(Tugas sebagai syarat mengikuti mata kuliah Sejarah Australia dan Oceania)
2. Valensy Rachmedita,S.Pd.,M.Pd.
Oleh
Kelompok 4
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas
makalah dalam mata kuliah Sejarah Australia dan Oceania yang berjudul
“Perkembangan Menuju Responsible Government”. Atas dukungan moral dan
materil, kami banyak mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah
membantu yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Orang tua, saudara serta keluarga yang telah memberikan dukungan serta
do’a.
2. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd.,M.Pd.. dan Ibu Valensy
Rachmedita,S.Pd.,M.Pd. . selaku dosen pada mata kuliah Sejarah Australia
dan Oceania, yang telah membimbing dan membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Serta teman-teman dari program studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberikan dukungan serta semangat selama proses pembuatan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar kami kelompok
4 dapat memperbaikinya. Dan apabila ada salah dalam penulisan kata maupun
gelar, penulis memohon maaf yang sebesar besarnya.Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih dan semoga makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan
bagi setiap pembaca.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
3.1.Kesimpulan…………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Australia, atau lebih tepatnya Persemakmuran Australia adalah sebuah Negara
dibelahan selatan yang terdiri dari daratan utama yaitu benua Australia, Pulau
Tasmania, dan berbagai pulau kecil di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Benua yang bertetanggaan dengan Indonesia, Timor Leste, dan Papua Nugini, di
sebelah utara bertetanggaan dengan kepulauan Solomon, Vanuatu, di timur laut
dengan Kaledonia Baru, dan di tenggara dengan Selandia Baru.
Awalnya, pada tahun 1606 untuk pertama kalinya seorang bangsa Belanda yang
bernama Willem Janszoon atau lebih dikenal dengan Willem Jansz berhasil
menemukan garis pantai di benua Australia dan berhasil singgah di kawasan
Teluk Carpentaria, untuk yang pertama kalinya. Kemudia dilanjutkan dengan
seorang bangsa Belanda yang bernama Abel Tasman pada tahun 1644 yang
berhasil menemukan pulau Tasman dan Selandia Baru, dan yang terakhir James
Cook pada 1770, seorang bangsa Inggris yang berhasil menemukan Pantai Timur
Australia yang lebih subur dan Selandia Baru yang terdiri dari dua pulau utara dan
pulau selatan.
Pada tahun 1606, benua Australia sudah mulai dihuni oleh para Imigran yang
berasal dari benua Eropa ( Belanda ), namun di akhir abad ke-18, Inggris mulai
menduduki benua ini dan menjadikannya sebagai tempat pembuangan para pelaku
kriminal. Pada pertengahan abad ke-19, ditemukan tambang emas di Australia
sehingga benua itu pun semakin ramai di datangi para Imigran, sejak itu pula para
Imigran tersebut mulai memperjuangkan kemerdekaan untuk mengatur sendiri
Australia, terlepas dari kontrol Inggris. Sehingga sekarang ini, Australia tergabung
dalam Negara Persemakmuran Inggris. Pada 1 Januari 1901, keenam koloni
Australia berubah menjadi Federasi dan didirikannlah Persemakmuran Australia.
1
Sejak zaman federasi, Australia telah menggunakan system politik Demokrasi
Liberal yang stabil dan menjadi bagian dari dunia persemakmuran.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
jabatannya pada tahun 1821, dan dia digantikan oleh Brisbane. Sementara itu,
tuntutan penduduk koloni itu agar mereka mendapat bagian dalam pemerintahan
sesuai dengan kehidupan demokrasi di Inggris sendiri, semakin santer. Perjuangan
mereka ini nampaknya bukanlah peljuangan yang sia-sia, dan bukan pula
perjuangan yang tanpa dasar. (Iskandar 2011:69)
Dalam tahun 1850 suatu undang-undang baru dikeluarkan lagi yang berlaku bagi
koloni-koloni di Australia. Undang‘ undang itu disebut “Australian Colonies
Govemment Act” yang menetapkan antara lain:
4
1. Victoria dilepaskan dari New South Wales, dan kepada setiap koloni di
Australia itu diberikan hak membentuk Lagislative Counchil seperti di
New South Wales, kecuali koloni Western Australia
2. kepada setiap koloni diberikan hak untuk menetapkan sendiri bentuk
pemerintahan yang dikehendakinya. Kemudian meneruskannya kepada
Parlemenn Inggris untuk diundangkan. (Iskandar 2011:71)
Secara umum dapat dibedakan tiga sistem pemerintahan demokrasi, yakni sistem
presidensial (presidential systems), sistem parlementer (parliamentary systems),
dan sistem semi-presidensial (semipresidential systems) . Sistem presidensial
berlaku di Amerika Serikat, sebagian besar negara-negara Amerika Latin, dan
juga Filipina di Asia Tenggara serta Korea Selatan di Asia Timur. Sistem
parlementer berlaku di Inggeris dan pada umumnya negara-negara jajahan Inggris
seperti Australia dan India. Dikutip dari jurnal.penelitian.politik com (Nina
Andriana 2014:103)..
5
Keterangan:
a. Konstitusi
Konstitusi Australia menetapkan peraturan dan tanggung jawab pemerintah serta
menjabarkan wewenang dari ketiga cabang pemerintahan - legistalif, eksekutif
dan yudikatif. Badan legislatif berisi parlemen - yakni badan yang mempunyai
wewenang legislatif untuk membuat undang-undang. Badan Eksekutif
melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif, sementara badan
yudikatif memastikan berfungsinya pengadilan, dan pengangkatan serta
pemberhentian hakim. Fungsi pengadilan ialah menafsirkan semua hukum,
termasuk di antaranya Konstitusi Australia, dan menegakkan supremasi hukum.
Konstitusi hanya boleh diubah melalui jajak pendapat (Www. Australia Portal
Chart.com)
6
b.Monarki Konstitusional Australia
Australia dikenal sebagai negara Monarki Konstitusional. Ini berarti Australia
adalah negara yang mempunyai raja atau ratu sebagai kepala negara yang
wewenangnya dibatasi oleh Konstitusi/UUD. Kepala negara Australia ialah Ratu
Elizabeth II. Meskipun ia juga adalah Ratu Inggris, jabatan ini sedikit terpisah,
baik dalam hukum maupun praktek pemerintahan/konstitusional. Dalam
kenyataannya, Ratu tidak mempunyai peranan apapun dalam sistem politik
Australia dan hanya berfungsi sebagai simbol/tokoh. Di Australia, Ratu secara
resmi diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal yang diangkat oleh Ratu atas
usulan Perdana Menteri Australia. Ratu tidak mempunyai peranan apapun dalam
tugas keseharian Gubernur Jenderal.
Meski diakui Gubernur Jenderal adalah wakil Ratu Inggris di Australia, posisinya
tidak harus mengikuti arahan, pengawasan ataupun hak veto dari Ratu dan
Pemerintah Inggris.
Parlemen tingkat pusat bersifat bikameral, yakni mempunyai dua kamar: House of
Representatives atau Majelis Rendah/DPR dan Senat atau Majelis Tinggi.
Keduanya bertanggung jawab menetapkan UU berskala nasional seperti:
7
perdagangan, perpajakan, imigrasi, kewarganegaraan, jaminan sosial, kerjasama
industri dan hubungan luar negeri. Rancangan UU/Peraturan Pemerintah harus
disahkan oleh kedua majelis sebelum sebelum menjadi UU/Peraturan Pemerintah.
Hal-hal yang tidak diatur oleh Pemerintah Federasi merupakan tanggung jawab
Pemerintah Negara Bagian dan Teritori. Setiap negara bagian dan teritori
mempunyai parlemen dan peraturan perundangan-undangan (akta parlemen)
sendiri (yang dapat diamandemen parlemen setempat) tetapi mereka juga tetap
terikat konstitusi negara. Bilamana suatu UU/Peraturan Negara Bagian masih
berada di bawah wewenang konstitusional Federasi, maka UU/Peraturan
Pemerintah Federasi berlaku di atas wewenang UU/Peraturan negara bagian.
Semua Parlemen negara bagian kecuali Queensland, bersifat bikameral yakni
mempunyai majelis rendah dan majelis tinggi. Sementara parlemen dari dua
teritori (Northern Territory dan Australian Capital Territory) hanya memiliki satu
majelis. (Www. Australia Portal Chart.com)
8
4. South of Australia -----1836 ------1856
Sistem politik Australia dapat digolongkan sebagai politik Barat, parlementer, dan
demokratis. Tujuh pemerintahan, yaitu satu federal dan enam negara bagian
kecuali satu, mempunyai parlemen bicameral yang dipilih oleh rakyat secara
berkala atas dasar hak pilih universal. kehidupan politik Australia telah
menghasilka ciri-ciri khusus, yang didasarkan sebagian atas percampuran antara
lembaga-lembaga dan tradisi Inggris (dimana pemerintahan bertanggung jawab
kepada parlemen) dengan struktur federal yang diilhami oleh Amerika Serikat,
dimana negara-negara bagian tetap memiliki otonomi secara konstitusional dan
pada tingkat federal diwakili oleh sebuah majelis tinggi secara langsung (senat).
Melalui dua warisan politik ini, muncullah dua sistem pengaturan konstitusional.
Australia, seperti Amerka Serikat, mempunyai kontitusi tertulis yang antara lain
menentukan pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah
9
negara bagian dan fungsi-fungsi serta kekuasaan beberapa lembaga penting.
Seperti Inggris, praktik-praktik politik Australia sangat dipengaruhi oleh konvensi
yang walaupun tidak merupakan bagian dari konstitusional, diterima oleh para
politisi. ( Richard Chauvel 1992:1)
2.5.Konstitusi Australia
Kekuasaan bersama yang dapat dijalankan oleh pemerintah federal maupun oleh
pemerintah negara bagian. Bila terjadi konflik antara undang-undang negara
bagian dan undang-undang federal, yang menang adalah yang terakhir. Contoh
kekuasaan bersama adalah pajak dan bank. Kekuasaan sisa adalah semua
kekuasaan yang tidak tercantum dalam konstitusional dan dijalankan oleh
10
pemerintahan negara bagian. Yang paling penting dari kekuasaan ini antara lain
adalah pendidikan, kesenian, perumahan, dan polisi.” Usulan bagi perubahan
konstitusi harus mendapat persetujuan dari kedua majelis di dalam parlemen
untuk kemudian diserahkan kepada para pemilih dalam sebuah refendum.
Semenjak terbentuknya Australia (1901), telah diadakan 43 kali referendum dan
hanya 8 yang berhasil. Dalam praktik, usul perubahan konstitusi yang bisa
berhasil adalah usul yang didukung oleh pemerintah maupun pihak oposisi serta
mayoritas pemerintah negara-negara bagian. Pengalaman dalam bentuk kegagalan
untuk mengubah konstitusi telah menyadarkan banyak pengamat bahwa orang-
orang Australia pada hakikatnya adalah konservatif dan enggan, lebih dari segala-
galanya, untuk memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah.
Seperti hanlnya di Amerika Serikat ,Mahkamah Agung Australia dibentuk antara
lain untuk menentukan apakah undang-undang yang disahkan oleh pemerintah
federal atau negara bagian masih tetap berada dalam kewenangannya masing-
masing sebagaimana telah ditetapkan oleh konstitusi. Secara garis besar, semenjak
terbentuknya Federasi Australia, penafsiran tentang konstitusi yang dibuat oleh
Mahkamah Agung telah memperbesar kekuasaan pemerintah federal dengan
kerugian negara-negara bagian. Keputusan-keputusan Mahkamah Agung ternyata
merupakan sarana yang lebih efektif untuk mengubah konstitusi dibandingkan
dengan sarana yang lebih efektif untuk mengubah konstitusi dibandingkan dengan
referendum. Dalam melakukan peninjauan perundang-undangan (judicial review),
tujuh hakim dalam Mahlamah Agung membuat penilaian-penilaian yang
membawa akibat luas terhadap kekuasaan pemerintah, dan penunjukkan mereka
oleh pemerintah yang berkuasa adalah politis sifatnya yang dibuat atas alas-alasan
politis pula. Dua hakim yang ada terakhir ini, mantan ketua Mahkamah Agung,
Sir Garfield Barwick, dan mendiang Hakim Lional Murphy, masing-masing
adalah menteri dalam pemerintahan Liberal Party dan pemerintahan Labor Party
sebelum pengangkatan mereka. ( Richard Chauvel 1992:4)
Sejak tahun 1930, dari 21 orang hakim yang diangkat, hanya tujuh orang di antara
mereka yang diangkat oleh pemerintahan Hawke mempunyai kesempatan untuk
mengangkat dua hakim baru. Perimbangan kekuasaan antara tingkat federal dan
11
negara bagian dipengaruhi oleh factor ketiga yaitu hubungan keuangan antara
pemerintah federal dan pemerintah bagian. Sebagaimana disebutkan di atas,
pemerintah federal, semenjak tahun 1942, merupakan satu-satunya pemunngut
pajak penghasilan yang merupakan sumber utama pemasukan pemerintah di
Australia. Pemerintahan federal ternyata berhasil mengumpulkan pemasukan yang
lebih banyak dari yang dibutuhkannya dan setiap tahun membagikannya lebih
kurang 30% kepada negara-negara bagian.
12
referendum, Commonwealth tidak berkuasa secara penuh dan tidak bisa pula
membuat kekuasaan untuk dirinya, dan hakim non-politik mampu menafsirkan
dan melaksankan konstitusi untuk memastikan ketetapan-ketetapan dalam
konstitusi dijalankan dengan sesuai.7 Sementara itu kelemahan yang dimiliki oleh
konstitusi Australia ialah konstitusi sangat sulit diubah dan oleh karenanya kurang
responsif terhadap perubahan situasi, dan kelemahan selanjutnya ialah konstitusi
yang terletak pada hakim non-terpilih bukan politisi yang bertanggung jawab
secara demokratis. 8 Meskipun konstitusi Australia tergolong dalam konstitusi
yang sangat sulit untuk diubah, namun bukan tidak mungkin konstitusi Australia
tersebut tidak dapat diubah sama sekali. Sejak diberlakukannya Commonwealth of
Australia Constitution Act 1900 sejak 1901 hingga sekarang, sudah ada hingga 44
referendum yang diajukan oleh pemerintah Australia Namun, hanya ada 8
referendum yang diterima, yakni referendum 1906, 1909, 1928, 1946, 1967, dan
1977 sebanyak tiga referendum. Referendum merupakan satu-satunya cara yang
dapat dilakukan untuk mengubah konstitusi Australia. Masyarakat Australia bebas
untuk mem-vote terhadap referendum yang diajukan apakah menerima atau
menolak pengubahan terhadap konstitusi. Namun, sebelum masyarakat Australia
melakukan voting, masih terdapat beberapa langkah yang harus dilalui dalam
pengajuan sebuah referendum. Sebelum sebuah referendum dilaksanakan, sebuah
outline untuk mengubah konstitusi Australia yang disebut dengan bill harus
disetujui terlebih dahulu oleh kedua house of parliament Australia, yakni
Parlemen Federal dan House of Representative (HoR) atau Senat. Dalam empat
minggu setelah bill dinyatakan lolos oleh parlemen, maka member dan senator
yang mendukung referendum harus mempersiapkan alasan kenapa referendum
harus “yes”, begitu pula sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk lebih meyakinkan
dan memberikan informasi kepada masyarakat Australia mengenai referendum
yang harus mereka voting. Sementara itu, Komisi Pemilihan Australia
mendistribusikan surat suara beserta sebuah leaflet informasi mengenai
referendum yang harus mereka voting tersebut.11 Pada akhirnya, referendum
dinyatakan berhasil apabila mayoritas memilih kepada “yes” untuk melakukan
referendum terhadap konstitusi Australia yang diajukan. Syarat keberhasilan
voting sebuah referendum ialah apabila seluruh masyarakat Australia memilih
13
“yes” untuk dilakukan referendum; dan kedua bila hasil voting merupakan
mayoritas dari sebuah negara mayoritas, atau artinya empat dari enam negara.12
Salah satu contoh referendum dengan hasil voting suara mayoritas hampir seluruh
warga Australia ialah Referendum 1967, yakni referendum yang membahas
mengenai masalah status masyarakat pribumi Aborigin. Referendum ini diajukan
dan diterima untuk menghapus reference diskriminasi tertentu terhadap
masyarakat Aborigin dari konstitusi. dikutip dari (Anna Yulia Hartati dan Aileyas
Kabo 2014:6-8):
14
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
Website
16
17