KESEHATAN REMAJA
I. PENGANTAR
Sasaran : Remaja (13-22 Tahun)
Hari Tanggal : Kamis, 14 Juni 2022
Jam : 09.30 WITA - Selesai
Waktu : 60 Menit
Tempat : SMP 6 Moncongloe, Dusun Diccekang, Moncongloe Bulu, Maros
V. MATERI
a. Tentang narkoba, ekstasi dan rokok
b. Tentang kesehatan reproduksi remaja
c. Tentang perkawinan usia muda
VI. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi
VII. MEDIA
a. Materi SAP
b. Powerpoint
c. Banner
d. Stick note
IX. Pengorganisasian
1. Ketua : Witar Marwi, S.Kep
2. Moderator : Yani Roky Siahay, S.Kep
3. Penyaji : Rena Juliana, S.Kep
4. Fasilitator : Anita, S.Kep
Juliaha,S.Kep
Tri Harmeyliza Putri, S.Kep
Rahmatia N Abakai, S.Kep
Nining Hardiana, S.Kep
Nurhasni, S.Kep
5. Observer : Nurul Aena Rostam, S.Kep
Ivon Dukkun, S.Kep
X. EVALUASI
1. Jenis : Diskusi/Tanya Jawab
2. Teknik : Lisan
3. Jumlah : 3 buah
a. Sebutkan 3 dampak penggunaan napza!
b. Sebutkan tanda-tanda remaja memasuki masa pubertas!
c. Apa dampak perkawinan usia muda?
LAMPIRAN MATERI NAPZA, EKSTASI, DAN ROKOK
A. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dapat dibedakan dalam golongan
sebagaimana terdapat dalam undang-undang. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan
obat-obatan berbahaya. Selain narkoba istilah yang lain diperkenalkan khususnya oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Semua istilah ini baik NARKOBA maupun
NAPZA mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan, NARKOBA sebenarnya dipakai untuk membius
pasien saat hendak di operasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun banyak orang
disalah artikan akibat pemakaian diluar peruntukan dan dosis yang semestinya. Banyak jenis-
jenis NARKOBA yaitu salah satunya EKSTASI.
Ekstasi atau MDMA (Methylenedioxsymetampehetamne) adalah senyawa kimia yang
sering digunakan sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif.
Ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang mirip dengan amfetamin dan halusinogen.
Ekstasi biasanya berbentuk tablet berwarna-warna dengan desain yang berbeda-beda, ekstasi
juga berbentuk bubuk dan kapsul. Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak ada kontrol yang
mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis narkoba ini. Bahkan tidak ada jaminan
bahwa sebutir ekstasi sepenuhnya berisi ekstasi. Sering kali ekstasi dicampur dengan bahan-
bahan berbahaya lainnya. Nama-nama lainnya : Dholpin, Blackheart, Gober, Circlek, dll.
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung/dibungkus dengan kertas,
daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan sepanjang 8-10 cm, biasaniya dihisap
seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan salah satu penyebab kematian paling
besar di dunia dan merupakan satu-satunya produk legal yang membunuh seperti hingga
setengah penggunanya.
Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan
menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400
diantaranya beracun dan 40 di antaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat
menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebkan adiksi
(Ketagiahan) dan dependensi (Ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata
lain, rokok termaksud golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol dan Zat Adiktif).
Pada Usia Remaja, Tugas-Tugas Perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesame
jenis maupun lawan jenis
2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminine
3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya
kompetensi sebagai warga negara
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara
sosial
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
Perubahan Psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab,
yaitu :
1. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
2. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
3. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
4. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada
kelompoknya.
2. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi ,pihak perempuan – atau
tepatnya korban- utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan
remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat delimatis. Dalam pandangan
masyarakat ,remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga,yang secara telak mencoreng
nama baik keluarga dan ia adalah si pendosa yang melangar norma-norma sosial dan agama.
Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri
tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja setelah
mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan,
dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan,
dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik ,sosial dan mental yang berhubungan
dengan sistem ,fungsi,dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi. Namun ada hal yang perlu
pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi pada remaja bukan hanya pada saat
pranikah,namun dapat pula memberikan dampak negatif saat menikah dan hamil muda. Hal-hal
yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah 20 tahun).
F. Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja
Strategi pendidikan seks di masa lalu berfokus pada anatomi fisiologi reproduksi dan pen
yuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga Amerika kelas menengah. Baru – baru ini
pendidikan seks mulai membahas masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja.
Misalnya, program - program yang sekarang berfokus pada upaya remaja untuk “mengatakan
tidak”. Pihak oponen program pendidikan seks di sekolah percaya bahwa diskusi eksplisit
tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan peran
orang tua. Pihak pendukung mengatakan, tidak adan ya diskusi semacam itu dari orang tua dan
kegagalan mereka untuk member anak -anak mereka informasi yang diperlukan secara nyata
untuk menghambat upaya mencegah kehamilan pada remaja. Peran keluarga, masjid, gereja,
sekolah kompleks dan kontraversial tentang pendidikan seks. Orang tua mungkin tidak terlibat
dalam pendidikan seks anak - anaknya karena beberapa alasan.
LAMPIRAN MATERI PERKAWINAN USIA MUDA
A. Pengertian Perkawinan Usia Muda
Perkawinan Usia Muda adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia kurang
dari 18 tahun dan laki-laki berusia kurang dari 20 tahun. Undang-undang negara Indonesia telah
mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1
disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan
belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Menurut agama
pernikahan dini adalah pernikahan sesudah seorang anak baligh.
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan
sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika
sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang
luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa
anak.
Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih
besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.
Sementara itu anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih
besar.
2. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tenatng hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak
akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak
mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak
untuk memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak
lainnya yang melekat dalam diri anak.
Menurut temuan Plan, sebanyak 44% anak perempuan yang menikah dini mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi, sisanya, 56% anak
perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
3. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat, yang
menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki
saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang
sangat menghormati perempuan. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya yang akan
melahirkan kekerasan terhadap perempuan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini
mengakibatkan anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6% anak
kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
2022