Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KESEHATAN REMAJA

I. PENGANTAR
Sasaran : Remaja (13-22 Tahun)
Hari Tanggal : Kamis, 14 Juni 2022
Jam : 09.30 WITA - Selesai
Waktu : 60 Menit
Tempat : SMP 6 Moncongloe, Dusun Diccekang, Moncongloe Bulu, Maros

II. IDENTIFIKASI MASALAH


World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami
masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,
mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami
perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. Remaja
adalah anak berusia 13-20 tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas
pada umummnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual
dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya, secara sosial dan
psikologis mampu mandiri. Berdasarkan uraian di atas ada dua hal penting menyangkut,
batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan psikologi.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan para remaja dapat mengetahui dan
memahami tentang napza dan merokok, pentingnya kesehatan reproduksi pada remaja,
dan perkawinan usia muda.
IV. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan para remaja dapat :
a. Mengetahui, memahami, dan menjelaskan apa itu napza, ekstasi dan rokok
b. Mengetahui dan memahami tentang kesehatan Reproduksi
c. Mengetahui dan memahami apa dampak dari pernikahan dini, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi pernikahan dini

V. MATERI
a. Tentang narkoba, ekstasi dan rokok
b. Tentang kesehatan reproduksi remaja
c. Tentang perkawinan usia muda

VI. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi

VII. MEDIA
a. Materi SAP
b. Powerpoint
c. Banner
d. Stick note

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan: 1. Menjawab salam
1. Memberi Salam 2. Mendengarkan dan
2. Menyebutkan Materi memperhatikan
atau pokok
pembahasan yang akan
disampaikan
2. 10 menit Pre test : Menjawab pertanyaan
Mengevaluasi pengetahuan yang diberikan sesuai
remaja sebelum diberikan dengan pemahaman
materi
3 30 menit Pelaksanaan: 1. Menyimak dan
1. Menjelaskan materi memperhatikan
penyuluhan secara pemateri
berurutan dan teratur 2. Bertanya kepada
2. Diskusi pemateri

3 10 menit Post test : Menjawab


1. Meminta audiens Pertanyaan
menjelaskan atau
menjelaskan kembali
mengenai apa itu
napza, ekstasi, dan
rokok serta
dampaknya,
pentingnya kesehatan
reproduksi, dan
dampak perkawinan
usia muda
2. Memberikan pujian
atas keberhasilan
dalam menjelaskan
pertanyaan dan
memperbaiki
kesalahan, serta
menyimpulkan.
4 5 menit Penutup: Menjawab salam
Mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam

IX. Pengorganisasian
1. Ketua : Witar Marwi, S.Kep
2. Moderator : Yani Roky Siahay, S.Kep
3. Penyaji : Rena Juliana, S.Kep
4. Fasilitator : Anita, S.Kep
Juliaha,S.Kep
Tri Harmeyliza Putri, S.Kep
Rahmatia N Abakai, S.Kep
Nining Hardiana, S.Kep
Nurhasni, S.Kep
5. Observer : Nurul Aena Rostam, S.Kep
Ivon Dukkun, S.Kep
X. EVALUASI
1. Jenis : Diskusi/Tanya Jawab
2. Teknik : Lisan
3. Jumlah : 3 buah
a. Sebutkan 3 dampak penggunaan napza!
b. Sebutkan tanda-tanda remaja memasuki masa pubertas!
c. Apa dampak perkawinan usia muda?
LAMPIRAN MATERI NAPZA, EKSTASI, DAN ROKOK
A. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dapat dibedakan dalam golongan
sebagaimana terdapat dalam undang-undang. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan
obat-obatan berbahaya. Selain narkoba istilah yang lain diperkenalkan khususnya oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Semua istilah ini baik NARKOBA maupun
NAPZA mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan, NARKOBA sebenarnya dipakai untuk membius
pasien saat hendak di operasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun banyak orang
disalah artikan akibat pemakaian diluar peruntukan dan dosis yang semestinya. Banyak jenis-
jenis NARKOBA yaitu salah satunya EKSTASI.
Ekstasi atau MDMA (Methylenedioxsymetampehetamne) adalah senyawa kimia yang
sering digunakan sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif.
Ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang mirip dengan amfetamin dan halusinogen.
Ekstasi biasanya berbentuk tablet berwarna-warna dengan desain yang berbeda-beda, ekstasi
juga berbentuk bubuk dan kapsul. Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak ada kontrol yang
mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis narkoba ini. Bahkan tidak ada jaminan
bahwa sebutir ekstasi sepenuhnya berisi ekstasi. Sering kali ekstasi dicampur dengan bahan-
bahan berbahaya lainnya. Nama-nama lainnya : Dholpin, Blackheart, Gober, Circlek, dll.
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung/dibungkus dengan kertas,
daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan sepanjang 8-10 cm, biasaniya dihisap
seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan salah satu penyebab kematian paling
besar di dunia dan merupakan satu-satunya produk legal yang membunuh seperti hingga
setengah penggunanya.
Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan
menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400
diantaranya beracun dan 40 di antaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat
menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebkan adiksi
(Ketagiahan) dan dependensi (Ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata
lain, rokok termaksud golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol dan Zat Adiktif).

B. Dampak penyalahgunaan Narkoba, Ektasi dan Rokok


Bila narkoba digunakan secara terus-menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan mengakibatkan ketergantunga, kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik
dan psikologis, karena terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat (SSP) dan organ tubuh jantung,
hati, paru-paru, ginjang. Dampak penyalahgunaan pada seseorang sangat tergantung pada jenis
narkotika yang dipakai,kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Dampak
fisik, psikis dan sosil sangat berkaitan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa (Sakaw) bila terjadi putus obat ( Tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan
dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahan gaulnua
sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan
untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Pengaruh pemakai ekstasi yaitu perasaan gembira yang meluap-luap, perasaan nyaman,
rasa mual, berkeringat dan dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh. Meningkatkan kedekatan
dengan orang lain, percaya diri yang meningkatan dan rasa malu yang berkurang, rahang
mengencang dan gigi bergemeletuk, paranoya atau kebingungan, meningkatkan kecepatan
denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah, pinsan jatuh atau kejang-kejang (Serangan tiba-
tiba). Untuk jangka panjang pemakaian ekstasi sedikit yang diketahui tentang pengaruh jangka
panjang dari pemakaian ekstasi, tetapi kemungkinan kerusakan mental dan psikologis sangat
tinggi. Ekstasi merupakan otak dan memperlemah daya ingat, ekstasi merusak mekanisme
didalam otak yang mengatur daya belajar dan berfikir dengan cepat, menyebabkan kerusakan
jantung dan hati, adanya depresi berat dan kasus-kasus gangguan kejiwaan. Sedangkan untuk
dampak sendiri yang pertama yaitu ketergantungan, seks dan penyakit menular seksual, daya
ingat dan belajar, kematian.
Dampak dari seseorang yang merokok adalah bisa merusak organ tubuh bagian dalam
seperti paru-paru. Sudah lebih dari 6 juta orang meninggal setiap tahunnya didunia. Bahkan
diperkirakan pada tahun 2030, angka kematian yang disebabkan oleh kebiasaan merokok
mencapai 10 juta jiwa setiap tahunnya. Merunut WHO, Indonesia adalah negara ke 3 dengan
jumlah perokok terbesar didunia setelah Cina dan India. Tidak ada manfaatnya sedikitpun dari
kebiasaan merokok seluruhnya adalah dampak buruk, dari segi perekonomian hingga
kesehatan. salah satu penyakit yang paling banyak ditimbulkan akibat kebiasaan merokok
adalah kanker paru. Namun tidak hanya itu saja, hampir semua bagian tubuh seperti jantung,
ginjal, pembuluh darah, kesehatan reproduksi, tulang dan otot, paru-paru, serta otak bisa rusak
akibat merokok.
LAMPIRAN MATERI KESEHATAN REPRODUKSI
A. Pengertian Remaja Dalam Konteks Kesehatan Reproduksi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen
Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut
BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak R eproduksi) batasan usia remaja adalah 10
sampai 21 tahun.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi . Kesehatan
Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati
kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat
dan aman. Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta
lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk
pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak ban yak rejeki, informasi tentang
fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan
satu dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli
kebebasannya secara materi, dsb)
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb).
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-
mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi
yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative
8. Hak-hak reproduksi

Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang


cukup. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi :
1. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi, seperti juga
masalah kesehatan lainnya, semata-mata menjadi urusan kalangan medis, sementara
pemahaman terhadap kesehatan reproduksi (apalagi kesehatan reproduksi remaja) di
kalangan medis sendiri juga masih minimal. Meskipun sejak konperensi Kairo definisi
mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin jelas, diseminasi pengertian tersebut di
kalangan medis dan mahasiswa kedokteran agaknya belum memadai.
2. Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanyalah
masalah kesehatan sebatas sekitar poses kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap
bukan masalah kaum remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka
yang belum menikah. Di sini sering terjadi ketidak konsistensian di antara p ara pakar
sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan istilah remaja dengan b atasan usia,
tetapi di sisi lain dalam pembicaraan selanjutnya mereka hanya membatasi pada
mereka yang belum menikah. Banyak yang masih mentabukan untuk membahas
masalah kesehatan reproduksi remaja karena membahas masalah tersebut juga akan
juga berarti membahas masalah hubungan seks dan pendidikan seks.

B. Perubahan Fisik, Biologis, Psikososial Remaja


1. Tumbuh Kembang Remaja.
Masa remaja dibedakan dalam :
a. Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
b. Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
c. Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
2. Pertumbuhan Fisik Pada Remaja Perempuan :
a. Mulai menstruasi.
b. Payudara dan panggul membesar.
c. Indung telur membesar.
d. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
e. Vagina mengeluarkan cairan.
f. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
g. Tubuh bertambah tinggi (Lengan dan Tungkai kaki bertambah panjang )
h. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat
i. seperti anak kecil lagi.
j. Kaki dan tangan bertambah besar
k. Keringat bertambah banyak
l. Indung telur mulai membesar dan berfungsi sebagai organ reproduksi
3. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
a. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan berat.
b. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
c. Tumbuh kumis.
d. Mengalami mimpi basah.
e. Tumbuh jakun.
f. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
g. Penis dan buah zakar membesar.
h. Tubuh bertambah berat dan tinggi
i. Keringat bertambah banyak
j. Kulit dan rambut mulai berminyak
k. Lengan dan tungkai kaki bertambah besar
l. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat
seperti anak kecil lagi

Pada Usia Remaja, Tugas-Tugas Perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesame
jenis maupun lawan jenis
2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminine
3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya
kompetensi sebagai warga negara
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara
sosial
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
Perubahan Psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab,
yaitu :
1. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
2. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
3. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
4. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada
kelompoknya.

C. Determinan Perkembangan Remaja


Pada bagian ini juga penting diketahui aspek atau faktor-faktor yang berhubungan atau
yang mempengaruhi kehidupan remaja. Keluarga, sekolah ,dan tetangga merupakan aspek yang
secra langsung mempengaruhi kehidupan reamaja, sedangan struktur sosial ,ekonomi
politik ,dan budaya lingkungan merupakan aspek yang memberikan pengarauh secara tidak
langsung terhadap kehidupan remaja. Secara garis besarnya ada dua tekanan pokok yang
berhubungan dengan kehidupan remaja , yaitu internal pressure (tekanan dari dalam diri
remaja) dan ex ternal pressure (tekanan dari luar diri remaja)
Tekanan dari dalam (internal pressure) merupakan tekanan psikologis dan emosional.
Sedangkan teman sebaya, orang tua guru, dan masyarakat merupakan sumber dari luar
(external pressure). Teori ini akan membantu kita memahami masalah yang dihadapi remaja
salah satunya adalah masalah kesehatan reproduksi.

D. Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi


Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang san gat
berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau respons
seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada(Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual
adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi
perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual
yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Adanya penurunan usia rata-rata
pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa
dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan
dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan
seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini di sebut youth uulnerability oleh
Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan underestimate
terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bah wa kehamilan tidak akan terjadi
pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi
HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat. Dari kedua definisi kesehatan reproduksi
tersebut ada beberapa faktor yang berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang,
yaitu faktor sosial ,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya
fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak
adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan
dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD Kairo dicantumkam
definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal
tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan
dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak ,
penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan
mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar
tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk
memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang
tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.

E. Resiko perilaku seksual berisiko remaja saat ini


Seperti telah dikemukakan di bagian pendahuluan, banyak penelitian dan berita di media
massa yang menggambarkan fenomena perilaku seksual remaja pranikah di indonesia.
Sebenarnya perilaku seksual remaja pranikah sudah ada sejak manusia ada. Tetapi informasi
tentang perilaku tersebut cenderung tidak terungkap secara luas. Sekarang kondisi masyarakat
telah berubah dengan telah makin terbukanya arus informasi, makin banyak pula penelitian atau
studi yang mengungkapkan permasalahan perilaku seksual remaja, termasuk hubungan seksual
pranikah. Di indonesia sendiri ada beberapa penelitihan yang menggambarkan fenomena
perilaku seksual remaja pranikah. Berikut ini ada beberapa penelitian kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan fenomena tersebut.

1. Penyakit menularseksual (PMS) – HIV/AIDS


Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular
PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakuakan anal seks menyebabkan remaja
semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti sifilis ,gonore,herpes, klamidia dan AIDS . dari
data yang ada menukjukan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS, 53,0% berusia
antara 15-29 tahun. Tidak terbatasnya cara melakuakan hubungan kelamin pada genital-genital
saja(bisa juga oragenital) menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah
genital, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ektra genital.

2. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi ,pihak perempuan – atau
tepatnya korban- utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan
remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat delimatis. Dalam pandangan
masyarakat ,remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga,yang secara telak mencoreng
nama baik keluarga dan ia adalah si pendosa yang melangar norma-norma sosial dan agama.
Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri
tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja setelah
mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan,
dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan,
dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik ,sosial dan mental yang berhubungan
dengan sistem ,fungsi,dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi. Namun ada hal yang perlu
pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi pada remaja bukan hanya pada saat
pranikah,namun dapat pula memberikan dampak negatif saat menikah dan hamil muda. Hal-hal
yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah 20 tahun).
F. Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja
Strategi pendidikan seks di masa lalu berfokus pada anatomi fisiologi reproduksi dan pen
yuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga Amerika kelas menengah. Baru – baru ini
pendidikan seks mulai membahas masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja.
Misalnya, program - program yang sekarang berfokus pada upaya remaja untuk “mengatakan
tidak”. Pihak oponen program pendidikan seks di sekolah percaya bahwa diskusi eksplisit
tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan peran
orang tua. Pihak pendukung mengatakan, tidak adan ya diskusi semacam itu dari orang tua dan
kegagalan mereka untuk member anak -anak mereka informasi yang diperlukan secara nyata
untuk menghambat upaya mencegah kehamilan pada remaja. Peran keluarga, masjid, gereja,
sekolah kompleks dan kontraversial tentang pendidikan seks. Orang tua mungkin tidak terlibat
dalam pendidikan seks anak - anaknya karena beberapa alasan.
LAMPIRAN MATERI PERKAWINAN USIA MUDA
A. Pengertian Perkawinan Usia Muda
Perkawinan Usia Muda adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia kurang
dari 18 tahun dan laki-laki berusia kurang dari 20 tahun. Undang-undang negara Indonesia telah
mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1
disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan
belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Menurut agama
pernikahan dini adalah pernikahan sesudah seorang anak baligh.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda


1. Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua.
2. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi, sosial
anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma negatif terhadap
status perawan tua.
3. Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam
kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang
tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika
diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
4. Diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis layaknya
suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera
menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah
tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.

C. Dampak perkawinan usia muda


1. Dampak biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan
sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika
sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang
luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa
anak.

Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih
besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.
Sementara itu anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih
besar.

2. Dampak psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tenatng hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak
akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak
mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak
untuk memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak
lainnya yang melekat dalam diri anak.

Menurut temuan Plan, sebanyak 44% anak perempuan yang menikah dini mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi, sisanya, 56% anak
perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.

3. Dampak Sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat, yang
menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki
saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang
sangat menghormati perempuan. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya yang akan
melahirkan kekerasan terhadap perempuan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini
mengakibatkan anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6% anak
kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.

D. Cara Pencegahan Perkawinan Usia Muda

1. Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.


2. Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.
3. Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada remaja.
4. Menyebutkan NKKBS.
5. Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu dengan
konseling.

E. Pemecahan Masalah Perkawinan Usia Muda


1. Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah diatas 20 tahun.
2. Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan fisik untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya.
3. Diberi penjelasan bahwa sikap mental yang labil dan belum matang emosionalnya
belum siap untuk bertanggung jawab.
4. Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
5. Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat tinggi.
6. Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia muda
kemandiriannya masih rendah dan menyebabkan tingginya angka perceraian.
DOKUMENTASI PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA
BERITA ACARA PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022

Anda mungkin juga menyukai