Hari, Tanggal :
Waktu : 60 menit
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Peserta yang mengikuti acara penyuluhan mampu memahami tentang narkotika, alkohol,
psikotrpika, dan zat adiktif lainnya.
2. Tujuan khusus
B. MATERI
1. Pengertian dan macam- macam NAPZA.
2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.
3. Tanda dan gejala ketergantungan obat.
4. Bahaya penggunaan NAPZA.
5. Cara pencegahan penggunaan NAPZA
C. SASARAN
D. METODE PEMBELAJARAN
E. MEDIA PENYULUHAN
1. Leaflet
2. Power Point
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
3. Menjelaskan bahaya
penggunaan NAPZA.
4.Menjelaskan Cara
pencegahan penggunaan
NAPZA
3. PENUTUP 1. Berdiskusi mengenai 1. Bertanya atau 10 menit
materi yang disampaikan menjawab
Pertanyaan
2. Mengevaluasi
pengetahuan siswa-siwa 2. Mendengarkan
tentang materi yang dan memperhatikan
disampaikan dengan
3. Menjawab salam
memberi sesi tanya jawab
3. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan.
4. Memberi salam
G. EVALUASI
MATERI NAPZA
A. Pengertian
NAPZA merupakan singkatan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yang bekerja
pada pusat penghayatan kenikmatan otak sebagaimana kenikmatan sensasi, makan, dan
stimulasi seksual. Karena itu bagi yang sudah menghayatinya selalu muncul dorongan kuat
untuk menggunakan napza guna memperoleh kenikmatan lahir batin atau eforia. Semakin
kuat napza mempengaruhan pusat-pusat penghayatan maka semakin kuat pula potensi
ketergantungan yang akan ditimbulkan. ( http://www.Bali Post.co.id, Nizar R. 2002 ).
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan
berbahaya lainnya) ( http://www.bkkbn.go.id ).
ALKOHOL : zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi
menekan syaraf pusat
PSIKOTROPIKA: adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi
kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di sistem syaraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Psikotropik meliputi : Ecxtacy, shabu-shabu, LSD, obat
penenang/ tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral
(melalui mulut), dihirup (melalui hidung) maupun intravena (melalui jarum suntik) sehingga
dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Penggunaan
NAPZA berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan/ atau psikologis serta
kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ otonom. NAPZA terdiri atas bahan-bahan
yang bersifat alamiah (natural) maupun yang sintetik (buatan). Bahan alamiah terdiri atas
tumbuhan dan tanaman, sedangkan yang buatan berasal dari bahan-bahan kimiawi.
Pada setiap kasus, ada berbagai penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan
NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang akhirnya terjebak dalam perilaku
ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus
lainnya. Beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan NAPZA adalah :
1. Faktor Keluarga
a. Faktor orangtua atau keluarga yang ikut menjadi pencetus remaja menjadi penyalahgunaan
napza adalah orangtua yang:
1) Kurang komunikatif dengan anak dan terlalu menuruti kemauan anak (permisif).
2) Terlalu sibuk dan kurang memberi perhatian pada anak, Tidak sepaham dalam
mendidik anak.
3) Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orangtua) mengalami ketergantungan
NAPZA
4) Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan
aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu
5) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu,
ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar-saudara.
6) Keluarga dengan orangtua yang otoriter. Di sini peran orangtua sangat dominan,
dengan anak yang hanya sekadar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan
sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa
diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
7) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
8) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang
kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.
b.Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam perilaku ini. Pada remaja,
biasanya penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang
rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidak mampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi,
juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat berpengaruh
terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini
juga berkaitan dengan mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor- faktor
di luar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen
dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-
satunya pemecahan masalah yang dihadapi.
Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai
bagian pencarian identitas diri. Namun bila ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan
menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan
kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah
sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak
remajanya.
c. Faktor Kelompok
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau
orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu.
Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya
semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi
dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial
dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain yang dapat
menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku
dan norma yang mendukung penyalahgunaan NAPZA dapat muncul.
d. Faktor Kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai pemicu.
Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini
dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa mendapat informasi bahwa para
penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD.
Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya
juga turut menyuburkan usaha penjualan NAPZA di Indonesia.
e. Faktor lingkungan
Tanda-tanda umum untuk mengenali apakah anak sudah mulai terlibat dalam penyalahgunaan
NAPZA:
1. Perubahan Fisik
a. Badan kurus
b. Tampak mengantuk
c. Mata merah, cekung
d. Bekas suntikan/goresan di lengan /kaki
2. Perubahan Perilaku
a. Emosi labil
b. Takut sinar/air
c. Menyendiri
d. Bohong/mencuri.
e. Menjual barang
f. Pergi tanpa pamit
g. Halusinasi
h. Paranoid
Semua jenis obat dan zat dapat membahayakan tubuh bila digunakan tidak sesuai dengan
aturan pemakaiannya. Efek obat akan sangat tergantung pada berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Seberapa besar efeknya bagi tubuh tergantung pada jenis obat yang digunakan,
berapa banyak dan sering digunakan, bagaimana cara menggunakan obat itu, dan apakah
digunakan bersama obat lain. Efek obat terhadap tubuh manusia juga tergantung dari
berbagai faktor psikologis seperti kepribadian, harapan atau perasaan saat memakai, dan
faktor biologis seperti berat badan, kecenderungan alergi, dll. Secara fisiologis organ tubuh
yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf pusat (SSP) , termasuk otak dan
sumsum belakang organ-organ otonom seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan
pancaindera. Kerusakan pada organ-organ tubuh itu menghilangkan dan merusak fungsi-
fungsi tubuh pemakai sebagai manusia normal, sehingga selanjutnya pemakai tidak dapat lagi
hidup normal.
NAPZA membahayakan hidup pemakai sendiri maupun orang lain. Bagi pemakai, selain
tidak dapat hidup normal, ia juga bisa menghadapi kematian karena overdosis atau penyakit
lain. Para pemakai NAPZA biasanya juga menjadi beban bagi orang-orang lain di sekitarnya
mulai dari keluarganya sendiri sampai masyarakat luas.
Orang yang menyalahgunakan NAPZA disebut pengguna obat biasanya tidak dapat hidup
normal. Penyalahgunaan obat menciptakan ketergantungan fisik maupun psikologis pada
tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan atau kecanduan menyebabkan pengguna tidak
dapat hidup tanpa obat. Ketergantungan dimulai ketika orang dengan sadar memilih untuk
menyalahgunakan obat. Ketergantungan bukan hanya berarti memakai obat secara berlebih.
Ketergantungan disebabkan efek obat pada kerja dan metabolisme otak yang merubah
penyalahgunaan menjadi ketergantungan akan obat dan sebuah penyakit kronis.
Ketergantungan fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit luar biasa bila ada usaha untuk
mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaian akan dihentikan. Ketergantungan secara
psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif (berkeras, ngotot) untuk memperoleh
obat-obatan tersebut Ketergantungan ini menyebabkan perilaku orang tersebut menjadi aneh
dan kadang-kadang tak terkendali.
Keadaan ini semakin buruk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal, sehingga
kebutuhan tubuh akan zat yang biasa dipakainya tersebut meningkat untuk dapat sampai pada
efek yang sama “tingginya” (disebut toleransi). Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering
diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Semakin tinggi dosis dan semakin
sering pemakaian, semakin besar kemungkinan pemakai mengalami over dosis (takaran
melebihi kemampuan tubuh menerimanya) yang menyebabkan kematian.
Penyembuhan ketergantungan Napza di bagi menjadi tiga bagian yaitu pencegahan, terapi
(pengobatan) dan rehabilitasi. Terapi di bagi menjadi dua tahapan, detoksifikasi
(membersihkan Napza dari tubuh ) dan pasca detoksifikasi ( pemantapan ), yang dalam
pengobatannya bermaksud bukan hanya fisik pasien yang disembuhkan tetapi juga kejiwaan,
sosial dan keimanannya.
3. Peranan Masyarakat
4. Peranan Pemerintah