Resensi Novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer
“Keganasan di Kehidupan Jalanan”
Yahya Muhidin Identitas Buku: Judul Novel: Midah Simanis Bergigi Emas. Pengarang: Pramoedya Ananta Toer. Penerbit: Lentera Dipantara. Harga Buku: Rp 50.000,00. Jumlah halaman: 134 hlm. Pramoedya dilahirkan di Blora pada tahun 1925. nikmati karena menurut dia orang jalanan itu bebas Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya dan tidak terikat dengan apa pun yang membuatnya seorang penjual nasi. Novel ini ditulis oleh sengsara. Midah menjalani hari-harinya dengan Pramoedya Ananta Toer pada tahun 50-an dengan berat tetapi dia begitu sabar menghadapi keganasan latar seting tempat di Jakarta. Pramoedya Ananta laki-laki gerombolannya yang sedang birahi namun Toer menjadikan perempuan dalam novel ini sebagai tidak sampai di setubuhi. Sampai pada suatu hari dia tokoh utama. Nama dia Midah. Wajahnya bulat. melahirkan anaknya di satu rumah sakit. Anaknya Dengan kulitnya kuning langsat. Senyumnya sangat begitu dia sayangi dan cintai. Sampai pada suatu manis. Cantik, merdu suaranya, dan hatinya sekuat ketika dia diusir dari rombongan keroncongnya baja. karena anaknya dikatai haram oleh salah satu anggota rombongan tersebut. Sampai pada suatu Midah lahir di dalam keluarga yang sangat taat waktu Midah bertemu dengan polisi dikenalnya. agama. Hadji Abdul nama bapaknya. Bapaknya Polisi itu membantu Midah. Namun dibalik semua sangatlah terpandang karena ia adalah seorang kebaikan itu ada maksud yang tersembunyi. Midah Hadji. Midah sangatlah dimanja oleh bapaknya. hampir setiap bertemu dengan polisi tersebut dia Karena ia saat itu adik-adiknya belum lahir. harus melayani birahinya. Midah tidak kuat dan Semuanya berubah ketika Midah mempunyai adik. akhirnya pulang ke rumah orang tuanya dan dia Midah sudah tidak lagi diperhatikan oleh bapak dan tinggal beberapa bulan dan dia sedang mengandung emanya. Perhatian bapak dan emanya hanya tertuju buah dari polisi itu. Akhirnya Midah pergi pada adik-adiknya. Midah mudah bosan dirumahnya meninggalkan rumah orang tuanya dia menganggap karena ia tak lagi diperhatikan. Ia sekarang lebih dirinya hanya membawa dosa kepada orang tuanya keluar rumah dan mencari hiburan. Dia sering dan orang tuanya akan menerima cibiran dari para pulang sore bahkan malam hari. Ema dan bapaknya tetangganya. Nama Midah Simanis Bergigi Emas bahkan tidak marah karena Midah pulang terlambat semakin melonjak. Midah yang taat dan yang manis dan tidak sama sekali bertanya padanya. Bertambah sebagai wanita sudah lenyap. banyaknya adik gadis Midah, bertambah jauh dan dihiraukannya oleh kedua orang tuanya. Sampai Novel ini dibumbui dengan gaya bahasa yang pada suatu waktu Midah dilamar oleh Hadji Terbus menarik. Banyak majas yang terdapat dalam novel dari Cibatok tempat masa kecil bapaknya. Akhirnya ini. Cara Pramoedya menyampaikan cinta, rasa ia menikah dengan Hadji Terbus dan setelah tiga senang, kekecewaan, dan kemarahan melalui kata- bulan Midah baru mengetahui bahwa Hadji Terbus kata sangat puitis. Novel ini masih ada ejaan yang bukan Bujang, dia memiliki banyak istri yang kurang sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia tersebar di seluruh daerah Cibatok. Pada saat itu Midah sedang hamil tiga bulan. Ia tak lagi sanggup Novel menyajikan permasalahan sehari-hari novel menanggung semua masalah yang ada dan akhirnya ini sarat dengan amanat bahwa kita menghadapi Midah kabur ke Jakarta. Midah berlindung di rumah permasalahan kehidupan ini dan mengatasinya pembantu yang pernah melindunginya dari pukulan bukan malah terpuruk. Jika kita mau berusaha maka dibapaknya. Pembantu Midah menyuruh dia untuk tuhan akan memberikan jalan. kembali ke rumah bapaknya. Namun Midah tidak mau karena dia takut akan kemurkaan bapaknya. Akhirnya Midah memutuskan untuk hidup di jalanan dengan cara mengamen. Ia bergabung dengan kelompok keroncong pada awalnya ia tidak diterima oleh salah anggota gerombolan tersebut karena dia sedanng hamil. Kehidupan di jalanan begitu dia