Anda di halaman 1dari 54

I.

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Buku ini berisikan tentang produksi teh herbal karakteristik bahan, prinsip
dasar pengolahan, faktor-faktor yang mempengaruhi, jenis dan prinsip
kerja alat pengolahan, alur proses pengolahan, pengolahan, pengendalian
mutu, pengemasan sederhana.

Produksi teh herbal, karakteristik bahan, prinsip dasar pengolahan, faktor-


faktor yang mempengaruhi, jenis dan prinsip kerja alat pengolahan, alur
proses pengolahan, pengolahan, pengendalian mutu, pengemasan
sederhana.

B. Prasyarat

Sebelum mempelajari materi ini sebaiknya siswa telah mempelajari


tentang pengolahan simplisia,dan pembuatan simplisia nabati

C. Petunjuk Penggunaan

Penjelasan bagi Peserta Didik

1. Bacalah Buku ini secara berurutan dari Kata Pengantar sampai Daftar
Cek Kemampuan pahami dengan benar isi dari setiap babnya.
2. Setelah Anda mengisi Cek Kemampuan, apakah Anda termasuk
kategori orang yang perlu mempelajari buku ini? Apabila Anda
menjawab YA, maka pelajari buku ini.
3. Laksanakan semua tugas-tugas yang ada dalam buku ini agar
kompetensi Anda berkembang sesuai standar.

1
4. Lakukan kegiatan belajar untuk mendapatkan kompetensi sesuai
dengan yang disetujui oleh Guru.
5. Setiap mempelajari satu sub kompetensi, Anda harus mulai dari
memahami tujuan kegiatan pembelajarannya, menguasai pengetahuan
pendukung (Uraian Materi), melaksanakan tugas-tugas.
6. Setelah selesai mempelajari buku ini silahkan Anda mengerjakan latihan.

7. Laksanakan Lembar Kerja untuk pembentukan psikomotorik skills


sampai Anda benar-benar terampil sesuai standar. Apabila Anda
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas ini, konsultasikan
dengan guru.
8. Setelah Anda merasa benar-benar menguasai seluruh kegiatan belajar
dalam buku ini, mintalah evaluasi dari guru.

D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari buku ini siswa mampu:

1. Mengidentifikasi karakteristik bahan produksi teh herbal

2. Menerapkan prinsip dasar pengolahan teh herbal

3. Mengidentifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi pengolahan teh


herbal
4. Menerapkan jenis dan prinsip kerja alat pengolahan teh herbal

5. Menerapkan alur proses pengolahan teh herbal

6. Melakukan pengolahan teh herbal

7. Melakukan Pengendalian mutu dan pengemasan teh herbal sederhana

2
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Bidang Keahlian : Kesehatan dan Pekerjaan Sosial


Program Keahlian : Farmasi
Kompetensi Keahlian : Farmasi Klinis dan Komunitas

Tujuan kurikulum mencakup empat aspek kompetensi, yaitu (1) aspek kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Aspek-aspek kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler.

1. Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan


ajaran agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial
yaitu, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab, responsif,
dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat, penguatan, pembiasaan,
dan pengkondisian secara berkesinambungan serta menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi
tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

2. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

3
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, 4. Melaksanakan tugas spesifik, dengan


menganalisis, dan mengevaluasi menggunakan alat, informasi, dan prosedur
tentang pengetahuan faktual, kerja yang lazim dilakukan serta
konseptual, operasional dasar, dan menyelesaikan masalah kompleks sesuai
metakognitif sesuai dengan bidang dengan bidang dan lingkup kerja Dasar-
dan lingkup kerja Dasar-dasar dasar Farmasi.
Farmasi pada tingkat teknis, Menampilkan kinerja mandiri dengan
spesifik, detil, dan kompleks, mutu dan kuantitas yang terukur sesuai
berkenaan dengan ilmu dengan standar kompetensi kerja.
pengetahuan, teknologi, seni,
Menunjukkan keterampilan menalar,
budaya, dan humaniora dalam
mengolah, dan menyaji secara efektif,
konteks pengembangan potensi diri
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
sebagai bagian dari keluarga,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif
sekolah, dunia kerja, warga
dalam ranah abstrak terkait dengan
masyarakat nasional, regional, dan
pengembangan dari yang
internasional.

4
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

dipelajarinya di sekolah, serta


mampu melaksanakan tugas spesifik
secara mandiri.

Menunjukkan keterampilan
mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan gerak mahir, menjadikan
gerak alami, sampai dengan tindakan
orisinal dalam ranah konkret terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara
mandiri.

5
II. PEMBELAJARAN

A. Deskripsi

Buku ini berisikan tentang produksi teh herbal (Simplisia dan segar)
karakteristik bahan, prinsip dasar pengolahan, faktor-faktor yang
mempengaruhi, jenis dan prinsip kerja alat pengolahan, alur proses
pengolahan, pengolahan, pengendalian mutu, pengemasan
sederhana.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai kegiatan ini siswa mampu:

a. Menjelaskan karakteristik bahan


b. Memahami Prinsip dasar pengolahan dan faktor yang mempengaruhi
c. Menjelaskan Jenis dan prinsip kerja alat pengolahan
d. Menjelaskan Alur proses pengolahan
e. Melakukan Pengendalian mutu
f. Melakukan Pengemasan sederhana

2. Uraian Materi

Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang


digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan
atau mengubah makanan

menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia di rumah atau


oleh industri pengolahan makanan.

Herbal merupakan tanaman yang sudah akrab dalam kehidupan

6
kita sehari- hari

Istilah herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang


tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia
pengobatan istilah herbal memiliki makna yang lebih luas, yaitu
segala jenis tumbuhan dan seluruh bagian-bagiannya yang
mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat dipakai
sebagai obat (therapeutic).
Herbal tea atau teh herbal merupakan salah satu produk
minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki
khasiat dalam membantu pengobatan suatu penyakit atau
sebagai minuman penyegar tubuh (Hambali, et al., 2005).
Produk ini merupakan salah satu bentuk perubahan produk
kesehatan. Dengan adanya teh herbal, masyarakat dapat
mengkonsumsi minuman sehat tanpa mengganggu rutinitas
sehari-hari sehingga kesehatan tubuh tetap terjaga.

Selain pengetahuan tersebut, terdapat pengetahuan penunjang


yang sangat berkaitan dengan makanan herbal, mengkonsumsi
makanan vegetarian, dan mencegah makanan anti bakteri. Hanya
melalui pengetahuan tersebut, makanan yang anda konsumsi
bukanlah sampah, namun zat-zat yang memang dibutuhkan oleh
tubuh. Herbal meliputi berbagai jenis bahan dari tumbuh-
tumbuhan yang umumnya memiliki fungsi dan khasiat tertentu.

Saat ini herbal makin popular di masyarakat, herbal tidak hanya


popular untuk pengobatan dan pencegahan penyakit dan populer
sebagai bahan kosmetik yang berfungsi untuk meningkatkan
kecantikan seseorang terutama para wanita.

7
Salah satu jenis herbal adalah rempah – rempah . Rempah-rempah
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya digunakan
untuk memasak dan dapat juga dimanfaatkan dalam meramu
dalam pembuatan jamu tradisional. Hasil olahan rempah-rempah
dapat dimanfaatkan dalam industri parfum, farmasi, flavor,
pewarna dan lain-lain

Dari beberapa pendapat para ahli disimpulkan bahwa, rempah-


rempah/herbal adalah semua hasil tanaman yang dikeringkan
atau yang masih segar yang mempunyai aroma dan citarasa
spesifik, mengandung minyak atsiri atau minyak makan dalam
bentuk utuh, potongan atau serbuk yang dapat memberikan
citarasa ke dalam makanan dan minuman dengan tanpa
penambahan zat aditif lain.

Rempah-rempah/herbal dapat berasal dari akar, kulit kayu, daun,


biji, buah, bunga, umbi, dan bagian lain tanaman

Jika digunakan untuk bumbu, maka biasanya merupakan


campuran beberapa jenis rempah-rempah untuk meningkatkan
rasa, aroma, dan flavor produk makanan. Penggunaannya untuk
makanan, dipakai dalam jumlah sangat kecil dan diukur dalam
gram.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa penggunaan rempah-


rempah selain untuk obat adalah untuk makanan dengan
berbagai fungsi, antara lain sebagai pengawet, pengempuk
daging, pewarna, cita rasa, pemberi aroma.

Bentuk Sediaan Herbal

Herbal tersedia dalam berbagai bentuk, ada herbal dalam bentuk


segar dan ada pula yang terdapat dalam bentuk kering/simplisia.
Soal efektifitas ternyata baikherbal kering maupun herbal yang
masih segar sama efektifnya.

Pengeringan biasanya ditujukkan untuk mengawetkan karena


beberapa jenis herbal hanya tumbuh pada musim tertentu saja,

8
selain itu pada suatu saat persediaan herbal melimpah sehingga
melebihi permintaan. Karena itu agar manfaat bisa maksimal,
herbal tersebut perlu diawetkan dan salah satunya adalah dengan
cara dikeringkan. Pengertian ini berfungsi agar kandungan zat
aktif yang terkandung di dalam herbal dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Penyimpanan herbal harus dilakukan dengan baik.
Herbal segar sebaiknya disimpan dengan cara membungkusnya
rapat-rapat dalam suatu tempat yang tertutup rapat lalu
dimasukkan ke lemari es. Dengan cara ini herbal bisa lebih tahan
sampai dengan 1 minggu.

Herbal kering bisa tahan lebih lama namun efek panas, cahaya,
Oksigen (udara) tetap berpengaruh. Herbal aromatik seperti
Chamomle, peppermint dengan bahan aktif yang terikat minyak
esensial mudah menguap saat bereaksi dengan oksigen dan
panas. Karena itu sebaiknya ditempatkan dalam wadah kaca yang
tertutup rapat, simpan dalam gelap, kering dan dingin serta
jauhkan dari panas matahari.Jika penyimpanan benar, herbal
kering dalam bentuk bunga dan daun bisa tahan sampai satu
tahun bahkan kulit kayu dan akar kering bisa tahan sampai 2
tahun.

Herbal dalam bentuk Liquid extract merupakan herbal yang


paling stabil namun masih juga rusak oleh panas, cahaya dan
oksigen. Jika disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, herbal
dalam bentuk Liquid extract bisa bertahan sampai 3 tahun.

Penggunaan atau pemakaian rempah hanya hanya dalam jumlah


kecil saja karena itu kontribusi terhadap nilai gizi juga tidak
terlalu terlihat signifikan.

Sekarang rempah bukan hanya digunakan sebagai bumbu, tetapi


juga menjadi produk yang siap dikonsumsi (makanan), rempah
sebagai herbal medicine atau obat tradisional. Obat tradisional
merupakan obat yang bahan bakunya berasal asli dari alam.

9
Gunawan dan Mulyani, 2002 menjelaskan bahwa simplisia
merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan
obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum
mengalami perubahan bentuk.

Pengertian simplisia menurut departemen kesehatan RI adalah


bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan.

A. Karakteristik Bahan Simplisia Teh Herbal

a. Jati Cina

Jati cina atau Cassia angustifolia Vahl merupakan tanaman yang tumbuh

subur di daerah tropis. Daun jati cina digunakan dalam pengobatan sejak dulu

sebagai pencahar dan mengandung bahan turunan antrakuinon dan glukosida.

Dalam dunia kedokteran, daun jati cina memiliki efek katarsis sehingga sangat

berguna untuk digunakan pada pengobatan konstipasi (Tripathy, 1999).

Cassia angustifolia Vahl memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta

(Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta

(Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida

(berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Cassia

Spesies : Cassia angustifolia Vahl.

10
(Anonim, 2012)

Daun jati cina merupakan tanaman asli Afrika berupa semak dengan

tinggi 1,5 m. Daun berwarna hijau sampai hijau kekuningan, berbentuk lonjong,

bagian pangkal dan ujung meruncing, tangkai agak membesar. Bunga kelopak 5

dengan mahkota berwarna kuning. Buah segar berbentuk elips, panjang 4-7 cm,

lebar 2 cm dan mengandung 6-10 biji (Mun’in & Hanani, 2011). Daun jati cina

memiliki kandungan utama senosida A dan senosida B. Selain itu, daun jati cina

juga mengandung antrakuinon antara lain aloe-emodin dan rein krisofanol.

Belum lama ini, dua naftalena glikosida juga telah diisolasi dari daun dan polong

(Gupta, 2008). Flavonoid yang sudah diketahui dari tanaman ini adalah

kaemferol, kaempterin dan isorhamnetin. Jati cina juga mengandung beta

sitosterol (0,33%) (Singh et al, 1997). Daun jati cina sering dikenal sebagai zat

pencahar. Jati cina memiliki asam katartika, emodin, dan asam krisofanat

(Cophra, 1933

daun jati cina juga mengandung diglikosida diantron dan

monoantrakuinon. Senosida A di dalam tubuh akan mengalami suatu reaksi

hidrolisis enzimatik dan reduksi oleh bakteri flora usus (Entamoeba coli)

menjadi rein antron. Rein antron merupakan suatu senyawa yang menginduksi

sekresi air dan mencegah reabsorbsi air dalam saluran pencernaan, sehingga

dapat digunakan dalam upaya penyembuhan konstipasi akut (Mun’in & Hanani,

2011). Rein–9–antron yang terkandung dalam daun senna adalah metabolit

yang diproduksi oleh bakteri di usus besar, sehingga membuat daun jati cina

memiliki khasiat sebagai laksatif stimulan (Werner & Merz, 2007).

Uji toksisitas terhadap ekstrak daun jati cina pada tikus dan kelinci tidak

menunjukkan adanya efek toksisitas seperti kematian embrio, teratogenik,

11
maupun fetotoksik (Mengs et al, 1986). Penelitian lain terhadap ekstrak daun

jati cina dilakukan oleh Hietala et al (1987) dengan menggunakan fraksi berbeda

dari senna pada mencit, dan menunjukkan bahwa sennosida sebagai kandungan

utama dari jati cina memiliki nilai LD50 5000 mg/kg pada tikus dan mencit.

b. Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn)

Tanaman rosela merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5 – 3

m. Batang bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal, berbentuk

bulat telur, pertulangannya menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal

berlekuk. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4 – 7 cm. Bunga

rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal artinya pada setiap

tangkainya hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8 – 11 helai kelopak

yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan dan berwarna

merah. Kelopak bunga ini yang sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat.

Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.

Di India Barat dan tempat-tempat tropis lainnya, kelopak segar rosela digunakan

untuk pewarna dan perasa dalam membuat anggur rosela, jeli, sirup, gelatin,

minuman segar, puding dan cake. Kelopak rosela dapat ditambahkan pada salad

untuk mempercantik warnanya dan kadang kadang direbus untuk menggantikan

kubis(Sri Winarti, 2006).

Kelopak kering dapat dimanfaatkan untuk membuat teh, jeli, selai, es krim, serbat,

pai dan makanan pencuci mulut lainnya. Pada pembuatan jeli rosela tidak perlu

ditambah pektin untuk memperbaiki tekstur kelopak bunga rosela sudah

mengandung pektin 3,19 % (Sri Winarti, 2006). Bahkan di Pakistan, rosela

direkomendasikan sebagai pektin untuk industri pengawetan buah.


Penelitian khasiat rosela pada hewan percobaan adalah sebagai berikut(Maryani

dan Kristiana, 2005):

a. Pemberian rosela pada tikus dengan dosis 200 mg/kg berat badan secara

signifikan meningkatkan fungsi liver yang diinduksi parasetamol. Dilihat secara

hystologi dan biokimia, kerusakan liver mengalami perbaikan dan menjadi

normal(Kirdpon, dkk, 1994).

b. Pada kelinci yang diberi makanan dengan kadar kolesterol tinggi, terjadinya

atehroclerosis dapat dihambat dengan pemberian ekstrak rosela. Selain itu bisa

terjadi penurunan trigliserida, kolesterol dan LDL-C (Low Density Lipoprotein

Cholesterol).

c. Pemberian ekstrak rosela dengan dosis 250 mg/hari/kg berat badan tikus yang

dibuat bertekanan darah tinggi, mnunjukkan adanya penurunan tekanan darah.

d. Pemberian ekstrak rosela secara intraperitoneal(melalui membran tipis dan

transparan pada rongga perut) pada tikus ternyata mampu menurunkan transit

intestinal hingga 13 - 45 % dibandingkan dengan pemberian nefepidin dan

papaverin sebagai relaksan.

Khasiat bunga rosela tidak terlepas dari komposisi kimia dalam kelopak bunga

rosela. Komposisi kimia dalam kelopak bunga rosela adalah campuran asam sitrat

dan asam malat 13%, antosianin(Gossipetin dan hibiscin 2 %, vitamin C 14

mg/100 g, beta karoten 285/100 g, serat 2,5 % (Maryani dan Kristiana, 2005).

c. Teh (Camelllia sinensis)


Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perdu yang bercabang-

cabang dan berbatang bulat. Daun teh berbentuk jorong dengan tepi bergerigi.

Helaian daunnya berwarna hijau serta mengkilap. Bunga teh berwarna putih
yang berada di ketiak daun dengan aroma harum. Buahnya berbentuk bulat.

Pada saat masih muda buah berwarna hijau lalu berubah coklat saat sudah

masak (Mursito, 2004).

Komposisi kimia daun teh sangat berpengaruh terhadap mutu teh yang

dihasilkan. Komponen-komponen kimia tersebut berpengaruh secara langsung

terhadap warna, flavor dan rangsangan seduhan teh (Nasution dan Tjiptadi,

1975). Komposisi kimia daun teh secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polifenol,

termasuk didalamnya flavonoid (Pambudi, 2000). Subkelas flavonoid yang

banyak terdapat dalam teh adalah flavanols dan flavonols. Daun teh yang masih

hijau dan segar mengandung zat tepung sekitar 0,4 persen dari bahan kering.

Waktu daun teh diolah, zat tepung tadi berubah menjadi gula.

Katekin (flavan 3-ols) merupakan bagian dari flavanols (Wang, Profan


dan Helliwell, 2000). Menurut Widyarti (1995), katekin adalah tanin yang
tidak mempunyai sifat menyamak dan menggumpalkan protein. Daun teh
mengandung bahan penyamak sekitar 20-30 persen dari bahan kering
seluruhnya. Kadar bahan penyamak ini tergantung dari jenis teh, umur daun,
musim, waktu daun dipetik, dan sebagainya. Selama daun teh dilayukan, kira-
kira tiga persen dari bahan penyamak, lenyap. Waktu daun digulung dan
menjadi memar, kadar bahan penyamak susut lagi serta pada saat peragian
kadar bahan penyamak susut 22–30 persen. Akhirnya waktu daun dikeringkan
sebelum dimasukkan dalam peti kadarnya berkurang lagi tujuh persen.
Selain polifenol, teh juga mengandung kafein. Kandungan kafein dalam
teh berkisar antara 2-4 % berat kering daun teh. Kadar kafein pada bagian
tanaman tidak sama misalnya pada daun yang termuda sebesar tiga sampai
empat persen, pada tangkai 0,5 persen dan pada daun peko dua persen.
Kandungan kafein dalam teh secara kimia lebih dikenal sebagai 1,3,7

trimethylxantine (Dufresne dan Farnwoth, 2000).


Gambar 1. Tanaman teh (Camellia sinensis)

Ciptadi dan Nasution (1979), menambahkan bahwa senyawa


pembentuk aroma teh terutama terdiri dari minyak atsiri yang bersifat mudah
menguap dan bersifat mudah direduksi. Senyawa polifenol menurut Eden
(1976), akan mengalami perubahan kimia menjadi beberapa seri senyawa
yaitu turunan asam-asam galat dan katekin. Harler (1963), menambahkan
bahwa katekin merupakan komponen yang penting dari teh dan berperan
terhadap warna, rasa getir (pugency) dan karakteristik rasa seduhan.
Berdasarkan cara pengolahannya, teh di Indonesia ada tiga jenis, yaitu teh hitam
(black tea/fermented tea), teh hijau (green tea/unfermented tea) dan teh wangi
(jasmine tea). Sedangkan di Taiwan ada satu jenis lagi, yaitu teh Teh hijau dapat
digunakan untuk mencegah penyakit akibat penyempitan pembuluh darah, seperti
penyakit angina pectoris. Berdasarkan percobaan praklinis, senyawa yang berperan
aktif dalam pencegahan penyakit tersebut adalah kelompok flavan. Kandungan
senyawa fenolat dalam daun teh dapat menghambat peroksidasi lemak sehingga
akan menghambat absorbsi kolesterol ke dalam tubuh (Mursito, 2004).
oolong (semifermented tea) yang merupakan hasil dari proses pengolahan
peralihan antara teh hijau dan teh hitam.
Teh hitam merupakan hasil olahan pucuk daun teh yang mengalami proses
fermentasi. Pengolahan teh ini dikenal tiga cara yaitu tradisional, konvensional
dan modern. Adapun tahap-tahap pengolahannya, yaitu pengangkutan pucuk
segar, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi
kering, penyimpanan dan pengemasan. Sementara teh oolong dihasilkan melalui
proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan
daun dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi.

Gambar 2. (a) teh hijau, (b) teh hitam dan (c) teh oolong

Teh wangi merupakan teh hijau yang ditambah bunga melati (Jasminum
sambac) atau bunga melati gambir (Jasminum officinale) untuk memperbaiki rasa
dan aroma teh. Pengolahan teh wangi merupakan proses penyerapan (absorpsi)
bau bunga ke dalam teh hijau. Proses pengolahannya yaitu penggosongan teh
hijau, pelembaban, pewangian, pemisahan bunga, pengeringan, penganginan teh
dan pengemasan.
Teh hijau dihasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah
dipetik. Pengolahan teh hijau melalui tahap-tahap seperti pelayuan, penggulungan,
pengeringan dan sortasi. Teh hijau mengandung beberapa zat kimia yang dapat
digolongkan menjadi empat yaitu substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol
(karbohidrat, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa
aromatis dan enzim.
a. Simplisia Akar (Radiks)

Simplisia akar merupakan bahan dasar produk herbal yang diperoleh


dari pengambilan sebagian atau keseluruhan bagian bawah tanaman
yang menghunjam ke dalam tanah. Bahan baku akar ini dapat berupa
akar pokok (dalam bentuk akar tunggang) atau hanya berupa akar
penunjang (serabut akar).

Untuk mendapatkan simplisia akar yang berkualitas perlu


memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1) Pilih akar yang telah tua

2) Pilih akar yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangan ulat atau
hama tanah lainya
3) Pilih akar yang tidak berjamur / bercendawan atau tidak ditumbuhi
lumut
4) Pilih akar induk, bukan bulu- bulu akar
5) Bersihkan akar dari tanah, pasir, atau kotoran lainya yang masih
melekat

Berikut gambar Simplisia akar lunak (Akar ginseng)

Gambar 18, Simplisia Akar Keras (Akar alang – alang )


17
1
0
Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat

b. Simplisia Rimpang (Rhizome)


Simplisia rimpang biasanya diperoleh dari jenis tanaman empon-
emponan, seperti temu lawak, kunir putih,kunyit, dan jahe. Rimpang pada
umumnya dapat dijumpai dibagian bawah tanaman dan berada di dalam
tanah. Namun demikian , rimpang bukan akar. Simplisia rimpang
tersebut merupakan bahan baku obat herbal yang dapat disajikan dalam
bentuk

potong- potongan tipis yang dikeringkan atau yang telah dibuat dalam
bentuk serbuk halus.

Rimpang , umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar umumnya memiliki
sifat yang hampir sama, yakni agak keras dan agak rapuh.Ini disebabkan
adanya zat pati, protein yang tinggi dan kandungan air yang tinggi pula.
Beberapa umbi lapis memiliki sifat agak lunak , misalnya bawang merah
(Allium cepa). Penanganan dan pengelolaan untuk produk tanaman obat
berupa rimpang dan umbi- umbian ini harus sesuai dengan
memperhatikan sifat- sifat umum yang dimiliki.

Untuk mendapatkan simplisia rimpang yang berkualitas perlu


memperhatikan hal berikut ini:

1) Pilih rimpang yang benar- benar telah tua


2) Pilih rimpang yang yang masih utuh dan tidak rusak oleh bakteri,
jamur, atau hama lain
3) Pilih rimpang yang tidak berjamur, bersih dari cendawan dan tidak
ditumbuhi lumut
4) Bersihkan rimpang dari tanah, pasir, atau kotoran lainya yang masih
melekat

c. Simplisia Umbi (Bulbus)


Simplisia umbi merupakan bahan baku obat herbal yang berada dibagian
18
1
0
bawah tanaman, tetapi bukan termasuk akar. Umbi ini dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis seperti berikut:

1) Umbi berlapis (bawang merah , bawang putih, bawang bombai)


2) Umbi akar (gingseng, wortel, kentang)
3) Umbi batang (ketela pohon)

Untuk mendapatkan simplisia umbi yang berkualitas perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih umbi yang telah tua sempurna


2) Pilih umbi yang masih utuh dan tidak rusak oleh bakteri, jamur atau
hama
3) Pilih umbi yang tidak berjamur, bersih dari cendawan, dan tidak
ditumbuhi lumut
4) Bersihkan umbi dari tanah , pasir, atau kotoran lainya yang masih
melekat

d. Simplisia Batang/ kayu (Lignum)


Simplisia kayu merupakan pemanfaatan sebagian atau keseluruhan dari
batang tanaman yang meliputi batang pokok, cabang, atau ranting. Dalam
penyajiannya simplisia tersebut dapat dibentuk menjadi potongan –
potongan kecil atau serutan kayu kemudian dihaluskan. Pada simplisia
batang / kayu banyak mengandung serat selulosa, hemisesulosa, serta
lignin yang tinggi.

Untuk mendapatkan simplisia batang/ kayu yang berkualitas perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih batang yang telah tua


2) Pilih batang yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangga maupun
hama
3) Pilih batang yang tidak berjamur, bersih dari cendawan dan tidak
ditumbuhi lumut.

19
1
0
Berikut gambar simplisia batang/ kayu (Brotowali)

Gambar 19. Batang Brotowali

Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat

e. Simplisia Kulit Batang (Korteks)


Korteks merupakan bahan dasar obat herbal yang yang diperoleh dari
pengambilan bagian terluar dari batang tanaman yang berkayu. Bagian
yang sering digunakan sebagai bahan ramuan meliputi kulit batang, kulit
cabang, atau kulit ranting sampai ke lapisan epidermis. Potongan atau
hasil pengelupasan kulit batang tersebut terkadang memiliki bentuk dan
ukuran tidak beraturan, tergantung dari ukuran batang atau cabangnya
.Kulit batang memiliki sifat kaku, keras, dan ulet. Hal ini dikarenakan
keduanya memiliki kandungan serat selulosa, hemiselulosa, serta lignin
yang tinggi.

Untuk mendapatkan simplisia kulit batang yang berkualitas perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih kulit batang yang telah tua


2) Pilih kulit batang batang yang masih utuh dan tidak rusak
3) Pilih kulit batang yang tidak berjamur, cendawan, atau tidak
ditumbuhi lumut

Berikut gambar Simplisia kulit (Kayu manis)


20
1
0
Gambar 20. Kayu Manis

Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat

f. Simplisia Daun (Folium)


Daun merupakan jenis simplisia yang paling banyak digunakan sebagai
bahan baku ramuan obat tradisional. Simplisia daun dapat pula berupa
pucuk atau yang telah tua. Daun tersebut ada yang berupa lembaran daun
tunggal atau majemuk. Jenis simplisia ini pada umumnya dapat dipakai
dalam bentuk segar atau kering. Secara umum , simplisia daun kering
bentuknya selalu tidak beraturan, yakni menjadi keriput, menggulung,
dan sangat rapuh.

Daun umumnya bertekstur lunak karena kandungan airnya tinggi, antara


70- 80 %. Jaringan tersusun dari jaringan parenkhim . Pada permukaan
daun kadang – kadang dijumpai lapisan semacam zat lilin , mengilap, dan
ada pula yang berbulu halus atau berambut dengan bentuk yang
beragam.

Beberapa simplisia daun tanaman obat dipanen pada waktu masih muda
atau berupa tunas daun, misalnya daun teh, beluntas dan daun jambu
mete. Namun ada pula yang dipanen setelah tua, misalnya daun sirih, jati
belanda, keji beling, tempuyung, daun ungu dan daun dewa.
120
Umur pemanenan setiap daun tidak sama sehingga penanganan dan
pengelolaan pasca panennya juga berbeda, Daun yang di panen pada usia
muda biasanya dikeringkan secara perlahan – lahan mengingat
kandungan airnya tinggi sehingga masih memungkinkan reaksi enzimatis
berlangsung dengan cepat. Disamping itu, jaringan yang memiliki daun
muda masih sangat lunak sehingga mudah hancur atau rusak. Oleh
karenanya, penanganan pascapanennya juga harus hati- hati. Daun yang
dipanen pada umur tua juga diberi perlakuan khusus berupa pelayuan,
lalu dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan agar
diperoleh warna yang menarik.

Pemanenan daun yang mengandung minyak asiri harus ditangani secara


hati- hati. Bila hendak memanfaatkannya minyaknya maka daun
langsung diolah ketika masih segar. Kalaupun harus dikeringkan, daun
harus dianginkan terlebih dahulu agar penguapan minyak asiri
seminimal mungkin.

Untuk mendapatkan simplisia daun yang berkualitas maka perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih jenis daun yang berwarna cerah


2) Pilih daun yang telah terbentuk sempurna dan dalam keadaan segar
3) Pilih daun yang bersih dari cendawan atau jamur
4) Pilih daun yang tidak terserang oleh hama maupun penyakit
5) Tidak memilih daun yang telah berubah warna

22
Gambar 21. Simplisia Kering, Daun Teh

Sumber gambar:Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat

Gambar 22. Daun Sambung Nyawa

Sumber gambar ,Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat


23

g. Simplisia Bunga (Flos)


Bagian bunga yang digunakan sebagai obat kadang bervariasi, tergantung
kebutuhan herbalis atau peracik obat herbal. Bagian bunga yang umum
digunakan meliputi seluruh bagian bunga yaitu, kelopak, mahkota, serta
putik atau benang sari.

Warna bunga yang telah dipanen dan dikeringkan pada umumnya akan
mengalami perubahan. Hal ini disebabkan terjadinya proses oksidasi dan
fermentasi pada bunga tersebut. Pengolahan bunga yang banyak
mengandung minyak asiri harus lebih hati-hati agar kandungan minyak
tidak banyak yang hilang karena menguap.

Cara pengeringan bunga pada prinsipnya hampir sama dengan


penanganan dan pengelolaan daun. Hanya saja penanganan pascapanen
pada bunga harus dilakukan dengan hati- hati karena bunga mudah
rapuh, rusak, serta rontok.

Untuk mendapatkan simplisia bunga yang berkualitas maka perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih bunga yang sangat cerah


2) Pilih bunga yang telah mekar sempurna dan dalam keadaan segar
3) Pilih bunga yang tidak bercendawan atau berjamur
4) Tidak memilih bunga yang telah berubah warna

Gambar 23. Simplisia Bunga (Bunga Kumis Kucing)


24
Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B. Mahendra, Seri Agriserat

Gambar 24. Simplisia Bunga (Bunga Adas)

Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B. Mahendra, Seri Agriserat

h. Simplisia Buah (Fruktus)


Simplisia buah merupakan bahan baku obat herbal yang berasal dari
bagian buah secara keseluruhan atau sebagian. Simplisia buah dapat
dimanfaatkan dalam bentuk segar, irisan- irisan tipis yang telah
dikeringkan, atau telah diolah dalam bentuk serbuk halus.

Buah memiliki kandungan air yang cukup tinggi, yaitu antara 70 – 80 %.


Namun ada beberapa jenis buah yang memiliki kandungan air kurang
dari 70 %. Selain mengandung air, buah yang lunak juga mengandung
lemak, vitamin, protein, atau zat-zat lain sehingga membutuhkan
tindakan khusus dalam proses.

Pengeringan agar zat yang dimilikinya tidak hilang, secara umum,


jaringan buah tersusun dari jaringan parenkhim yang menyebabkan
buah menjadi lunak. Beberapa jenis buah ada yang hanya dimanfaatkan
kulitnya, daging buah, atau bijinya saja untuk dijadikan bahan baku obat
herbal.

Buah dipanen ketika masak karena kandungan senyawa aktif pada waktu 25
itu telah terbentuk sempurna. Penanganan dan pengelolaan buah harus
dilakukan secara cepat, khususnya pada buah yang memiliki kandungan
minyak asiri. Hal ini penting dilakukan agar kandungan minyak asiri tidak
banyak yang menguap pada proses pengolahan. Buah yang mengandung
minyak asiri umumnya diolah pada saat buah tersebut masih dalam
keadaan segar.

Untuk mendapatkan simplisia buah berkualitas maka perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih buah yang berwarna cerah


2) Pilih buah yang telah tua/ masak sempurna dan dalam keadaan segar
3) Pilih buah yang tidak terserang hama dan penyakit
4) Pilih buah yang bersih dan bebas dari cendawan dan jamur
5) Tidak memilih buah yang telah berubah warna

Gambar 25. Simplisia Buah (Mahkota Dewa),

Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B. Mahendra, Seri Agriserat

Untuk dijadikan simplisia, kulitnya harus dikupas secara hati- hati agar
tidak mengenai biji

26
Gambar 26. Buah Mengkudu

Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat

i. Simplisia Kulit Buah (Perikarpium)


Simplisia kulit buah merupakan bahan obat yang diperoleh dari kulit
buah. Untuk memperoleh simplisia ini, diperlukan keterampilan khusus
untuk mengupas kulit buah yang masih segar.

Untuk mendapatkan simplisia kulit buah yang berkualitas maka perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih kulit buah yang berwarna cerah


2) Pilih kulit buah yang segar dan tidak keriput
3) Pilih kulit buah yang tidak terserang hama dan penyakit
4) Pilih kulit buah yang bebas dari cendawan atau jamur
5) Tidak memilih kulit buah yang telah berubah warna

j. Simplisia Biji (Semen)


Simplisia biji adalah bahan baku obat herbal yang berasal dari biji secara
utuh. Jika biji tersebut dibungkus oleh kulit buah dan daging buah maka 27
perlu dilakukan pengupasan terlebih dahulu, kemudian biji dikeluarkan
dari dalam daging buah. Namun jika biji tersebut merupakan biji utuh,
tanpa daging buah, maka pengambilannya dapat dilakukan secara
langsung.

Biji ada yang keras dan ada pula yang lunak. Biji banyak mengandung zat
tepung, protein, dan minyak. Selain itu, biji-bijian memiliki kadar air yang
bervariasi dari rendah sampai tinggi, tergantung dari umur biji saat
panen. Semakin tua umur biji maka kadar airnyapun semakin rendah.
Untuk itu penanganannya harus memperhatikan sifat umum biji agar
tidak mudah hancur, pecah, dan rusak. Demikian juga dengan
penyimpanan, sedapat mungkin dihindari tempat yang lembab. Hal ini
dibiarkan berlanjut, lingkungan yang lembab akan merangsang
perkecambahan .

Untuk mendapatkan simplisia biji yang berkualitas maka perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih biji yang tua sempurna


2) Pilih biji yang masih utuh dan tidak rusak oleh penyakit atau hama
tanaman
3) Pilih biji yang tidak berjamur, tidak bercendawan, dan tidak
ditumbuhi lumut

Gambar Simplisia biji yang sudah dikeringkan

28

Gambar 27. Biji Adas


Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat

k. Simplisia Getah /Lendir


Bahan simplisia berupa getah biasanya berbentuk cairan dengan tingkat
kekentalan lebih besar dibandingkan air. Susunan kimiawinyapun
bermacam- macam, tergantung jenis dan asal tumbuhan. Beberapa jenis
getah dari tanaman obat yang bersifat cepat menjadi padat setelah
berhubungan dengan udara akibat terjadinya reaksi oksidasi.

Untuk mempertahankan agar tetap dalam bentuk cair maka getah harus
ditangani dengan hati- hati. Cara penangananya, misalnya dengan
memberikan zat kimia tertentu ke dalamnya. Sebagai contoh, pemberian

Na- bisulfit pada getah pepaya dapat menjaga tetap


dalam bentuk cair sebelum mengalami pengolahan lebih
lanjut.

Untuk mendapatkan simplisia getah yang berkualitas maka pe


rlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pilih getah yang masih segar


2) Pilih getah yang masih murni dan tidak bercampur
dengan getah tanaman lain
3) Pilih getah yang masih baik dan tidak rusak oleh
cendawan , hama, dan parasit.

29
III. PROSES PENGOLAHAN

A. PEMBUATAN SIMPLISIA
Cara Pembuatan Simplisia Tujuan pengelolaan pasca panen tanaman obat adalah

untuk membuat simplisia nabati siap konsumsi baik secara langsung oleh masyarakat

umum, sebagi bahan baku jamu, industri obat tradisional maupun untuk keperluan

ekspor.

a. Sortasi Basah

Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing serta bagian

tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Kotoran tersebut dapat berupa

tanah, kerikil, rumput/gulma, tanaman lain yang mirip, bahan yang telah rusak atau

busuk, serta bagian tanaman lain yang memang harus dipisahkan dan dibuang.

Pemisahan bahan simplisia dari kotoran ini bertujuan untuk menjaga kemurnian dan

mengurangi kontaminasi awal yang dapat mengganggu proses selanjutnya, mengurangi

cemaran mikroba, serta memperoleh simplisia dengan jenis dan ukuran seragam. Oleh

karena itu, dalam tahapan ini juga dilakukan pemilihan bahan berdasarkan ukuran

panjang, lebar, besar kecil, dan lain-lain. Sortasi basah harus dilakukan secara teliti dan

cermat. Kotoran ringan yang berukuran kecil dapat dipisahkan menggunakan nyiru

dengan arah gerakan ke atas dan ke bawah serta memutar. Kotoran akan berterbangan

dan memisah dari bahan simplisia. Kegiatan sortasi basah dapat juga dilakukan secara

bersamaan dengan pencucian dan penirisan. Pada saat pencucian, bahan dibolak-balik

untuk memisahkan kotoran yang menempel atau terikut dalam bahan.

b. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang

melekat pada bahan simplisia. Proses ini dilakukan dengan menggunakan air bersih

(standar air minum), air dari sumber mata air, air sumur, atau air PDAM. Khusus untuk

30
bahan yang mengandung senyawa aktif yang mudah larut dalam air, pencucian dilakukan

secepat mungkin (tidak direndam). Pencucian dilakukan secara cermat terutama untuk

bahan simplisia yang berada di dalam tanah atau dekat dengan permukaan tanah,

misalnya rimpang, umbi, akar, dan batang yang merambat, serta daun yang

melekat/dekat dengan permukaan tanah.

Pencucian sebaiknya dilakukan dengan menggunakan air mengalir agar

kotoran yang terlepas tidak menempel kembali. Pencucian bahan simplisia dalam jumlah

besar akan lebih efektif bila dilakukan dalam bak bertingkat yang menerapkan konsep

air mengalir. Kotoran yang melekat pada bagian yang sulit dibersihkan dapat dihilangkan

dengan penyemprotan air bertekanan tinggi atau dengan disikat. Bahan simplisia berupa

akar, umbi, batang, atau buah dan biji dapat dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk

mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian mikroba biasanya terdapat pada

bagian permukaan bahan simplisia, dan dengan proses pencucian saja amasih belum

mampu menghilangkan mikroba tersebut. Bahan yang telah dikupas dengan cara yang

tepat dan bersih, kemungkinan tidak perlu dicuci lagi.

c. Penirisan

Setelah bahan dicuci bersih, dilakukan penirisan pada rak-rak yang telah

diatur sedemikian rupa untuk mencegah pembusukan atau bertambahnya kandungan

air. Prose penirisan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan air di

permukaan bahan dan dilakukan sesegera mungkin setelah pencucian.

Selama penirisan, bahan dibolak-balik untuk mempercepat penguapan dan

dilakukan di tempat teduh dengan aliran udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan

pembusukan. Setelah air yang menempel di permukaan bahan menetes atau menguap,

bahan simplisia dikeringkan dengan cara yang sesuai.

d. Pengubahan Bentuk

31
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus diubah menjadi

bentuk lain, misalnya irisan, potongan, dan serutan untuk memudahkan kegiatan

pengeringan, penggilingan, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan selanjutnya.

Selain itu, proses ini bertujuan untuk memperbaiki penampilan fisik dan memenuhi

standar kualitas (terutama keseragaman ukuran) serta meningkatkan kepraktisan dan

ketahanan dalam penyimpanan. Pengubahan bentuk harus dilakukan secara tepat dan

hati-hati agar tidak menurunkan kualitas simplisia yang diperoleh.

Simplisia yang mengalami perubahan bentuk hanya terbatas pada simplisia

akar, rimpang, umbi, batang, kayu, kulit batang, daun dan bunga. Perajangan bisa

dilakukan dengan pisau yang terbuat dari stainless steel ataupun alat perajang khusus

untuk menghasilkan rajangan yang seragam. Sedangkan untuk menghasilkan simplisia

serutan dapat digunakan alat penyerut kayu (elektrik) yang dapat diatur ukuran

ketebalannya. Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau serutan, maka akan semakin

cepat proses penguapan air sehingga waktu pengeringannya menjadi lebih cepat. Namun

ukuran hasil rajangan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau

hilangnya senyawa aktif yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau,

dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu, untuk bahan simplisia berupa rimpang seperti

jahe, temulawak, kunyit dan sejenisnya harus dihindari oerajangan yang terlalu tipis agar

dapat mencegah berkurangnya minyak atsiri. Selain itu, perajangan yang terlalu tipis juga

menyebabkan simplisia mudah rusak saat dilakukan pengeringan dan pengemasan.

Ukuran ketebalan simplisia harus seragam tergantung pada bagian tumbuhan yang diiris.

Ketebalan irisan simplisia rimpang, umbi, dan akar ± 3 mm, sedangkan untuk bahan baku

berupa daun dipotong melintang dengan lebar daun ± 2 cm, dan kulit batang diiris dengan

ukuran 2 x 2 cm. pada umumnya rimpang diiris melintang, kecuali rimpang jahe, kunyit,

dan kencur dipotong membujur.

32
e. Pengeringan

Bahan tanaman jarang sekali digunakan dalam keadaan segar karena mudah

rusak dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Bahan segar umumnya hanya

digunakan pada proses penyarian atau penyulingan minyak atsiri ataupun untuk

konsumsi sendiri dalam jumlah kecil. Sedangkan untuk keperluan stok atau

penyimpanan agar lebih praktis dan tahan lebih lama, bahan perlu dikeringkan dan

disimpan dalam bentuk simplisia (kering).

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia tidak

rusak dandapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, menghentikan reaksi

enzimatis, dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur, dan jasad renik lain. Dengan

matinya sel bagian tanaman, maka proses metabolisme (seperti sintesis dan

transformasi) terhenti, sehingga senyawa aktif yang terbentuk tidak diubah secara

enzimatik. Namun, ada pula bahan simplisia tertentu yang memerlukan proses enzimatik

tertentu setelah dipanen, sehingga diperlukan proses pelayuan (pada suhu dan

kelembapan tertentu) atau pengeringan bertahap sebelum proses pengeringan

sebenarnya. Proses enzimatik diperlukan karena senyawa aktif berada dalam ikatan

kompleks. Misalnya, buah vanili, buah kola, umbi bidara upas, dan umbi bawang. Tetapi

untuk simplisia yang mengandung senyawa aktif mudah menguap, penundaan

pengeringan justru dapat menurunkan kadar senyawa aktif.

Proses pengeringan ada 2 (dua) macam, yaitu

1. Pengeringan secara alamiah Proses pengeringan ini dapat menggunakan:

a. Panas sinar matahari langsung

Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif

keras, seperti kayu, kulit kayu, biji, dan bahan tanaman yang

mengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Kelebihan dari prose

33
pengeringan ini adalah mudah dan murah. Sedangkan kelemahannya

adalah kecepatan pengeringannya sangat tergantung pada kondisi

cuaca.

b. Dengan diangin-anginkan Proses pengeringan ini dilakukan untuk

mengeringkan bahan tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan

bagian tanaman yang mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2. Pengeringan buatan menggunakan oven, uap panas, atau alat pengering

lainnya

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu

pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, lamanya pengeringan, dan

luas permukaan bahan. Bila proses pengeringan telah sesuai, diharapkan

dapat terhindar dari face hardening, yaitu kondisi dimana bagian luar

bahan telah kering, namun bagian dalam bahan masih basah.

Penyebab terjadinya face hardening, antara lain:

a. Irisan atau rajangan bahan simplisia terlalu besar atau tebal, sehingga

sulit ditembus oleh panas

b. Suhu pengeringan terlalu tinggi dan lama pengeringan terlalu singkat

c. Adanya keadaan yang menyebabkan penguapan air di permukaan

bahan menjadi jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke

permukaan bahan. Akibatnya, bagian luar bahan menjadi keras dan

menghambat proses pengeringan lebih lanjut.

Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara

pengeringan. Bahan simplisia umumnya dapat dikeringkan pada suhu ≤ 60 °C.

bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif mudah menguap dan tidak

tahan panas (termolabil) sebaiknya dikeringkan pada suhu rendah, yaitu

34
antara 30-40 °C selama waktu tertentu. Kelembapan dalam ruang pengering

juga dipengaruhi oleh jenis bahan simplisia, cara pengeringan, dan tahapan-

tahapan selama pengeringan. Kelembapan akan menurun selama

berlangsungnya proses pengeringan.

Pada umumnya proses pengeringan buatan akan menghasilkan

simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringannya lebih merata

dalam waktu relatif cepat, dan tidak dipengaruhi kondisi cuaca. Selain itu,

proses pengeringan dapat dipersingkat menjadi hanya beberapa jam asalkan

senyawa aktifnya stabil, dan kadar air bahan dapat diturunkan serendah

mungkin sesuai dengan yang diinginkan.

b. Sortasi kering

Prinsip kegiatan sortasi kering sama dengan sortasi basah, namun dilakukan

terhadap simplisia sebelum dikemas. Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan

bahan-bahan asing dan simplisia yang belum kering benar. Kegiatan ini dilakukan

untuk menjamin bahwa simplisia benar-benar bebas dari bahan asing. Kegiatan

ini dilakukan secara manual. Simplisia yang telah bersih dari bahan asing

terkadang untuk tujuan tertentu (misalnya untuk memenuhi standar mutu

tertentu) masih diperlukan grading atau pemisahan menurut ukuran, sehingga

diperoleh simplisia dengan ukuran seragam.

35
B. Proses Pembuatan Teh Herbal

FORM INSPEKSI PENERIMAAN BAHAN BAKU


No. Dokumen : F-PP-002-001 Tanggal :
Rev : 01 Halaman : 36
Tanggal : ................

OK /
No Nama Barang Supplier SJ/ Po. No QTY Keterangan
Tidak

Diperiksa oleh : Diketahui : Disetujui :

FORM INSPEKSI PENERIMAAN BAHAN BAKU


No. Dokumen : F-PP-002-001 Tanggal :
Rev : 01 Halaman : 36
Tanggal : ................

OK /
No Nama Barang Supplier SJ/ Po. No QTY Keterangan
Tidak

Diperiksa oleh : Diketahui : Disetujui :

36
Catatan Pengolahan Bets
TEH ROSELLA

Halaman 1 dari 2
No. No. 0 Tanggal
F – P – BTO - 008 01 Juni 2018
Dokumen Revisi 0 berlaku

Kode produk :T
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 20,7 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 Tahun
Pemerian : serbuk berwarna kemerahan, aroma khas
KOMPOSISI

No Nama Bahan 1 Kantong [2 gr] Untuk 1 bets [20,7 kg]


1. Rosella merah 15 kg
2. Rosella ungu 5 kg
3. Kayu Secang 500 gr
4. Bunga Lawang 200 gr

No Nama Bahan
Pengemas
1. Kantong teh celup 11.425 kantong teh
celup
Pelaksan Pemerik
a sa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Ruangan ………… …………
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Peralatan
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
Alat Timbang yang Digunakan
(…………………)
Nama Bahan Jumlah Jumlah
Teoretis nyata
PENIMBANGAN
Rosella Merah 15 kg ………… ………… ………..
Rosella Ungu 5 kg ………… ………… …………
Kayu Secang 500 gr ………… ………… …………
Bunga lawang 200 gr ………… ………… …………
PENCAMPURAN 1. Masukkan Rosella merah ke dalam ………… …………
mesin giling

37
2. Giling Rosella merah sampai menjadi
serbuk
3. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
4. Bersihkan mesin giling
5. Masukkan Rosella ungu ke dalam
mesin giling
6. Giling Rosella ungu sampai menjadi
serbuk
7. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
8. Bersihkan mesin giling
9. Masukkan bunga lawang ke dalam
mesin giling
10. Giling bunga lawang sampai menjadi
serbuk
11. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
12. Bersihkan mesin giling
13. Timbang rosella merah, rosella ungu,
kayu secang, dan bunga lawang
sesuai formulasi
14. Masukkan ke dalam mesin mixing
15. Tekan tombol on pada mesin, tunggu
selama 15 menit
16. Periksa apakah telah tercampur rata
(homogen), jika belum lakukan
kembali langkah nomor 14.

Ambil sebanyak 1 sendok teh dan


periksa apakah :
(ya) (tida
k)
a. Warna sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
b. Bau sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
c. Rasa sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
d. Serbuk tidak lembab …….. ……..
Catatan Pengolahan Bets
TEH ROSELLA

Halaman 2 dari 2
No. No. 0 Tanggal
F – P – BTO - 008 01 Juni 2018
Dokumen Revisi 0 berlaku

PENGISIAN 1. Pasang kertas teh celup pada mesin ………… …………


2. Atur mesin pengemas teh.

38
3. Masukkan campuran the rosella ke
dalam mesin
4. Tekan tombol on pada mesin
5. Teh Rosella akan terkemas ke dalam
kantong teh celup
REKONSILIASI Hasil Teoritis 11.425 Kantong @ 2 gr ………… …………
Hasil Nyata ….
Apabila hasil nyata kurang dari 90% ………… …………
atau lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki
dan memberikan rekomendasi
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

………………….
Tanggal :

39
Catatan Pengemasan Bets
TEH Rosella
Halaman 1 dari 1
No. Dokumen F – P – BTG - No. 00 Tanggal 01 Juni 2018
008 Revisi berlaku

Kode produk :T
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 20,7 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 tahun
Pemerian : serbuk berwarna kemerahan, aroma khas

KOMPOSISI
No (kode) Bahan Pengemas 1 kemasan Untuk 1 bets (buah)
(buah)
1. Kantong teh celup 11.425
2. Metalize 20 571
3. Kotak inner Teh rosella 1 571
4. Kotak karton - 5
5. Selotip merk Daimaru tape - 1
ukuran 4,8 cm -

Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan
Peralatan
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
PENGEMASAN 1. Masukkan 20 kantong Teh rosella ke
dalam metalize
2. Lakukan proses seal metalize
3. Masukkan metalize ke dalam karton
4. Segel karton dengan menggunakan
selotip pada bagian atas dan bawah
karton.
5. Ambil 5 kantong teh celup untuk
sampel pertinggal
REKONSILIASI Hasil Teoritis 11.425 kantong @ 2 gr
Hasil Nyata ….
1. Apabila hasil nyata kurang dari 90%
atau lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki
dan memberikan rekomendasi
2. Apabila ada karton yang tidak berisi
penuh (20 kantong) simpan sebagai
sampel pertinggal
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

40
………………….
Tanggal :
Berdasarkan pengkajian menurut Penanggung Jawab
protap Pelulusan Produk Jadi,
bets …………… dinyatakan

Lulus
Ditolak
*contreng yang benar …………….
Tanggal …….

Catatan Pengolahan Bets


Teh Jati Cina
Halaman 1 dari 2
No. Tanggal 01 Oktober
No. Dokumen F – P – BTO – 001 00
Revisi berlaku 2018

Kode produk : LC
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 25,8 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 tahun
Pemerian : aroma sengak, serbuk berwarna hijau kekuningan
KOMPOSISI

No Nama Bahan 1 Kantong [2 gr] Untuk 1 bets [25,8 kg]


1. Jati Cina 20 kg
2. Greentea 2 kg
3. Jati Belanda 3 kg
4. Kemuning 500 gr
5. Adas 150 gr
6. Bangle 100 gr
7. Kayu manis 50 gr

No Nama Bahan
Pengemas
1. Kantong Teh Celup 12.900 kantong teh
celup
Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan ………… …………
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Peralatan ………… …………
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
Alat Timbang yang Digunakan
PENIMBANGAN (……………………)
Nama Bahan Jumlah Jumlah

41
Teoretis nyata
Jati Cina 20 kg ………… ………… ………..
Greentea 2 kg ………… ………… …………
Jati Belanda 3 kg ………… ………… …………
Kemuning 500 gr ………… ………… …………
Adas 150 gr ………… ………… …………
Bangle 100 gr ………… ………… …………
Kayu manis 50 gr ………… ………… …………
PENCAMPURAN 17. Masukkan Jati cina ke dalam mesin ………… …………
giling
18. Giling jati cina sanpai menjadi serbuk
19. Pindahkan hasil penggilingan ke dalam
wadah bersih
20. Bersihkan mesin giling
21. Masukkan kemuning ke dalam mesin
giling
22. Giling kemuning sampai menjadi
serbuk
23. Pindahkan hasil penggilingan ke dalam
wadah bersih
24. Bersihkan mesin giling
25. Masukkan adas ke dalam mesin giling
26. Giling adas sampai menjadi serbuk
27. Pindahkan hasil penggilingan ke dalam
wadah bersih
28. Bersihkan mesin giling
29. Masukkan bangle ke dalam mesin
giling
30. Giling bangle sampai menjadi serbuk
31. Pindahkan hasil penggilingan ke dalam
wadah bersih
32. Bersihkan mesin giling
33. Timbang jati cina, greentea, jati
belanda, kemuning, adas, bangle, dan
kayu manis sesuai formulasi
Catatan Pengolahan Bets
Teh Jati Cina
Halaman 2 dari 2
F – P – BTO – No. Tanggal
No. Dokumen 00 01 Oktober 2018
001 Revisi berlaku

34. Masukkan ke dalam mesin mixing


35. Tekan tombol on pada mesin, tunggu
selama 15 menit
36. Periksa apakah telah tercampur rata
(homogen), jika belum lakukan kembali
langkah nomor 19

42
Ambil sebanyak 1 sendok teh dan periksa
apakah :
(ya) (tidak)
e. Warna sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
f. Bau sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
g. Rasa sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
h. Serbuk tidak lembab …….. ……..

PENGISIAN 6. Pasang kertas teh celup pada mesin ………… …………


7. Masukkan campuran teh jati cina ke
dalam mesin
8. Tekan tombol on pada mesin
9. Teh jati cina akan terkemas ke dalam
kantong teh celup
REKONSILIASI Hasil Teoritis 12.900 Kantong @ 2 gr ………… …………
Hasil Nyata ….
Apabila hasil nyata kurang dari 90% atau lebih ………… …………
dari 110%, laporkan kepada penanggung
jawab untuk menyelidiki dan memberikan
rekomendasi
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

………………….
Tanggal :

43
Catatan Pengemasan Bets
Teh jati cina
Halaman 1 dari 1
No. Dokumen F – P – BTG – 001 No. 00 Tanggal 01 Oktober
Revisi berlaku 2018

Kode produk : LC
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 25,8 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 tahun
Pemerian : aroma sengak, warna hijau kekuningan
KOMPOSISI
No (kode) Bahan Pengemas 1 kemasan Untuk 1 bets (buah)
(buah)
1. Kantong teh celup 12.900
2. Metalize 20 645
3. Kotak karton 1 3
4. Selotip merk Daimaru tape - 1
ukuran 4,8 cm -
Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan ………… …………
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Peralatan ………… …………
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
PENGEMASAN 6. Masukkan 20 kantong Teh jati cina ………… …………
ke dalam metalize ………… …………
7. Lakukan proses seal metalize ………… …………
8. Masukkan metalize ………… …………
9. Masukkan metalize ke dalam karton ………… …………
10. Segel karton dengan menggunakan
selotip pada bagian atas dan bawah ………… …………
karton.
11. Ambil 5 kantong teh celup untuk
sampel pertinggal
REKONSILIASI Hasil Teoritis 12.900 Kantong @ 2 gr
Hasil Nyata ….
3. Apabila hasil nyata kurang dari 90%
atau lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki
dan memberikan rekomendasi
4. Apabila ada karton yang tidak berisi
penuh (20 bungkus) simpan sebagai
sampel pertinggal
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

44
………………….
Tanggal :
Berdasarkan pengkajian menurut Penanggung Jawab
protap Pelulusan Produk Jadi,
bets …………… dinyatakan

Lulus
Ditolak
…………….
*contreng yang benar Tanggal …….

Catatan Pengolahan Bets


Teh Kelor

Halaman 1 dari 2
No. Tanggal 01 Juni
No. Dokumen F – P – BTO - 007 00
Revisi berlaku 2018

Kode produk :K
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 21,25 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 Tahun
Pemerian : Serbuk berwarna hijau tua, aroma khas menyengat
KOMPOSISI

No Nama Bahan Untuk 1 bets [21,25 kg]


1. Kelor 18 kg
2. Greentea 3 kg
3. Bunga lawang 250 gr

No Nama Bahan
Pengemas
1. Kantong Teh Celup 10.625 kantong teh
celup
Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan ………… …………
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Peralatan ………… …………
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
Alat Timbang yang Digunakan
(……………………)
Nama Bahan Jumlah Jumlah
Teoretis nyata
PENIMBANGAN
Kelor 18 kg ………… ………… …………
Greentea 3 kg ………… ………… …………
Bunga 250 gr ………… ………… …………
lawang

45
PENCAMPURAN 37. Masukkan daun kelor ke dalam mesin ………… …………
giling
38. Giling daun kelor sampai menjadi
serbuk
39. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
40. Bersihkan mesin giling
41. Masukkan bunga lawang ke dalam
mesin giling
42. Giling bunga lawang sampai menjadi
serbuk
43. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
44. Bersihkan mesin giling
45. Timbang kelor, greentea dan bunga
lawang sesuai formulasi
46. Masukkan ke dalam mesin mixing
47. Tekan tombol on pada mesin, tunggu
selama 15 menit
48. Periksa apakah telah tercampur rata
(homogen), jika belum lakukan
kembali langkah nomor 11.

Ambil sebanyak 1 sendok teh dan periksa


apakah :
(ya) (tidak)
i. Warna sesuai …….. ……..
dengan spesifikasi
j. Bau sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
k. Rasa sesuai …….. ……..
dengan spesifikasi
l. Serbuk tidak …….. ……..
lembab

Catatan Pengolahan Bets


Teh Kelor

Halaman 2 dari 2
F – P – BTO - No. Tanggal
No. Dokumen 00 01 Juni 2018
007 Revisi berlaku

PENGISIAN 10. Pasang kertas teh celup pada mesin ………… …………
11. Atur mesin pengemas teh.
12. Masukkan campuran teh kelor ke
dalam mesin
13. Tekan tombol on pada mesin

46
14. Teh Kelor akan terkemas ke dalam
kantong teh celup
REKONSILIASI Hasil Teoritis 10.625 Kantong @ 2 gr ………… …………
Hasil Nyata ….
Apabila hasil nyata kurang dari 90% atau ………… …………
lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki dan
memberikan rekomendasi
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

………………….
Tanggal :

47
Catatan Pengemasan Bets
Teh Kelor
Halaman 1 dari 1
No. Dokumen F – P – BTG - 007 No. Revisi 00 Tanggal 01 Juni
berlaku 2018

Kode produk :K
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 21,25 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 tahun
Pemerian : Serbuk berwarna hijau tua, aroma khas menyengat
KOMPOSISI
No (kode) Bahan Pengemas 1 kemasan Untuk 1 bets (buah)
(buah)
1. Kantong teh celup 10.625
2. Metalize 20 531
3. Kotak karton 1 3
4. Selotip merk Daimaru tape - 1
ukuran 4,8 cm -
Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan ………… …………
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Peralatan ………… …………
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
PENGEMASAN 12. Masukkan 20 kantong Teh Kelor ke ………… …………
dalam metalize
13. Lakukan proses seal metalize
14. Masukkan metalize ke dalam karton
15. Segel karton dengan menggunakan
selotip pada bagian atas dan bawah
karton.
16. Ambil 5 kantong teh celup untuk
sampel pertinggal
REKONSILIASI Hasil Teoritis 10.625 Kantong @ 2 gr
Hasil Nyata ….
5. Apabila hasil nyata kurang dari 90%
atau lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki
dan memberikan rekomendasi
6. Apabila ada karton yang tidak berisi
penuh (20 bungkus) simpan sebagai
sampel pertinggal
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

………………….

48
Tanggal :
Berdasarkan pengkajian menurut Penanggung Jawab
protap Pelulusan Produk Jadi,
bets …………… dinyatakan

Lulus
Ditolak
…………….
*contreng yang benar Tanggal …….

Catatan Pengolahan Bets


Teh Angkak

Halaman 1 dari 2
F – P – BTO - No. Tanggal
No. Dokumen 00 01 Juni 2018
006 Revisi berlaku

Kode produk :P
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 20,35 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 tahun
Pemerian : serbuk berwarna merah kehitaman, rasa pahit, aroma
khas
KOMPOSISI

No Nama Bahan Untuk 1 bets [20,35 kg]


1. Beras Angkak 20 kg
2. Bunga lawang 200 gr
3. Kayu manis 150 gr

No Nama Bahan Pengemas


1. Kantong Teh Celup 10.175 kantong teh
celup
Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan ………… …………
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan ………… …………
Peralatan ………… …………
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
Alat Timbang yang Digunakan
(……………………)
PENIMBANGAN Nama Bahan Jumlah Jumlah
Teoretis nyata
Beras Angkak 20 kg ………… ………… ………..

49
Bunga 200 gr ………… ………… …………
lawang 150 gr ………… ………… …………
Kayu manis
PENCAMPURAN 49. Masukkan beras angkak ke dalam ………… …………
mesin giling
50. Giling beras angkak sampai menjadi
serbuk
51. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
52. Bersihkan mesin giling
53. Masukkan bunga lawang ke dalam
mesin giling
54. Giling bunga lawang sampai menjadi
serbuk
55. Pindahkan hasil penggilingan ke
dalam wadah bersih
56. Bersihkan mesin giling
57. Timbang beras angkak, bunga
lawang, dan kayu manis sesuai
formulasi
58. Masukkan ke dalam mesin mixing
59. Tekan tombol on pada mesin, tunggu
selama 15 menit
60. Periksa apakah telah tercampur rata
(homogen), jika belum lakukan
kembali langkah nomor 11.
61. Oven hasil campuran yang udah
homogen dengan suhu 700 selama 3
jam.

50
Catatan Pengolahan Bets
Teh Angkak

Halaman 2 dari 2
F – P – BTO - No. Tanggal
No. Dokumen 00 01 Juni 2018
006 Revisi berlaku

Ambil sebanyak 1 sendok teh dan periksa


apakah :
(ya) (tidak)
m. Warna sesuai …….. ……..
dengan spesifikasi
n. Bau sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
o. Rasa sesuai dengan …….. ……..
spesifikasi
p. Serbuk tidak …….. ……..
lembab

PENGISIAN 15. Pasang kertas teh celup pada mesin ………… …………
16. Atur mesin pengemas teh.
17. Masukkan campuran teh Angkak ke
dalam mesin
18. Tekan tombol on pada mesin
19. Teh angkak akan terkemas ke dalam
kantong teh celup
REKONSILIASI Hasil Teoritis 10.175 Kantong @ 2 gr ………… …………
Hasil Nyata ….
Apabila hasil nyata kurang dari 90% atau ………… …………
lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki dan
memberikan rekomendasi
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

………………….
Tanggal :

51
Catatan Pengemasan Bets
Teh Angkak
Halaman 1 dari 1
No. Dokumen F – P – BTG - 006 No. 00 Tanggal 01 Juni 2018
Revisi berlaku

Kode produk :P
No. Bets : Pengolahan Mulai tgl
Ukuran Bets : 20,35 kg Selesai tgl
Masa Simpan / Masa Edar : 2 tahun
Pemerian : serbuk berwarna merah kehitaman, rasa pahit, aroma
khas
KOMPOSISI
No (kode) Bahan Pengemas 1 kemasan Untuk 1 bets (buah)
(buah)
1. Kantong teh celup 10.175
2. Metalize 25 407
3. Kotak inner Teh angkak 1 407
4. Kotak karton - 2
5. Selotip merk Daimaru tape - 1
ukuran 4,8 cm -

Pelaksana Pemeriksa
Ruangan dibersihkan menurut Protap Pembersihan Ruangan
Peralatan dibersihkan menurut Protap Pembersihan
Peralatan
Kebersihan ruangan dan peralatan diperiksa oleh
PENGEMASAN 17. Masukkan 25 kantong Teh angkak
ke dalam metalize
18. Lakukan proses seal metalize
19. Masukkan metalize ke dalam karton
20. Segel karton dengan menggunakan
selotip pada bagian atas dan bawah
karton.
21. Ambil 5 kantong teh celup untuk
sampel pertinggal
REKONSILIASI Hasil Teoritis 10.175 Kantong @ 2 gr
Hasil Nyata ….
7. Apabila hasil nyata kurang dari 90%
atau lebih dari 110%, laporkan kepada
penanggung jawab untuk menyelidiki
dan memberikan rekomendasi
8. Apabila ada karton yang tidak berisi
penuh (25 bungkus) simpan sebagai
sampel pertinggal
Telah diperiksa oleh Penanggung Jawab

52
………………….
Tanggal :
Berdasarkan pengkajian menurut Penanggung Jawab
protap Pelulusan Produk Jadi,
bets …………… dinyatakan

Lulus
Ditolak
…………….
*contreng yang benar Tanggal …….

FORM
QUALITY CONTROL PENGEMASAN
No. : F – PP –001 – 005 Tanggal : 11 November 2017
Dokumen
Rev : 00 Halaman : 53

No. SPK : …………………………………………………….


Nama Produk : …………………………………………………….
Kode Produksi : …………………………………………………….
Bobot Per Teabag : …………………………………………………….
Tanggal Pemeriksaan : …………………………………………………….
Jeda Pemeriksaan : …………………menit sekali
Nama Mesin : …………………

STANDAR ……..gram Tidak


Bocor
No Menit ke Bobot Bungkus Hasil Kendala / Kontrol Paraf
Control
1 OK/ Not
OK
2 OK/ Not
OK
3 OK/ Not
OK
4 OK/ Not
OK
5 OK/ Not
OK
6 OK/ Not
OK
7 OK/ Not
OK
8 OK/ Not
OK
9 OK/ Not

53
OK
10 OK/ Not
OK
11 OK/ Not
OK
12 OK/ Not
OK
13 OK/ Not
OK
14 OK/ Not
OK
15 OK/ Not
OK
16 OK/ Not
OK
17 OK/ Not
OK
18 OK/ Not
OK
19 OK/ Not
OK
20 OK/ Not
OK

Diketahui Diperiksa oleh Petugas


pencatat (QC)

________________ _________________ _________________

54

Anda mungkin juga menyukai