Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan paliatif
oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
A. CARDIAC ARREST
1. Pengertian
Cardiac arrest terjadi ketika jantung berhenti menghasilkan denyutan yg efektif
dan sirkulasi darah.
Bisa terjadi ketika HR terlalu cepat (ventrikal takhikardi a/ ventrikular fibrilasi)
atau terlalalu rendah (bradi kardi a/ AV blok). a/ ketika tak ada HR (asystol)
Bisa mengikuti respiratory arrest
Bisa saja terjadi ada aktivitas listrik tapi tidak efektif kontraksi a/ volume
sirkulasi disebut pulseless electrikal activity (PEA)
NO TINDAKAN
1. Respons (teriak, goyangkan, dagu dan bahu
2. Minta bantuan (teriak), posisi penolong
3. Buka jalan napas (tekan dahi dan amgkat dagu)
4. Periksa napas (lihat, dengar, rasakan) jalam napas tetap terbbuka
5. Ventilasi 2x (hidung ditutup), lihat gerakan dada
6. Raba denyut nadi karotis, jalan napas tetap terbuka
7. Tentukan titik kompresi (2 jari diatas ujung pedang)
8. Letakkan tumit tangan ditengah tulang dada (keatas 2 jari dari ujung
pedang)
9. Buat lengan tegak lurus, tangan di tengah tulang dada (keatas 2 jari dari
ujung pedang)
10. Turunkan bahu sesuai arah gravitasi
11. Kompresi 15 x, tekan 4-5 irama teratur (9-11)
12. Lakukan ventilasi 2 x (1 siklus 15:2) → harus 4 siklus
B. HEART ATTACK
Serangan jantung terjadi bila pembuluh darah koroner tersumbat total, sehingga
menimbulkan kematian/nekrosis jaringan otot jantung yg diperdarahi. Serangan juntung
merupakan gambaran klinik dari Infarksi Miokardium Akut (IMA), yg bermakna
kematian beberapa otot jantung karena aliran darah tidak adekuat. Kelengahan dapat
berakibat fatal. Bila terjadi serangan jantung, setiap menit adalah penting, sehingga kita
kenal istilah “Time is muscle”, yg maksudnya setiap menit adalah sangat, berarti untuk
menyelamatkan otot jantung.
1. Tanda-tanda / gejala IMA
Keluhan : rasa tidak enak, sakit, rasa tertindih beban berat, atau rasa tercekik.
Lokasi bagian tengah dada kiri, belakang tulang dada, kerap menjalar kebahu,
punggung, bawah dagu dan ketangan.
Jangka waktu beberapa menit, dan keluhan hilang timbul dan semakin
berat/progresif.
Nyeri > 30 menit tidak hilang dan istirahat dengan niroglicerin.
2. PATOFISIOLOGI
a) Fase awal
Pemeliharaan Curah Jantung.
Release katekolamin - ↑ HR ↑ kontraktilitas.
Stimulasi simpatis – ↑ SVR arterial pressure.
Venokonstriksi – ↑ preload
b) Fase lanjut
Mekanisme Kompensasi – Gagal
Reduksi (↓) curah jantung, arterial pressure
Mikrosirkulasi – ‘sludging’ (tersumbat)
c) Disfungsi seluler
→DO2 dan substrat energi ↓
Metabolisme anaerob, asidosis sistemik (depresi otot polos dan
miokard). Gagal organ
Syok irreversible
3. KRITERIA DIAGNOSIS
a. Hipotensi dan takikardi
Hipoperfusi perifer
b. Vasokanstriksi perifer
c. Penurunan kesadaran
Oliguri dan Anuri
d. Metabolik asidesis (kelebihan asam)
E. MENINGITIS
1. Pengertian
Adalah infeksi pada CSF disertai peradangan pada pia-arachnoid, ruang sub
arachnoid dan dpt sampai ke jaringan permukaan otak dan medula spinalis
2. Penyebab
Haemophillus influenza,
pneumococcus, meningococcus,
streptococcus group A,
Staphilococcus aureus, penumococcus,
Coli. Proteus,
pseudomonas, dan
virus.
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab dibagi 2 yaitu :
a) Bacterial Meningitis :
Meningitis purulenta, penyebab :
Staphilococcus, Streptococcus, Meningococcus, Hemophillus influenza
b) Meningitis serosa.
Paling sering terjadi pada orang dewasa yang disebabkan oleh meningitis
tuberculosa, mrp infeksi pada system persarafan yg terjadi scr sekunder akibat
sakit TBC di tempat lain (paru, kelenjar, dsb)
c) Viral meningitis, penyebab :
Infeksi Virus Herpes,
Infeksi sal pernafasan
4. Gejala Klinis Meningitis:
Panas badan yang meninggi
Ggn kesadaran
Iritasi rangsang meningen: kaku kuduk, kernign sign, lasaque dan
brudzinski (+)
Kejang
Photopobia
Fontanel yang menonjol pd bayi
Nausea, anoreksia, muntah
Nyeri kepala / punggung
Kelumpuhan nervus kranial tertentu
Tanda-tanda peningkatan TIK
Komplikasi
Ketulian,
buta,
Mental retardasi,
Hemiparese,
Hipertoni Otot,
Kejang Permanen,
Hidrocepalus
5. Gambaran Klinik
a) Stadium Prodormal (1-3 mg):
Kesadaran baik
Rangsang meningen -/+ pd akhir stadium
Kelainan neurologis
Biasanya klien :
Tampak sehat, gelisah, penurunan BB, suhu sub febris, mual, muntah,
apatis, malaise, anorexia, nyeri kepala, kejang.
b) Stadium Transisional
Mulai terjadi penurunan kesadaran
Terdapat rangsa meningeal berupa kaku kuduk, tanda brudzinski dan
kernig yang positip
Terdapat tanda-tanda fokal neurologi, yaitu : opthalmoplegi &
hemiparese
c) Stadium Terminal (terjadi kerusakan otak fokal dan difuse)
Penurunan tingkat kesadaran sampai koma
Dekortikasi dan deserebrasi
Tanda-tanda neurologis :
a) Hemiplegi
b) Para parese
c) Ggn nervus kranial ii, iii, iv, vi, viii
d) Respirasi dpt cheyne stokes
6. Pencegahan
1) Pengenalan dan penatalaksanaan pd ISPA dan Otitis media meningitis
2) Pengenalan & penemuan peny. Meningitis scr dini agar dilakukan
pengobatan & penatalaksanaan medis scr spesifik
3) Imunisasi / vaksinasi
7. Komplikasi:
a) Komplikasi neurologi:
Segera : kejang, cerebral venous thrombosis, peningkatan
TIK.
Lanjut : hidrosephalus, empiema sub dural.
b) Non neurologi : SIADH, DIC, Acute bacterial endocarditis,
Arthritis, shock.
8. Therapetik Management
Isolasi
Pemberian antibiotika (test resistensi)
Observasi tanda vital
Pemasukan cairan, kalori & protein harus diperhatikan & berikan sesuai
kebutuhan.
Memelihara jalan nafas
Memelihara kebersihan tubuh
Membantu miksi dan defekasi agar tak terjadi infeksi sekunder, mis:
sistitis, decubitus
Pemberian obat antipiretik u/ hiperthermi
Pasien dengan oedema serebri berikan manitol 20% (obat anti edema)
Penanganan kejang
Menurunkan TIK yang meninggi
Mencegah komplikasi
9. Pemeriksaan Diagnostik:
1. CT scan,
2. MRI,
3. Rontgen photo :
Tengkorak,
Dada,
Sinus. Apabila nampak sinus tdk menutup, berarti pneumonia,
sinusitis, mastoiditis.
10. Pemeriksaan LCS dengan lumbal punksi :
1. TIK meningkat (180 – 400 mmHg) akibat oedema otak.
2. Protein > 50mg/dl, glukosa < 40 mg/dl
3. None & pandi terbentuk cincin, berwarna kuning keruh sampai dg
xantokrom & menggumpal
4. Cultur darah
5. Apus cairan spinal : Tuberkel TBC
6. Urea normal dan elektrolit abnormal dehidrasi
7. LDH meningkat
F. OSTEOMYELITIS
1. Definisi
a. Osteomelitis : keadaan dimana terjadi peradangan pada tulang
b. Pada anak : timbul sbg komplikasi dari tempat lain : faringitis, otitis media
c. Bakteri menyebar melaui darah menuju metafisis didekat lempeng
pertumb. Dimana darah akan mengalir ke dalam sinosoid nekrosis
jaringan tempat perdangan teraba keras & nyeri.
2. Etiologi
a) Pathogenic agent
Staphylococcus aureus (90%)
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus haerliticus
Haemophilusinfluenea
Gonorhoe
b) Exegonous osteomyelitis
Invasi kuman melalui penetrasi langsung melalui fraktur, luka
tusuk dll.
c) Hermatogenous osteomyelitis menyebar dari fokus infeksi sebelumnya :
Abses pd kulit
Otitis media
Isk
Pneumonia
Abses gigi
d) Nonpenetrating trauma oklusi pembulu darah kecil nekrosis pada tulang
e) Osteomyelitis kronis: berasal dari akut, kelompok rentan :
Periferal raskular disseoses
Usila
Isk
Pemasangan infus lama
Tifoid
3. MANIFESTASI KLINIS
OSTEOMYELITIS AKUT :
a. Demam diatas 380c
b. Pembengkakan di area yg terkena
c. Arythema di area terkena
d. Nyeri tekan pada area terkena
e. Nyeri tulang yang konstan terlokalisasi nyeri me saat aktifitas
pergerakan
OSTEOMYLITIS KRONIS :
a. Ulserasi kulit
b. Pembentukan sinus drainage
c. Nyeri terlokalisasi
d. Drainage pd area terkena
4. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri
2. Gangguan aktifitas
3. Potensial cedera
4. Gangguan integritas kulit
5. Perubahan konsep diri
6. Cemas
5. MANAGEMENT OSTEOMYELITIS
a) Istirahatkan daerah yang sakit
b) Kolaborasi therai obat – obatan antibiotik
c) Drainage & isolasi kontak daerah ulkus
d) Kolaborasi dalam : hyperbaric oxygeo therapi
e) Kolaborasi :
SEQUESTRECROMY:
Melalui debridemen
BONE GRAFTTERDIRI DARI TIGA FASE :
a) Mengeksisi yg necrotik
b) Memasang graf huang
c) Menutup kulit
BONE SEGMENT TRANSFER :
a) Dilakukan gangguan skeletal yg meluas
b) Tempat donor : fibul & iliica
c) Amputasi
d) Merupakan jalan terakhir
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. PENATALAKSANAAN INFEKSI
Perawatan luka
Irigasi pus
Kolaboratif antibiotik
2. PENATALAKSANAAN NYERI
Immobilisasi area terkena
Hindari stressor pd area terkena
Hindari pergerakan mendadak
Non invasive pain mangement : distraksi, relaksasi, guided imagery,
cutaneous stimalation
Kolaboratif analgetik
3. FASILITAS PENYEMBUHAN LUKA:
Diit tinggi prokin & vit c
Fasilitasi u/ meningkatkan nafsu makan
4. KEMAJUAN KONDISI KLIEN
Monitor tanda vital
Monitor pembengkakan nyeri
Monitor pus yg keluar
5. PEMENUHAN ADL
6. EMOTIONAL SUPPOR