Anda di halaman 1dari 13

Nama : Michael Herdjuno Dewantoro

Kelas : XI IPS 1
Tugas B.Indo Resensi Novel Angkatan Balai Pustaka
•Struktur Resensi

1. Judul Resensi : Neraka Dunia


2. Penulis : Nur Sutan Iskandar
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Edisi : Cetakan Pertama Tahun 1937
6. Bentuk Buku : Persegi panjang
7. Halaman Buku : VII + 166 Halaman
8. Cover Depan & Cover Belakang (Tidak ada) (Warna
merah, terdapat tulisan judul buku, pengarang, dan
penerbit)
9. Harga Buku : RP17.000
10. Analisis
a. Sinopsis
Novel yang berjudul Neraka Dunia oleh N.S Iskandar
menceritakan tentang pemuda yang bernama Ahmad
Salam yang berusaha meneruskan tokoh ayahnya
yang bernama Haji Munir. Ahmad Salam ialah seorang
pemuda yang tampan dan tingkah lakunya
menjadikan orang segan dan hormat akan dia.
Dagunya yang agak runcing, mulutnya yang dihiasi
dua baris gigi yang putih bagus serta dilingkari oleh
dua bibir yang tipis, yang membayangkan kekuatan
dan kemauan hatinya, tubuhnya yang tinggi agak
kurusdan bidang bahunya yang lebar, tangannya yang
kuat dan jarinya yang panjang-panjang lagi kukuh.
Ahmad Salam juga tipe orang yang tak mau diam
bersenang-senang, melainkan selalu hendak bekerja
dengan giat. Ia selalu mempunyai tekat yang kuat
tidak hanya angan-angan saja. Ahmad salam seorang
anak yang selalu dimanjakan baoaknya sejak kecil.
Barang apa saja yang diminta pasti dituruti Haji Munir
dan istrinya. Ahmad Salam mempunyai seorang adik
perempuan yang bernama Fatima.
Karena Haji Munir tidak termasuk oorang tua yang
kolot Dia menyekolahkan kedua anaknya ke sekolah
Belanda. Ahmad Salam terus ke sekolah P.H.S tetapi
Fatima hanya sampai Mulo kelas satu saja
dikarenakan otaknya agak kurang terang, sehingga ia
sering sekali tidak naik kelas di sekolah rendah. Sifat ia
dan adiknya sangat berlainan. Fatimah seorang gadis
yang pemalu, pendiam dan taat beribadah. Tetapi
Ahmad Salam seorang yang periang dan suka
keramaian. Dia juga sangat menyukai alat musik
seperti gitar, biola, dan nyanyian. Dia juga sangat suka
menonton, mula-mula hanya malam minggu saja
tetapi semakin hari semakin sering kalau tisak
menonton maka tisak senang hatinya, komedi
bangsawan lah tontonan yang paling ia sukai.
Ahmad Salam mempunyai cerita yang kelam di masa
mudanya ia memiliki kenangan yang kelam. Setiap
malam ia pergi keluar untuk mencari kesenangan
sesaat. Setahun lagi sekolahnya akan tamat dari
P.H.S, datanglah komidi bangsawan dari Medan.
Seorang perempuan anak komidi itu sangat cantik
wajahnya. Selama komidi itu bermain di kota Jakarta
setiap malam Ahmad Salam menonton. Akhirnya
dengan beberapa tipu daya ia pun dapat berkenalan
dengan Siti Delima, anak komidi yang cantik itu.
Ketika Dahlia demikian nama panggilan gadis itu
berangkat ke Bandung, dengan cara diam-diam
Ahmad Salam mengikutinya ke sana.
Di Surabaya komidi Dahlia meraih kesuksesan, anak
komidi membawa keuntungannya masing-masing dan
berakhir pula hubungannya dengan Dahlia. Habis
manis sepah dibuang peribahasa itulah yang cocok
untuk kisah Ahmad Salam. Karena minimnya
pengetahuan dan pengalamannya nya tentang
kehidupan di dunia yang kelut-melut ini, ia tak dapat
memenuhi kehendak perempuan dunia itu, pada
suatu malam ia pun ditinggalkan oleh Siti Delima
secara diam-diam. Ahmad Salam pun terkatung-
katung di Surabaya. Pertama ia masih bertekat untuk
menemukan Siti Delima yang tak setia itu. Segala
lorong kampung, rumah, dan tempat perempuan ia
jalani tetapi ia tetap tidak dapat menemukan Siti
Delima.
Makin lama Ahmad Salam semakin menderita,
pikirannya ruwet dan badannya pun semakin tidak
terurus. Kondidi ekonominya pun semakin surut, tak
ada lagi uang disakunya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Teman-temannya pun tak ada seorang pun
yang dapat dimintai pertolongan sehingga ia terpikir
untuk kembali ke Jakarta untuk meminta maaf kepada
ayah dan ibunya. Tetapi karena gengsi yang lebih
besar ia membuang jauh-jauh pikirannya itu. Dia pun
mencari pekerjaan, dan akhirnya dia mendapatkan
pekerjaan di kantor Koloniale Bank di willemskade
walapun gajinya kecil setidaknya Dia dapat memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Karena keadaan
ekonominya sudah semakin membaik ia pun tak
pernah berpikir untuk pulang kerumah, bahkan ia
tetap bermain-main dengan kemerlap dunia. Kembali
ia tergoda dengan rayuan-rayuan perempuan yang
berpakaian indah dihadapannya.
Dalam pergaulannya yang penuh gemerlap malam
bertemulah Ahmad Salam dengan seorang pemuda
yang bernama Aladin. Dengan pemuda yang bernama
Aladin inilah ia merasa cocok untuk mencari
kesenangan di Kota Surabaya tersebut. Tidak
mengherankan bila mereka berdua hafal benar
tempat “pelacuran” di kota Surabaya. Begitulah
Ahmad Saleh dan sahabatnya, Aladin menghabiskan
malam dengan penuh sukacita di lorong-lorong hitam
tersebut. Karena seringnya mereka berdua
berkecimpung dengan segala yang berbau dunia
malam mereka pun menderita penyakit raja singa
atau sifilis. Aladin yang dirawat di rumah sakit pun
akhirnya meninggal. Ia tak mampu melewati masa-
masa kritisnya. Sementara Ahmad Salam setelah
memeriksakan dirinya ke dukun akhirnya dinyatakan
sembuh dari penyakit yang berbahaya itu. Kembalilah
Dia ke Jakarta untuk meneruskan usaha ayahnya
sebagai pemilik toko “ Usaha Kita” .
Suatu malam atas jasa Rusli, Ahmad Salam bertemu
dengan Aisah. Karena kecantikan Aisah, ia sangat
terpikat dengan gadis yang membuat hatinya penuh
cinta dan kebahagiaan, tanpa memberitahukan
penyakit yang dideritanya, karena takut Aisah akan
menolaknya. Akhirnya ia pun dapat memikat hati
Aisah dan menikah dengan perempuan pujaan
hatinya itu. Beberapa bulan kemudian buah hati yang
diharapkannya akan segera hadir menemani Dia dan
dirinya. Sudah terbayang olehnya betapa senangnya
hatinya karena Dia akan segera menjadi seorang ayah.
Akhirnya buah hati yang selama ini ia tunggu-tunggu
pun akhirnya lahir. Anak yang dilahirkan istrinya pun
tidak begitu sehat , bayi tersebut bertubuh kecil serta
kering. Belum sebulan hidup di dunia nak itu pun
kembali menghadap kepada Sang Pencipta.
Sementara itu istrinya pun hilang kesadaran. Bencana
yang bertubi-tubi menghampiri hidupnya
membuatnya hampir gila. Aisah pun benci kepada
Ahmad Salam karena telah membohonginya dan
membuat hidupnya sengsara. Melihat keadaan
demikian banyak yang prihatin kepada Ahmad Salam.
Dokter dan perawat pun bekerja keras merawat
istrinya, akhirnya Aisah pun sembuh dari penyakitnya,
begitu pula dengan Ahmad Salam akhirnya sembuh
pula dari penyakitnya. Setelah itu, Ahmad Salam dan
istrinya memulai hidup baru yang lebih baik lagi dan
hidup dengan berbahagia.

b. Unsur intrinsik & ekstrinsik


•Unsur-Unsur Intrinsik
1) Tema
Tema dalam novel “Neraka Dunia” adalah tentang
kisah sedih seorang pemuda bernama Ahmad
Salam Bin Haji Munir, seorang pengusaha muda
yang sukses meneruskan toko Ayahnya dalam
menjual Perkakas Rumah. Di masa mudanya Ia
memiliki kenangan yang kelam. Kebebasan yang
orang tuanya berikan membuatnya hidup tidak
karuan, setiap malam ia pergi keluar untuk mencari
kesenangan sesaat. Hal itu sering ia lakukan, hingga
ia bertemu dengan Siti Delima, seorang anak
komidi bangsawan. Bersamanya ia pergi sampai ke
Surabaya. Namun disana ia ditinggalkan begitu saja
oleh Siti Delima. Lalu bertemu dengan Sulastri,
kejadian bersama Siti Delima kembali terulang,
Sulastri menghilang tanpa jejak.

2) Penokohan
Tokoh-tokoh dalam novel ini adalah;
a) Ahmad Salam : ramah, baik hati, tidak
sombong, pandai bergaul, tetapi mudah tertipu
oleh perempuan.
b) Fatimah : baik dan rajin beribadah.
c) Bang Ali : pekerja keras dan dapat dipercaya.
d) Anwar Siregar : baik hati dan tidak pelit.
e) Aladin : mudah ditipu oleh perempuan dan
agak acuh.
f) Aisah : Penyayang, sopan, baik hati,penyabar
dan setia
g) Rusli : Setia kawan
h) Haji Munir : Penyayang
i) Siti Delima : Tidak Setia

3) Alur
Dalam novel ini alur yang digunakan adalah alur
campuran, meskipun alur maju yang dominan,
namun flashback yang Nur Sutan terapkan sungguh
sangat memukau para pembaca. Beliau dapat
menggambarkan tokoh dengan begitu jelas. A.
Salam misalnya, tokoh utama dalam novel ini,
memiliki sifat gigih dalam bekerja, imannya masih
labil di usia muda, meskipun memiliki cinta yang
tulus namun sifatnya yang tertutup membuatnya
hidup menderita didunia. Sementara Aisah, sosok
wanita yang sempurna menurut saya, disamping
cantik dan sholehah, ia penyayang, perhatian,
penyabar dan kesetiannya begitu luar biasa pada
suaminya. (Idaman para lelaki, tentunya). Pantas
saja dalam cerita ini banyak Pria yang
mendambakannya.

4) Sudut pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang
ketiga sebagai pelaku utama.
“Ahmad Salam masa dahulu,demikian kepelesiran
dan penanggunan saudagar mudah
itu dalam waktu yang silam”

5) Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini
memang dominan bahasa melayu, itu wajar
terlebih karena cetakan pertamanya tahun 37’,
waktu dimana bahasa melayu masih menjadi
bahasa pengantar karya sastra Indonesia. Meskipun
dalam novel bertebal 166 halaman ini banyak
istilah Bahasa Belanda, namun itu tidak
mempengaruhi pengimajinasian pembaca. Karena
dibagian bawah buku ini dicantumkan arti dari
istilah tersebut.

6) Latar
a.) Tempat : Jalan Raya.
“ P.Waterman di antarkan oleh
Ahmad Salam sampai di tepi jalan raya.
Kemudian ia pun masuk ke dalam
toko kembali.”
b.)Waktu : Sabtu Malam Minggu.
“ Pada ketika itu petang sabtu
malam minggu, suatu malam yang amat
ramai di kota jakarta”.
c.) Suasana : Menegangkan.
” Coba katakan benar-
benar, Sah, bagaimana perasaanmu terhadap
kepadaku.”
7) Amanat
Dari kisah ini saya dapat mengambil amanat,
bahwa dalam hidup ini pasti selalu ada godaan
yang mengajak Kita pada lubang kehancuran,
karena itu panadai-pandailah Kita menghindari
godaan itu, jangan sampai orang-orang yang kita
cintai ikut menderita akibat langkah kita yang salah.
Keterbukaan menjadi kunci dalam hidup
berbahagia. jika tidak, rahasia yang Kita
sembunyikan akan nampak setelah sesuatu yang
buruk terjadi, setelah semua terlambat terungkap.
Serta janganlah kamu tergiur dengan gemerlapnya
dunia, karena dunia hanyalah sementara,Jangan
terlalu memanjakan anak-anak kita walaupun ia
adalah anak satu-satunya karena itu tidaklah baik
dan dapat merubah sifat anak menjadi sewenang-
wenang kepada orang lain.
•Unsur-Unsur Ekstrinsik
1) Latar Belakang Pengarang
Nur Sutan Iskandar ketika kecil bernama
Muhammad Nur setelah beristri ia di beri gelar
Sutan Iskandar sesuai dengan tempat
asalnya.Pengarang ini lahir di sungai batang
maninjau ,tanggal 3 november 1893 dan meninggal
di Jakarta tanggal 28 november 1975 dalam usia 82
tahun.Setelah mendapat didikan pada sekolah
melayu dan bahasa Belanda,ia diangkat menjadi
guru.Sering pula ia menulis untuk surat-surat kabar
di padang.Kemudian ia pinda bekerja pada balai
pustaka.Mula-mula sebangai kolektor,kemudian
berturut-turut diangkat menjadi redaktur dan
redaktur kepala.Tak kurang dari 82 judul buku di
terbitkan atas namanya.Karyanya yang mula-mula
di terbitkan berjudul Apa Dayaku Karnaku
Perempuan (1922).Kemudian terbit pula buku
lainnya; Cinta yang Membawa Maut (BP-
1926),Salah Pilih (BP-1928),HulungBalang Raja (BP-
1934)Neraka Dunia (BP-1938).Cobaan (BP-1946
sekarang di ganti judulnya Jadi Turun ke
Desa).Selain itu ia juga menulis bulu bacaan untuk
pelajar seperti cerita Tiga Ekor Kucing, pengalaman
Masa Kecil, Cinta Tanah Air, serta menterjemahkan
karya Alexsander Dumas :Tiga Orang Panglimah
Perang,Dua Puluh Tahun Kemudian,Graf deMont
Cristo ; karya Sinkiewiz Iman dan Pengasihan, dan
terakhir karya Tagore; Cinta dan Mata.

2) Nilai-Nilai yang Terkandung


a.) Nilai Agama : “ Ketika ia sampai ke
situ, dilihatnya Aisah sedang duduk di ruang tengah
membaca Quran perlahan-lahan. Ia masih
bertelekung, baru habis sembahyang magrib”
Dalam kutipan tersebut Aisah seorang gadis cantik
dan taat beribadah. Ia tidak pernah meninggalkan
sholat.

b.) Nilai Moral : “Ayah dan Ibu,” Sahut


A.Salam dengan hati terharu sebab suka cita tak
terperikan.”Terima kasih banyak-banyak akan
kemurahan hati serta kepercayaan Ayah dan Ibu
kepada Anakanda ini. Insya Allah Anakanda akan
berusaha sedapat-dapatnya, akan menyesuaikan
diri Anakanda dengan dia.” Dalam kutipan novel
tersebut menunjukkan bahwa Ahmad Salam yang
meminta izin kepada orang tuanya untuk menikahi
Aisah dan berjanji tidak akan mengecewakannya
lagi.
c.) Nilai Pendidikan : “Apalagi Haji Munir
masuk bilangan orang kaya, yang tidak kikir dan
tidak kuno.Kebalikannya, ia ada menurutkan jalan
atau masa. Sebab itu kedua anaknya itu pun
diserahkannya ke sekolah Belanda.” Dalam kutipan
tersebut menunjukkan bahwa walaupun
mempunyai harta yang melimpah, Haji Munir tetap
mementingkan pendidikan anak-anaknya.
d.) Nilai Sosial : “Dan anjurannya kepada
“Perhimpunan Studen supaya nasib perempuan
“lacur” diperhatikan dan harus dicantumkan dalam
“daftar kerja” bagian sosial perhimpunan itu, untuk
diperjuangkan, sangatlah dihargai oleh masyarakat,
mahasiswa dan kaum terpelajar seluruhnya.”
Dalam kutipan tersebut Ahmad Salam
menyumbangkan dana untuk kehidupan
perempuan malam agar terlepas dari pekerjaan
mereka yang haram.

Anda mungkin juga menyukai