Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FRIDAR LISTINI SANTI GEA

KELAS : X_BUDI LUHUR

RESENSI

JudulBuku : sengsara membawa nikmat

Penulis : Toelis soetan sati

Penerbit : PT balai pustaka

Jumlah halaman : 192

Sinopsis
Kisah ini pada intinya bertemakan cinta yang dibalut intrik-intrik. Tokoh utama novel
Sengsara membawa Nikmat ini adalah seorang pemuda berdarah Minang bernama
Midun. Ia seorang yang santun, berperangai baik, taat agama, pandai ilmu silat dan
rendah hati. Karena sederet kebaikan inilah sehingga Midun sangat disukai warga
sekampungnya. Hal ini mengusik rasa iri hati serta dengki pemuda lainnya bernama
Kacak. Kacak sendiri digambarkan sebagai seorang yang congkak, sombong dan angkuh.
Ia merupakan keponakan orang terpandang di Padang. Ia sangat iri pada Midun karena ia
menganggap Midun tak pantas disayangi banyak orang sebab ia hanya anak seorang
petani miskin.

Secara umum, kisah ini bercerita mengenai suka duka Midun yang menghadapi banyak
cobaan sebelum hidup bahagia bersama isteri dan keluarganya. Salah satu cobaan
terbesar Midun adalah rasa dengki dari Kacak. Ia sering dicurangi dan difitnah oleh
Kacak. Pernah isteri Kacak terseret arus sungai, karena Midun berada di tempat yang
sama, ia langsung menolong dan menyelamatkan isteri Kacak. Namun, bukannya
berterimakasih, Kacak malah memfitnah Midun hendak memperkosa isterinya. Kacak
melaporkan hal tersebut pada pimpinan desa dan mereka mempercayai fitnah tersebut.
Dan sebagai akibatnya, Midun dihukum untuk melakukan pekerjaan tanpa digaji. Ia
melakukan hukuman tersebut di bawah pengawasan Kacak.

Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat Midun masih berkeliaran di
desa mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun.
Usaha tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun sehingga pada
akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara Midun menjadi seorang yang
disegani sebab ia memiliki hati yang baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam
menjalani masa tahanannya, Midun suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak
sengaja ia melihat seorang gadis cantik yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu
pergi, Midun bermaksud menyapu di tempat gadis tersebut. Ia kaget dan mendapati
sebuah kalung yang tercecer milik gadis tersebut. Akhirnya setelah mengembalikan
kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang ternyata bernama Halimah
tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa tidak bahagia dan
berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani masa
hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di Bogor.Singkat cerita, Midun
akhirnya keluar dari penjara dan membawa Halimah lari ke Bogormencari ayahnya.
Setelah menemukan ayah Halimah, Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan.
Dia merasa tak enak dan kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari
pekerjaan. Saat di Batavia, Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia
meminjam uang pada rentenir dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir
menjadi iri dan memfitnah Midun. Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah
bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja menolong seorang sinyo
Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut ternyata anak seorang pejabat
terkenal. Sebagai rasa terimakasih, Midun diberi pekerjaan dan akhirnya ia ke Bogor
menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karir Midun menanjak dan dipercaya
memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang adik
bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya sangat menyedihkan.
Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar ditugaskan di kampung halamannya.
Ia akhirnya kembali ke sana dan bertemu dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat
menyesali perbuatannya dulu pada Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di
kampung halamannya.

KEKURANGAN

Novel ini merupakan sastra melayu degan bahasa kuno sehingga sulit
kamipahami.Kalimat terlalu dilebih-lebihkan seperti majas dalam puisi.Banyak kalimat
yang tak sesuai EYD dan kata-kata tak lazim digunakan.Spasi antar paragraf pun terlalu
kecil membuat kami sedikit pusing olehnya.Dari segi fisik, cover novel tak memikat
perhatian, tata letak kurang rapi dan jilidnya yang mudah lepas sehingga harus berhati-
hati saat membuka lembaran baru.Kertas yang digunakan memang tak terlalu tipis,
namun kurang tebal.Untuk alur memang biasa dengan cerita kehidupan sehari-hari, maka
alur cerita pun bisa ditebak.

KELEBIHAN

Novel ini merangkum cerita dengan suasana adat yang membuka mata pembaca untuk
melihat kehidupan Minangkabau. Cerita yang disajikan tidak bersifat imajinatif dan detail
disertai dengan beberapa gambar hitam-putih. Alur dari bab ke bab selalu konsisten maka
kita pun dapat menangkap lebih cepat.

KESIMPULAN

Melalui itu semua, kita belajar cara menjadi dewasa, kita belajar menjadi kuat dan berani
mengambil sikap. Tanpa pengalaman ini, kita hanya bisa melihat dunia dengan satu sudut
pandang saja. Oleh karena itu, apabila kamu sedang mengalami patah hati, kecewa, dan
sedih tiada tara.

Jangan menyerah, itu adalah cara kita untuk menjadi dewasa. Tidak perlu
menyalahkan dunia atas apa yang menimpa, tapi terima saja. Dengan begitu perasaan
akan jauh lebih tenang dan hidup lebih ringan.

Anda mungkin juga menyukai