Anda di halaman 1dari 6

 Nama Makanan : Ayam Cincane

 Geografis :

Kota Samarinda merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan


Timur. Kota Samarinda berbatasan langsung dengan kabupaten Kutai
Kartanegara yang merupakan salah satu kabupaten yang kaya dengan
sumber daya alam dan merupakan salah satu daerah yang sangat banyak
menyumbang devisa bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Luas wilayah Kota Samarinda adalah 718,00 km 2 dan terletak
antara 117 003'00" Bujur Timur dan 117 018"14" Bujur Timur serta
diantara 00 019'02" Lintang Selatan dan 00 042'34" Lintang Selatan.
Sejak akhir tahun 2010 kota Samarinda dibagi menjadi 10
kecamatan yaitu kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda kota,
Sambutan, Samarinda Sebarang, Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang,
Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Sedangkan jumlah
desa di kota Samarinda sebanyak 53 desa.
kota Samarinda tidak bersinggungan secara langsung dengan
laut, karena di dalam wilayah kota Samarinda tidak terdapat laut.
Namun demikian Sungai Mahakam yang ada di kota Samarinda
terhubung dengan laut melalui daerah tetangga, yaitu daerah Kutai
Kartanegara, Bontang, Kutai timur dan Balikpapan. Antara daerah kota
Samarinda dengan daerah-daerah lainnya di Provinsi Kalimantan Timur
terdapat wilayah laut, yaitu antara kota Samarinda dengan kota
Balikpapan, antara kota Samarinda dengan kota Tarakan, antara kota
Samarinda dengan kabupaten Nunukan, dan antara kota Samarinda
dengan kabupaten Tanjung Redeb. Wilayah laut antara kota Samarinda
dengan daerah-daerah yang ada di Kalimantan Timur tersebut
merupakan lahan mencari nafkah bagi nelayan-nelayan di Kalimantan
Timur termasuk nelayan-nelayan yang berdomisili di kota Samarinda.
Ikan hasil laut diperkirakan masih cukup banyak tersedia di daerah
tersebut, apalagi setelah diketahuinya bahwa ikan-ikan sekali bertelur,
jumlah telurnya sangat banyak hingga mencapai ratusan bahkan ribuan,
hal ini menandakan bahwasanya daerah laut termasuk laut yang berada
di Kalimantan Timur masih mempunyai potensi sumber daya ikan yang
merupakan rejeki dari Yang Maha Kuasa.

Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang


meliputi panas, kelembaban dan gerakan udara. Kota Samarinda yang
beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah
Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan musim
penghujan. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka
iklim di kota Samarinda juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin
Muson Barat November-April dan angin Muson Timur Mei-Oktober.
Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak
menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam
kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-
bulan yang seharusnya musim kemarau bahkan terjadi hujan lebih
panjang.

 Sejarah Makanan : Ayam Cincane.


Pada zaman dahulu, olahan ayam cincena biasa disajikan sebagai
hidangan utama saat kegiatan upacara adat. Pesta besar, dan acara penting
seperti penyambutan tamu kehormatan di Samarinda. Selain itu ayam
Cincane juga biasa disajikan saat ada hajat, seperti saat ada sanak saudara
yang baru melahirkan atau menikah. Namun kebiasaan itu kian memudar
karena perkembangan zaman yang semakin berkembang, kini ayam
cincane bisa disantap kapanpun ketika kita ingin membakannya. Apalagi
ada banyak warung makan di kota Samarinda yang menyajikan makanan
ayam Cincane.
 Pengaruh suku

Kalimantan Timur memiliki beberapa macam suku bangsa. selama


ini yang dikenal oleh masyarakat luas, padahal selain dayak atau suku
beradat dayak ada 1 suku yang juga memegang peranan penting di Kaltim
yaitu suku Kutai. Suku Kutai merupakan suku dayak beradat melayu asli
Kalimantan Timur, yang termelayukan akibat sistem politik masa lampau (
Budaya Melayu yang masuk dari arah selatan ( Pasca takluknya sriwijaya
dari Kerajaan Cola ) , Kekuasaan Jawa Kartanegara dan UU Braja Niti )
awalnya mendiami wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dalam
perkembangannya berdiri dua kerajaan Kutai, kerajaan Kutai
Martadipura yang berdiri lebih dulu dengan rajanya Mulawarman, lalu
berdiri pula belakangan kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian
menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura, dan lalu berubah nama
menjadi kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Di Kalimantan Timur terdapat juga banyak suku suku pendatang
dari luar, seperti Banjar, Bugis, Jawa dan Makassar. Bahasa Banjar,Jawa
dan Bahasa Bugis adalah dua dari banyak bahasa daerah yang digunakan
oleh masyarakat Kalimantan Timur. Suku Banjar dan Bugis banyak
mendiami Kalimantan, Samarinda, Sangatta dan Bontang. Sedangkan suku
Jawa banyak mendiami Samarinda dan Balikpapan.
 Pengaruh Agama

Berdasarkan catatan sejarah agama Hindu pertama kali memasuki


wilayah Nusantara adalah melalui Kalimantan Timur. Tepatnya pada abad
ke-4 M, di Kalimantan Timur berdiri Kerajaan Kutai Martadipura. Bukti
tentang adanya kerajaan tersebut diperkuat dengan adanya temuan-temuan
seperti prasasi-prasasti dan Yupa.
Ada lima teori tentang masuknya agama Hindu dan Buddha ke
Nusantara, khususnya Kalimantan Timur yaitu :
a) Teori Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama
Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang
untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena
menikah dengan orang Indonesia.
b) Teori Ksatria, diutarakan oleh F.D.K Bosch berpendapat bahwa yang
membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria. Adanya
raja-raja dari India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di
Indonesia dan menghindukan penduduknya.
c) Teori Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa
agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena
hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi
kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena
undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang
untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
d) Teori Sudra , teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh kasta Sudra. Mereka yang datang ke Indonesia
bertujuan untuk mengubah kehidupan mereka karena di India hanya
hidup sebagai budak.
e) Teori Gabungan, Teori ini beranggapan bahwa kaum
brahmana,bangsawan,dan para pedagang bersama-sama menyebarkan
agama Hindu sesuai dengan peranan masing-masing.

 Cara masak
Bahan :

1. Ayam Kampung ( 1 ekor, potong jadi 4 bagian )


2. Minyak goreng ( 3 sendok makan )
3. Santan ( 500 ml )

Bahan :

1. Jahe ( 1 ruas)
2. Lengkuas (1 ruas)
3. Daun Salam ( 2 lembar )
4. Sereh ( 2 batang )
5. Gula merah ( yang sudah disisir, 2 sendok makan )
6. Garam dan penyedap rasa secukupnya
7. Cabai merah ( 12 buah )
8. Bawang merah ( 6 siung )
9. Bawang putih ( 4 siung )
10. Terasi ( 1 sendok teh )

Cara Memasak

 Pertama-tama, potong ayam menjadi empat bagian dan cucilah hingga


benar-benar bersih

 Haluskan terlebih dahulu cabai merah, bawang merah,bawang putih, dan


terasi, tambahkan garam sedikit.

 Panaskan minyak, tumislah bumbu-bumbu yang telah dihaluskan, bersama


daun salam, serai. Tumis hingga harum dan matang.
 Kemudian masukkan ayam, masak hingga dagingnya berubah kekuningan.
Setelah itu masukkan gula merah, garam, dan santan. Masak hingga santan
mengering.

 Angkat ,lalu persiapkan alat-alat untuk memanggang (oven).

 Pangganglah daging ayam ke dalam oven dengan suhu 200 derajat celcius,
dengan waktu kurang lebih 30 menit.

 Angkat dan sajikan.

Sumber : https://samarindakota.go.id/website/laman/kondisi-geografis
Direktorat Perhubungan Darat Propinsi Kalimantan Timur

Anda mungkin juga menyukai