Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA
UPT PUSKESMAS PULE
Jl. Raya Pule - Trenggalek Telp. 082331800794 Email : pule_pkm@yahoo.co.id
TRENGGALEK 66362

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Penyuluhan NAPZA

Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya

penyalahgunaan NAPZA

Sasaran : Siswa siswi MA Hidayatulloh Jombok

Hari/Tanggal : Selasa 10 Oktober 2023

Waktu : 09.00 s/d selesai

Tempat : Ruang Aula MA Hidayatulloh Jombok

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang NAPZA, siswa dan siswi dapat
mengetahui dan memahami tentang pencegahan dan penanggulangan NAPZA.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapat penyuluhan ini remaja diharapkan mengerti:
1. Definisi NAPZA
2. Jenis-jenis dan contoh NAPZA
3. Bahaya penyalahgunaan NAPZA
4. Fasilitasi pertolongan/bantuan/perlindungan bagi korban penyalahgunaan NAPZA

C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
LCD (Proyektor), Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Respon Peserta Waktu
Pendahuluan - Mengucapkan salam - Menjawab 2 menit
salam
- Memperkenalkan diri
- Mendengarkan
- Menjelaskan pokok bahasan dengan baik
dan sub pokok bahasan
- Menyanyakan
- Menjelaskan jika ada yang
tujuan tidak paham

- Menjelaskan waktu yang


dibutuhkan

Penyajian - Menjelaskan definisi NAPZA - Mendengarkan 10 Menit


dengan baik
- Men jelaskan Jenis-jenis dan
contoh NAPZA - Menanyakan
jika ada yang
- Menjelaskan bahaya tidak dimengerti
penyalahgunaan NAPZA

- Memfasilitasi
pertolongan/bantuan/perlindungan
bagi korban penyalahgunaan
NAPZA

- Memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa-sisiwj dari
materi yang sudah disampaikan

Penutup - Mengevaluasi kemampuan - Memberikan 5 Menit


siswa-siswi terhadap materi yang jawaban sesuai
telah dijelaskan dengan materi
- Memberikan umpan balik atasan yang telah
jawaban siswa-siswi disampaikan
- Menyimpulkan hasil kegiatan - Menjawab
- Mengucapkan salam salam
G. Evaluasi
Siswa-siswi mengerti tentang definisi NAPZA, jenis-jenis dan contoh NAPZA,
bahaya penyalahgunaan NAPZA, dan Fasilitasi pertolongan/bantuan/perlindungan
bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

H. Sumiati, dkk., 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan &


Ketergantungan NAPZA Jakarta: Trans Info Media.
Lampiran:

A. Pengertian NAPZA
NAPZA singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Zat Adikitif
lainnya. NAPZA berupa zat yang bila masuk ke dalam tubuh dan akan
mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan
gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial (Sumiati dkk, 2009).
B. Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok (Partodiharjo,
2006).

1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun bukan sintesis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat
berat. Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi.

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi


kedalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, golongan III:

1) Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya


adiktifnya sangat tinggi. Gologan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium,dan lain-lain.

2) Narkotika gologan II adalah narkotika yang memiliki nilai adiktif kuat,


tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.

3) Narkotika Gologan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif


ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah kodein dan turunannya.
2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk
mengobati gangguan jiwa (psyche). Berdasarkan Undang-Undang No. 5
Tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan.

1) Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,


belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
2) Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif yang kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3) Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4) Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
nitrazepam (BK, mogadon, duminol), diazepam, dan lain-lain.

3. Bahan Adiktif Lainnya


Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika
yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok
alkohol dan minuman lain yang memabukkan, thinner dan zat-zat lain
seperti lem kayu, penghapus cair aseton, cat, bensin, yang bila dihisap,
dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.

C. Pengertian Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA secara terus menerus atau
sekali-sekali secara berlebihan dan tidak menurut petunjuk dokter (WHO dalam
Sumiati 2009). Penyalahgunaan NAPZA dapat diklasifikasikan menjadi
eksperimental, rekreasional, situasional, penyalahgunaan, dan ketergantungan
(Sumiati dkk, 2009).
1. Experimental user (Eksperimental)
Mereka pada umumnya menggunakan NAPZA tanpa motivasi tertentu dan
hanya didorong oleh perasaan ingin tahu. Pemakaian NAPZA ini hanya
sekali- sekali dengan dosis yang relatif kecil, belum ada ketergantungan
fisik maupun psikologik. Kelompok ini jumlahnya tebanyak.

2. Recreational users / Causal users (Rekreasional)

Mereka sudah lebih sering menggunakan NAPZA, namun pemakaiannya


terbatas hanya pada waktu-waktu pesta atau sewaktu-waktu berekreasi
bersama. Pemakai biasanya memiliki keterikatan yang tinggi dengan
kelompoknya.

3. Situasional users / Circumtantional user (Situasional)

Mereka menggunakan NAPZA bila menghadapi situasi yang sulit karena


mereka beranggapan tidak dapat atau tidak sanggup mengatasi masalah
tanpa bantuan NAPZA. Pengguna NAPZA pada golongan ini dapat
merupakan suatu pola tingkah laku tetentu yang mendorong individu
untuk lebih sering mengulangi perbuatannya, sehingga resiko untuk menjadi
pecandu lebih besar.

4. Intensified users (Penyalahgunaan)

Mereka sudah menggunakannya secara kronis, paling tidak sehari sekali.


Kelompok ini sudah merasa butuh menggunakan NAPZA untuk
mendapatkan kenikmatan atau untuk melarikan diri dari tekanan atau
masalah yang sedang dihadapi.

5. Compulsive dependence users (Ketergantungan)

Mereka menggunakan secara lebih sering, dengan dosis yang tinggi. Mereka
tidak dapat lagi melepaskan kebiasaannya tanpa menderita gonjangan dan
gangguan psikis dan fisik. Mereka sudah menderita gangguan mental yang
berat dan butuh perawatan khusus.

D. Fasilitas bagi korban penyalahgunaan NAPZA

1. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan misalnya dengan memberikan informasi dan


pendidikan yang efektif tentang napza, deteksi dini perubahan perilaku dan
menolak tegas untuk mencoba “ say no to drugs” atau “katakana tidak pada
narkoba”.
2. Pengobatan

Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi

3. Detoksifikasi

Upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat.

Anda mungkin juga menyukai