Nama / Kelas / Nomor Absen : Frederico Samuel / 9 – 2 / 12
TUGAS 3 TEKS CERPEN
Unsur Pembangun Isi Dalam Cerpen Tema Pemilihan Bupati. Latar Tempat Di suatu kabupaten di Indonesia. Latar Waktu Pada saat menjelang pemilihan bupati (sekitar bulan Juli). Latar Suasana Santai Dan Membingungkan. Tokoh Dan Penokohan a.) Mbah Gimun. Karakter: Tidak teguh pendirian. b.) Anak-Anak. Karakter: baik hati, suka menolong. c.) Pak RT, Tujikan, dan calon- calon bupati yang lainnya. Karakter: menghalalkan segala cara untuk membuat Mbah Gimun melakukan apa yang dimintanya. Sudut Pandang Orang Ketiga. Amanat Janganlah memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu untuk keuntungan diri kita sendiri, apabila orang tersebut memang memiliki hak untuk melakukannya ataupun tidak melakukannya. Struktur Teks Cerpen Kutipan Dalam Cerpen Abstrak (opsional) - Orientasi Ke mana-mana Mbah Gimun selalu tampak dengan rokok lintingan, yang terus menempel di antara dua bibirnya yang tebal dan hitam. Rokok itu sangat besar dan hanya terbuat dari tembakau kasar dengan kertas lintingan yang juga kasar.
Sehari hari Mbah Gimun hanya
membuat sapu lidi. Tiap hari juga selalu ada anak-anak yang mengantar pelepah daun kelapa segar, atau helaian daun yang telah disisir dan dikat. Lalu seminggu sekali pedagang datang mengambil sapu lidi yang sudah terkumpul. Kalau pedagang itu tidak datang, maka Mbah Gimun sendirilah yang akan mengantar ikatan-ikatan sapu lidi itu ke kota. Dalam sehari, Mbah Gimun bisa membuat lima sampai enam ikat sapu lidi. Kalau dia bekerja dari pagi sekali sampai larut malam, maka bisa sepuluh sapu lidi yang diselesaikannya. Komplikasi Pada suatu pagi yang mulai agak kering pada bulan Juli, Mbah Gimun kedatangan tiga orang tamu yang tidak dikenalnya. Mereka berpakaian bagus-bagus, bersepatu bagus, membawa tas bagus, dan naik mobil yang juga sangat bagus. Mereka tampak mendatangi rumah-rumah lain di kampung itu, sebelum akhirnya masuk ke halaman rumah Mbah Gimun. Ketika Mbah Gimun mempersilakan mereka masuk, orang-orang itu menolak. Mereka malah mengajak Mbah Gimun duduk di lincak bambu di bawah pohon jambu di halaman rumah. Salah satu di antara tiga tamu itu memperkenalkan diri mereka. Nama- nama mereka sulit untuk diingat apalagi diucapkan oleh Mbah Gimun. Tamu yang satu lagi mengeluarkan bungkusan tembakau dan kertas lintingan, lalu menyerahkannya kepada Mbah Gimun.
"Minggu depan ini kita akan memilih
pak bupati baru Mbah!" kata salah satu tamu itu.
"lya, saya sudah diberi tahu Pak RT
dan sudah diberi kartunya. Apa Mas- mas ini juga petugas pencoblosan?” tanya Mbah Gimun.
"Benar Mbah, ini gambar calon pak
bupati itu, nanti ditempel di sana ya Mbah?"
“Tetapi kok saya diberi tembakau
banyak sekali?"
"Tidak apa-apa Mbah, sebab kami
tahu Mbah Gimun suka merokok lintingan. Bukan hanya itu Mbah, ini juga ada sedikit uang untuk tambahan belanja Mbah Gimun."
"Kok sampeyan ini sudah tahu nama
saya to?"
"Kan ada daftarnya Mbah. Tadi bapak
yang rumahnya di depan sana itu yang memberitahu bahwa inilah rumah Mbah Gimun."
"O, ya terima kasih sekali, saya
diberi tembakau, diberi uang lagi."
"Tapi begini Mbah, nanti Mbah harus
mencoblos gambar yang ini lo, Mbah. Jangan yang lain ya!"
“Pasti Mas, pasti, kan Pak Bupati
yang ini yang telah memberi saya tembakau dan uang." Evaluasi Melihat Mbah Gimun kebingungan, banyak warga kampung yang menyodorkan korek api gas. Rokok Mbah Gimun lalu mengepulkan asap yang segera menyebar ke mana- mana. Baunya sangit dan keras. Setelah panitia mengumumkan hal- ihwal pencoblosan, satu-per satu warga kampung dipanggil. Tidak lama kemudian Mbah Gimun juga dipanggil, dilihat kartunya, dicatat, dan diberi kertas suara. Mbah Gimun sudah tahu bagaimana caranya mencoblos. Sebab tahun lalu dia juga ikut tiga kali pencoblosan seperti ini. Tetapi ketika itu yang dipilih pak presiden dan DPR, bukan pak bupati. Resolusi Di bilik pencoblosan, Mbah Gimun menggelar lipatan kertas suara yang baru saja diterimanya. Di sana ada 12 wajah manusia yang sama- sama mengenakan jas dan kepalanya ditutup peci. Ada yang tersenyum, ada yang tertawa, ada pula yang tegang dan cemberut. Beberapa kali Mbah Gimun menyedot rokok lintingannya. Asap mengepul deras sampai menyembul ke luar bilik pencoblosan. Mbah Gimun memungut rokok lintingan dari bibirnya. Bara api di ujung rokok itu memerah. Dengan mengucap Bismillah, Mbah Gimun mencoblos 12 wajah dengan api rokoknya. Ada yang dicoblos di jidat, ada yang di pipi, ada yang di mulut, di mata, di hidung Mbah Gimun tidak jadi mencoblos baju jas yang dikenakan oleh para calon itu. "Sayang, baju bagus-bagus begitu kalau dicoblos api rokok." Koda Sampai dengan berangkat ke tempat pencoblosan, sebenarnya Mbah Gimun masih tetap bingung untuk mencoblos calon bupati yang mana. Enam calon semuanya memberi uang, memberi beras, memberi tembakau, memberi teh, memberi gula.