Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh Kelompok 8:


1. Shafa Sabila Putri Zuhri P3.73.20.2.18.037
2. Sindi Lestari P3.73.20.2.18.038
3. Tiara Primanda Putri P3.73.20.2.18.039
4. Yulianti Putri Susman P3.73.20.2.18.040
5. Rinna Nur Syamsiah P3.73.20.2.18.041

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA TERAPAN DAN


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya kami tim
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri” tepat pada waktunya. Makalah ini tim penulis susun
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I, selain itu untuk mengetahui dan
memahami tentang defisit perawatan diri.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Bekasi, 22 Februari 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................3
A. Definisi Defisit Perawatan Diri..................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri.............................................................................................3
C. Etiologi......................................................................................................................................3
D. Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene..................................................4
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................4
F. Mekanisme Koping pada Defisit Perawatan Diri.......................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI.......................................6
A. Pengkajian.................................................................................................................................6
B. Diagnosis Keperawatan.............................................................................................................7
C. Tindakan Keperawatan..............................................................................................................7
D. Evaluasi.....................................................................................................................................9
BAB IV................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Simpulan..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa yaitu pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan
dengan respons psiko-sosial yang maladaftif yang disebabkan oleh gangguan bio-
psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan
dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi
& Purwanto,2009).
Untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik,
mental, dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan
yang memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres
yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas
(Poltekkes Depkes,2010).
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25%
ditahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90%
dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa
ditemukan disemua negara, terjadi pada semua tahap kehidupan, termasuk orang
dewasa dan cenderung terjadi peningkatan gangguan jiwa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pasien dengan Defisit Perawatan Diri”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan defisit perawatan diri?
2. Apa saja jenis-jenis defisit perawatan diri?
3. Bagaimana proses terjadinya defisit perawatan diri?
4. Apa saja tanda dan gejala dari defisit perawatan diri?
5. Bagaimana mekanisme koping yang dilakukan pada defisit perawatan diri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan definisi defisit
perawatan diri.
2. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis dari defisit perawatan diri.
3. Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya defisit perawatan diri.
4. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala defisit perawatan diri.
5. Mahasiswa dapat memahami mekanisme koping yang digunakan dalam defisit
perawatan diri.
6. Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan
diri.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Defisit Perawatan Diri


Herdman (2012) mendefinisi perawatan diri sebagai suatu gangguan di dalam
melakukan aktivitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting).
Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalammi ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien
dikucilan baik dalam keluarga maupun masyarakat.

B. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


1. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis
3. Makan
Mengalammi kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan
dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring
4. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan

C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan individu bisa mengalami defisit perawatan diri,
yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis, seringkali defisit perawatan diri disebabkan karena adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mamou melakukan
perawatan diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
b. Psikologis, faktor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting.
Hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu
sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalami
defisit perawatan diri dikarenakan kemamouan realitas yang kurang sehingga
menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.
c. Sosial, kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
d. Kemampuan realitas turun, klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri

D. Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene


Menurut Wartonah (2006)
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang
kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan
didukung dengan data hasil observasi
1. Data subjektif
Pasien mengatakan tentang:
a. Malas mandi
b. Tidak mau menyisir rambut
c. Tidak mau menggosok gigi
d. Tidak mau memotong kuku
e. Tidak mau berhias/ berdandan
f. Tidak bisa/ tidak mau menggunakan alat mandi/ kebersihan diri
g. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
h. BAB dan BAK sembarangan
i. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
j. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
2. Data objektif
a. Badan bau, kotor, berdaki, gigi kotor, kuku panjang
b. Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
c. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
d. Pakaian tidak rapi, tidak mamou memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatum tidak
mengkancingkan baju atau celana
e. Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian, misalnya
memalai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai
f. Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian (telanjang)
g. Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu makan, memegang alat makan, membawa makanan dari
piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan
menghabiskan makanan
h. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB
dan BAK

F. Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri


Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambatfungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri (Damaiyanti dalam bagas dkk, 2017)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga. Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
1. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
2. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi,
dan menggunting kuku?
3. Bagaimana pendapat pasien tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas
dengan penampilan sehari-hari pasien?
4. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut, berdandan, bercukur (untuk laki-laki)
secara teratur?
5. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan
6. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan pasien mandi sehari-hari? Peralatan mandi
apa saja yang digunakan pasien?
7. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien?
8. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya?
9. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasie?
10. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK?
11. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan me;lalui observasi
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor
2. Ketidakmampuan berhias/ berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan
3. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya
4. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB dan BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB dan
BAK

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit
perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala
defisit perawatan diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah Defisit
perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK

C. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawtan defisit perawatan diri dilakukan terhdap pasien dan
keluarga. Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau
didampingi keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawata
menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi
defisit perawatan diri yang dialami pasien.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali mnemui
keluarg dan melatih keluarga untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil
tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan
yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri
yang telah diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap
pertemuan, minimal empat kali pertemuan hinggan pasien dan keluarga mampu
mengatasi defisit perawatan diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien defisit perawatan diri
Tujuannya agar pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melakukan kebersihan diri secara mandiri
c. Melakukan berhias/ berdandan secara baik
d. Melakukan makan dengan baik
e. Melakukan BAB/BAK secara mandiri

Tindakan keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama oanggilan pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan dan tempatnya di mana
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan alat-alat untuk membersihkan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
5) Melatih pasien berdandan/ berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi: berpakaian, menyisir rambut, dan
bercukur. Untuk pasien wanita, latihan meliputi: berpakaian, menyisir
rambut, dan berhias
c. Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih makan dan minum pasien, perawata dapat melakukan tahapan
sebagai berikut:
1) Menjelaskan kebutuhan kalori dan cara makan dan minum
2) Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan dan minum setelah makan
dan minum
4) Mempraktekkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

d. Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri


Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri seuai tahapan
berikut:
1) Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setalah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan temoat BAB dan BAK
4) Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik
2. Tindakan keperawtatan untuk keluarga pasien defisit perawatan diri
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien defisit perawatan diri di rumah dan
menjadi system pendukung yang efektif bagi pasie. Tujuannya agar keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan diri.
Tindakan keperawatan:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien defisit
perawatan diri
b. Menjelskan oengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit
perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
d. Melatih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum, BAB dan BAK pasien
e. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan diri pasien
f. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas kesehatan
g. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

D. Evaluasi
1. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan peningkatan
kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti:
a. Pasien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku dengan benar dan bersih
b. Mengganti pakaian dengan pakaian bersih
c. Membereskan pakaian kotor
d. Berdandan dengan benar
e. Mempersiapkan makanan
f. Mengambil makanan dan minuman dengan rapi
g. Menggunakan alat makan dan minum dengan benar
h. BAB dan BAK pada tempatnya
i. BAB dan BAK dengan bersih
2. Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat pasien defisit perawatan diri
berhasil apabila keluarga dapat:
a. Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
c. Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri
d. Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Defisit perawatan diri Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun, ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting. Jenis-jenis defisit perawatan
diri antara lain seperti kebersihan diri, berdandan dan berhias, makan, dan toileting.
penyebab seseorang mengalami defisit perawatan diri ada dua faktor yaitu faktor
predisposisi dan presipitasi. seseorang yang mengalami defisit perawatan diri Diri
dapat terkena dampak fisik dan psikologis. mekanisme koping pada pasien defisit
perawatan diri dapat berupa koping adaptif dan maladaptif.

Perawatan diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari karena perawatan diri akan mempengaruhi kesehatan biologis dan psikologis
seseorang. Oleh karena itu, perlunya dilakukan asuhan keperawatan pada pasien
defisit perawatan diri mulai dari pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
melakukan tindakan keperawatan, hingga evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, R. F. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Syahni, L. A. (2018). Penerapan Latihan Mandi dan Berhias. Retrieved 02 22, 2020, from
Repository UMP: http://repository.ump.ac.id/8275/3/Lela%20Aruma%20Syahni
%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai