DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................4
1.3 Batasan masalah..............................................................................................4
1.4 Tujuan.............................................................................................................5
1.5 Sistematika penulisan......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1 Sistem Tenaga Listrik.....................................................................................7
2.2 Jenis-jenis sistem jaringan distribusi............................................................10
2.3 Disturbance Pada Sistem Tenaga..................................................................13
2.4 Sistem proteksi..............................................................................................14
2.5 Defence Scheme............................................................................................17
2.6 Programmable Logic Controller (PLC)........................................................23
2.7 Aspek teknis dan non teknis.........................................................................26
2.8 Prinsip kerja ILS...........................................................................................27
2.9 Tujuan perencanaan......................................................................................27
2.10 Analisis aliran daya...................................................................................27
2.11 Tahapan pelepasan beban berdasarkan prioritas.......................................28
2.12 Perencanaan Intelligent Load Shedding (ILS)..........................................29
2.13 Simulasi Intelligent Load Shedding (ILS)................................................29
2.14 Analisis setelah pengaplikasian Intelligent Load Shedding (ILS)............30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................31
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan..................................................................31
3.2 Metodologi Pengambilan Data.....................................................................31
3.3 Diagram Alur Metodologi desain dan analisis..............................................33
i
3.4 Data Teknis Sistem 50Hz Lowland Area PTFI............................................35
Daftar Pustaka..............................................................................................................46
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Permintaan akan kebutuhan energi listrik yang handal dan aman sangat
dibutuhkan untuk menunjang proses produksi agar berjalan dengan maksimal. Oleh
sebab itu PJP berkomitmen memberi layanan kelas tinggi kepada pengguna dengan
melakukan peningkatan keandalan dengan meningkatkan kemampuan Defence
Scheme untuk mencegah terjadinya kegagalan sistem ketika terjadi kondisi Under
Frequency yang menyebabkan unit pembangkit trip sehingga penting untuk dilakukan
(loadshedding) untuk menghindari pemadaman yang lebih luas, bahkan sangat
mungkin terjadi blackout. Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan suatu metode
load shedding yang disebut Intelligent Load Shedding (ILS) yang dalam prosesnya
mengkonfigurasi under frequency relays dan interlock scheme dengan kendali
Programmable Logic Controller (PLC). Sehingga memungkinkan untuk memasukan
1
parameter sebelum dilakukan shedding terhadap beban-beban yang terhubung dengan
sistem. . Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh H. E. LOKAY, “Application of
Underfrequency Relays for Automatic Load Shedding” menyebutkan bahwa kondisi
overload dapat menyebabkan rate of chage frequency decay sehingga penurunan
frekuensi terjadi akibat dampak dari tidak mampunya suatu pembangkit untuk supply
terhadap beban-beban yang terhubung dengan sistem. Kondisi overload dapat
diketahui dengan :
Maka dari itu kemampuan ILS sendiri berfungsi untuk melakukan load
shedding dengan optimal berdasarkan parameter nilai pembangkitan yang dihasilkan
dengan pembebanan sistem. Selanjutnya ILS bekerja dengan memilah beban yang
dengan sengaja dipilih berdasarkan dengan skala prioritas suatu beban.
2
Sebuah jurnal yang dipublikasian dari SREE NARAYANA GURUKULAM
COLLEGE OF ENGINEERING yang ditulis oleh MIDHUN PETER, “Intelligent
Load Shedding” menuliskan bahwa penggunaan load shedding secara konvensional
sudah mulai ditinggalkan. Karena kecepatan pelepasan beban yang lebih lama dan
tidak bekerja secara optimal tanpa memperhitungkan jumlah beban yang akan
lepaskan. Programmable Logic Controller (PLC) yang diintegrasikan dengan ILS
sebagai wajah baru dalam dunia kelistrikan untuk menggantikan teknologi
konvensional yang hanya menggunakan Under Frequency Relay dan pemanfaatan
Breaker Interlocks Scheme untuk skema pelepasan beban.
Atas dasar uraian latar belakang ini maka dibuatlah skripsi dengan judul:
3
1.2 Rumusan masalah
Dari penulisan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana dalam menentukan LFA, Transient Stability OLS, dalam
upaya defence scheme ?
2. Bagaimana dalam mendesain pemodelan HMI dan mengaplikasikan
ILS pada operasi sistem 50Hz di PT.Freeport Indonesia ?
3. Bagaimana memasukan parameter spinning reserve,beban
prioritas,supply energy listrik dan status pembebanan sistem untuk
proses kerja ILS ketika terjadi kondisi Under frequency pada sistem?
4. Bagaimana analisis ILS berdasarkan kinerja defence Scheme dan
analisis sesuai report data gangguan 24 Agustus 2015?
4
1.4 Tujuan
Dari uraian diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Dapat mengetahui salah satu proses Defence Scheme pada suatu sistem
tenaga listrik.
2. Dapat membuat desain dan analisis pengaplikasian ILS pada sistem
50Hz
3. Untuk analisis ketika terjadi gangguan hingga mencegah terjadinya
blackout.
4. Dapat melakukan analisis ILS terhadap data report gangguan yang
terjadi.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat tentang dasar teori penunjang yang dibutuhkan
dalam perencanaan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.
skripsi ini yaitu dengan wawancara, pengambilan data, perencanaan dan pengerjaan.
5
Berisi tentang pengujian dan simulasi Intelligent Load Shedding (ILS)
yang telah dibuat dengan menggunakan Software CX-PROGRAMMER v.9.5 dan
CX-DESIGNER v.9.5 untuk menjamin skema Load Shedding bekerja sesuai dengan
perencanaan dan cara kerja yang dibutuhkan.
BAB V PENUTUP
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem pelayanan tenaga listrik mulai dari
pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.
Jaringan transmisi juga dapat diasumsikan seperti air bertekanan tinggi yang
mengalir melalui pipa besar. Sehingga dapat mengalirkan air dengan volume yang
besar. Demikian halnya energi listrik, dengan nilai tegangan yang lebih tinggi dan
juga penghantar yang besar mampu mengirimkan energi listrik dengan jarak yang
sangat jauh dengan nilai rugi-rugi yang lebih rendah. untuk selanjutnya diterima oleh
gardu induk (GI) yang terkoneksi dengan jaringan distribusi
1. Distribusi Primer, yaitu jaringan distribusi yang berasal dari gardu induk
terkoneksi dengan jaringan transmisi lalu diturunkan tegangannya di Switchyard
atau Gardu Induk menjadi medium voltage dengan nominal tegangan 20kV yang
biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan Menengah) lalu disalurkan ke pelanggan
listrik kemudian di turunkan tegangannya oleh trafo pada substasion untuk
disalurkan ke pelanggan.
2. Distribusi Sekunder, yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk di
salurkan ke pelanggan dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380
V (antar fasa). Pelanggan yang memakai tegangan rendah ini adalah pelanggan
paling banyak karena daya yang dipakai tidak terlalu banyak. Jaringan dari
substation dikenal dengan (Jaringan Tegangan Rendah), lalu dari JTR dibagi-
bagi untuk ke rumah pelanggan, saluran yang masuk dari JTR ke rumah
pelanggan disebut Sambungan Rumah (SR).
sebagai supply utama dan pembangkit basecamp untuk backup jika terjadi
kekurangan daya serta supply di area bandara (hangar, basecamp, Divort/Alert, dan
Rimba Papua). Setelah pembangkitan, tegangan di naikkan oleh trafo daya yang
terletek dimasing-masing Substation. Keluaran dari trafo daya 20kV dibagi ke
switchgear untuk di Distribusikan ke setiap Feeder (Penyulang) serta di salurkan ke
masing-masing pelanggan.
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar di bawah ini Adalah
sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat
beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.
Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan
pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan drop
tegangan terbesar ada diujung saluran.
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lainlain). Sistem ini memiliki minimal dua feeder sekaligus dengan tambahan
Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, setiap feeder
interkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang
mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-
menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus
tersebut. Ciri beban lebih yaitu terjadinya arus lebih pada komponen,
dimana arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan
13
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa), 2 fasa
ketanah dan 1 fasa ketanah yang sifatnya bisa temporer atau permanen.
Gangguan tegangan lebih terjadi akibat adanya kelainan pada sistem tenaga
listrik, seperti tegangan lebih karena adanya surja petir yang mengenai
peralatan listrik.
4. Gangguan Ketidakstabilan
1. Pengaman Utama
2. Pengaman Cadangan
yang berdekatan dapat diabaikan, dimana kedua elemen harus diputuskan untuk
menggagalkan gangguan pada salah satu elemen.
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan
pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk
membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus
hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang
normal ataupun tidak normal.
Switch pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau
pemutus arus tiga fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang,
yang dikendalikan secara elektronis. Switch dengan penempatan di atas tiang
pancang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh dan skema otomatisasi.
16
OCR atau relay arus lebih adalah suatu relay yang bekerja berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi setting pengaman dengan jangka waktu tertentu,
sehingga relay ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih.
Relay hubung tanah atau sering disebut Ground Fault Relay (GFR) ini
berfungsi untuk memproteksi jaringan SUTM/SKTM dari gangguan tanah.
Menurut Djiteng Marsudi dalam Operasi Sistem Tenaga Listrik bahwa GFR
maupun OCR sering digunakan sebagai pengaman utama atau main protection
pada jaringan distribusi tegangan menengah.
Gangguan satu fasa ke tanah sangat bergantung dari jenis pentanahan dan
sistemnya. Gangguan satu fasa ketanah umumnya bukan merupakan hubung
singkat melalui tahanan gangguan, sehingga arus gangguannya menjadi
semakin kecil dan tidak bisa terdeteksi oleh OCR. Dengan demikian
diperlukan relay pengaman untuk gangguan tanah.
Beban tidak seimbang antara pembangkitan dengan beban listrik pada sistem
dapat menyebabkan disturbance pada operasi sistem. Sehingga dalam merencanakan
penyelamatan operasi sistem harus memperhatikan supply energi listrik yang
dibangkitkan dengan beban yang tersambung pada sistem. Hal ini dilakukan sebagai
upaya meminimalkan gangguan dan mencegah sampai terjadinya blackout dan
berakhir pada kerusakan peralatan yang lebih parah.
Daya generator pada sistem 50Hz PTFI , memiliki cadangan daya 10-15%
untuk masing-masing generator. Sebagai contoh generator yang terletak di Light
Industrial Park (LIP) Diesel Plant. Memiliki spesifikasi 5x4700 kW. Atas dasar saran
dari tim electrical engineering membatasi operasi generator maksimal adalah 4200
kW pada masing-masing generator. Generator-generator di LIP diesel plant
digunakan sebagai supply utama pada sistem 50Hz, sedangkan cadangan daya lainnya
terletak di basecamp diesel plant dengan generator 5x700kW.
Ketika suatu sistem interkoneksi tenaga listrik memiliki kondisi dimana daya
yang dibangkitkan tidak memenuhi kebutuhan daya beban karena ada pembangkit
yang keluar dari sistem, serta frekuensi generator yang masih bisa beroperasi semakin
19
lama semakin menurun karena putaran generator semakin lambat akibat beban yang
ditanggungnya semakin besar. Penurunan frekuensi yang berkelanjutan
mengakibatkan pemadaman total pada sistem untuk menghindari kerusakan pada
sistem pembangkitan. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi kondisi
gangguan beban lebih tersebut, yaitu:
Ketika penurunan frekuensi terjadi secara drastis dan pelepasan beban tidak
mampu mengatasi hal tersebut, maka hal yang paling mungkin dilakukan
sebelum terjadi pemadaman total melakukan pemisahan sistem (island
operation). Islanding operation adalah pola pengamanan sistem dengan
memisahkan unit pembangkit dari sistem interkoneksi secara otomatis dan
menanggung beban disekitarnya dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil yang terbatas sesuai kemampuan unit pembangkitnya. Pelaksanaan
pemisahan sistem yaitu dengan cara memerintahkan membuka CB di
Switchgear tertentu secara otomatis menggunakan UFR (Under Frequency
Relay) sehingga terbentuk suatu sistem yang terisolasi dari sistem
interkoneksi. Tujuan island operation untuk menghindarkan sistem mengalami
pemadaman total, karena apabila sistem bertahan dalam beberapa subsistem
(island) maka untuk penormalan akan lebih cepat dan lebih mudah.
Dalam melakukan pelepasan beban dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
dengan menggunakan metode konvensional menggunakan skema interlock breaker
dan menggunakan metode Intelligent Load Shedding (ILS). Pelepasan beban
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan pembangkitan sehingga sistem
masih memiliki waktu untuk mengkoordinasikan pengurangan beban dengan
konsumen. Metode pelepasan beban diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu:
akan menunggu tahap berikutnya tercapai dan setelah delay waktu tambahan
akan memutus beban lainnya.
Untuk sistem yang ditunjukkan pada gambar diatas ini relay frekuensi
(FreqRelay) mendeteksi tahap pelepasan beban pertama dan pemutus sirkuit
beban yang saling terkait (LoadCB_1 to LoadCB_i). jika kondisi frekuensi
sistem terus menurun tajam maka CB berikutnya akan trip sampai kondisi
frekuensi kembali normal.
2.6 P
r
o
g
r
a
Gambar 2. 5 Bagian-bagian Intelligent Load Shedding m
m
able Logic Controller (PLC)
Programmable Logic Controller atau yang sering disingkat
dengan PLC seringkali kita temui beberapa tahun terakhir. Sebelum PLC diciptakan,
sistem kontrol yang digunakan untuk membantu kegiatan produksi di industri-industri
pada masa itu masih berbasis relay logic. Sistem berbasis relay
logic menggunakan relay untuk melakukan kegiatan pengendalian sistem. Namun,
sayangnya penggunaan relay ini tidak terlalu memuaskan karena kurang fleksibel
terhadap perubahan dalam sistem. Selain itu base dari PLC adalah perangkat
microprosser yang memiliki respon yang lebih cepat.
Pada prinsipnya sebuah PLC menerima sinyal input dari sensor dan diproses
sehingga melakukan intruksi untuk melakukan suatu proses terhadap output. Dalam
hal ini suatu Plant atau sistem yang membutuhkan kontrol otomatis sehingga dapat
beroperasi seperti yang dikehendaki.
Input dan output sinyal yang diproses oleh PLC berasal dari external device
seperti saklar,sensor, switch, push button, detent switch. Sedangkan perangkat output
atau aktuator contohnya seperti lampu, solenoid, relay, kontaktor, Circuit Breaker.
Data-data input yang dapat diterima oleh PLC berupa sinyal analog maupun sinyal
Digital yang selanjutnya diproses oleh CPU yang ada didalam PLC. Sinyal yang
diterima akan diolah sesuai program yang telah dibuat sesuai intruksi-intruksi yang
telah ditentukan. Proses ini akan terus berjalan sehingga plant dapat bekerja secara
otomatis.
Merupakan salah satu PLC merk Omron tipe modular yang memiliki fitur
Ethernet remote sehingga memungkinkan untuk monitoring maupun pengontrolan
jarak jauh. Kapasitas data memory yang mampu menampung 832K words
memungkinkan untuk ILS untuk memperbarui tabel data OLS.
Selain itu tingkat kecepatan pemrosesan plc yang bisa dibilang cepat, yaitu
0.016 µs min, untuk intruksi sederhana. Dan 0.048 µs min untuk special intruksi.
PLC CJ2H merupakan tipe modular yang mampu diexpand I/O diatas 10
Units dalam satu expansi rack
26
1. Pertimbangan teknis
a. Kemampuan peralatan
2. Pertimbangan non-teknis
Berikut ini akan dijelaskan beban-beban yang dianggap penting pada Lowland
Area PTFI.
1. Trakindo
2. Sucofindo
3. Sandvik
4. PAMA
29
d. Feeder 38/39(Prioritas 3)
e. Perumahan RW A (Prioritas 5)
METODOLOGI PENELITIAN
Studi literatur dilakukan untuk penulisan skripsi yang lebih terarah dan fokus
pada topik yang dibahas. Literatur dapat berupa buku, karya-karya ilmiah, dan jurnal
yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Studi ini meliputi latar belakang,teori
dasar , konsep dan metode penunjang dalam penyelesaian skripsi ini.
3.2.3 Observasi
Studi observasi data adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung
ditempat yang kerja. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui informasi
berupa data-data yang lebih spesifik sebagai penunjang penulisan skripsi ini.
33
Tidak
Simulasi ILS dengan
HMI (h)
Selesai (j)
Dari diagram alur pada gambar 3.3 dapat dijelaskan proses pengerjaan
dalam beberapa bagian antara lain:
a. Mulai.
b. Simulasi aliran daya menggunakan software ETAP 12.6
c. Melakukan Load flow Analisis dan menentukan spinning reserve.
d. Data gangguan yang telah diterima selanjutnya digunakan untuk desain
analisis kinerja ILS.
e. Simulasi transient stability menggunakan ETAP 12.6 ketika terjadi
gangguan sesuai data yang telah diterima.
f. Melakukan desain pemodelan HMI yang dilakukan dengan membuat
pemrograman PLC untuk analisis kinerja ILS.
g. Memasukan parameter spinning reserve, beban prioritas, supply energi
listrik dan pembebanan sistem. hal ini dibutuhkan untuk diproses
kontrol ILS.
h. Simulasi ILS menggunakan software CX-Designer v.9.5 yang berfungsi
untuk tampilan HMI.
i. Validasi diperlukan untuk menganalisis pemrograman ILS pada PLC
bekerja sesuai dengan parameter-parameter yang diproses. Dalam
melakukan analisis tersebut menggunakan simulasi Transient Stability
ETAP 12.6
j. Selesai.
35
TRANSFORMER
PEAK LOAD ACTUAL REAL POWER
CAPACITY
N
FEEDER ID
O RECORDED BY SCADA
KVA Ampere KVA Ampere
( KW )
KUALA
1 12,070.00 18,338.89 4,500.65 6,846.13 3,154.00
KENCANA
LIGHT
2 INDUSTRIAL 9,780.00 14,629.67 3,473.76 5,284.09 2,570.00
PARK
38, 39 AND
3 8,300.00 12,605.99 2,283.82 3,474.02 1,137.00
OCTAGON
Total of Transformer
40,075.00
Capacity (KVA)
TRANSFORMER OF KK FEEDER
TRANSFORMER
TRANSFORM ACTUAL PEAK LOAD
N CAPACITY
ER
O
LOCATION KVA Ampere KVA Ampere
Fire / Security /
1 200 303.87 140.20 213.27
Com
RT.05 / 06 RW
2 630 957.21 226.43 344.44
A KK
RT.03 / 04 RW
3 630 957.21 179.46 272.99
A KK
RT.01 / 02 RW
4 630 957.21 412.54 627.54
A KK
Recreation
5 630 957.21 119.78 182.21
School
International
7 200 303.87 82.59 125.63
School
Town Center
8 400 607.75 40.82 62.1
Church
1 Retail Center
630 957.21 268.36 408.22
0 01
1 Retail Center
630 957.21 354.70 539.55
1 02
1 Town Center
400 607.75 82.66 125.74
2 Mosque
1 Clinic Kuala
1000 1519.38 159.04 241.92
3 kencana
1 D.2 Aparment
400 607.75 251.15 382.03
4 RW/B
1 B.Q Aparment
400 607.75 164.24 249.83
5 RW/B
1
Golf Course 400 607.75 172.65 262.63
6
39
1 Golf Club
400 607.75 72.87 110.84
7 maintenance
1 RWB /
630 957.21 336.88 512.44
8 MINAJERWI
1
RWB / IWAKA 630 957.21 410.91 625.05
9
RWB /
2
BOUGENVILL 630 957.21 186.08 283.06
0
E
2
KKTA Office 1000 1519.38 49.42 75.17
1
Sewage
2
Treatment 400 607.75 101.44 154.31
2
plant
Total of Transformer
12,070.00
Capacity (KVA)
of
CAPACITY Powe
Planning for next 3
MER years r
O
LOCATION
Char
KVA Ampere KVA Ampere KVA Ampere acteri Meteri
stic ng
VehicleFuel
1 200 304 12 18 0
Station PQM
Food Ware
2 1000 1,519 579 880 0
House N/A
Steel
3 Fabrication 1000 1,519 666 1,013 0
Shop # 1
Steel
3 Fabrication 1000 1,519 697 1,061 0
Shop # 2
Electrical
4 1500 2,278 1,198
Shop 1,822
Machine
5 1000 1,519 699
Shop 1,063
Communicati
5 200 304 60 92 0
on Tower
KKPR Ware
6 500 759 133 203 0
House
1
Trakindo 01 1000 1,519 435
0 662
1,183 1,800
1
Trakindo 02 1000 1,519
1
41
1
Oxigen Plant 630 957 253 385 0
2
1 Acetyline
200 304 104 159 0
3 Plant
1
QMS 500 304 66 100 0
4
Nemangkaw
1
i Mining 1000 1,519 699
5
Institute 1,063
1 SMKK Kuala
800 1,216 19 29 0
6 Kencana
1
T&D SHOP 500 759 23 36 0
7
1
Street Light 50 304 14 21 0
8
3,031 4,610
12,138.00 3,796.02
42
TRANSFORMER
TRANSFORM PEAK LOAD ACTUAL
N CAPACITY
ER
O
LOCATION KVA Ampere KVA Ampere
Waste
1 100 151.2 46.94 71.41
Management
Water
2 Treatment 100 151.2 18.28 27.80
plant
Clinic
3 200 303.87 56.53 85.99
Old/TRMP
Koramil/Polsek
4 200 303.87 39.92 60.72
KK
P T. FI ITC/
9 500 759.21 123.01 187.12
EPO Dep
1 Ligth Vehecle
500 759.21 160.61 244.31
0 Shop
1 Staff MessHall
500 759.21 122.13 185.78
1 38
1 Heavy Duty
800 1215.5 270.20 411.02
2 Shop
1 D-BRCKS/
800 1215.5 183.66 279.38
3 Porta Camp
1
Staff Barracks 800 1215.5 231.53 352.19
4
43
1
T-Barracks 800 1215.5 452.13 687.76
5
MP-38
1
Leachate 500 759.21 New-8/06
6
Treatment
1 Non Staff
1000 1519.38 244.59 372.06
6 MessHall
Total of Transformer
8,800.00
Capacity (KVA)
TRANSFORMER
TRANSFORM PEAK LOAD ACTUAL
N CAPACITY
ER
O
LOCATION KVA Ampere KVA Ampere
LANUD
3 200 303.87 46.68 71.00
OFFICE
44
LANUD
4 200 303.87 35.49 53.99
HOUSING
AIR PORT
5 200 303.87 71.43 108.66
TERMINAL
TOWER AIR
6 200 303.87 37.27 56.70
PORT
ENVIROMENT
8 250 379.84 170.63 259.55
AL LAB.
PUMP
9 500 759.21 126.96 193.13
STATION
1
BASE CAMP 1 1000 1519.38 375.90 571.80
0
1
HANGAR 1000 1519.38 113.19 172.18
1
1
BASE CAMP 2 2000 3038.98 321.58 489.17
2
1 SHERATON
2000 3038.98 921.24 1,401.34
3 HOTEL A
Total of Transformer
9,925.00
Capacity (KVA)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.3 Simulasi ILS dengan Integrasi Antara Software CX Designer dan CX-
Programmer
4.4 Defence Scheme Dengan ILS Ketika Terjadi Gangguan 24 Agustus 2015
4.3.4 Validasi Kerja ILS Dengan Simulasi Transient Stability Software ETAP 12.6
47
DAFTAR PUSTAKA