Anda di halaman 1dari 7

STATISTIK NONPARAMETRIK DAN

SKALA PENGUKURAN

NAMA : ANAK AGUNG AYU NOPI GAYATRI


NIM : 1907531041

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Statistik Nonparametrik dan Skala Pengukuran

A. Statistik Nonparametrik

1.1 Pengertian Satistik Nonparametrik


Sampai saat ini para akhli statistik belum memberikan difinisi yang jelas
mengenai arti dari statistik nonparametrik dan juga ketegasan kapan suatu uji atau tes
statistik parametrik maupun yang nonparametrik digunakan.  Seigel (1985)
mengatakan bahwa tes statistik parametrik adalah suatu tes yang modelnya
menghendaki diketahuinya syarat-syarat tertentu mengenai paramater populasi yang
merupakan sumber sampel penelitiannya. Sedangkan tes nonparametrik adalah tes
yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai paramater populasi yang
merupakan induk sampelnya. Anggapan tertentu dari beberapa tes statistik
nonparametrik adalah bahwa observasi-observasi yang diamatai adalah independen
dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya memliliki kontinyuitas. Tetapi
anggapan-anggapan tadi lebih sedikit dan lebih lemah daripada anggapan yang
berkaitan dengan tes parametrik. Terlebih lagi tes nonparametrik tidak menuntut
pengukuran sekuat yang dituntut tes-tes parametrik, dimana sebagian tes
nonparametrik dapat diterapkan untuk data dalam skala ordinal, dan beberapa data
malah dapat diterapkan untuk skala nominal.

1.2 Kebaikan Statistik Nonparametrik


1. Hasil yang diperoleh dalam tes statistik nonparametrik adalah kemungkinan-
kemungkinan yang aksak, tak perduli dari bentuk distribusi populasi dari sampel
yang diambil. Keculai untuk sampel yang besar, kemungkinan juga terdapat
beberapa pendakatan yang memberikan hasil yang lebih baik. Dalam beberapa
kasus, tes nonparamatrik sama juga dengan tes paramatrik yang menganggap
bahwa distribusi yang mendasarinya adalah kontinyu.
2. Jika sampel sangat kecil misalnya lebih kecil dari 6, hanya tes statistik
nonparamterik yang dapat digunakan secara valid, kecuali sifat distribusi
populasinya diketahui secara pasti.
3. Tes-tes statistik nonparametrik juga menyediakan metode untuk menggarap
observasi-observasi sampel-sampel dari populasi yang berlainan. Tidak satupun
diantara tes-tes paramatrik yang dapat digunakan untuk data semacam itu tanpa
menuntut anggapan-anggapan yang rupanya tidak realistis.
4. Tes-tes statistik nonparametrik dapat digunakan untuk menggarap data yang pada
dasarnya merupakan ranking dan juga untuk data yang skor-skor angkanya secara
spintas kelihatan memiliki kekuatan rangking, meskipun secara sepintas tidak
dapat diungkapkan seberapa kurang atau lebih data yang dimaksudkan. Misalnya:
sangat baik, baik, sedang , buruk, dan buruk sekali).
5. Metode nonparametrik dapat digunakan untuk menggarap data yang hanya
merupakan klasifikasi semata, yakni yang diukur dalam skala nominal. Tetapi
tidak satu teknik parametrik pun yang dapat diterapkan untuk data semacam itu.
6. Tes-tes statistik nonparametrik lebih mudah dipelajari dan diterapkan
dibandingkan dengan tes-tes parametrik.

1.3 Kelemahan Statistik Nonparametrik


1. Jika semua anggapan yang disyaratkan dalam statistik parametrik terpenuhi dan
juga kekuatan tesnya serta sesuai dengan yang diharapkan, maka penggunaan tes
nonparametrik merupakan pemborosan data. Pemberorosan data itu dicerminkan
dari tingkat kekuatan efesiensinya. Misalnya tes nonpaprametrik memiliki
kekuatan efesiensi besar, katakanlah 90%. Ini berarti bahwa apabila semua syarat
tes paramatrik terpenuhi, maka untuk menguji hipotesis tertentu statistik boros
10% dibandingkan dengan statistik parametrik.
2. Belum ada satupun metode nonparametrik yang dapat digunakan untuk menguji
adanya interaksi seperti dalam model analisis varian.
3. Kelemahan lainnya mengenai statistik nonparametrik adalah tes-tes dan tabel-
tabel yang menyertainya yang berisikan nilai-nilai signifikansi sangat banyak
macamnya dan malahan sangat khusus sifatnya, sehingga sering memberatkan
para pemakai analisis ini.

B. Skala Pengukuran

1.1 Pengertian Skala Pengukuran


Skala pengukuran adalah sebuah acuan yang digunakan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam satuan alat ukur.Dengan menggunakan
skala pengukuran, maka alat ukur yang digunakan akan menghasilkan data
kuantitatif. Setelah proses pengukuran yang menghasilkan data kuantitatif yang
berupa angka-angka tersebut baru lah kemudian ditentukan analisis statistik yang
cocok untuk digunakan.

1.2 Jenis-jenia Skala Pengukuran


1. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau
tingkatan yang paling rendah di dalam suatu penelitian. Skala ini hanya digunakan
untuk memberikan kategori saja. Misalnya digunakan untuk memberi label,
simbol, lambang, atau nama pada sebuah kategori sehingga akan mempermudah
pengelompokan data menurut kategorinya. Pada skala nominal ini, peneliti akan
mengelompokkan objek, baik individu atau pun kelompok kedalam kategori
tertentu dan disimbolkan dengan label atau kode tertentu. Kemudian, angka yang
diberikan kepada objek hanya memiliki arti sebagai label atau pembeda saja dan
bukan untuk menunjukkan adanya tingkatan.

Contoh Skala Nominal:

Contoh yang paling umum digunakan yaitu variabel jenis kelamin. Jenis
kelamin akan dibedakan menjadi Laki-laki dan Perempuan.Dalam hal ini, hasil
pengukuran tidak memiliki tingkatan tertentu. Artinya laki-laki tidak lebih tinggi
daripada perempuan, atau sebaliknya. Di dalam sebuah penelitian, biasanya akan
diberi simbol angka sebagai pembeda, misal jenis kelamin laki-laki diberi simbol
angka 1, jenis kelamin perempuan diberi simbol 0. Simbol angka disini hanya
untuk membedakan saja, tidak menunjukkan bahwa 1 lebih besar dari 0 dan
sebagainya.

2. Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah menyatakan
peringkat antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan juga tidak harus
sama. Skala ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada skala
nominal, karena skala ini tidak hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga
menunjukkan peringkat. Di dalam skala ordinal, objek atau kategorinya disusun
berdasarkan urutan tingkatannya, dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau
sebaliknya. Ciri-ciri dari skala ordinal antara lain:
- Kategori data saling memisah.
- Kategori data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
- Kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang
dimiliki.

Contoh Skala Ordinal:

Contoh data dengan skala ordinal yaitu tingkat kepuasan pengunjung


perpustakaan terhadap layanan perpustakaan. Skalanya dapat dibagi menjadi 5
skor yaitu :

5 : sangat puas

4 : puas

3 : cukup puas

2 : kurang puas

1 : sangat tidak puas


Dari skala tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh maka
semakin baik tingkat kepuasan yang dihasilkan.

3. Skala Interval
Skala Interval merupakan skala pengukuran yang bisas digunakan untuk
menyatakan peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan
pun sudah jelas, hanya saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak. Skala interval ini
bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan nominal. Besar interval atau jarak
satu data dengan data yang lainnya memiliki bobot nilai yang sama. Besar interval
ini bisa saja di tambah atau dikurang. Berikut ini adalah ciri-ciri dari skala
interval:
- Kategori data memiliki sifat saling memisah.
- Kategori data memiliki aturan yang logis.
- Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik
khusus yang dimilikinya.
- Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang
sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
- Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak
memiliki nilai nol absolut).

Contoh Skala Interval:

Contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan
suatu ruangan memiliki suhu 0C, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak
ada suhunya. Angka 0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala
interval 0 (nol) bukanlah nilai yang mutlak.

Sebagai contoh lain yaitu suhu air dalam panci sebelum dipanaskan yaitu
15oC. Setelah dipanasi selama 5 menit suhunya berubah menjadi 47oC. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa suhu air meningkat 32oC setelah dipanaskan selama 5
menit.

4. Skala Ratio
Skala ratio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran
yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa dibandingkan.
Skala ratio merupakan tingkatan skala paling tinggi dan paling lengkap dibanding
skala-skala lainnya. Jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki
nilai 0 (nol) yang mutlak. Nilai nol mutlak berarti benar-benar menyatakan tidak
ada.

Contoh Skala Ratio:

1. Tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan Vina adalah 95
cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Vina dengan
Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2 kali
tinggi badan Vina.
2. Nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai Toni adalah 100.
Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni adalah 2 kali nilai Tono.

Anda mungkin juga menyukai