Anda di halaman 1dari 8

Saudara Watchman Nee di dalam Penjara —

Kesaksian oleh Saudara Wu Yo-Chi

Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu
orang-orang yang tidak mengenal Allah - Efesus 3:1

Saudara terkasih, saya berasal dari Shanghai, China. Nama saya Wu Yo-Chi. Saya berumur 68
tahun pada tahun 2003. Saya adalah seorang guru SMA. Saya dituduh sebagai anti revolusi pada
tahun 1960 karena saya melawan “three red flags” dan dihukum selama 7 tahun. Saya
dipenjara disebuah penjara besar di sebelah barat bernama – Penjara Ti Lan Chau di Shanghai-.
Saudara Nee ditangkap pada tahun 1952. Setelah itu dapat dikatakan bahwa orang ini (Saudara
Nee) menghilang dari bumi. Tidak seorangpun mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.

Puji Tuhan. Tuhan memiliki belas kasihan kepada orang hina seperti saya. Dia mengasihi saya
dan merawat saya sehingga saya memiliki keberanian untuk memberitahukan kepadamu
semua yang saya tahu tentang Watchman Nee di dalam penjara. Saya bersama Saudara Nee
selama 9 tahun (1963-1972). Kami dipisahkan kurang lebih selama 2 tahun. Puji Tuhan bahwa
Dia akhirnya membawa kami berkumpul kembali sampai 3 hari sebelum dia dipanggil oleh
Tuhan. Ada banyak kesaksian selama tahun-tahun tersebut. Hari ini saya akan mempersaksikan
mengenai dia (Saudara Nee).

Pada tahun 1963, karena beberapa pengaturan, saya dipindahkan ke lantai yang sama,
kelompok yang sama dan tidur di dalam sel yang sama dengan Saudara Nee. Sejak itu hubungan
kami tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penjara Ti Lan Chau sangat besar. Totalnya terdapat
10 bangunan. Setiap bangunan bertingkat 5. Disetiap tingkat terdapat 90 sel. Jika ada 3 orang di
tiap sel, setiap bangunan akan menampung lebih dari 1000 tahanan. Dalam penjara sebesar itu,
antara berpuluh-puluh dari beribu-ribu orang, untuk menemui orang yang istimewa tidaklah
mudah. Saya menemui Saudara Nee di sel nomor 3 dan hal tersebut merupakan kedaulatan
Tuhan.

Di sel kami ada Saudara Nee, saya sendiri, dan seorang pria berumur 20 tahun. Dia memiliki
masalah mental sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas. Dia hanya dapat berkata “O – O –
O…” Dia juga seorang anti revolusi.
Saudara-saudari yang terkasih, saya ingin memberitahu anda: ketika saya ditempatkan di sel
yang sama ini, saya sama sekali tidak ramah dengan Saudara Nee. Saya tidak menyukainya.
Saya bermusuhan dengan dia. Saya menghina dia. Saya tidak ingin berbicara dengan dia.
Kenapa? Karena dia adalah ketua grup. Di dalam penjara, terdapat ketua grup antar tahanan.
Bagi saya semua ketua grup selalu merayu penjaga tahanan. Mereka adalah informan untuk
pemerintah. Sehingga saya takut kepada Saudara Nee. Saya tidak mau berbicara dengannya.

Saudara Nee menulis setiap hari. Jika dia tidak melaporkan saya lalu siapa yang dia laporkan?
Dia menulis di dekat pintu sebelah kanan. Sel kami berukuran 1,5 -1,6 meter. Jika saya
menggerakkan tangan saya, saya dapat menyentuh dinding. Panjangnya sekitar 2 meter.
Dinding di setiap tepinya tanpa jendela. Pintu “geser” terletak di depan. Terdapat beberapa
lampu dekat pintu. Ketika Saudara Nee sedang menulis dia duduk dekat pintu “geser”.
Makanan dan minuman ditempatkan di depan pintu. Kami tidak perlu membuka pintu. Yang
kami perlukan adalah mengeluarkan tangan kami dan menariknya ke dalam. Saudara Nee
duduk dekat pintu sehingga dia yang memberikan semua makanan kepada kami. Saya tidak
mau berbicara dengan dia dan tidak pernah berterimakasih kepadanya. Hubungan kami sangat
buruk.

Kemudian sesuatu terjadi di bawah pengaturan Tuhan. Kelurgaku satu-satunya adalah istriku.
Dia lulus dari Universitas Maritim di Shanghai dan mengajar kimia di SMA. Kami memiliki
seorang putri. Keluarga para tahanan dapat berkunjung setiap bulan serta mengirimkan kami
beberapa barang. Istri saya sangat mencintai saya. Dia mengunjungi saya setiap bulan. Saya
pikir dia masih tetap mengajar diluar tetapi sesungguhnya sesuatu menimpa dia.
 
Suatu hari, kepala sekolah bertanya padanya: “Nyonya Chou, saya dengar suami anda seorang
anti-revolusi dan sekarang berada di penjara?” Dia menjawab: “Ya.” Kepala sekolah berkata:
“Kamu harus menceraikannya.” Istri saya berkata: “Kenapa?” Dia berkata: “Ini adalah kebijakan
pemerintah. Keluarga anti-revolusi tidak dapat mengajar orang-orang. Suamimu anti-revolusi.
Pemikirannya menjadi masalah. Jika kamu berhubungan dengan dia, bagaimana kamu dapat
mengajar murid-murid? Jadi kamu harus menceraikannya.” Istri saya berkata: “Ketika saya
menikahinya, dia bukan seorang anti-revolusi. Dia seorang petinju. Dia mewakili Shanghai untuk
kejuaraan internasional. Dia menjadi anti-revolusi setelah kami menikah. Jika saya
menceraikannya sekarang dan menikah dengan orang lain, tidak ada jaminan bahwa pria lain
akan menjadi anti-revolusi kedepannya.

Lalu haruskah saya menceraikannya dan menikah kembali? Ditambah kami telah memiliki
seorang putri dan saya masih muda. Jika saya menikah lagi saya akan memiliki banyak anak.
Lagipula, Wu Yo-Chi dipenjara selama 7 tahun. Saya dapat menunggunya. Kami masih tetap
dapat menjadi suami istri.” Apa yang dia katakan semuanya masuk akal. Kepala sekolah tidak
dapat berdebat dengannya. Beberapa waktu kemudian, kepala sekolah bertanya kembali
kepadanya: “Apakah kamu telah memutuskan hal itu?” Dia menjawab: “Tidak ada pilihan.”
Kepala sekolah berkata: “Lalu tidak ada pilihan juga untuk kami. Ini adalah kebijakan. Berikan
pada kami surat izin mengajarmu. Kamu keluar dari sekolah ini jika kamu tidak bercerai.”
Setelah itu situasi menjadi sangat berbeda. Tidak ada pekerjaan setelah ia meninggalkan
sekolah. Dia tidak dapat melakukan apapun. Istriku menangis sepanjang perjalanan pulang.
Masa depannya gelap. Apa yang dapat saya lakukan? Apa yang dapat saya lakukan supaya tetap
hidup? Apa yang dapat saya lakukan untuk putri saya? Sesampainya di rumah dia menangis
sambil memeluk putrinya dan tidak ada seorangpun yang menghiburnya.
 
Kemudian ketika dia mengunjungi saya, dia menceritakan semuanya. Saya sangat marah
setelah mendengar semua itu. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Saya baru saja dituduh sebagai
seorang anti-revolusi tanpa alasan yang jelas dan mereka tidak dapat tidak melibatkan istri dan
putri saya. Istri saya berkata: “Hari ini saya menjual jam tangan saya untuk mengunjungimu.
Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan kedepannya.”
Saudara terkasih, saya tidak melakukan hal yang buruk, saya bukan seorang Nasionalis, bukan
mata-mata. Anti-revolusi macam apa saya ini? Saya tidak mengirim poster anti-revolusi.
Bagaimana saya disebut “anti-revolusi”? Saya tidak mengerti. Tetapi apa yang bisa saya
lakukan? Istri saya terus menangis, tetapi saya tidak dapat mencucurkan air mata. Saya
bertumbuh di bawah rezim komunis dan komunis mengajarkan tidak boleh ada air mata. Hari
ini saya tidak akan mencucurkan air mata. 5 menit waktu berkunjung telah berakhir. Istri saya
pergi dengan putri saya. Saya berdiri disana melihat dia dan tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan. Saya tidak yakin jika dia menceraikan saya. Tiba-tiba dia berbalik dan berteriak:
“Jagalah dirimu baik-baik!” Teriakan ini masih terngiang di telingan saya sekarang dan hal itu
sangat menghancurkan saya.
 
Saya ditaruh kembali ke sel oleh pengawal. Saya mencucurkan sedikit air mata. Di sel kami tidak
ada meja maupun kursi atau tempat tidur. Saya meratap menghadap dinding. Kemudian saya
menemukan seseorang memegang tangan saya. Saya tahu itu pasti orang yang menjengkelkan
yaitu Saudara Nee. Saya sangat marah. Dia merupakan orang yang paling hina bagi saya. Untuk
apa dia memegang tangan saya? Saya bahkan tidak pernah berbicara dengan dia. Saya tidak
membutuhkan simpatinya. Saya hampir akan mematahkan tangannya. Ketika muda saya adalah
seorang petinju. Dia sudah tua dan memiliki penyakit jantung. Yang saya perlu lakukan
hanyalah mematahkan tangannya dan melemparkannya keluar pintu.
Tetapi, saudara terkasih, ini aneh. Ada sebuah keajaiban. Saya tidak dapat mengangkat tangan
saya. Saudara Nee tidak kuat, dan saya mencoba kurang lebih 3 kali dan tetap tidak dapat
mengangkat tangan saya. Kemudian saya mendengar Saudara Nee berkata: “Yo-Chi,
menangislah. Lebih baik menangis dengan kencang dan kamu akan merasa lebih baik.” Hal ini
sangat menggugah saya. Kebijakan di dalam penjara adalah tidak boleh menangis. Karena
semua tahanan sedang mengalami depresi. Jika kamu menangis, dia akan menangis dan seluruh
penjara akan menangis. Ini buruk. Saya pikir Saudara Nee akan berkata kepada saya: “Yo-Chi,
jangan menangis. Tidak baik kamu menangis. Kamu harus mengikuti peraturannya.” Dia adalah
ketua grup dan sudah seharusnya berada di pihak pemerintah. Saya sama sekali tidak
menyangka bahwa dia akan menyuruh saya untuk menangis. Karena hal ini saya mulai
mengubah pandangan saya mengenai dia.

Kemudian saya mulai meraung-raung. Saya tidak peduli tentang apapun dan saya mulai
menangis kencang. Saya tidak peduli jika penjaga datang dan memukul serta menembak saya.
Ini menyangkut keluarga saya. Saya tidak perduli jika saya mati. Namun anehnya penjaga tidak
datang. Akhirnya saya kehabisan tenaga. Saudara Nee memberikan saya handuk dan air. Sejak
itu saya mulai berbicara dengannya. Saya memberitahukan kepadanya apa yang terjadi pada
diri saya. Dan saya tidak menyangka bagaimana jujurnya dia juga bercerita apa yang terjadi
pada  dirinya dan keluarganya. Sejak hari itu, kami memilki percakapan yang akrab dan
bertambah akrab. Dia berkata pada saya bahwa dia sangat sibuk. Dia seorang Kristen. Dia juga
memberitahu saya bahwa istrinya sangat mencintainya. Istrinya memiliki tekanan darah tinggi.
Lebih dari 140-200. Dia berharap hukumannya bisa diselesaikan dengan cepat sehingga dia
dapat keluar dan masih melihat istrinya. Jika hukumannya panjang dan istrinya pergi sebelum
waktunya, dia tidak akan pernah melihat istrinya lagi. Dia juga menceritakan banyak hal kepada
saya.

Dia berkata orang Kristen tidak akan menentang pemimpin Negara, karena pemimpin Negara
telah ditetapkan oleh Allah. Dia memberitakan Injil kepada saya. Kemudian saya berpikir, saya
tahu saya tidak bersalah; sekarang terlihat bahwa dia juga tidak bersalah. Dia tidak menentang
pemerintahan tetapi kamu menyebut dia anti-revolusi. Bukankan sepenuhnya dia tidak
bersalah? Lalu saya bertanya kepadanya: Apakah kamu masih tetap percaya Tuhan? Dia
menjawab: "Kamu tidak percaya, saya percaya; kamu tidak melihat, saya melihat.” Inilah
kutipan yang masih saya ingat sampai sekarang.
 
24 tahun yang lalu, seorang saudara mengunjungi saya dan saya memberitahukan kepadanya
keajaiban ini. Saya berkata, saya tidak mengerti. Mengapa saya tidak dapat mengangkat tangan
saya? Saya kuat, tetapi dia hanya memegang saya biasa namun saya tidak dapat
menggerakkannya. Saudara ini berkata: Kamu tidak akan mampu untuk mengangkatnya. Tuhan
tidak akan membiarkan tanganmu terangkat. Lalu saya mengerti. Saya hanya seorang manusia
hina. Tuhan menemukan saya. Tuhan memilih saya. Saya tidak akan pernah mampu untuk
mengangkat tangan saya.
Setelah peristiwa keluarga saya, maka hubungan kami lebih maju dan kami banyak berbicara.
Pria yang memiliki penyakit mental juga bahagia. Dia terkadang bicara banyak, tetapi saya
hanya memahami 50% perkataannya. Tetapi Saudara Nee memahami semuanya dan dia
menerjemahkannya untuk saya. Jadi kami bertiga hidup bersama. Bagaimanapun juga, masa
damai tidak berlangsung lama. Suatu hari, penjaga tahanan memanggil Saudara Nee keluar. Itu
terjadi cukup lama, bahkan sampai melewati jam makan siang. Saya membungkus makan
siangnya dengan kertas.

Ketika dia kembali, dia sedikit bingung duduk di atas lantai. Saya bertanya kepadanya: “Apa
yang terjadi?” Dia berkata: “Mereka menginginkan saya untuk menyangkal kepercayaan saya.”
Saya berkata: “Apa kamu setuju?” “Tidak, saya tidak mau.” Dia kemudian berkata: “Mereka
menginginkan saya menyangkal kepercayaan saya. Jika saya setuju, mereka akan melepaskan
saya.” Saya berkata: “Dan kamu tidak menyetujuinya?” Dia berkata: “Saya tidak. Ada 2 orang
lain juga disana. Salah satu dari mereka bernama Lang. Yang lain bernama Chang. Lang adalah
presiden rumah sakit umum Shanghai. Chang adalah seorang mayor provinsi. Mereka berdua
adalah orang terkemuka di Gereja Katolik. Saya betanya kepadanya: “Bagaimana dengan
mereka berdua?” Dia berkata: “Mereka berdua menyerah. Kamu akan segera mengetahuinya.”

Beberapa saat kemudian pengeras suara penjara menyala. Kepala penjara mengumumkan:
sekarang kita memiliki 2 tahanan, yang telah mengubah pemikiran mereka dan secara terbuka
menyangkal kepercayaan mereka. Sekarang mereka akan berbicara.” Lang dan Chang kemudian
berbicara. Mereka pertama-tama menyalahkan diri mereka sendiri dan kemudian menyalahkan
Gereja Katolik, dengan mengatakan Gereja Katolik merupakan agen dari intelijen di bawah
imperialisme dan anti-revolusi. Setelah mereka selesai berbicara, kepala penjara
mengumumkan, sekarang di bawah persetujuan, 2 orang ini akan dibebaskan lebih awal.
Mereka dapat pulang ke rumah.
Saudara terkasih, ketika kita mendengar mereka yang menyangkal imannya, seluruh tahanan
terkejut, termasuk saya. Saudara Nee berada di depan saya, dan saya terbelalak melihatnya.
Kamu baru saja memberitahu saya beberapa hari yang lalu bahwa istrimu sangat baik
kepadamu dan kalian saling mencintai satu sama lain. Ditambah istrimu tidak sehat dan kamu
sangat merindukannya. Hari ini orang-orang di pemerintahan akan membebaskan kamu. Yang
kamu butuhkan hanya mengatakan bahwa kamu menyerah. Hanya membuka mulutmu dan
kamu akan kembali ke rumah dan kamu tidak melakukannya! Orang macam apa kamu? Kamu
percaya kepada Tuhan untuk memperpanjang masa hukumanmu! Saya tidak memahami kamu.
Kebebasan adalah sesuatu yang berharga. Tetapi hari ini orang-orang di pemerintahan akan
memberikan Saudara Nee kebebasan namun sepertinya dia tidak menginginkannya.

Bagi Tuhan, Saudara Nee menyerahkan hidupnya, kasihnya, dan bahkan kebebasannya. Dia
mengasihi Tuhan dan sangat percaya Tuhan. Saya sangat kagum. Komunis macam apa yang
telah mengguncangkan jiwanya dan sangat mempengaruhi Saudara Nee. Karena kamu tidak
menyerah, saya akan membebaskan 2 orang di hadapanmu. Tetapi Saudara Nee sama sekali
tidak terpengaruh. Hal itu tidak mengguncangkan jiwanya. Tetapi jiwa saya terguncang. Saya
tahu orang ini bukan orang bodoh atau memiliki penyakit mental. Pasti ada alasan mengapa dia
sangat mempercayai Tuhan. Ini pasti merupakan hal yang baik untuk percaya Yesus, jadi saya
juga ingin percaya Yesus, sama seperti Saudara Nee. Sejak saat itu saya merasa saya harus
percaya Tuhan. Semua orang harus percaya Tuhan. Untuk penebusan dan keselamatan kamu
membutuhkan Tuhan

Beberapa saudara bertanya kepada saya, buku mana yang anda baca dari Saudara Nee yang
membuat anda berbalik kepada Tuhan. Saya berkata saya tidak pernah membaca artikelnya
sehingga saya percaya kepada Tuhan. Saya percaya bukan karena saya membaca artikelnya.
Ketika saya mengenal dia saya belum percaya. Saya melihat perilakunya baru saya percaya
Tuhan. Peribahasa China berkata, pendidikan dengan kata-kata kurang efektif daripada
pendidikan dengan tindakan. Saya melihat tindakannya dan saya terpengaruh dan saya
percaya. Saya percaya karena pengetahuan subjektif saya terhadap orang ini. Dan hal ini
berpengaruh sangat dalam bagi saya.

Jadi saya diselamatkan sama halnya seperti Saudara Nee. Saudara Nee di dalam penjara selalu
berkata: Teman-teman, kalian semua harus percaya! Dia tidak pernah menyangkal
kepercayaannya. Kami harus menceritakan kebenarannya dan saya memberitahukan
kebenarannya di dalam Kristus. Suara hati saya digerakkan oleh Roh itu dan bersaksi kepada
saya.

Pertemuan kedua kami adalah di Bai-Mao Ling Labor Camp provinsi Ann Huey. Di sana kami
tinggal bersama selama 5 tahun. Ketika kami bertemu kami saling mengagumi satu sama lain…
dia sudah menjadi sangat lemah, tua, dan hampir saja tidak dapat berjalan. Tempat tinggal kami
sekitar 60-70 meter jauhnya dari kantin. Dan kami tinggal di daerah yang lebih rendah. Kantin
letaknya di dekat jalan. Untuk memperoleh barang dari kantin harus melewati 2 bukit dan
menyebrangi jalanan. Bagi Saudara Nee hal tersebut tidak mungkin untuk dilakukan. Sehingga
setiap hari saya membawa 3 makanan untuk dia. Suatu hari, penjaga penjara memanggil saya
ke kantor dan bertanya bagaimana cara mengambil makanan untuk Watchman Nee setiap hari.
Saya berkata: “Dia sudah tua dan lemah. Tidak ada cara bagi dia untuk dapat melewati 2 bukit.
Oleh karena itu saya membantunya dan memberikan makanan untuk dia.” Bagaimanapun juga,
penjaga menjadi serius dan berkata: “Tidak masuk akal. Dia pasti berpura-pura sakit. Katakan
kepadanya untuk mengambil makanannya sendiri. Kamu tidak boleh lagi membantunya.”
Sangat jelas bahwa mereka baru saja memberikan Saudara Nee masalah.

Beberapa hari kemudian saya akan mengambil makanan dari kantin. Pegawai dapur
memberitahu saya: penjaga berpesan, tidak seorangpun diperbolehkan mengambil makanan
untuk Watchman Nee. Dia harus datang sendiri. Sehingga saya hanya dapat kembali ke ruangan
saya dan menceritakan hal tersebut kepada Saudara Nee. Saya tahu dia adalah orang yang
berpengetahuan. Sehingga saya menyuruh dia untuk melakukan sesuatu. Saya duduk tepat
disebelahnya dan menunggu ide-idenya. Setelah beberapa lama, dia akhirnya berkata: “Saya
akan membiarkannya.”

Saya sangat terkejut. Membiarkannya. Saya sangat khawatir dan marah. Bagaimana dia dapat
berkata seperti itu?” Apakah kamu tidak mau makan?” Saya tidak mau berdebat dengan dia
sehingga saya hanya membagi makanan saya dengan dia. Untuk sejangka waktu, Puji Tuhan,
Tuhan memberikan ide yang baik kepada orang bodoh seperti saya: saya hanya perlu
mengambil 5 gram (ukuran China) makanan. Sekarang saya dapat memberitahu pegawai dapur
bahwa saya bekerja sangat keras hari ini dan membutuhkan beberapa gram lebih banyak.
Kantin tidak akan mengetahui hal itu. Dan saya dapat membagi makanan saya kepada Saudara
Nee. Setiap hari kami berbagi makanan seperti ini dan pada akhirnya dapat melewati kesulitan.

Suatu hari di tahun 1971, penjaga mengizinkan saya membawa surat untuk Saudara Nee. Surat
itu berisi bahwa istri Saudara Nee jatuh dari kursi dan 2 tulang rusuknya patah. Dia sekarang
berada di ruang gawat darurat. Saya memberitahu Saudara Nee untuk tidak khawatir dan pada
saat yang bersamaan terdapat permintaan untuk mengunjungi keluarga di Shanghai. Saya
berencana untuk pergi dengan dia. Sebenarnya, Saudara Nee dan saya sendiri telah memenuhi
masa hukuman kami. Tetapi pada tahun 1966, terdapat Revolusi Budaya di China. Tidak
seorang tahananpun yang dapat dibebaskan. Tetapi peraturan mengatakan bahwa kami dapat
mengunjungi keluarga satu tahun sekali dan setengah bulan setiap waktu.

Pada awalnya penjaga memberitahukan Saudara Nee bahwa mereka akan memikirkannya.
Kemudian mereka berkata kamu memiliki penyakit jantung yang serius dan tidak mungkin
untuk berjalan. Bagaimana kamu dapat pergi ke Shanghai? Saudara Nee berkata kepada
mereka bahwa saya dapat pergi dengan dia. Sehingga penjaga berkata mereka akan
mempertimbangkannya. Kami menunggu selama 2 minggu. Ketika kami meminta kembali
kepada penjaga, penjaga hanya memberikan kami wajah serius dan berkata: “Apa yang dapat
kamu lakukan? Kamu bukan dokter. Ditambah istrimu sekarang sudah mulai pilih. Kami tahu
itu. Kami mempertimbangkan permintaanmu tetapi kami tidak menyetujuinya.” Saudara Nee
tidak berdebat sama sekali. Dia  juga tidak membiarkan saya untuk berdebat dengan para
penjaga. Kami hanya kembali ke ruangan bersama. Dia berdoa. Beberapa orang melihat
bibirnya bergerak dan bertanya kepada saya: “Nee sedang berdoa kan?” Saya berkata: “Tidak.
Dia sedang melakukan Chi.” Penjaga juga bertanya kepada saya dan saya menjawab hal yang
sama. Tetapi saya tahu, Saudara Nee tidak akan berhenti berdoa. 

Akhirnya pada suatu hari, saya kembali dari pekerjaan saya dan melihat Saudara Nee dengan air
mata yang belinangan memenuhi wajahnya. Istirinya telah tiada. Saudara Nee sangat sedih.
Saya berkata kepadanya untuk tidak bersedih dan mencoba untuk meminta kembali apakah
dapat menghadiri pemakaman. Saya pikir saat ini permintaannya pasti akan disetujui. Tetapi
saya tidak dapat percaya setelah menunggu untuk waktu yang lama masih tetap saja ditolak.
Penjaga berkata: “Dia sudah meninggal jadi untuk apa kamu kembali?”
Saudara terkasih, siapa yang dapat memikul penderitaan seperti ini? Hati Saudara Nee telah
terluka. Tetapi dia mau Tuhan dan selalu teguh di dalam Tuhan. Dia memikul segala sesuatu.

Saudara Nee mengasihi Tuhan sepanjang hidupnya dan menderita untuk itu. Setelah 9 bulan,
dia dipindahkan ke Pegunungan Bai Yun. Terletak di luar kota sebelah provinsi timur. Pasien
penyakit jantung seperti dia mengatakan salam perpisahan kepada kami, 3 hari kemudian dia
meninggal.
Dibandingkan penderitaan secara fisik, Saudara Nee menderita secara psikologi. Dia memikul
semuanya dan tidak memperoleh apapun selama hidupnya. Hari ini kita dapat berteriak dengan
leluasa: “Tuhan, aku cinta padaMu.” Di China anda juga dapat berkata “Tuhan, aku cinta
padaMu.” Tetapi lain halnya jika kita kembali ke zaman itu, kita tidak dapat berkata “Tuhan, aku
cinta padaMu." Saudara Nee mengasihi Tuhan sepanjang hidupnya, tetapi selama 20 tahun dia
berada di bawah pembatasan. Orang-orang tidak akan membiarkan dia berkata “Tuhan aku
cinta padaMu”. Bayangkan, jika selama 20 tahun kamu tidak dapat berkata” Ibu, aku
mencintaimu.” atau “Putriku, aku mencintaimu.” Atau “Istriku, aku mencintaimu.” Dapatkah
anda menanggungnya? Bagaimanapun juga, Saudara Nee menanggung semuanya. Oleh karena
itu, marilah kita menyeru 3 kali: “Tuhan, aku cinta padaMu.” “ Tuhan, aku cinta padaMu.”
“Tuhan, aku cinta padaMu.”

Anda mungkin juga menyukai