Anda di halaman 1dari 15

SINOPSIS NOVEL SITI NURBAYA

Sutan Mahmud Syah termasuk salah seorang bangsawan yang


cukup terkenal di Padang. Penghulu yang sangat disegani dan dihormati
penduduk disekitarnya itu, mempunyai putra bernama Samsulbahri,
anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Bersebelahan dengan
rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar kaya bernama
Baginda Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak
tunggal keluarga kaya-raya itu.

Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara


keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan
dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia
mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di
sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan
tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan
sekolahnya.

Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk
menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai
saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah
Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda Sulaiman, makin
hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah
ia dijatuhkan,” demikian Datuk Meringgih berkata (hlm. 92). Ia kemudian menyuruh anak
buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, took-toko, dan semua harta kekayaan
Baginda Sulaiman.

Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun,
sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk
Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang
sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.
Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”,
karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu,
kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi
dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun dating menagih
janji.

Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk
Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan
Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan
untuk dijadikan istri mudanya.

Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putri tunggalnya menjadi korban lelaki hidung
belang itu walaupun sebenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa
dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalsni
hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi
istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan
menceburkan Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.

Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti
Nurbaya, juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan.
Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda
Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang
menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman
masing-masing.

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih
yang culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan
perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal yang tidak
patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.
Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian.
Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga menemui ajalnya.
Ternyata ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa malu atas
tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu
terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya
telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia
tinggal menumpang bersama salah seorang familinya yang bernama Aminah.

Sekali waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat
tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan
bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak
bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia
kemudian menyuruh seseorang untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil.
Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.

Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian
jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia. Berita kematian Sitti Nurbaya dan
ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat berduka, mula-mula
mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan tindakan nekat
Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri
dikabarkan telah meninggal dunia.

Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat
letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu
kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa
frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat
bimbang juga ketika mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan
yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu.
Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.

Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup
sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih,
hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang
Datuk Meringgih.

Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat dirumah
sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata,
pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan
pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh karena setelah Letnan Mas
menyatakan bahwa ia Samsulbahri, ia mengembuskan napas di depan ayahnya sendiri. Adapun
Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa
tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada
keesokan harinya

SINOPSIS NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT


Novel Sengsara Membawa Nikmat ini merupakan salah satu novel klasik Indonesia yang sangat
populer. Bahkan kisahnya telah diangkat ke layar kaca dan menjadi tontonan wajib di masanya.
Kisah ini pada intinya bertemakan cinta yang dibalut intrik-intrik.
Tokoh utama novel Sengsara membawa Nikmat ini adalah
seorang pemuda berdarah Minang bernama Midun. Ia seorang
yang santun, berperangai baik, taat agama, pandai ilmu silat dan
rendah hati. Karena sederet kebaikan inilah sehingga Midun
sangat disukai warga sekampungnya. Hal ini mengusik rasa iri
hati serta dengki pemuda lainnya bernama Kacak. Kacak sendiri
digambarkan sebagai seorang yang congkak, sombong dan
angkuh. Ia merupakan keponakan orang terpandang di Padang. Ia
sangat iri pada Midun karena ia menganggap Midun tak pantas disayangi banyak orang sebab ia
hanya anak seorang petani miskin.

Secara umum, kisah ini bercerita mengenai suka duka Midun yang menghadapi banyak cobaan
sebelum hidup bahagia bersama isteri dan keluarganya. Salah satu cobaan terbesar Midun adalah
rasa dengki dari Kacak. Ia sering dicurangi dan difitnah oleh Kacak. Pernah isteri Kacak terseret
arus sungai, karena Midun berada di tempat yang sama, ia langsung menolong dan
menyelamatkan isteri Kacak. Namun, bukannya berterimakasih, Kacak malah memfitnah Midun
hendak memperkosa isterinya. Kacak melaporkan hal tersebut pada pimpinan desa dan mereka
mempercayai fitnah tersebut. Dan sebagai akibatnya, Midun dihukum untuk melakukan
pekerjaan tanpa digaji. Ia melakukan hukuman tersebut di bawah pengawasan Kacak.

Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat Midun masih berkeliaran di desa
mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun. Usaha
tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun sehingga pada akhirnya ia
dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara Midun menjadi seorang yang disegani sebab ia
memiliki hati yang baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam menjalani masa tahanannya,
Midun suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak sengaja ia melihat seorang gadis cantik
yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu pergi, Midun bermaksud menyapu di tempat
gadis tersebut tadi duduk. Ia kaget dan mendapati sebuah kalung yang tercecer milik gadis
tersebut. Akhirnya setelah mengembalikan kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang
ternyata bernama Halimah tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa tidak
bahagia dan berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani masa
hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di Bogor.

Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan membawa Halimah lari ke Bogor mencari
ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah, Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan.
Dia merasa tak enak dan kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari pekerjaan. Saat di
Batavia, Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia meminjam uang pada rentenir
dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir menjadi iri dan memfitnah Midun.
Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara
tidak sengaja menolong seorang sinyo Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut
ternyata anak seorang pejabat terkenal. Sebagai rasa terimakasih, Midun diberi pekerjaan dan
akhirnya ia ke Bogor menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karir Midun menanjak dan
dipercaya memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang
adik bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya sangat menyedihkan.
Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar ditugaskan di kampung halamannya. Ia
akhirnya kembali ke sana dan bertemu dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat menyesali
perbuatannya dulu pada Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung
halamannya.

SINOPSIS NOVEL SALAH ASUHAN


Hanafi adalah seorang amak pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda,
yang suaminya sudah meninggal semenjak hanafi masih kecil. Ibu
hanafi sangat menyayanginya. Meskipun sudah menjanda, ibunya
berkeinginan untuk memandaikan anaknya. Ibunya mengirim Hanafi
ke Betawi untuk bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras
untuk selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di
Betawi, Hanafi dititipkan kepada keluarga Belanda. Sehingga
pergaulan Hanafi tidak lepas daro orang-orang Belanda. Setelah lulus
sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak lepas dari orang-orang
Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB sebagai asisten residen di
Solok. Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah lakunya serta gaya hidupnya sudah
berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah lakunya melebihi orang Belanda
asli. Selama ia bergaul dengan orang-orang eropa dan setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi
dekat dengan gadis eropa yang bernama Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan Corrie
memanglah sangat dekat, hubungan keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka sering
jalan-jalan berdua, main tenis bahkan duduk-duduk sambil menikmati segelas teh pun juga
berdua. Karena hubungan mereka sangat amat dekat, maka Hanafi pun menganggap pertemanan
itu dianggap lain. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan sekedar hanya rasa
sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai pacar. Setiap hari Hanafi
selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar saja. Sikap Corrie kepada Hanaffi juga
masih nampak seperti biasanya. Hingga akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk
mengungkapkan isi hatinya kepada Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya,
Corrie tidak langsung memberi jawaban kepada Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang
dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi meninggalkan Solok menuju
Betawi. Maka dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus mengenai
pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa sangat tidak mungkin menerima Hanafi,
karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa. Selain itu Corrie juga
ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi
jatuh sakit selama beberapa hari. Selama dia sakit, Hanafi hanya dirawat oleh ibunya, dan selama
itu pula Hanafi sering mendapat nasihat dari ibunya. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi
agar menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena pada saat Hanafi bersekolah di
HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan Hanafi. Mendengar bujukan Ibunya, Hanafi
sangat amat marah, karena Hanafi sungguh tidak mengetahui siapakah Rapiah itu dan Hanafi
hanya suka kepada Corrie, yang telah menolak cintanya. Maka Ibu Hanafi menjelaskan bahwa
Rapiah adalah anak mamak, Sultan Batuah. Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang
budi kepada Sultan Batuah. Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima
perjodohan itu, meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan
Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei. Pernikahan yang
tidak didasari dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga mereka tidak pernah tentram. Setiap
hari Hanafi selalu memaki-maki istrinya karena hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan
tidak pernah melawan semua perlakuan suaminya. Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi kagum
kepada Rapiah, hingga suatu hari Hanafi murka kepada Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya
menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba anjing gila mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus
berobat ke Betawi. Sampai di Betawi Hanafi bertabrakan dengan seorang gadis eropa, yang tidak
lain adalah Corrie. Dengan amat senang mereka berdua menghabiskan waktu untuk berjalan-
jalan berdua menggunakan sepeda angin. Sudah satu minggu Hanafi meninggalkan Solok,
setelah itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup
kecil, namun hanafi sangat senang. Karena dia dapat bertemu dengan Corrie setiap hari. Hanafi
berusaha keras untuk mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan menjadi
Eropa. Setelah itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk menerima ajakan pertunangannya.
Karena rasa ibanya kepada Hanafi, Corrie terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus
menerima resiko, yaitu dijauhi oleh teman-teman eropanya, Pesta pertunangan mereka dilakukan
dikediaman rumah teman Belandanya, namun tuan rumah nampak tidak begitu suka dengan
pertunangan itu. Karena dia tidak suka bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang.
Meskipun Rapiah dan Ibunya tahu jika Hanafi akan menikah Corrie, namun Rapiah tetap
menunggu kedatangan Hanafi. Karena Ibu Hanafi sangat sayang kepada Rapiah, bahkan
sayangnya melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan Corrie sudah menjadi suami istri,
maka tinggalah mereka dalam satu rumah. Namun seiring berjalannya waktu, rumah tangga
Hanafi dan Corrie sudah tidak tentram lagi. Karena sifat Hanafi yang keterlaluan, sampai
menuduh Corrie berzina dengan orang lain. Karena kehidupannya yang dalam kondisi tidak
jelas, Bangsa Eropa maupun Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena
keangkuhan dan kesombongannya. Pada akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk menghindari
Hanafi. Namun pada suatu hari, Hanafi menerima surat yang memberi tahukan bahwa Corrie
berada di Semarang. Setelah beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke Semarang untuk mencari
Corrie dirumah seorang pengusaha anak-anak yatim. Namun sampai disana justru berita buruk
yang diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk rumah sakit karena sakit keras, yaitu kolera.
Hingga akhirnya nyawa Corrie ridak dapat ditolong lagi. Setelah kepergian Corrie, Hanafi
pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh
sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan
Akhrinya merenggut nyawanya.

SINOPSIS NOVEL KATAK HENDAK JADI LEMBU


Haji Zakaria dan Haji Hasbullah merupakan sahabat karib sejak mereka kecil. Mereka
sama-sama beranak tunggal. Haji Zakaria memiliki anak laki-laki yang
bernama Suria. Sedangkan, Haji Hasbullah memiliki anak perempuan
yang bernama Zubaedah. Meskipun mereka saling bersahabat hingga
pulang pergi haji bersama-sama. Namun, Haji Hasbullah lebih
beruntung hidupnya, ia lebih kaya dari haji Zakaria. Haji Hasbullah
merupakan Khatib ternama di negerinya. Ia juga mendidik Zubaidah
dengan baik. Setelah Zubaidah tamat belajar di sekolah rendah dan
ketika gadis itu berumur 14 tahun, Haji Hasbullah menikahkan anaknya
dengan Suria anak Haji Zakariah.
Sepeninggalan Haji Zakariah, Suria menjadi sombong dan congkak. Rasa sayang kepada
Zubaidah pun, semakin berkurang. Suria meninggalkan Zubaidah ketika ia melahirkan anak laki-
lakinya yakni Abdulhalim. Tiga tahun lamanya perempuan muda itu meranda sambil merawat
anaknya sendirian. Hingga pada suatu saat, kesabaran Zubaidah membawakan hasil. Setelah
semua harta Suria lenyap, ia kembali menyembah dan berlutut memohon ampun kepada Haji
Hasbullah dan Zubaidah. Hingga ahirnya Suria diterima kembali kerumah itu.
Dua tahun kemudian, ia pun diangkat menjadi juru tulis di Sumedang. Suria selalu
membanggakan anak-anaknya yang bersekolah di sekolah yang menak kepada semua orang.
Anak pertamanya, Abdulhalim bersekolah di OSVIA, Bandung. Sedangkan, Saleh dan Aminah
bersekolah di HIS, Sumedang. Padahal bukan Suria yang membiayai sekolah anak-anaknya.
Untuk keperluan sehari-hari saja, gaji Suria yang bekerja sebagai manteri kabupaten tidak cukup.
Hutang dimana-mana, tetapi gaya hidup Suria yang gila hormat itu bagai seorang priyayi yang
berpenghasilan tinggi. Babu di rumahnya digaji, tapi untuk sekolah anaknya ia masih menunggu
kiriman dari orang tua Zubaidah di Tasik.
Tak kuasa hati Zubaidah menghadapi para penagih hutang, sedangkan suaminya acuh tak
acuh pada keadaan rumah tangganya.
“Aku ingin selamat, akang. Selamat akang. Terpelihara anak-anak kita, lain tidak! Jangan
kita bersifat seperti katak yang hendak jadi lembu! Sebelum pecah perut mendingin. Orang kaya,
orang berpangkat tinggi? Kalau sudah begitu baru bersenang hati akang? Tidak. Kalo akang mau
beria-ria, bersurut-lalu dan bermufakat dengan saya tentang masalah yang penting dan sulit itu,
banyak lagi jalan yang dapat kita tempuh buat menyeberangi lembah kemelaratn.” Kata
Zubaidah.
Suatu hari ketika Suria di kantornya, ia mendengar tentang lowongan menjadi klerek.
Kemudian ia meminta bantuan kepada atasannya dan segera mengirimkan permohonan menjadi
klerek. Dan memberitahu Zubaidah bahwa ia akan segera diangkat menjadi klerek.
Zubaidah semakin cemas dengan tinkahlaku suaminya yang semakin hari semakin
menyombongkan dirinya kepada orang lain karena kabar kenaikan pangkatnya yang belum pasti.
Ditambah lagi gayanya membeli barang lelangan atasannya yang tak tentu gunanya sehingga
hutang-hutangnya semakin menambah. Sekarang, hanya Abdulhalimlah yang dapat
menyenangkan hati Zubaidah karena kabar diterimanya Abdulhalim menjadi kandidat amtenar di
kantor kabupaten Bandung. Dan kemudian Abdulhalim menikah dengan anak jaksa kepala.
Hari berganti hari Suria semakin tak sabar menantikan kenaikan pangkatnya. Hingga
suatu hari, Suria mendapatkan pengumuman dari kantornya, bahwa yang diangkat menjadi
klerek adalah Kosim teman kerjanya yang selama ini ia remehkan. Betapa malunya Suria dengan
pengumuman tersebut, sementara hutang-hutangnya semakin menumpuk. Berbagai cara Suria
lakukan untuk menutupi hutangnya hingga ia berpikir ingin beristri lagi dengan perempuan kaya
bernama Fatimah. Seorang gadis desa, anak dari Haji Junaidi. Mendengar hal itu, Haji Junaidi
tidak setuju dengan niat buruk Suria dan ia segera menikahkan Fatimah dengan Kosim. Lagi-lagi
Kosimlah yang menjadi penghalang bagi Suria.
Karena masalah yang dihadapinya, Suria menjadi gelap mata. Ia menjadi pemalas di
kantornya dan tanpa ada yang mengetahui ulahnya ia menggelapkan uang kas di kantornya untuk
membayar hutang-hutangnya. Atasannya yang jengkel dengan kemalasan Suria langsung
menyuruh Suria menemuinya. Ketika menemui atasannya, Suria malah meminta pada atasannya
bahwa ia ingin berhenti bekerja. Atasannya heran dan mencari penyebab mengapa Suria ingin
berhenti bekerja. Tak lama kemudian, atasannya menemukan kejanggalan pada uang kas kantor.
Ia mencurigai Suria yang menggelapkan uang kas kantor. Ternyata benar Suria mengakui
perbuatannya dan ia diminta pertanggung jawaban atas pebuatannya.
Karena bnyak masalah yang ada dalam hidup Suria, ia merencanakan untuk pergi ke
Bandung dan tinggal di sana bersama Abdulhalim. Semua brang-barang di rumahnya dilelang
untuk melunasi semua hutangnya. Ia tak ingin ada satu hutangpun yang tertinggal. Ia juga
mengganti uang kas kantornya yang ia gelapkan.
Setelah selesai semua sangkut pautnya, ia berangkat dengan anak-bininya ke Bandung
dan tak lupa burung ketitirannya juga ia bawa.
Tak berubah sifat buruk Suria di rumah Abdulhalim. Ia bertindak seperti kepala rumah
tangga, dicampurinya urusan Abdulhalim dengan Bininya. Zubaidah yang tak kuasa melihat
kelakuan suaminya, ingin mengajak suaminya kembali ke Tasik. Namun, Abdulhalim tak
mengizinkan ibunya untuk pergi. Ia hanya berpesan kepada ibunya untuk mengingatkan
ayahnya.
Usaha Zubaidah menasehati suaminya sia-sia. Suria yang keras kepala malah memarahi
istri Abdulhalim. Tak kuasa amarah Abdulhalim kepada ayahnya karena telah memarahi istrinya.
Zubaidah yang tak sengaja mendengar pembicaraan antara Abdulhalim dan istrinya tersebut
langsung terjatuh karena serangan jantung. Segala upaya telah dilakukan Abdulhalim dan
keluaraganya untuk menyembuhkan Ibunya. Usahanya sia-sia. Pada petang hari kamis malam
jumat, sesudah orang sembahyang isya’, Zubaidah yang malang menghembuskan nafas
terakhirnya dengan tenang dan lemah lembut dihadapan semua kaum keluarganya.
Setelah kematian istrinya Suria diusir dari rumah Abdulhalim. Ia pergi untuk menemui
sanak saudaranya serta sahabatnya yang masih ada, agar dapat membantu kesukaran hidupnya.
Sekarang Suria tinggalah Suria yang hidup di jalanan setelah kematian istrinya. Ia baru
menyadari semua kesalahanya terhadap anak-bininya.

SYNOPSIS NOVEL SALAH PILIH


Di sebuah tempat bernama Sungaibatang, Maninjau, Suku Minang, Sumatera barat, tinggal
sebuah keluarga yang terdiri atas seorang ibu, seorang anak laki-laki dan seorang lagi
perempuan, serta seorang pembantu. Ibu itu bernama Mariati, si lelaki, Asri, dan yang
perempuan, Asnah. Sementara pembantu itu bernama Liah dan dua
anak itu biasa memanggilnya Mak Cik Lia. Keluarga itu saling
mengasihi satu sama lain sekalipun dengan si pembantu dan Asnah
yang bukan anak kandung Bu Mariati, mereka tidak peduli dengan hal
tersebut. Asnah pun juga sayang pada perempuan yang dianggap
sebagai ibu kandung itu. Ia selalu sabar merawat Bu Mariati yang
tengah sakit.

Asri dan Asnah semakin lama semakin dewasa dan semakin akrab
sebagai saudara. Mereka terbiasa jujur satu sama lain, bahkan Asnah
mengetahui rahasia kakaknya yang tidak diketahui sang bunda, begitu juga sebaliknya. Namun
ada satu hal yang sangat dirahasiakan Asnah, dia menyayangi Asri lebih dari seorang kakak,
melainkan rasa sayang seorang kekasih. Gadis itu sangat terpukul ketika sang ibu meminta anak
lelakinya untuk segera menikah, dia tahu bukan ia yang akan menjadi pendamping Asri karena
adat melarang pernikahan sesuku seperti mereka. Asri menjatuhkan pilihan pada seorang putri
bangsawan yang cantik, adik kandung mantan kekasihnya. Gadis itu bernama Saniah. Mereka
bertunangan lalu menikah setelah melewati beberapa adat Minangkabau.

Pernikahan Asri dengan Saniah sangat jauh dari kata ‘bahagia’. Keduanya memiliki perbedaan
yang sangat kuat dalam masalah adat. Saniah selalu disetir sang ibu untuk mengikuti adat yang
sangat kaku dan kuno menurut Asri, karena Asri sudah terbiasa dengan pendidikan luar yang
bebas. Ia sangat menghormati adat, namun ia tidak suka terlalu dikekang dan dipaksa-paksa
seperti yang dilakukan Saniah padanya. Selain itu, Saniah adalah wanita yang sombong, keras
kepala, membedakan kelas sosial masyarakat, dan tidak suka bergaul dengan tetangga. Saniah
sangat cemburu dengan keberadaan Asnah dan ia ingin menyingkirkan gadis itu dengan berbagai
cara, tentunya peran sang ibu tidak tertinggal.

Suatu hari penyakit bu Mariati menjadi sangat parah. Asnah beserta Mak Cik Liah bergantian
menjaganya, tak lupa juga Asri lebih sering mengunjungi ibunya yang telah diasingkan Saniah di
bagian rumah mereka yang lain. Penyakit bu Mariati tidak dapat disembuhkan dan nyawanya
telah lepas dari raga. Sebelum meninggal, ibu itu berpesan kepada anaknya, ia menyesal telah
meminta Asri menikah, apalagi dengan Saniah. Wanita itu juga menjelaskan adat Minang yang
tidak melarang Asri dan Asnah menikah karena mereka tidak sedarah. Wanita itu berpesan agar
anak lelakinya itu menikah dengan anak angkatnya, Asnah yang sifatnya sangat mulia dan
dimata semua orang.

Setelah kematian sang bunda, Asri selalu memikirkan petuah terakhir itu. Dan ia baru menyadari
perasaan sayangnya kepada Asnah yang lebih setelah teman lamanya, Hasan Basri datang
kepadanya untuk meminta izin memperistri Asnah. Ia sangat cemburu dan tidak bisa mengambil
keputusan, sehingga segalanya ia serahkan kepada Asnah. Asri sangat lega ketika Asnah
menolak pinangan teman lamanya itu. Tanpa saling bicara, keduanya bisa mengerti bahwa ada
cinta diantara mereka. Saniah menangkap keganjilan pada suaminya sehingga ia memaki-maki
Asnah sebagai wanita yang tidak tahu diri. Kejadian itu diketahui Asri sehingga ia sangat marah
kepada Saniah dan keduanya bertengkar hebat, sementara Asnah memilih pergi dari rumah itu
dan tinggal bersama bu Mariah, adik ibu Mariati. Semenjak kepergian Asnah, Asri tetap sering
bertengkar dengan Saniah hingga ia tidak betah lagi berada di rumah gadang itu.

Suatu ketika bu Saleah, ibu dari Saniah mendapat kabar bahwa anak lelakinya akan menikah
dengan gadis biasa di perantauan. Ibu itu merasa geram, ia tidak mau mempunyai menantu
miskin dan dari suku lain, kemudian ia mengajak Saniah beserta pembantu mereka pergi
ketempat putranya untuk menggagalkan pernikahan itu. Saking geramnya, bu Saleah meminta
sopir mobil yang ia sewa untuk mengebut walaupun jalanan sangat sulit. Alhasil, mobil yang
mereka tumpangi kurang kendali sehingga masuk jurang lalu Saniah dan ibunya meninggal
dunia.

Semenjak Asri menduda, banyak wanita yang datang menghampirinya. Namun, ia tidak pernah
goyah untuk mencintai Asnah, walaupun wanita-wanita yang menghampirinya lebih cantik. Asri
tidak bisa lagi menahan cintanya. Setelah berunding dengan bibinya yang sekarang merawat
Asnah, ia memutuskan menikah dengan Asnah dan meninggalkan segala harta dan jabatannya
untuk merantau ke Jawa, karena jika tidak pergi dari situ, maka keduanya akan dikeluarkan dari
suku secara tidak hormat. Perantauannya menghasilkan sesuatu yang baik. Asri punya
kedudukan yang baik dan keduanya mempunyai banyak teman di sana. Ditengah rutinitas
mereka di Jawa, tepatnya di Jakarta, tiba-tiba datang surat dari Maninjau meminta agar keduanya
kembali ke sana dan Asri diminta untuk menjadi kepala pemerintahan. Tanpa pikir panjang
mereka setuju untuk kembali ke Maninjau walaupun berat juga meninggalkan kawan-kawannya
di Jakarta, mereka sangat rindu dengan kampung kelahirannya itu. Setibanya di Maninjau,
mereka disambut meriah oleh warga yang sangat menghormati Asri atas jasa-jasanya sebelum ia
merantau dulu dan atas kelembutan tabiat Asnah. Berawal dari Asri yang salah pilih istri, ia
menjadi tahu siapa orang yang sebenarnya ia cintai dan dengan berusaha keras ia mampu hidup
bersama sang kekasih dalam mahligai rumah tangga yang penuh cinta di kampung halaman
tercinta.

Anda mungkin juga menyukai