Anda di halaman 1dari 5

Dian Tak Kunjung Padam

Oleh : S.Takdir Alisjahbana

Laporan membaca 1
Identitas Buku
Judul : Dian Tak Kunjung Padam
Pengarang : S. Takdir Alisjahbana
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun : 1932; Cetakan , Balai Pustaka, CetakanVIII, 1984

A. Ringkasan Cerita
Yasin merupakan anak tunggal dari keluarga Uluan. Dia seorang pemuda yang
baru berumur dua puluh tahun. Sekarang tinggallah ia berdua dengan Ibunya. Ketika ia
berumur Sembilan tahun ayahnya meninggal dunia. Sedari kecilnya ia biasa bekerja
membanting tulang menolong orang tuanya mencari nafkah. Setiap hari Yasin dan
Ibunya berjualan hasil kebun ke enam belas Ilir, sungai Musi Palembang. Yasin seorang
petani para yang tinggal di tepian sungai Lematang, dan dengan demikian ia tergolong ke
dalam orang Uluan, kalangan yang tinggal di pedalaman Sumatera Selatan dan dianggap
kalangan yang tidak maju. Leluhurnya adalah orang Gunung Megang. Dari leluhurnya itu
dia punya saudara jauh yang tinggal di Penanggiran. Salah satu saudaranya itu adalah
seorang pesirah (kepala marga).
Suatu pagi ketika perahu Yasin melewati sebuah rumah besar ia melihat seorang
yang termasyur cantik di negeri itu. Gadis itu bernama Molek. Ia baru berumur 17 tahun.
Ia anak dari Raden Mahmud yang terkenal kaya raya. Mereka tergolong ke dalam orang
Ilir, kalangan yang tinggal di hilir sungai Musi dan dianggap dekat dengan kemajuan.
Rasa cinta mereka tumbuh setelah keduanya tidak sengaja bertemu pandang saat Yasin
menepikan kajangnya di tepian sungai Musi di dekat Enambelas Ilir sementara Molek
sedang melihat pemandangan sungai Musi lewat jendela rumahnya. Semenjak itu, setiap
Yasin melewati rumah Molek mereka saling berpandangan, tanpa saling mengenal,
mereka saling jatuh cinta. Molek selalu teringat kegagahan Yasin. Dan secara tidak sadar
Molek mulai suka berdandan. Begitu juga dengan Yasin menjadi gelisah terbayang wajah
Molek.
Pada suatu hari Yasin dan Ibunya diundang ke perkawinan saudaranya di
Penanggiran. Selama menghadiri upacara perkawinan, Yasin selalu teringat Molek.
Sepulang dari pesta perkawinan, Yasin memberanikan diri memohon kepada Ibunya agar
diizinkan menemui Molek. Akhirnya Yasin pergi menemui Molek, Yasin kemudian
menulis surat cinta untuk Molek dengan jalan menyelipkan surat itu di tempat mandi
Molek. Molek terkejut ketika mendapatkan surat Yasin. Namun kegembiraan jelas
terpancar dari wajahnya. Molek kemudian membalas surat Yasin dan menyatakan
keteguhan hatinya menerima cinta Yasin. Setelah bertemu dengan Molek, Yasin kembali
ke Penanggiran. Selang beberapa waktu ibu Yasin, bibi Muna, ayah dan bunda Pesirah
Thalib datang meminang Molek. Tapi mereka pulang dengan tangan hampa, karena Cek
Sitti berterus terang bahwa Molek tidak dapat diserahkan oleh orang Uluan. Yasin
kemudian menulis surat kepada Molek bahwa seolah-olah ia hendak melepaskan Molek
saja. Namun Molek membalas surat Yasin bahwa ia akan tetap setia kepada Yasin dalam
cinta. Yasin diminta dengan sabar. Molek menangis dan menangis akhirnya ibunya tau,
kalau Molek menangis karena menolak pinangan keluarganya Yasin. Setelah tahu hal itu,
ibunya Molek menjadi marah dan murka. Kemudian ia memberi tahu Raden Mahmud.
Ayahnya sangat marah kepada molek. Ia ditampar, ditempeleng, dan mengatai Yasin
dengan kata-kata kasar. Molek dibenci oleh orang tuanya, seolah-olah ia melakukan dosa
besar. Ayahnya mengancam, kalau Yasin datang lagi menemui Molek, maka ia akan
binasa.
Pada suatu hari Molek dipinang oleh Sayid Mustafa, yaitu seorang arab yang
ternama kaya dan berharta di kota Palembang. Pinangan itu diterima oleh orang tua
Molek karena Sayid adalah keturunan nabi yang kaya dari Tanah Suci. Molek dan Yasin
putus asa dengan keadaannya. Namun, perasaan Yasin atasnya tidak berubah sedikit pun
dan Yasin tetap bersedia berhubungan diam-diam dengannya. Karena pandangan
cintanya yang mengawang itu, pada akhirnya Molek mengambil keputusan yang fatal.
Pada malam esoknya ia akan di kawinkan , Molek ingin bertemu dahulu dengan Yasin.
Akhirnya merekapun bertemu. Mereka saling melepas rindu namun, ketika pertemuan itu
belangsung ombak menghantam perahu Yasin sehingga mereka berpisah.
Setelah pernikahan itu, orang tua Molek pergi beribadah haji. Sejak menikah
Molek sering termenung dan sendiri. Kehidupan Rumah tangga Molek sengsara.
Suaminya tidak mencintainya, ia sering ditinggal suaminya itu. Rasa sepi dan terkurung
itu lebih terasa ketika ibu dan ayahnya pergi naik haji. Ternyata suami Molek hanya ingin
menguasai harta kekayaan orang tua Molek saja, bahkan suaminya itu tidak
menafkahinya sehingga ia sangat menderita. Dalam kesepian dan kesedihan itu, tubuh
Molek kian melayu. Dan dalam kesendiriannya itu, Molek menulis surat untuk Yasin. Isi
surat itu menyatakan penderitaan Molek selama ini dan ingin bertemu dengan Yasin.
Sebenarnya pertemuan itu adalah pertemuan terakhir. Setelah menerima surat dari Molek,
Yasin dengan segera menemui Molek . dalam pertemuan itu, Molek menjatukan diri
memeluk kaki Yasin. Sambil berkata bahwa Molek tidak bersalah. Tapi Molek tiba-tiba
menjadi kasar kepada Yasin. Ia menyuruh Yasin untuk pergi meninggalkannya. Yasin
terkejut dengan sikap Molek itu. Iapun pergi meninggalkan rumah Molek. Setelah
kejadian itu, ia menemukan sebuah surat terakhir dari Molek.
Surat pertama dari Yasin ia bawa ke liang lahatnya dan Molek pu menulis jika ia
akan menunggu Yasin di akhirat. Yasin ingin menggagalkan niat kekasihnya itu namun ia
gagal. Esoknya ia mengetahui kalau Molek telah meninggal dunia. Beberapa minggu
Yasin tinggal di kuburan Molek bersama-sama dengan orang yang mengaji buat arwah
Molek. Beberapa minggu sesudah itu Yasin pulang ke dusunnya. Beberapa lamanya
Yasin tinggal bersama ibunya di sungai Lematang. Suatu hari ibunya sakit, lalu
dibawanya ke dusun Gunung Megang. Disanalah ibunya berpulang, tak ada lagi
penghiburan atas penderitaan batinnya ketika ditinggal oleh Molek. Beberapa hari
sesudah itu hilanglah Yasin dari dusun kecil itu dan seorang pun tak tau kemana perginya
Yasin. Pada suatu tempat rimba lebat di Gunung Seminung, di pecan dusun Sukau
tinggalah seorang laki-laki telah lanjut usia ia adalah Yasin. Disana Yasin bersahabat
dengan anak muda yang bernama Rahma. Yasin menjadi orang tua yang saleh dan taat
beribadah. Suka menolong siapapun dengan segala tenaganya tanpa pamrih. Hidupnya
aman dan sentosa seakan-akan setiap waktu disinari oleh cahaya ilahi.

B. Unsur intrinsik
a. Tema
Novel Dian Yang Tak Kunjung Padam mengisahkan kehidupan dua orang
berbeda kasta di Palembang yang sedang dimabuk cinta, tapi sayangnya kisah
cinta mereka tidak berjalan sesuai dengan apa yang mereka harapkan hanya
karena perbedaan kasta tersebut.

b. Tokoh dan penokohan


1. Yasin
Seorang pemuda yang rajin, penyayang,dan selalu menolong orang tuanya.
‘’Sebenarnya dari kecil ia biasa bekerja membanting tulang menolong orang
tuanya mencari nafkah.’’Halaman 3
‘’Yasin amat kasih kepada bundanya itu. Dengan segala tenaga diusahaannya,
supaya perempuan tua itu selamat dan sentosa hidupnya pada hari
akhirnya.’’Halaman 4
2. Molek
Walaupun ia terlahir dari keluarga yang kaya raya dan dari keturunan
bangsawan, tetapi molek tidak pernah angkuh pula dan ia juga tidak pernah
membeda-bedakan orang berdasarkan harta dan keturunan. Molek adalah
sosok yang rendah hati dan hormat kepada orang tuanya.
‘’Sesungguhnya perawan itu tiada berdandan, jauh dari berhias, tetapi
kecantikan sejati, tiada pucat oleh ketiadaan sunting dan perhiasan, bahkan
dalam keadaannya yang bersahaja itu sunyi dari buatan dan tambahan, lebih
permai, lebih semarak kelihatan.’’Halaman 6
‘’Raden Mahmud dengan istrinya amat sayang pada anaknya yang seorang
itu, karena perangainya berbeda dengan yang lain. Ia rendah hati, pengiba dan
penyayang baik pada manusia maupun pada hewan.’’ Halaman 8-9
3. Ibunya Yasin
Ia adalah seorang ibu yang baik,penyayang dan bijaksana.
‘’Hal itu tidak dapat kita percakapkan, karena telah menjadi bubur, tak dapat
diubah lagi. Sukarang hanya harus kita pikirkan jalan mana yang sebaiknya
kita lalui, supaya cita2 Yasin sampai jua.’’ Halaman 68
4. Raden Mahmud
Saudagar kaya Palembang yang terkenal kasar, egois dan sombong.
‘’Raden Mahmud laki isteri tak ter-kira2 panas hatinya mendengar kata
anaknya itu. Dengan jalan apa juapun mereka mesti memaksa Molek kawin
dengan Sayid Mustafa orang arab yang kaya itu.’’ Halaman 94
‘’Ayahnya sangat marah kepadanya, sehingga tak sedikit juapun tampak kasih
sayangnya. Ia ditampar, ditempelengnya, dan berbagai perkataan yang pedih2
dikatakannyaterhadap kepda Yasin kekasihnya itu.’’ Halaman 80
5. Cek Sitti
Istri dari saudagar kaya Palembang yang memiliki sifat angkuh dan sombong.
‘’ Cek Sitti berkata terus terang, bahwa anaknya yang bungsu itu tak dapat
diserahkan kepada orang Uluan. Jodohnya mesti seorang bangsawan seperti
dia pula.’’ Halaman 72
"engkau hendak bersuamikan si Ulu busuk itu, Sungguh, engkau telah gila.
Untuk penyapu rumahku ini lagi tak mau aku menerima orang Uluan. Jangan
lagi untuk menjadi suami….’’ Halaman 78
6. Sayid Mustafa
Seorang saudagar dari Tanah Arab yang sifatnya kikir.
‘’ dalam pada itu kikirnya tiada ter-kira2. Belanja yang ditinggalkannya se-
hari2 pada Molek amat sedikit, hampir2 tiada cukup untuk untuk makan
mereka berdua.’’ Halaman 110
7. Muluk
8. Pesirah Talib
9. Raden Muhammad Yusuf
10. Zubaidah
11. Isteri Pesirah Talib
12. Bibi Munah

c. Plot atau Alur Cerita


Alur dalam novel ini disebut alur maju karena S. Takdir Alisjahbana
menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai
penyelesaian.

d. Latar
 Latar Tempat
Dalam novel ini mengambil tempat di daerah Palembang, seperti sungai
Musi, sungai Ogan, Uluan, Enambelas Ilir, Muara Enim, Gunung Megang,
Kuburan, Perahu, Pasar dan Penanggiran.
 Latar Waktu
Malam : ‘’ Malam itu jua ditulisnyalah surat kepada Molek, dan
setelah selesai redalah rasa hatinya.’’
Pagi : ‘’ keesokan harinya pagi-pagi duduklah ia diujung perahunya,
menanti2kan Molek member isyarat kepadanya.’’
Siang : ‘’ lewat Lohor sedikit mereka naik perahu dan berdayung ke dekat
rumah Raden Mahmud kembali.’’
Sore : ‘’ matahari yang hampir terbenam itu mencurahkan cahayanya yang
penghabisan.’’
 Latar Suasana
Sedih : ‘’ Keesokan harinya ketika Molek bangun amat-amat berat
kepalanya semalam2an ia menangis karena memikirkan kemalangannya.
Ayahnya sangat marah kepadanya, sehingga tak sedikit juapun lagi
tampak kasih-sayangnya. Ia ditampar, ditempelennya dan ber-bagai2
perkataan yang pedih2 dikatakannya terhadap kepada Yasin kekasihnya
itu.’’
Bahagia : ‘’Sejurus lamanya Molek menurutkan perasaan yang nikmat itu.
Setelah reda gelora cinta itu, iapun terus menulis demikian
bunyinya:’’tiada dapat adinda katakana betapa girang hati adinda
menerima surat kakanda itu. Sekarang seakan2 sudah terbuka bagi
adinda suatu jalan kearah tempat yang mulia, yang telah lama
terbayang2 oleh adinda.’’
Gelisah : ‘’Sedang orang bergirang hati, bersenda gurau dan
bercumbu2an, ia harus hadir di tempat ber suka2an itu dengan hati penuh
gundah gulana dan pikiran yang kusut. Pertentangan, keriangan yang
dilihat dan didengarnya dengan batinnya yang kacau-balau itu laksana
olehnya seolah2 sebilah sembilu yang tipis dan tajam yang disayatkan
pada dagingnya lambat2, perlahan2….pedih sedikit2, menyayat lambat2…
tetapi terus mendalam!
 Latar Sosial
Novel ini mengangkat kehidupan sosial orang-orang di Palembang pada
zaman sebelum kemerdekaan, saat derajat dan keturunan masih
berpengaruh dalam memilih teman, saudara, dan cinta, saat perjodohan
masih menjadi hal yang lumrah untuk dikerjakan.

e. Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh S. Takdir Alisjahbana sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh yaitu sudut pandang persona ketiga (ia,dia). Dalam hal
ini, pengarang sebagai pengamat (sebagai narator). Selain itu, pengarang
menyebutkan langsung nama dari tokoh-tokoh yang berperan dalam tiap-tiap
peristiwa pada novel.

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang di tampilkan dalam novel Dian Tak Kunjung Padam ini
lumayan sulit untuk di pahami, masih menggunakan ejaan lama.

g. Amanat
1. Tidak selamanya harta dapat memberikan kebahagiaan.
2. Cintailah seseorang dengan tulus, jangan hanya melihat harta tapi lihat
juga bagaimana dia bisa membuat kita bahagia.
3. Seburuk apapun orang tua, kita sebagai anak harus tetap patuh kepadanya.
4. Manusia harus sabar dan tawakal menghadapi segala macam cobaan dan
penderitaan karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan.

C. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai-Nilai Yang Terdapat di Dalam Novel
 Nilai agama
 Nilai adat
 Nilai moral
b. Keunggulan dan Kekurangan Buku
 Keunggulan dari novel Dian Tak Kunjung Padam terletak pada
bagaimana S. Takdir Alisjahbana mengakhiri cerita dengan kejadian yang
tidak terduga, lalu pada teknik penceritaan S.Takdir Alisjahbana yang
tidak biasa pada saat itu.
 Kekurangan novel ini terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi
sehingga sulit untuk dipahami dan dibaca.
c. Kesimpulan
Novel ‘’ Dian Tak Kunjung Padam’’ karya S.Takdir Alisjahbana ini memang
sebuah sastra yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur
intrinsiknya dan kesesuaian sebagai pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai