Kacak :seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia
angkuh, kasar, serta suka berfoya-foya.
Tuanku Laras : seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia sangat ditakuti
dan disegani di kampungnya.
Haji Abbas : seorang penghulu dan guru ngaji sera guru silat.
Maun : seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada agama. Dia
sahabat karib
Midun
Halimah : seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya
raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
Pak Karto :seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Padang.
Dia mempunyai hati yang baik.
Manjau : pemuda baik-baik, dia adik kandung Midun.
Ringkasan Cerita :
Midun yang disukai banyak orang, membuat Kacak begitu iri dan dengki
pada Midun. Sering dia berusaha untuk mencelakakan Midun dengan cara mencari
gara-gara agar Midun marah padanya. Namun, Midun selalu menghindar ketika
diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah berkelahi dengan Kacak,
tapi karena dia tidak ingin berkelahi. Ilmu silat yang dimilikinya adalah hasil
belajarnya kepada Haji Abbas dan bukan untuk berkelahi. Namun, hanya sebagai
usaha untuk membela diri.
Suatu hari istri Kacak terjatuh ke dalam sungai. Untung saja, Midun berada
di tempat kejadian dan ia dengan cepat menolong istri Kacak. Berkat
pertolongannya, istri Kacak selamat namun Kacak malah menuduh Midun hendak
memperkosa istrinya. Kacak menantang Midun berkelahi. Ternyata perkelahian itu
dimenangkan oleh Midun. Kacak pun semakin marah pada Midun kemudian
Kacak memfitnah Midun dan melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Midun
pun terpaksa mendapat hukuman dari Tuanku Laras. Midun diberi hukum dengan
cara harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Kacak semakin
bahagia karena ia ditugaskan untuk mengawasi Midun selama menjalani hukuman.
Kacak pun tidak menyia- nyiakan kesempatan itu. Hampir tiap hari Midun
diperlakukan kasar. Pukulan dan tendangan Kacak tiap hari menghantam Midun.
Juga segala macam-macam hinaan yang mampir di telinga Midun. Namun, Semua
perlakuan Kacak diterima Midun dengan penuh kesabaran.
Selama di penjara, Midun mendapat berbagai siksaan dari para sipir penjara
dan para tahanan lainnya. Para tahanan tidak lagi berani mengganggunya ketika
suatu hari Midun mengalahkan tahanan yang dianggap jagonya.
Suatu hari, ketika Midun sedang menyapu jalan. Dia melihat seorang gadis
cantik sedang duduk melamun di bawah pohon kenari. Setelah gadis itu pergi,
ternyata kalung yang dikenakan si gadis jatuh di bawah pohon. Midun
mengembalikan kalung itu ke rumah si gadis. Gadis itu bernama Halimah. Setelah
pertemuan itu, mereka sering bertemu. Mereka saling cerita pengalaman hidup.
Halimah bercerita dia tinggal bersama ayah tiri. Dia merasa tidak bebas dan
hendak pergi dari rumah. Dia berharap agar tinggal bersama ayah kandungnya lagi
di Bogor. Setelah keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah ke Bogor.
Usahanya itu dibantu Pak Karto, seorang sipir penjara yang baik hati. Akhirnya,
Mereka pun saling jatuh cinta.
Hampir dua bulan Midun tinggal bersama keluarga Halimah di Bogor. Ayah
kandung Halimah bersikap baik terhadapnya. Midun pun merasa tidak enak jika
hanya tinggal makan dan minum saja. Kemudian, Ia pergi ke Jakarta untuk
mencari pekerjaan. Dalam perjalanan, Midun berkenalan dengan saudagar kaya
yang bernama Syekh Abdullah Al- Hadramut. yang berprofesi sebagai rentenir.
Tanpa pikir panjang, Midun pun mau menerima uang pinjaman Syekh.
Kemajuan, usaha dagang Midun yang pesat membuat Syekh iri hati. Dia
menagih hutang Midun dengan bunga yang tinggi sekali. Tentu Midun tidak
bersedia membayarnya. Rupanya Syekh menagih dengan cara lain. Dia bersedia
melunasi hutang Midun dengan syarat Midun menyerahkan Halimah untuk
dijadikan istrinya. Tawaran Syekh membuat Midun marah besar. Karena gagal
lagi, Syekh mengajukan Midun ke meja hijau. Akhirnya, Midun diadili dengan
tuntutan hutang. Dalam persidangan Midun dinyatakan bersalah. Midun pun
kembali masuk penjara.
Tepat di hari Midun bebas, Midun jalan-jalan ke pasar. Di pasar, ia melihat
ada keributan. Ada seorang pribumi mengamuk menyerang seorang Sinyo
Belanda. Tanpa pikir panjang Midun langsung menolong Sinyo Belanda itu. Sinyo
Belanda itu sangat berterima kasih pada nya.Oleh Sinyo Belanda, Midun
piperkenalkan kepada orang tuanya. Ternyata orang tua Sinyo Belanda adalah
seorang Kepala Komisaris yang bernama Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan
terima kasih karena telah menolong anaknya, Midun pun diberi pekerjaan sebagai
juru tulis.