Anda di halaman 1dari 7

R E S U M E

Judul Novel : Azab Dan Sengsara


Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : Tahun 2000

Novel ini mengisahkan persahabatan yang dibina sejak kecil antara Mariamin dan
Aminudin .Mereka hidup dan dibesarkan dengan latar belakang yang berbeda. Amunudin berasal
dari keluarga bangsawan, kaya raya, juga ayahnya seorang kepala kampung sehingga disegani
bawahannya karena sifat-sifatnya, dan rajin bekerja, sedangkan Mariyamin berasal dari keluarga
miskin juga ayahnya memiliki sifat dan tinggkah laku kurang disukai orang di sekitarnya yakni suka
berjudi,pemarah, mau menang sendiri serta berkata-kata kasar hingga akhir hayatnya. Hubungan
persahabatan antara Aminudin dan Mariamin berlanjut hingga Aminudin jatuh cinta pada
Mariamin.Ibu Mariamin sangat menyetujui hubungan mereka karena Aminudin berasal dari orang
terhormat.
Hubungan mereka sudah semakin bersemi,hingga suatu hari Mariamin tergelincir dari
sebuah jembatan yang terbuat dari bambu dan mengakibatkan Mariamin jatuh ke sungai. Dengan
sigap Aminudin terjun ke sungai untuk menyelamatkan jiwa Mariamin. Mariamin terselamatkan.
Akan tetapi hubungan cinta mereka tidak mendapat restu dari ayah Aminudin karena Mariamin
berasal dari keluarga miskin dan bukan dari keluarga bangsawan. Sikap ayahnya membuat kecewa
Aminudin,suatu ketika ia pergi meninggalkan sipirok dan pergi ke Deli ( Medan ) untuk mencari
pekerjaan setelah sebelumnya mereka sudah berjanji untuk menikah setelah Aminudin sudah
mempunyai gaji dan mampu menghidupi calon isterinya. Sepeninggal Aminudin, Mariamin sering
mengirim dan membalas surat dengan Aminudin. Ia sering memberitahu Aminudin setiap kali ada
yang datang melamarnya, dan selalu ditolaknya demi cintanya sama Aminudin.
Setelah Aminudin mendapat pekerjaan di Medan ia memberitahu Mariamin untuk segera
menikah dan meraka akan hidup bersama sebagai suami isteri di Medan tempat Aminudin bekerja.
Hal itu langsung diberitahu Mariamin kepada orang tuanya dan mereka sangat menyetujui rencana
anak-anaknya, namun orang tuanya Aminudin tidak merestuinya. Oleh karena itu sepakatlah
mereka pergi ke dukun untuk menanyakan untung dan rezekinya Aminudin kelak apabila ia menikah
dengan Mariamin. Akan tetapi dukun tersebut menyatakan bahwa pernikahan mereka akan
berakibat buruk pada suaminya. Alangkah sedih hati ibunya Aminudin, tetapi Baginda ( ayah )
Aminudin justru sebaliknya,ia segera pergi menjemput seorang putri cantik anak kepala kampung
lain yang kaya dan tidak kala cantiknya dengan Mariamin,tanpa sepengetahuan Aminudin ia
langsung membawa calon menantu pilihannya itu ke Medan yang hendak dijodohkan dengan
Aminudin. Aminudin sangat kecewa setelah mengetahui bahwa gadis yang di bawanya itu bukan
Mariamin yang sudah menjadi pujaan hatinya.Ia tidak mampu menolak keinginan ayahnya dan adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Aminudin mengirim surat pada Mariamin tentang perkawinannya yang tidak berdasarkan
cinta dan hanya berdasarkan kemauan ayahnya.Ia menyampaikan keinginan ayahnya, juga
memohon maaf serta meminta Mariamin agar bersikap sabar,tabah dalam menghadapi dan
menerima cobaan ini. Mariamin jatuh sakit karena cintanya kepada Aminudin terhalang karena tidak
direstuinya hubungan meraka hanya karena Mariamin berlatar belakang keluarga miskin dan bukan
berasal dari keluarga bangsawan. Ditengah kekecewaannya Mariamin dilamar oleh seseorang yang
tidak dikenalnya,kemudian dia baru saja menceraikan isterinya hanya karena ingin menikahi
Mariamin. Setelah menika ia tinggal di Medan bersama suaminya,akan tetapi diam-diam suaminya
( Kasibun ) menderita suatu penyakit yang sangat akut sehingga membuat Mariamin tidak
memberanikan diri untuk melayani suaminya sebelum ia berobat dahulu ke dokter karena Mariamin
takut tertular.
Suatu hari Baginda ( ayah ) Aminudin datang ke rumah Mariamin untuk meminta maaf dan
menyesali perbuatannya setelah melihat sifat-sifat yang baik. Kemudian datanglah Aminudin
mengunjungi Mariamin di rumahnya. Pertemuan itu membuat Mariamin pingsan sehingga
menimbulkan kecurigaan dan rasa cemburu yang besar di hati Kasibun suaminya. Kecemburuan itu
terus menghantui Kasibun hingga akhirnya ia menyiksa Mariamin tanpa rasa kasihan terhadap
isterinya. Akibat siksaan itu Mariamin merasa tidak tahan hidup bersama suaminya, sehingga
akhinya ia melaporkan perbuatan suaminya itu ke polisi. Kasibun kalah perkara, dia membayar
denda sebesar dua puluh lima rupiah, dan mengaku bersalah sehingga dia merelakan bercerai
dengan Mariamin isterinya. Mariamin sangat sedih dan memutuskan untuk pulang ke rumah ibunya
di Sipirok dengan tubuh yang amat kurus,sakit-sakitan sehingga ia meninggal dunia dengan amat
sengsara.

Penulis resume

Dra. Heriati Tuloli


NIP. 19640216 1990032006
R E S U M E
Judul Novel : Siti Nurbaya
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pusta
Tahun Terbit : Tahun 2000

Kisah ini berawal dari Siti Nurbaya ditinggal ibunya meninggal dunia ketia ia masih kanak-
kanak, saat itulah titik awal penderitaannya. Ia tinggal bersama Baginda Sulaiman ayah yang dia
sangat sayangi. Ia hidup sejak kecil hinggga dewasa sangat mengerti tentang cinta. Ayahnya
seorang pedagang terkemuka di kota Padang,ia mengembangkan usahanya dengan uang pinjaman
dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Pada awalnya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat lemajuan pesat,hal itu tidak
dikehendaki oleh Datuk Maringgih seorang rentenir itu.Kemajuan Baginda Sulaiman membuat Datuk
Maringgih resah. Ia melampiaskan keresahannya dengan menyuruh kaki tangannya membakar
semua kios milik Baginda Sulaiman.Atas perbuatan Datuk Maringgih itu maka hancurlah usaha
Baginda Sulaiman, dan ia jatuh miskin. Baginda Sulaiman jatuh sakit dan tidak mampu lagi
membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Inilah saat yang ditunggu-tunggu Datuk
Maringgih, karena ingin mengusai harta terutama anaknya Siti Nurbaya. Datuk Maringga mendesak
Baginda Sulaiaman yang tidak berdaya itu agar segera melunasi semua hutang-hutangnya. Hutang-
hutang itu dianggap lunas jika Baginda Sulaiman menyerahkan putrinya Siti
Nurbaya kepada Datuk Maringgi
Menghadapi kenyataan itu Baginda Sulaiman yang tidak mampu lagi membayar hutang-
hutangnya tidak bisa berbuat apa-apa dan menyerahkan sepenuhnya pada anaknya Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya menangis mengahadpi kenyataan yang menimpah keluarganya,ia sedih harus menikah
dengan Datuk Maringgi yang tua Bangka dan berkulit kasar itu. Lebih sedih lagi ketika ia teringat
pada Samsul Bahri kekasihnya yang sementara sekolah di Stovia Jakarta. Sungguh berat memang
namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan dirinya untuk
menikah dengan Datuk Maringgi. Hal itu diketahui Samsul Bahri setelah Siti Nurbaya mengirim surat
padanya dan menceriterakan nasib yang menimpa keluarganya. Suatu hari saat liburan Samsul
bahri kembali ke Padang karena ingin menemui Siti Nurbaya secara empat mata karena saat itun ia
telah menjadi isteri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgi sehingga
terjadilah keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar sang ayah yang sedang terbaring sakit keras.
Baginda Sulaiman berusaha bangkit dan jatuhn tersungkur dan akhirnya menghembuskan napas
terakhir.
Mendengar peristiwa itu ayah Samsul Bahri yaitu Sultan Mahmud yang bertugas sebagai
penghulu di kota padang malu atas perbuatan anaknya, sehingga Samsul Bahri memutuskan
kembali ke Jakarta untuk kembali lagi kepada keluarganya di Padang, Datuk Maringgih tidak tinggal
diam karena Siti Nurbaya telah diusirnya..Kepergian samsul Bahri karena diusir orang tunya
terdengar oleh Siti Nurbaya sehingga ia memutuskan untuk pergi menyusul Samsul bahri ke Jakarta,
tetapi niatnya itu diketahui kaki tangan Datuk Maringgih. Dengan berbagai siasat, cara serta
perantara polisi Siri Nurbaya dibawa kembali ke rumahnya Datuk Maringgih, tak lama kemudian ia
meninggal dunia karena memakan lemang yang beracun diberikan kaki tangannya datuk maringgih.
Kematian Siti Nurbaya terdengar oleh Samsul Bahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba
bunuh diri,akan tetapi percobaab bunh diri itu gagal, sejak saat itulah Samsul Bahri tidak
melanjutkan sekolahnya tetapi ia masuk sekolah militer.
Sepuluh tahun kemudian Samsul Bahri menjdi seorang yang berpangkat Letnan dikirim
untuk melakukan pengamanan di kota Padang, karena kota itu sering terjadi huru-hara dan tindak
kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih. Ketika bertemu Datuk Maringgih di suatu keributan tanpa
berpikir panjang Samsul bahri langsung menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun
sebelum menghembuskan napas terakhir ia masih sempat membacok kepalanya Samsul Bahri
dengan parangnya. Samsul Bahri segera dilarikan ke rumah sakit dan dalam keadaan kritis. Pada
saat-saat kritis menjelang ajalnya ia meminta ingin dipertemukan dengan ayahnya,tetapi sebelum
ayahnya tiba ia menghembuskan napas terakhir dengan wajah berseri-seri serta dengan senyum
manisnya.

Penulis resume

Dra. Heriati Tuloli


NIP 19640216 199003200
R E S U M E

Judul Buku : Di Bawah Lindungan Ka’bah


Pengarang : Hamkah
Tahun Terbit : 2011
Penerbit : PT. Bulan Bintang
Tempat Terbit : Jakarta

Cerita ini mengisahkan seorang pemuda tampan dan yatim yang miskin bernama Hamid,
dia diangkat oleh keluarga Haji Jafar dan isterinya,Aisah.Perlakuan mereka terhadap pemuda itu
sangat baik, dan sudah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Mereka sangat menyayanginya
disebabkan Hamid anak yang rajin,sopan, berbudi luhur, dan taat beragama. Mereka
menyekolahkan Hamis di sekolah rendah bersama-sama anaknya Zaenap. Hamid telah
menganggap Zaenap adalah adik kandungnya sendiri,Ia sangat menyayangi,melindunginya,
demikian juga Zaenap iapun menganggap Hamid sebagai kakak kandungnya.Ia banyak
menggunakan waktunya untuk bersama-sama dengan Hamid, keduanya sering pergi dan bermain
bersama. Ketika mereka beranjak remaja dalam hati mereka mulai tumbuh perasaan lain,suatu
perasaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.Hamid merasa bahwa perasaan saying
terhadap Zaenab bukan lagi perasaan saying kakak kepada adiknya,demikian pula halnya dengan
Zaeanb
Setelah tamat dari sekolah rendah Hamid melanjutkan sekolah ke Padang
panjang,sedangkan Zaeanb tidak melanjutkan sekolahnya. Pada masa tersebut wanita yang telah
menamatkan sekolah rendah tidak boleh meneruskan sekolahnya.Mereka dipingit oleh orang tuanya
dan kemudian dinikahkan dengan pilihan orang tuanya. Demikian dengan Zaenab iapun dipingit oleh
orang tuanya, maka dengan berat hati Hamid meninggalkan gadis itu. Selama di Padang Panjang
Hamid semmakin menyadari perasaan cintanya terhadap Zaenab. Perasaan rindu hendak bertemu
dengan gadis itu semakin haru semakin menyiksa dirinya. Ia ingin selalu ada didekatnya,namun ia
tidak beranu mengutarakan perasaan hatinya. Ia me nyadari adanya jurang pemisah yang sangat
dalam di antara mereka.Zaenab berasal dari keluarga berada dan terpandang, sedangkan ia hanya
berasal dari keluarga miskin. Itulah sebabnya rasa cinta yang bergelora terhadap Zaenab hanya
dipendam. Hamid harus benar-benar menguburkan rasa cintanya terhadap Zaenab, ketika haji
Djafar ayah Zaenab sekaligus ayah angkatnya meninggal dunia, dan tidak lama kemudian ibunya
pun meninggal dunia. Betapa pilu hatinya ditinggal oleh kedua orang tuanya yang sangat ia cintai,
kini ia merasa hidup sebatang kara.Ia merasa tidak lebih seperti pemuda yatim piatu yang miskin.
Sejak kematian ayah angkatnya Hamid tidak dapat menemui Zaenab lagi karena gadis itu telah
dipingit ketat oleh mamanya.
Hati Hamid semakin hancur ketika ia mengetahui bahwa mamaknya Asiah akan
menjodohkan Zaenab dengan seorang pemuda yang memiliki hubungan kekerabatan dengan
almarhum ayah angkatnya.Bahkan Mak Asiah menyuruh Hamid untuk membujuk Zaenab agar gadis
itu menerima pemuda pilihan ibunya sebagai calon suaminya.Betapa hancur perasaan Hamid
menerima kenyataan itu. Cinta kasihnya kepada gadis pujuaan hatinya tidak akan tercapai. Dengan
berat hati Hamid menuruti kehendak mak Asiah. Ia menemui Zaenab dan dan membujuk gadis itu
agar menerima pemuda pilihan mamaknya. Menerima kenyataan tersebut hati Zaenab menjadi
sangat sedih,dalam hatunya ia ingin menolak kehendak mamaknya, namun ia tidak mampu untuk
melakukannya. Maka dengan sangat terpaksa ia menerima pemuda pilihan mamaknya. Setelah
kejadian itu hamid telah memutuskan untuk pergi meninggalkan kampong halamannya,ia tidak
sanggup menahan dan menanggung beban yang begitu berat, itulah sebabnya dia pergi
meninggalkan Zaenab dan kembali ke Medan. Sesampainya di Medan ia menulis surat yang
ditujukan pada Zaenab,dalam suratnya ia mencurahkan isi hatinya kepada gadis itu. Dari Medan ia
melanjutkan perjalanan menuju Singapura kemudian dia pergi menuju ke tanah suci mekah. Betapa
sedih dan hancurnya hati Zaenab ketika ia menerima surat dari Hamid. Gadis itu merasa tersiksa
karena iapun mencintai Hamid. Ia sangat merindukan pemuda itu, namun is harus melupakan
cintanya itu karena mamaknya telah menjodohkan dirinya dengan pemuda lainnya. Karena selalu
dirundung kesedihan Zaenab menjadi sering sakit- sakitan dan ia kehilangan semangat hidupnya,
sementara itu Hamid pun selalu dirudung kegelisahan karena menahan beban rindunya pada
Zaenab. Untuk menghapus kerinduannya dia bekerja pada sebuah penginapan milik syekh. Sambil
bekerja dia terus memperdalam ilmu agama islam dengan tekun.
Setelah setahun di Mekah ia bertemu dengan Saleh seorang teman kampungnya yang akan
melaksanakan ibadah haji. Ketika itu Saleh menjadi tamu di penginapan tempat ia bekerja. Isteri
saleh Rosna adalah teman dengan Zaenab sehingga Hamid bisa mendengar kabar tentang
Zaenab. Dari penuturan Saleh dia mengetahui bahwa Zaenab pun mencintai dirinya, artinya dia
tidak bertepuk sebelah tangan, selain itu Zaenab akan menjadi miliknya karena gadis itu tidak jadi
menikah dengan pemuda pilihan ibunya karena suatu alasan. Stelah mengetahui kenyataan yang
menggembirakan itu Hamid memutuskan untuk kembali ke kampong halamannya setelah ia
menunaikan ibadah haji. Setelah itu Saleh mengirimkan surat kepada isterinya yang isinya
mengabarkan pertemuan dengan hamid bahwa Hamid masih menantikan Zaenab,dan iapun masih
memberitahukan bahwa Hamid akan pulang ke kampung halamannya setelah mereka menunaikan
ibadah haji. Rosna memberikan surat kepada Zaenab, ketika membaca surat itu betapa gembiranya
hati Zaenab, ia tak pernak menyangkah bahwa akan bertemu kembali dengan kekasih hatinya. Ia
merasa tak sabar lagi menanti kedatangan kekasih hatinya. Segala kenangan indah bersama
pemuda itu kembali menari-menari dalam pikirannya. Semua perasaan itu ia ungkapkan melalui
surat kepada Hamid. Hamid menerima surat zaenab dengan suka cita. Semangatnya untuk segera
kembali ke kampunh semakin menggebu-gebu. Dia sangat merindukan kekasihnya. Itulah sebabnya
ia memaksakan dirinya untuk menunaikan ibadah haji sekalipun ia dalam keadaan sakit. Dia
menjalankan setiap tahap yang wajib dilaksanakan untuk kesucian dan kemurnian ibadah haji
dengan penuh semangat. Dalam keadaan sakit parah ia tetap melakanakan wukuf, namun sepulang
melakukan wukuf di Padang Arafah kondisi tubuhnya semakin melemah.
Pada saat yang sama Saleh mendapat kabar buruk dari isterinya bahwa Zaenab meninggal
dunia. Ia tidak memberitahu Hamid karena keadaan pemuda sangat sakit parah, namun Hamid
mendesaknya untuk menceriterakan isi surat itu. Hati hamid sangat terpukul mendengar kenyataan
itu,namun karena keimanannya kuat, ia mampu menerima kenyataan pahit itu dan menyerahkan
senuhnya dirinya kepada Allah SWT. Keesok harinya dia tetap memaksakan dirinya untuk berangkat
ke Mina, namun dalam perjalanannya dia jatuh sehingga Saleh mengupah orang baduy untuk
memapaknya. Setelah acara di Mina selesai keduanya berangkat menuju Masjidil haram. Ketika
mereka selesai mengelilingi ka,bah Hamid minta diberhentikan di Kiswah, sambil memegang kiswah
itu ia mengucapkan Ya Rabby, Ya Tuhanku yang Maha Pengasih dan Penyayang. Beberapa kaali
suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti selama-lamanya. Hamid menghembuskan napas
tepat di depan ka’bah, rumah Allah dan ia menuju ke sana.
Amin … Amin Ya Rabbal Alamin

Penulis Resume

Dra. Heriati Tuloli


NIP. 19640216 1990032006

Anda mungkin juga menyukai