk”
4. Memanah: “suku Kayakaya memanah mereka hingga tewas”
5. Mengangkut: “Sugiri mengangkut barang menuju kapal”
6. Menggeledah: “Belanda menggeledah tas yang dibawa oleh Rustam”
7. Menjemput: “Pandu pergi menjemput Okini dari Tanah Merah”
8. Mengejar: “suku Kayakaya mengejar kami yang melarikan diri”
9. Mencari: “Mariyah mencari suaminya”
10. Mengantarkan: “Haji Barmawi mengantarkan dengan menggunakan kapal”
 Keterangan Waktu dan Tempat :
1. Waktu :
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Malam hari
d. Dini hari.
2. Tempat :
a. Perkebunan: tempat kerja Rustam.
b. Digul, Papua Barat: tempat Margono mencari kekasihnya, tempat
Saleh dan Sontani diasingkan.
c. Tempat berlayar: tempat bagi Haji Barmawi menyiapkan kapalnya
d. Perkampungan Kayakaya: tempat persinggahan Sugito dan teman-
temannya.
e. Kota Pematang Siantar: tempat tinggal.
f. Kota Sipirok: tempat Rustam mencari Cindai.
g. Pengadilan: tempat Rustam mencari keadilan haknya untuk menikahi
Cindai.
h. Kantor Wedana: tempat Pandu bekerja.
i. Kota Madiun: tempat Pandu melakukan propaganda.
j. Kota Semarang: tempat Pandu menjalin cinda dengan Zuz Ema.
k. Papua Nugini: tampat pelarian Sujito, Kamlin, Rusman dan empat
rekan lainnya.
 Idiom :

 Konjungsi Temporal :
Kemudian, Sesudahnya, Selanjutnya, hingga, sejak, ketika, sebelum, sedari.
 Konjungsi Kausalitas :
Karena, akibat, jika, sebab itu, agar, dan demikian.
 Pronomina
Kata ganti orang pertama dan kata ganti orang ketiga.

UNSUR INSTRINSIK NOVEL “CERITA DARI DIGUL”


 Tema : Pembuangan Politik sebab Menentang Kolonial
 Alur : Maju
 Penokohan :

Tokoh Watak
Rustam Bijaksana, peduli terhadap orang lain,
penyabar
Margono Tidak putus asa, licik, tidak setia
Pandu Pembangkang, ceroboh
Sutejo, Kamlin, Rusman Setia kawan, rela berkorban, ceroboh,
kurang waspada
Saleh dan Sontani Ceroboh, kurang waspada

 Latar
Tempat : Digul, Papua Barat.
Waktu :
Suasana : menegangkan, sedih,
 Sudut Pandang : orang pertama dan ketiga
 Amanat : selalu berwaspada bila melakukan sesuatu, selalu tabah dengan apa yang
dihadapi, dan jangan tergiur dengan kenikmatan semata.
 Gaya Bahasa :
Majas Pleonasme, majas Repetisi.

UNSUR-UNSUR EKTRINSIK “CERITA DARI DIGUL”


Nilai Agama : Selalu berpasrah/ bertawakal pada Tuhan
Nilai Budaya : Tidak melanggar norma-norma yang berlaku
Nilai Sosial : bergotong royong dan meningkatkan solidaritas.

Anda mungkin juga menyukai