Kelas : XI IPS 1
Tugas B.Indo Resensi Novel Angkatan Balai Pustaka
•Struktur Resensi
2) Penokohan
Tokoh-tokoh dalam novel ini adalah;
a) Ahmad Salam : ramah, baik hati, tidak
sombong, pandai bergaul, tetapi mudah tertipu
oleh perempuan.
b) Fatimah : baik dan rajin beribadah.
c) Bang Ali : pekerja keras dan dapat dipercaya.
d) Anwar Siregar : baik hati dan tidak pelit.
e) Aladin : mudah ditipu oleh perempuan dan
agak acuh.
f) Aisah : Penyayang, sopan, baik hati,penyabar
dan setia
g) Rusli : Setia kawan
h) Haji Munir : Penyayang
i) Siti Delima : Tidak Setia
3) Alur
Dalam novel ini alur yang digunakan adalah alur
campuran, meskipun alur maju yang dominan,
namun flashback yang Nur Sutan terapkan sungguh
sangat memukau para pembaca. Beliau dapat
menggambarkan tokoh dengan begitu jelas. A.
Salam misalnya, tokoh utama dalam novel ini,
memiliki sifat gigih dalam bekerja, imannya masih
labil di usia muda, meskipun memiliki cinta yang
tulus namun sifatnya yang tertutup membuatnya
hidup menderita didunia. Sementara Aisah, sosok
wanita yang sempurna menurut saya, disamping
cantik dan sholehah, ia penyayang, perhatian,
penyabar dan kesetiannya begitu luar biasa pada
suaminya. (Idaman para lelaki, tentunya). Pantas
saja dalam cerita ini banyak Pria yang
mendambakannya.
4) Sudut pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang
ketiga sebagai pelaku utama.
“Ahmad Salam masa dahulu,demikian kepelesiran
dan penanggunan saudagar mudah
itu dalam waktu yang silam”
5) Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini
memang dominan bahasa melayu, itu wajar
terlebih karena cetakan pertamanya tahun 37’,
waktu dimana bahasa melayu masih menjadi
bahasa pengantar karya sastra Indonesia. Meskipun
dalam novel bertebal 166 halaman ini banyak
istilah Bahasa Belanda, namun itu tidak
mempengaruhi pengimajinasian pembaca. Karena
dibagian bawah buku ini dicantumkan arti dari
istilah tersebut.
6) Latar
a.) Tempat : Jalan Raya.
“ P.Waterman di antarkan oleh
Ahmad Salam sampai di tepi jalan raya.
Kemudian ia pun masuk ke dalam
toko kembali.”
b.)Waktu : Sabtu Malam Minggu.
“ Pada ketika itu petang sabtu
malam minggu, suatu malam yang amat
ramai di kota jakarta”.
c.) Suasana : Menegangkan.
” Coba katakan benar-
benar, Sah, bagaimana perasaanmu terhadap
kepadaku.”
7) Amanat
Dari kisah ini saya dapat mengambil amanat,
bahwa dalam hidup ini pasti selalu ada godaan
yang mengajak Kita pada lubang kehancuran,
karena itu panadai-pandailah Kita menghindari
godaan itu, jangan sampai orang-orang yang kita
cintai ikut menderita akibat langkah kita yang salah.
Keterbukaan menjadi kunci dalam hidup
berbahagia. jika tidak, rahasia yang Kita
sembunyikan akan nampak setelah sesuatu yang
buruk terjadi, setelah semua terlambat terungkap.
Serta janganlah kamu tergiur dengan gemerlapnya
dunia, karena dunia hanyalah sementara,Jangan
terlalu memanjakan anak-anak kita walaupun ia
adalah anak satu-satunya karena itu tidaklah baik
dan dapat merubah sifat anak menjadi sewenang-
wenang kepada orang lain.
•Unsur-Unsur Ekstrinsik
1) Latar Belakang Pengarang
Nur Sutan Iskandar ketika kecil bernama
Muhammad Nur setelah beristri ia di beri gelar
Sutan Iskandar sesuai dengan tempat
asalnya.Pengarang ini lahir di sungai batang
maninjau ,tanggal 3 november 1893 dan meninggal
di Jakarta tanggal 28 november 1975 dalam usia 82
tahun.Setelah mendapat didikan pada sekolah
melayu dan bahasa Belanda,ia diangkat menjadi
guru.Sering pula ia menulis untuk surat-surat kabar
di padang.Kemudian ia pinda bekerja pada balai
pustaka.Mula-mula sebangai kolektor,kemudian
berturut-turut diangkat menjadi redaktur dan
redaktur kepala.Tak kurang dari 82 judul buku di
terbitkan atas namanya.Karyanya yang mula-mula
di terbitkan berjudul Apa Dayaku Karnaku
Perempuan (1922).Kemudian terbit pula buku
lainnya; Cinta yang Membawa Maut (BP-
1926),Salah Pilih (BP-1928),HulungBalang Raja (BP-
1934)Neraka Dunia (BP-1938).Cobaan (BP-1946
sekarang di ganti judulnya Jadi Turun ke
Desa).Selain itu ia juga menulis bulu bacaan untuk
pelajar seperti cerita Tiga Ekor Kucing, pengalaman
Masa Kecil, Cinta Tanah Air, serta menterjemahkan
karya Alexsander Dumas :Tiga Orang Panglimah
Perang,Dua Puluh Tahun Kemudian,Graf deMont
Cristo ; karya Sinkiewiz Iman dan Pengasihan, dan
terakhir karya Tagore; Cinta dan Mata.