Anda di halaman 1dari 2

Penokohan yang Sempurna dan Akhir yang Belum Selesai

Oleh: Mukhamad Fajar Amiludin


Bahrudin pernah menjadi pemenang harapan Lomba Cerpen Pos Kota Minggu,
tahun 1968; pemenang hiburan Penulisan Kritik Film Max Havelar, tahun 1987;
memperoleh penghargaan Yayasan Buku Utama Depdikbud untuk buku Juara Egrang,
tahun 1989. Karyanya Sehangat Pelukan Mama dan Sahabat Kami Tercinta telah
ditayangkan sebagai sinetron anak di TVRI. Dan salah satu karya terbaiknya adalah
Duka-duka Dika.
Dalan novel Duka-duka Dika Bahrudin Supardi berhasil menggambarkan tokohokoh dengan sngat baik. Tokoh-tokohnya tidak digambarkan secara berlebihan. Bahkan
dalam tokoh protagnis masih banyak erdapat sifat antagonis.Seperti cuplikan novel
berikut. Dada Dika berdebar hebat. Kaos tipis yang dikenakan Tyas basah dan melekat di
tubuhnya, membuatmata Dika tak berkedip. Dika digambarkan sebagai seorang lelaki
biasa yang mudah tergoda dengan keindahan tubuh wanita. Tidak seperti novel Ayat-ayat
cinta yang tokoh utama pria digambarkan denga sangat sempurana tanpa kekurangan dan
bahkan sepertiya tidak adaorang yang seperi itu di zaman ini.
Keberanian Bahrudin Supardi meggambarkan sisi buruk protagonis juga dapat
dilihat dari penggalan novel berikut. Dika segera bangkit menerjang Cepi yag masih
berdiri dengan sombognya.Cepi terjengkang ketika kepala Dika membentur perutnya.
Dika segera menindih tubuh Cepi. Sambil duduk di atas tubuh Cepi, Dika memukul
wajah preman berambut gondrong itu.
Tokoh protagonist lain yag memiliki prilaku amoral adalah Tyas. Tyas adalah
pecadu morfin. Lama-lama saya ketagihan. Dosis pun bertambah. Ray mulai minta uang
untuk membeli morfin tu.
Penggambaran tokoh yang sempurna tidak dibarengi dengan konfik yang
kompleks dan memacing emosi. Konfik yang terjadi adalah antara Dika dan ayahnya
yangidak peduli pada keluarganya. Ayah Dika lebih mencintai Janda di sebelah rumahya
daripada istrinya sendiri yang sakit-sakitan. Setelah keluar dari penjara Bapak
menganggur. Dia tidak mau bekerja. Sudah sangat lamaBapak menjalin hubngan dengan
Mpok Imah yang janda itu. Dua hari setelah kematian Ibu, Bapak menikah dengan Mpok
Imah.
Konflik juga terjadi antara Dika denagan Ray, orang yang mengenalkan morfin
kepada Tyas. Dika geramsekalidiperlakukan begiu. Dengn sangat tiba-tiba dia meraih
magkuk besar berisi koktil di dekatnya diangkatnya mangkuk itu dan isinya diguyurkan
ke kepala Ray. Kini teman-teman Ray-lah yang berhasil menguasai Dka. Pukulanpukulan merekam mendarat dengan telakdi wajah, dada, perut dan punggung Dika.
Seperti kebanyakan novel popular lainnya konfllik utama adalah kisah cinta
remaja. Dalam novel ini adalah kisah cinta Tyas yang harus memilih Mas Pras, seorang
perjaka tua insinyur lulusa Jerman yang sangat mencinta Tyas meski tahu bahwa Tyas
seorag morfinis. Atau Dika pemuda kelas bawah yang bekerja menjadi kenek. Sampai
kemudian hadir Mas Pras dalam kehidupan Tyas. Perjaka tua yang sangat mencintai Tyas.
Semula Tyas takut Mas Pras akan meninggalkan dirinya kalau tahu keadaaan yang
sebenarnya tapi ternyaa tidak. Dika adalah orang yang berikutnya siggah di hati Tyas.

Dika hadir dengan segala kesederhanaannya. Kalau Tyas sudah kenal lelaki sekren itu,
apalah artinya Dika. Tiba-tiba Dika mengenikan langkahnya. Dia mellihat kamar Tyas
dari kejauhan. Di sana ada kedua orang tua Tyas dan Mas Pras. Mas Pras! Tiba-tiba Dika
menjadi minder seelah mellihat lelaki itu. Dia memandang diriya. Ah, apalah yang bisa
diharapkan dari seorang seperti dirinya.
Juga seperti novel popular lainnya bahasa yang digunakan adalah bahasa
pergaulan sehari-hari sehingga pembaca tidak perlu mengerutkan dahi atau megulang
membaca beberapa paragraf. Tidak ada kalimat ambigu yang memberikan penafsiran
ganda. Semua kalangan mampu memahami maksud dari novel ini tapi nilai sastranya
menjadi berkurang.
Orangnya kayakapa, Mbak?
Orangnya ganteng.
Kayak saya gantengnya?
Nggak. Gantengan lagi. Ada tahi lalat di atas bibirnya sebelah kanan
Berdasarkan hasil analsis di atas, novel Duka-duka Dika karya Bahrudin Supardi
layakdibaca oleh kalangan remaja. Dengan megungkapkan sisi buruk dari tokoh
protagonis menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang bebas dari dosa pada zaman ini.
Mereka juga melaukan kesalaan sehingga dapat menjadi pelajaran bagi pembaca. Dengan
akhir yang belum selesai pembaca dapat mengembagkan imajinasinya. Mereka dapat
melanjutkan cerita menurut versi merka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai