Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL MEMBACA NOVEL 3

A. Identitas Buku
Judul : Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda
Tahun Terbit : 1922
Jumlah Halaman : 271 halaman

B. Binopsis
Sinopsi dari novel Pada saat kanak-kanak ibunda Siti Nurbaya telah meninggal
dunia. Bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya, sejak saat itulah hingga
dewasa dan sudah mengerti cinta dia hanya hidup bersama sang ayah yaitu Sulaiman
yang sangat ia sayangi.

Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota padang. Sebagian dari
modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir yang bernama Datuk
Maringgih.

Pada awalnya usaha perdagangan ayahanda Sulaiman mendapat kemajuan pesat,


hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Untuk melampiaskan
keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh beberapa orang suruhannya membakar
semua kios milik ayahanda sulaiman dengan demikian hancurlah semua usaha ayahanda
sulaiman.

Ayahnya jatuh miskin dan tak sanggup lagi membayar utang-utangnya pada datuk
maringgih dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya datuk maringgih memaksa
ayahanda sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutang-hutangnya. Dan
hutang tersebut dianggap lunas apabila ayahanda sulaiman mau menyerahkan Siti
Nurbaya putrinya kepada Datuk maringgih.

Menghadapi kenyataan seperti ini ayahanda sulaiman yang sudah tak lagi
sanggup membayar semua hutang-hutangnya itu tidak menemukan pilihan lain selain
yang ditawarkan oleh datuk maringgih. Siti nurbaya menangis menghadapi kenyataan
bahwa dirinya yang cantik dan masih sangat muda harus menikah dengan datuk
maringgih yang sudah tua keriput dan berkulit kasar.

Lebih sedihnya lagi ketika siti nurbaya teringat Samsul Bahri sang kekasihnya
yang sedang kuliah di stovia Jakarta sungguh berat memang namun demi keselamatan
dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan datuk
maringgih.

1
Syamsul bahri yang ada di Jakarta mengetahui peristiwa itu. Terlebih Siti
Nurbaya mengirimkan sebuah surat yang menceritakan tentang nasib yang sedang
dialami keluarganya.

Pada suatu hari ketika Syamsul Bahri dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat
bertemu empat mata dengan siti nurbaya yang telah resmi menjadi istri datuk maringgih.
Pertemuan itu diketahui oleh datuk maringgih sehingga akhirnya jatuh tersungkur dan
menghembuskan nafas terakhir.terjadi keributan. Teriakan siti nurbaya oleh ayahnya
yang tengah terbaring sakit keras. Ayahanda sulaiman berusaha bangkit tetapi

Mendengar itu Ayah syamsul bahri yaitu sultan Mahmud syah yang kebetulan
menjadi penghulu kota padang, malu atas perbuatan anaknya, sehingga syamsul bahri
harus kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali lagi dengan keluarganya
yang ada di padang. Datuk maringgih juga tidak tinggal diam saja karena siti nurbaya
telah diusirnya.

Tak lama kemudian siti nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang
beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan datuk maringgih. Dan kematian siti
nurbaya itu terdengar oleh syamsul bahri sehingga dia menjadi putus asa dan mencoba
bunuh diri tetapi mujurlah karena ia tak meninggal sejak saat itu syamsul bahri tidak
meneruskan lagi sekolahnyadan memasuki dinas militer.

Sepuluh tahun kemudian dikisahkan di Kota Padang sering terjadi hura-hura dan
tindakan kejahatan akibat ulah datuk meringgih dan orang-oranya syamsul bahri yanag
telah berpangkat letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Syamsul yang mengubah
namanya menjadi letnan Mas segera menyerbu kota Padang.

Etika bertemu dengan datu meringgih di suatu keributan tanpa berpikir panjang
lagi syamsul bahri menembak datuk marnggih sehingga jatuh tersungkar, namun sebelum
tewas ia sempat membacok kepala syamsul bahri dengan parangnya.

Syamsul basri alias letnan mas segera dilarikan kerumah sakit pada saat terakhir
menjelang ajalnya, ia meminta untuk dipertemukan dengan ayahandanya, tetapi ajalnya
lebih dulu merenggut sebelum syamsul bahri sempat bertemu dengan orang tuanya.

2
C. Unsur Intrinsik
Adapun analisis unsur intriksi dari novel Siti Nurbaya
a. Tema
Siti Nurbaya dianggap mempunyai tema anti pernikahan paksa atau menjelaskan
perselisihan nilai timur dan barat, novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu
momen perjuangan pemuda pemudi yang berpikiran panjang melawan adat. Seperti
hubungan antara Siti Nurbaya dan Syamsul di masyarakat. Dia menegaskan bahwa
novel ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan Tradisional.

b. Alur
Alur yang digunakan pada novel “Siti Nurbaya” adalah alur maju karena
ceritanya dimulai dari eksposisi, komplikasi, klimaks dan berakhir dengan
pemecahan masalah. Dalam cerita ini, si pengarang menggunakan sudut pandang
orang ketiga yaitu tepatnya si pengarang menceritakan kisah seseorang yang
bernama Siti Nurbaya dan kekasihnya yang bernama Syamsul Hadi.

c. Penokohan
1) Tokoh utama
Siti nurbaya gadis lemah lembut, penurut, anak yang berbakti. Siti nurbaya
adalah salah satu pratagonis utama, ia merupakan tokoh yang dapat mengambil
keputusan sendiri sebagaimana ketika ia memutuskan untuk menikah dengan
datuk meringgih ketika ayahnya diancam, kesedihannya untuk mendorong
syamsul, dan pelariannya datuk meringgih setelah ayahnya meninggal.
2) Tokoh Kedua
Syamsul bahri adalah pratagonis pria utama. Dia dinyatakan sebagai orang
yang berkulit kuning langsat, dengan mata sehitam tinta, dari jauh, dia dikira
orang belanda. Penampilannya yang menarik juga dianggap sebagai wujud
sifatnya yang baik dan beradab.
3) Tokoh Ketiga
Datuk meringgih, pendendam,iri,dengki ia adalah antagonis utama dari
novel. Ia adalah seorang pedangang yang dibesarkan dikeluarga yang miskin, lalu
menjadi kaya setelah masuk ke dunia criminal.
4) Tokoh Keempat (Pembantu)
Ayahanda Sulaiman penyayang dan sultan Mahmud Syah berwatak
bijaksana,sopan, ramah.

d. Latar
● Latar Tempat
Latar tempat novel “Siti Nurbaya” di kota Padang, Jakarta, rumah Siti
Nurbaya, umah Datuk Maringgih, di pasar, di jalan, di Rumah Sakit.
● Latar waktu
Latar waktu novel “Siti Nurbaya” yaitu pagi hari, siang hari, dan sore hari.

3
e. Sudut Pandang
Sudut pandang novel “Siti Nurbaya” yaitu menggunakan sudut pandang orang
ketiga dengan menggunakan nama-nama tokoh.

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan menggunakan bahasa yang kurang mudah dipahami.
Ada sentuhan penggunaan bahasa melayu di dalamnya.

g. Amanat
Dalam Novel yang berjudul Siti Nurbaya pesan utama dari novel ini dengan
dialog panjang antara tokoh-tokoh dengan dikotomi moral.
Cinta itu tidak dapat dipaksakan dan tidak dapt dikekang, kita tidak bisa memelihara
cinta dalam ruang yang terbatas, karena hakikatnya cinta itu bebas.

Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan


apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri lebih-
lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya, dan bagaimanapun juga orang tua
hendaknya lebih bijaksana memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi
persoalan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga,
dan juga akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan
sebagai akhir dari persoalan hidup.

D. Unsur Ekstrinsik
Adapun analisis unsur ekstriksi dari novel Siti Nurbaya
a. Nilai Moral
Nilai moral yang tersirat pada novel siti nurbaya adalah meskipun seseorang ingin
berbuat jahat pada kita, sebaiknya kita jangan membalas dengan kejahatan. Karena
itu tidak akan menyelesaikan masalah.
b. Nilai Religi
Nilai religi yang ada di dalam novel siti nurbaya adalah Bagaimanapun juga
praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga dan
dilarang oleh agama.
c. Nilai Budaya
 Dalam novel Siti Nurbaya  mulai meletakkan landasan pemikiran yang mengarah
kepada emansipasi wanita dan menolak adat yang tidak sesuai dengan perkembangan
zaman.
.

Anda mungkin juga menyukai