Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS NOVEL

SITI NURBAYA KASIH TAK SAMPAI


Karya : Marah Rusli

Disusun Oleh :
LEO
NIM.

Dosen Pengampuh :
ANDRIADI, MA

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BENGKULU
2018

0
ANALISIS NOVEL :
A. Alur
Alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang sambung
menyambung berdasarkan hubungan sebab-akibat. Pemahaman alur akan
memudahkan kita memahami peristiwa dalam sebuah cerita, misalnya novel.
Unsur penting dalam sebuah alur adalah peristiwa, konflik, dan klimaks.
Unsur-unsur tersebut akan membuat cerita rekaan menjadi lebih hidup. Alur
tidak hanya berkaitan dengan apa yang terjadi, tetapi juga mengungkap
mengapa dan bagaimana suatu peristiwa dan konflik dalam cerita bisa terjadi.
Secara umum, alur dalam sebuah cerita terbagi menjadi tiga jenis, yaitu alur
maju, alur mundur, dan alur campuran.
1. Mulai melukiskan keadaan :
Saat ayah siti Nurbaya masih sukses.
Bukti : Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka
bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat
itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama
Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya
adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang.
Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari
seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
2. Peristiwa-peristiwa mulai bergerak :
Datuk Maringgih mulai culas.
Bukti : Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat
kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti
Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya
Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua
kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha
Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar
hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah
kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih
mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar

1
melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat
dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan
Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
3. Keadaan mulai memuncak :
Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya.
Bukti : Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya
yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk
Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak.
Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang
sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang,
namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau
mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di
Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih
karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan
tentang nasib yang dialami keluarganya.)
4. Mencapai titik puncak (klimaks) :
Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh.
Bukti :Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering
terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk
Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah
berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan.
Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas
segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk
Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi
Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur,
namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri
dengan parangnya.)
5. Pemecahan masalah/penyelesaian :
Setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas
tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya.

2
Bukti : Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah
sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta
dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu
merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan
orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)

B. Tokoh dan Penokohan


Penokohan, penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh
cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita. Watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh
yang membedakannya dengan tokoh lain.
1. Sitti Nurbaya
a. Punya belas kasih (baik hati)
Ah, jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru
sehari dua bekerja pada ayahmu, melainkan telah bertahuntahun.
b. Baik hati, sopan
Anak ini pun seorang gadis, yang dapat dikatakan tiada bercacat,
karena bukan rupanya saja yang cantik, tetapi kelakuan dan adatnya,
tertib dan sopannya, serta kebaikan hatinya, tiadalah kurang daripada
kecantikan parasnya.
c. Cerdik, pandai
Oleh sebab ia anak seorang yang kaya dan karena ia cerdik dan
pandai pula, ia disukai dan disayangi pula oleh temantemannya.
d. Sabar
"Ah, tetapi waktu itu masih lama lagi," katanya pula dalam hatinya,
"masih tujuh tahun. Adakah dapat aku menunggu selama itu?
Mengapa tidak," jawabnya sendiri pula.
e. Rela berkorban

3
"Jangan dipenjarakan ayahku! Biarlah aku jadi istri Datuk
Meringgih!"

2. Samsulbahri
a. Tingkah lakunya baik, sopan, halus bahasanya
Ia bukannya seorang anak yang pandai sahaja, tingkah lakunya pun
baik; tertib, sopan santun, serta halus budi bahasanya.
b. Lemah lembut, berani
Walaupun ia rupanya sebagai seorang anak yang lemah-lembut, akan
tetapi jika perlu, tidaklah ia takut menguji kekuatan dan
keberani¬annya dengan siapa saja; lebih-lebih untuk membela yang
lemah.
c. Tidak memandang bulu
Dalam hal itu, tiadalah ia pandang-memandang bangsa ataupun
pangkat.
d. Suka menolong
Tatkala Samsu mendengar suara sahabatnya minta tolong, tiadalah ia
berpikir panjang lagi, lalu melompat berlari ke tempat suara itu
kedengaran, takut kalau-kalau Bakhtiar mendapat sesuatu kecelakaan.
3. Datuk Meringgih
a. Kikir
Suatu sifat yang ada padanya, yang dapat menambah kekayaannya itu,
ialah ia amat sangat kikir.
b. Suka berpoligami
Berapa kali ia telah kawin dan bercerai, tiadalah dapat dibilang.
c. Kasar, bengis, bodoh, pandai berdagang
Rupanya buruk, umurnya telah lanjut, pakaian dan rumah tangganya
kotor, adat dan kelakuannya kasar dan bengis, bangsanya rendah,
pangkat dan kepandaianpun tak ada, selain dari pada kepandaian
berdagang.
d. Bakhil, loba, tamak, tidak punya belas kasih, sifatnya kasar

4
Saudagar ini adalah seorang yang bakhil, loba dan tamak, tiada
pengasih dan penyayang, serta bengis kasar budi pekertinya.

4. Sutan Mahmud Syah


a. Bijak, perhatian
Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya!
Jangan sampai ada alangan apa-apa dan jangan berlaku yang tiada
senonoh.
b. Baik tingkah lakunya
Di antara Penghulu-penghulu yang delapan di kota Padang waktu itu,
Sutan Mahmud inilah yang terlebih dipandang orang, karena
bangsanya tinggi, rupanya elok, tingkah lakunya pun baik; pengasih
penyayang kepada anak buahnya, serta adil dan lurus dalam
pekerjaannya.
c. Melanggar adat
Bukankah telah adat nenek moyang kita, yang sebagai itu? Mengapa
tiada hendak diturutnya?
5. Baginda Sulaiman
a. Pasrah dengan keadaan
Biarlah harta yang masih ada ini hilang ataupun aku masuk penjara
sekalipun, asal jangan bertambah-tambah pula dukacitamu.
b. Penuh kasih sayang
Itulah yang menjadi alangan padaku; itulah yang menggoda pikiranku.
Bila aku tak ada dalam dunia ini, menjadilah Nurbaya seorang anak
yatim piatu, yang tidak beribu-bapa dan sunyi pula daripada segala
sanak saudara kaum keluarga. Bagaimanakah halnya kelak,
sepeninggalku; sebatangkara di atas dunia ini? Siapakah yang akin
menolongnya dalam segala kesusahannya, dan siapakah yang akan
menunjuk mengajarnya dalam kesalahannya? Karena maklumlah
engkau, umurnya baru setahun jagung belum tahu hidup sendiri, belum

5
tahu kejahatan dunia dan belum merasai azab sengsara yang sebenar-
benarnya.

6. Rukiah
a. Pemalu
Rukiah tunduk kembali kemalu-maluan, serta merah mukanya.
b. Penurut
Setelah itu, anak perawan ini lalu pergi ke dapur, mengerjakan apa
yang telah dikatakan ibunya.
7. Putri Rubiah
a. Dengki, bengis, kasar
Pada air mukanya yang agak berlainan dengan wajah muka Sutan
Mahmud, terbayang tabiatnya yang kurang baik, yaitu dengki dan
bengis.
b. Kolot
Sudah berapa kali hamba minta kepada Kakanda, supaya anak itu
disekolahkan, tetapi Kakandalah yang tak suka, karena tak baik, kata
Kakanda, anak perempuan pandai menulis dan membaca; suka menjadi
jahat.
c. Perhatian
Baiklah, tetapi hati-hati menjaga diri! Pangkat dapat dicari, tetapi
nyawa tak dapat disambung dan bawalah keris pusaka Ayah itu besar
tuahnya.
d. Taat pada adat yang sudah ada
1) Anakku putri, bangsanya tinggi, tak perlu bekerja untuk mencari
makan. Biarpun ia bodoh, masih banyak orang kaya dan bangsawan
yang suka kepada ketinggian bangsanya.
2) Memang engkaulah saudaraku yang sesungguhsungguhnya,
membangkitkan batang terendam, yang tahu adat istiadat dan
menjunjung tinggi pusaka nenek moyang kita dan tahu

6
menghargakan ketinggian kebangsawanan kita dan menjalankan
kewajiban kepada saudara dan kemenakannya," kata putri Rubiah,
memuji-muji adiknya itu.

8. Sutan Hamzah
a. Taat pada adat yang sudah ada
Itulah yang menjadikan heran hatiku; tak dapat kupikirkan bagaimana
ingatannya sekarang ini. Bukankah telah adat nenek moyang kita, yang
sebagai itu? Mengapa tiada hendak diturutnya? Malu aku rasanya
mempunyai saudara sedemikian ini.
b. Suka berpoligami
Apabila mentua hamba tiada cakap atau tiada sudi lagi membelanjai
hamba, hamba ceraikan anaknya dan hamba kawini perempuan lain,
yang mampu; tentu dapat hamba uang jemputan dua tiga ratus rupiah
dan berisilah pula kocek hamba.
c. Suka berjudi
Katanya tak patut seorang bangsawan berjudi dan rnenyabung ayam.
d. Boros
Apabila ada uangnya 100 rupiah, sehari itu juga dihabiskannya,
diboroskannya atau diperjudikannya.
9. Pak Ali
a. Setia
Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua bekerja
pada ayahmu, melainkan telah bertahuntahun. Dan di dalam waktu
yang sekian lamanya itu, belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa.
b. Suka menolong, tulus
Mendengar perkataan ini, menolehlah Samsu ke belakang lalu segera
menjabat tangan kusir Ali, minta terima kasih atas pertolongan dan
setianya.
10. Zainularifin
a. Jahil

7
1) "Supaya jangan sampai kekurangan kue-kue, bukan? Dipanggil
hantu kue pun tak mengapa," kata Arifm sambil tertawa-tawa
mengganggu sahabatnya ini.
2) "Dengan tangan dan gigi, seperti engkau mengamuk kuekue," jawab
Arifin dengan tertawa, sebab ia dapat pula mengganggu sahabatnya
ini.
b. Suka mencemooh orang
Akan tetapi Bakhtiar tiada mengindahkan cemooh Arifin ini, istimewa
pula karena takutnya belum hilang.
11. Bahtiar
a. Rakus
1) "Sedikitkah atau banyakkah kaumakan kue-kue itu?" tanya Arifin.
2) "Sepuas-puas hatiku, sampai tak termakan lagi," jawab Bakhtiar.
b. Ceroboh
Hanya Bakhtiarlah yang tiada berkata-kata, seakan-akan malu atau
menyesal rupanya akan perbuatannya yang ceroboh itu.
12. Sitti Maryam
Penuh kasih sayang, selalu memberi nasihat
"Tahu-tahu membawakan diri: mandi di hilir-hilir, berkata di bawah-
bawah. Janganlah disamakan saja dengan di sini; janganlah disangka
masih anak orang berpangkat juga di sana, sebab engkau akan berdiri
sendiri lagi, jauh daripada kami, sekalian. Bila ada apa-apa, lekaslah tulis
surat kepada Ayahmu!" lalu Sitti Maryam menyapu air matanya, yang
berlinang-linang di pipinya.
13. Sitti Alimah
a. Perhatian
"Tutuplah jendela ini, Nur, supaya engkau kelak jangan mendapat
penyakit! Rasailah angin yang masuk ini!" Lalu Alimah memegang
tangan Nurbaya perlahan-lahan, seraya mengangkatnya dan
memimpinnya ke tempat tidurnya.
b. Baik hati

8
Setelah sejurus, berkata pula Nurbaya, "Lim, kebaikanmu ini tiada
dapat kubalas, melainkan kupohonkanlah siang dan malam kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, moga-moga dilimpahkannya rahmat dan
rahim, berlipat ganda kepadamu, supaya bolehlah engkau mendapat
selamat dan kesenangan dunia akhirat."
14. Tuan Schout
Patuh pada perintah
"Aku percaya akan perkataanmu," kata schout, "tetapi aku tiada dapat
berbuat apa-apa, lain daripada menurut perintah yang kuterima ini."
15. Ahmad Maulana
Taat beragama
Tiada berapa lama kemudian, selesailah mereka daripada berbuat bakti
kepada Tuhannya, itu: tetapi Ahmad Maulana tiada lekaslekas berdiri dari
tikar sembahyangnya, melainkan terus membaca doa, sampai kepada
waktu isya, lalu sembahyang pula.
16. Fatimah
Amanah
"Masakan hamba gila, membukakan rahasia ini," jawab Fatimah.
17. Opsir Barat (Letnan Yan Van Sta)
Riang, lucu, selalu bergembira
Opsir barat itu, cahaya mukanya riang dan lucu; kelakuannya pun
bersetujuan benar dengan air mukanya, karena selalu bersukacita dan
berolok-olok, seolaholah tidak dikenalnya kedukaan hati dan kesusahan
dunia, melainkan kesukaan dan keriangan itulah yang selalu diingat dan
dipikirkannya.

C. Latar
Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya
peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra. Atau definisi latar yang
lainnya adalah unsur intrinsik pada karya sastra yang meliputi ruang, waktu
serta suasana yang terjadi pada suatu peristiwa didalam karya sastra. Atau bisa

9
juga latar yaitu semua keterangan, petunjuk pengaluran yang berhubungan
dengan ruang, waktu dan juga suasana. Latar diantaranya meliputi
penggambaran mengenai letak geografis, kesibukan si pelaku/tokoh, waktu
berlakunya peristiwa, lingkungan agama, musim, moral, intelektual sosial,
serta emosional si pelaku/tokoh.
1. Latar Tempat :
a. Di Kota Padang
b. Stovia, tempat Samsulbahri menuntut ilmu.
2. Latar Waktu
Suasana pada saat itu sedang terjadi pergolakan di kota Padang.
3. Latar Sosial
Penggunaan unsur-unsur adat istiadat Melayu dalam isi cerita novel yang
terasa begitu kental.

D. Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala
berita, dan lain-lain, identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat
menjelaskan diri dan yang menarik perhatian dan adakalanya menentukan
wilayah(lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada
juga yang mendefinisikan judul sebagai lukisan suatu artikel atau juga disebut
miniature isi bahasan.
Judul pada novel ini yaitu : Kasih Tak Sampai

E. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap
cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Berikut ini
beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita.
1. Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan
kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat
dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.

10
2. Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan
kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan
sebagai titik berat cerita.
3. Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak
seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah
laku tokoh.
4. Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat
serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang
pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang
pertama.
Novel Siti Nurbaya ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Penulis
memposisikan dirinya pada posisi pencerita yang mengetahui banyak hal
tentang isi cerita dalam novel. Sudut pandang orang ketiga ditunjukkan
dengan adanya penggunaan kata ganti orang ketiga yakni “Dia” atau
penyebutan nama orang di dalamnya

F. Gaya dan Nada


Gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya
sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan
cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan
maupun tertulis.
Bahasa tulis yang digunakan oleh pengarang dalam novel Siti Nurbaya
lebih banyak menggunakan gaya bahasa etnis Melayu.

G. Ironi
Ironi adalah kejadian atau situasi yang bertentang dengan yang
diharapakan atau dengan yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan
takdir. Ironi dapat juga diartikan sebagai majas yang menyatakan makna yang
bertentangan dengan makna sesungguhnya.

11
1. Pengorbanan terhadap hal yang penting terkadang dianggap perlu untuk
demi sesuatu hal yang jauh lebih penting
2. Bijaksana dalam mengambil keputusan, terlebih pada sesuatu hal yang
sangat riskan.
3. Jangan berurusan dengan Lintah Darat, karena lebih banyak kerugian yang
akan ditimbulkannya dari pada manfaatnya.

H. Tema
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah
diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan persoalan
utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra,
seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan
sebagai suatu gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.
Novel Siti Nurbaya memiliki tema bertajuk kisah cinta yang memilukan
antara Siti Nurbaya dengan samsul Bahri.

I. Daftar Pustaka
Rusli, Marah. Siti Nurbaya Kasih Tak Sampai. Jakarta, Balai Pustaka, 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai