Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................4
1.3 Batasan masalah..............................................................................................4
1.4 Tujuan.............................................................................................................5
1.5 Sistematika penulisan......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1 Sistem Tenaga Listrik.....................................................................................7
2.2 Jenis-jenis sistem jaringan distribusi............................................................10
2.3 Disturbance Pada Sistem Tenaga..................................................................13
2.4 Sistem proteksi..............................................................................................14
2.5 Defence Scheme............................................................................................17
2.6 Programmable Logic Controller (PLC)........................................................23
2.7 Aspek teknis dan non teknis.........................................................................26
2.8 Prinsip kerja ILS...........................................................................................27
2.9 Tujuan perencanaan......................................................................................27
2.10 Analisis aliran daya...................................................................................27
2.11 Tahapan pelepasan beban berdasarkan prioritas.......................................28
2.12 Perencanaan Intelligent Load Shedding (ILS)..........................................29
2.13 Simulasi Intelligent Load Shedding (ILS)................................................29
2.14 Analisis setelah pengaplikasian Intelligent Load Shedding (ILS)............30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................31
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan..................................................................31
3.2 Metodologi Pengambilan Data.....................................................................31
3.3 Diagram Alur Metodologi desain dan analisis..............................................33

i
3.4 Data Teknis Sistem 50Hz Lowland Area PTFI............................................35
Daftar Pustaka..............................................................................................................46

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Single Line Diagram Jaringan Distribusi Tipe Radial............................11


Gambar 2. 2 single line diagram jaringan distribusi dengan tie line...........................12
Gambar 2. 3 single line diagram jaringan loop (ring).................................................12
Gambar 2. 4 Single line diagram rangkaian interlock ketika terjadi overload shedding
.....................................................................................................................................21
Gambar 2. 5 Diagram Intelligent Load Shedding........................................................23
Gambar 2. 6 Bagian-bagian PLC.................................................................................24

Gambar 3. 1..................................................................Error! Bookmark not defined.


Gambar 3. 2 Modeling system 50 Hz PT.PUNCAK JAYA POWER.........................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat di era teknologi yang
dewasa ini sangat diperlukan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, baik untuk
kebutuhan rumah tangga, sosial, dan industri. PT. Freeport Indonesia merupakan
perusahaan tambang mineral afilisasi dari Freeport-McMoRan (FCX) dan PT
Indonesia Asahan Alumunium (Persero)(Inalum). Dalam hal ini, PT. Puncak Jaya
Power (PJP) sebagai perusahaan penyedia tenaga listrik, mulai dari pembangkit,
transmisi, dan distribusi untuk proyek pertambangan PT. Freeport Indonesia. PJP
memiliki 2 sistem pembangkitan, yaitu sistem 50Hz dan 60Hz. Pada sistem 50Hz
beroperasi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di daerah Lowland antara lain,
Light Industrial Park (LIP),Kuala Kencana, Mile post 38/39, yang terdiri dari beban
Industri,Sosial,Rumah tangga. Sedangkan untuk sistem 60Hz dibangkitkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi pertambangan dikota Tembagapura yang biasa disebut
dengan (Highland).

Permintaan akan kebutuhan energi listrik yang handal dan aman sangat
dibutuhkan untuk menunjang proses produksi agar berjalan dengan maksimal. Oleh
sebab itu PJP berkomitmen memberi layanan kelas tinggi kepada pengguna dengan
melakukan peningkatan keandalan dengan meningkatkan kemampuan Defence
Scheme untuk mencegah terjadinya kegagalan sistem ketika terjadi kondisi Under
Frequency yang menyebabkan unit pembangkit trip sehingga penting untuk dilakukan
(loadshedding) untuk menghindari pemadaman yang lebih luas, bahkan sangat
mungkin terjadi blackout. Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan suatu metode
load shedding yang disebut Intelligent Load Shedding (ILS) yang dalam prosesnya
mengkonfigurasi under frequency relays dan interlock scheme dengan kendali
Programmable Logic Controller (PLC). Sehingga memungkinkan untuk memasukan

1
parameter sebelum dilakukan shedding terhadap beban-beban yang terhubung dengan
sistem. . Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh H. E. LOKAY, “Application of
Underfrequency Relays for Automatic Load Shedding” menyebutkan bahwa kondisi
overload dapat menyebabkan rate of chage frequency decay sehingga penurunan
frekuensi terjadi akibat dampak dari tidak mampunya suatu pembangkit untuk supply
terhadap beban-beban yang terhubung dengan sistem. Kondisi overload dapat
diketahui dengan :

nilai beban kurang


persenOverload= X 100
nilai spinning reserve

Maka dari itu kemampuan ILS sendiri berfungsi untuk melakukan load
shedding dengan optimal berdasarkan parameter nilai pembangkitan yang dihasilkan
dengan pembebanan sistem. Selanjutnya ILS bekerja dengan memilah beban yang
dengan sengaja dipilih berdasarkan dengan skala prioritas suatu beban.

Dalam aplikasi Over Load Shedding (OLS) pada sistem 50 Hz PT.Puncak


Jaya Power diperoleh report data gangguan yang terjadi pada tanggal 24 Agustus
2015 di LIP Power Plan relay (81M mechanical) aktif sehingga mengharuskan trip
generator 2. Sehingga menimbulkan sistem kehilangan energi supply sebesar 2x2.4
MW. Sebagai respon dari kejadian diatas maka dilakukan OLS sebagai upaya
Defence Scheme melalui tahapan load shedding level 1 (MP38 dan kuala kencana
RW A ), level 2 (LIP#2 feeder), dan level 3 (LIP#1 feeder). Skema OLS dari kejadian
tersebut menggunakan metode load shedding konvensional untuk memperbaiki
kondisi turunnya nilai frekuensi dengan melepaskan beban secara bertahap hanya
berdasarkan skala prioritas beberapa beban. Maka dari itu untuk mengoptimalkan
kerja OLS diperlukan suatu metode yang dapat merespon lebih cepat dan tepat dalam
menentukan load shedding.

2
Sebuah jurnal yang dipublikasian dari SREE NARAYANA GURUKULAM
COLLEGE OF ENGINEERING yang ditulis oleh MIDHUN PETER, “Intelligent
Load Shedding” menuliskan bahwa penggunaan load shedding secara konvensional
sudah mulai ditinggalkan. Karena kecepatan pelepasan beban yang lebih lama dan
tidak bekerja secara optimal tanpa memperhitungkan jumlah beban yang akan
lepaskan. Programmable Logic Controller (PLC) yang diintegrasikan dengan ILS
sebagai wajah baru dalam dunia kelistrikan untuk menggantikan teknologi
konvensional yang hanya menggunakan Under Frequency Relay dan pemanfaatan
Breaker Interlocks Scheme untuk skema pelepasan beban.

Proses ILS sendiri disebutkan oleh China Electric Power Research


Institute dalam jurnal penelitian “Research on the application of intelligent under-
frequency/under-voltage load shedding considering demand response” monitoring
secara langsung dengan sistem SCADA dengan mempertimbangan suatu Intelligent
Control dan pusat komunikasi bisa memenuhi persyaratan kecepatan dan waktu
respon yang dibutuhkan. Pada sistem SCADA sendiri memiliki kemampuan akses
pengolahan data individual dari nilai frekuensi, tegangan, perubahan tegangan, yang
sesuai dengan konfigurasi Intelligent under-frequency/voltage load shedding.
Sehingga memudahkan analisis ketika terjadi kondisi overload pada sistem 50 Hz.

Atas dasar uraian latar belakang ini maka dibuatlah skripsi dengan judul:

“STUDI INTELLIGENT LOAD SHEDDING (ILS) DENGAN


MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER PADA SISTEM
50Hz PT. FREEPORT INDONESIA TIMIKA-PAPUA”

3
1.2 Rumusan masalah
Dari penulisan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana dalam menentukan LFA, Transient Stability OLS, dalam
upaya defence scheme ?
2. Bagaimana dalam mendesain pemodelan HMI dan mengaplikasikan
ILS pada operasi sistem 50Hz di PT.Freeport Indonesia ?
3. Bagaimana memasukan parameter spinning reserve,beban
prioritas,supply energy listrik dan status pembebanan sistem untuk
proses kerja ILS ketika terjadi kondisi Under frequency pada sistem?
4. Bagaimana analisis ILS berdasarkan kinerja defence Scheme dan
analisis sesuai report data gangguan 24 Agustus 2015?

1.3 Batasan masalah


Untuk menghindari permasalahan yang timbul sehingga tidak fokus pada
pokok bahasan maka dibutuhkan beberapa batasan masalah sebagai berikut:
1. Desain Intelligent Load Shedding (ILS) ketika terjadi Over Load
Shedding (OLS) pada sistem
2. Pada desain Intelligent Load Shedding (ILS) menggunakan
Programmable Logic Controller (PLC) Omron CJ2H dengan input
sensor Rate of Change of Frequency (ROCOF) serta trigger dari
Under Voltage Relay.
3. Programming PLC menggunakan Ladder diagram dengan Software
CX-Programmer v.9.5 dan CX-Designer v.9.5
4. Analisis kerja ILS menggunakan simulasi load flow analize dan
transient stability software ETAP 12.6
5. Diagram pengkawatan akan disesuaikan dengan peralatan yang
disediakan PT. Puncak Jaya Power.
6. Tidak membahas koordinasi rele ketika terjadi gangguan pada sistem.
7. Tidak membahas proses interface dalam perencanaan ILS

4
1.4 Tujuan
Dari uraian diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Dapat mengetahui salah satu proses Defence Scheme pada suatu sistem
tenaga listrik.
2. Dapat membuat desain dan analisis pengaplikasian ILS pada sistem
50Hz
3. Untuk analisis ketika terjadi gangguan hingga mencegah terjadinya
blackout.
4. Dapat melakukan analisis ILS terhadap data report gangguan yang
terjadi.

1.5 Sistematika penulisan


Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang penjelasan latar belakang, rumusan


masalah,batasan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini memuat tentang dasar teori penunjang yang dibutuhkan
dalam perencanaan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metodologi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

skripsi ini yaitu dengan wawancara, pengambilan data, perencanaan dan pengerjaan.

BAB IV PENGUJIAN DAN SIMULASI

5
Berisi tentang pengujian dan simulasi Intelligent Load Shedding (ILS)
yang telah dibuat dengan menggunakan Software CX-PROGRAMMER v.9.5 dan
CX-DESIGNER v.9.5 untuk menjamin skema Load Shedding bekerja sesuai dengan
perencanaan dan cara kerja yang dibutuhkan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk


pengembangan selanjutnya

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Pada masyarakat modern, energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan
utama yang tidak bisa ditinggalkan . Beragam aktifitas sehari-hari membutuhkan
energi listrik sebagai salah satu kebutuhan pokok. seperti halnya kebutuhan akan
(pakaian,makanan,tempat tinggal). Oleh sebab itu jika sistem tenaga listrik tidak
beroperasi secara optimal, masyarakat modern tidak akan bisa melakukan aktifitas.

Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem pelayanan tenaga listrik mulai dari
pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.

Terdapat tiga bagian utama dari sistem tenaga listrik

 Pembangkit tenaga listrik


 Transmisi
 Distribusi

2.2.1 Pembangkit tenaga listrik

Pembangkit tenaga listrik merupakan suatu instalasi yang didalamnya terdiri


dari berbagai macam jenis peralatan yang dioperasikan untuk menghasilkan tenaga
listrik. Prinsip kerja pembangkit listrik yaitu dengan mengubah energi potensial
menjadi energi mekanik menjadi tenaga listrik. Atau dengan kata lain, energi
potensial akan menggerakkan turbin yang dihubungkan oleh primeover dengan poros
generator. selanjutnya putaran dari turbin tersebut (energi mekanik) akan
mengoperasikan generator listrik. Pada tahap akhir generator listrik akan
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik.
8

Dalam proses industri PT.Freeport Indonesia (PTFI) menggunakan 2 sistem


pembangkitan, yaitu sistem 50Hz digunakan pada dataran rendah (lowland area)
untuk melayani beban berupa bengkel-bengkel,rumah tangga,perkantoran,dan
kebutuhan sosial yang disupply dengan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
Sistem 60Hz digunakan untuk proses produksi pertambangan yang terletak didataran
tinggi (highland area).Sebagian besar kebutuhan energi listriknya disupply dengan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang terdapat diPortsite.

2.2.2 Sistem Transmisi

Transmisi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang berfungsi


menyalurkan energi listrik dari sumber pembangkitan Kepusat-pusat beban.

Jarak pembangkit yang jauh dengan beban yang mayoritas berupa


industri,perumahan, dan fasilitas umum, menjadikan sistem transmisi memiliki nilai
paling ekonomis dalam proses pengiriman energi listrik.

Jaringan transmisi juga dapat diasumsikan seperti air bertekanan tinggi yang
mengalir melalui pipa besar. Sehingga dapat mengalirkan air dengan volume yang
besar. Demikian halnya energi listrik, dengan nilai tegangan yang lebih tinggi dan
juga penghantar yang besar mampu mengirimkan energi listrik dengan jarak yang
sangat jauh dengan nilai rugi-rugi yang lebih rendah. untuk selanjutnya diterima oleh
gardu induk (GI) yang terkoneksi dengan jaringan distribusi

Generator membangkitkan energi listrik umumnya 13.8kV-24kV).


Selanjutnya trafo step-up mentranformasikan tegangan generator menjadi tegangan
jaringan transmisi 70kV-500kV. Jaringan transmisi terkoneksi dengan gardu induk
yang selanjutnya trafo step-down menurunkan ke tegangan menengah untuk bisa
digunakan oleh pelanggan.
9

2.2.3 Distribusi tenaga listrik

Sistem Distribusi adalah tahap akhir dalam pengiriman tenaga listrik. yaitu


proses membawa listrik dari sistem transmisi listrik menuju kepelanggan listrik.
Gardu induk distribusi terhubung kesistem transmisi dan menurunkan tegangan
transmisinya dengan menggunakan trafo step-down, Distribusi ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu :

1. Distribusi Primer, yaitu jaringan distribusi yang berasal dari gardu induk
terkoneksi dengan jaringan transmisi lalu diturunkan tegangannya di Switchyard
atau Gardu Induk menjadi medium voltage dengan nominal tegangan 20kV yang
biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan Menengah) lalu disalurkan ke pelanggan
listrik kemudian di turunkan tegangannya oleh trafo pada substasion untuk
disalurkan ke pelanggan.
2. Distribusi Sekunder, yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk di
salurkan ke pelanggan dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380
V (antar fasa). Pelanggan yang memakai tegangan rendah ini adalah pelanggan
paling banyak karena daya yang dipakai tidak terlalu banyak. Jaringan dari
substation dikenal dengan (Jaringan Tegangan Rendah), lalu dari JTR dibagi-
bagi untuk ke rumah pelanggan, saluran yang masuk dari JTR ke rumah
pelanggan disebut Sambungan Rumah (SR).

Pelanggan tegangan ini banyaknya menggunakan listrik satu fasa, walaupun


ada beberapa pelanggan menggunakan listrik tiga fasa. Selain itu juga terdapat
pelayanan listrik dengan tegangan menengah secara langsung ke pelanggan,
umumnya pelayanan jenis ini digunakan untuk kebutuhan industri rumah tangga
maupun komersil. Pelanggan yang membutuhkan tegangan yang lebih tinggi juga
bisa mengajukan permohonan untuk langsung terhubung dengan jaringan distribusi
primer, atau ke level subtransmisi.

Pada jaringan Sistem Distribusi 50Hz di PT. Freeport Indonesia di supply


oleh 2 pembangkit dari pembangkit LIP dan pembangkit Basecamp. Pembangkit LIP
10

sebagai supply utama dan pembangkit basecamp untuk backup jika terjadi
kekurangan daya serta supply di area bandara (hangar, basecamp, Divort/Alert, dan
Rimba Papua). Setelah pembangkitan, tegangan di naikkan oleh trafo daya yang
terletek dimasing-masing Substation. Keluaran dari trafo daya 20kV dibagi ke
switchgear untuk di Distribusikan ke setiap Feeder (Penyulang) serta di salurkan ke
masing-masing pelanggan.

2.2 Jenis-jenis sistem jaringan distribusi


Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat
dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran
penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem
Gugus atau Kluster.

2.4.1 Jaringan Radial,

Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar di bawah ini Adalah
sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini  terdapat
beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2. 1 Single Line Diagram Jaringan Distribusi Tipe Radial


11

Dalam feeder tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen.


Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam
bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem
ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan  sistem  lainnya.
Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur  utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan
pada gardu distribusi yang paling  ujung kurang baik, hal ini dikarenakan drop
tegangan terbesar ada diujung saluran.

2.4.2 Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line),

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lainlain). Sistem ini memiliki minimal dua feeder sekaligus dengan  tambahan
Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch,  setiap feeder
interkoneksi ke gardu  pelanggan khusus tersebut sehingga  bila salah satu penyulang
mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.

Gambar 2. 2 single line diagram jaringan distribusi dengan tie line


12

2.4.3 Jaringan loop ( ring )

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti


Gambar di bawa ini dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk,
sehingga dengan demikian jika terjadi gangguan pada salah satu area , maka area
tersebut dapat dipisahkan dari jaringan yang tidak mengalami gangguan.

Gambar 2. 3 single line diagram jaringan loop (ring)

2.3 Disturbance Pada Sistem Tenaga


Adapun macam-macam gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga
listrik seperti :

1. Gangguan Beban Lebih

Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-
menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus
tersebut. Ciri beban lebih yaitu terjadinya arus lebih pada komponen,
dimana arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan
13

sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan serta dapat


memperpendek umur peralatan.

2. Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa), 2 fasa
ketanah dan 1 fasa ketanah yang sifatnya bisa temporer atau permanen.

3. Gangguan Tegangan Lebih

Gangguan tegangan lebih terjadi akibat adanya kelainan pada sistem tenaga
listrik, seperti tegangan lebih karena adanya surja petir yang mengenai
peralatan listrik.

4. Gangguan Ketidakstabilan

Gangguan ini disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat di sistem


tenaga listrik atau lepasnya pembangkit, yang dapat menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron.

Untuk mengurangi akibat-akibat negatif dari berbagai macam gangguan


tersebut, maka diperlukan sistem proteksi yang tanggap dalam mencegah gangguan
secara dini.

2.4 Sistem proteksi


Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang
terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi tenaga listrik
dan generator listrik yang dipergunakan untuk mengamankan sistem tenaga listrik
dari gangguan listrik atau beban lebih, dengan cara memisahkan bagian sistem tenaga
listrik yang terganggu. Sehingga sistem kelistrikan yang tidak terganggu dapat terus
bekerja (mengalirkan arus kebeban atau konsumen). Jadi pada hakekatnya pengaman
pada sistem tenaga listrik yaitu mengamankan seluruh sistem tenaga listrik supaya
kehandalan tetap terjaga.

Berdasarkan fungsinya pengaman dapat dibagi dua yakni :


14

1. Pengaman Utama

Pengaman utama merupakan pengaman yang paling berperan didaerah


pengaman atau daerah yang dilindungi dan sebagai pengaman utama, maka
bekerjanya selektif serta lebih cepat mengisolasi bagian sistem yang
diamankan dari gangguan yang terjadi.

2. Pengaman Cadangan

Pengaman cadangan (back-up) merupakan pengaman dibelakang pengaman


utama. Maksudnya adalah pengaman ini bekerja jika pengaman utama gagal
operasi. Pengaman ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Local back-up yaitu dimana pengaman cadangan terletak satu


lokasi dengan pengaman utama.
b. Remote back-up yaitu dimana pengaman cadangan tersebut
diletakkan pada lokasi yang berlainan dengan pengaman utama.

2.4.1 Zona proteksi sistem tenaga

Di dalam sistem proteksi tenaga listrik, seluruh komponen harus diamankan


dengan tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/rele pengaman. Untuk
mencapai hal ini, sistem tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona) pengaman
seperti berikut:

1. Proteksi pada Generator.


2. Proteksi pada Transformator.
3. Proteksi pada Transmisi.
4. Proteksi pada Distribusi.

Daerah-daerah (zona) proteksi dari pembangkitan sampai sisi tegangan


tinggi pada gardu induk dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti pada
Gambar 2.4.1 Pada gambar tersebut dapat diamati bahwa cb terletak dalam koneksi di
masing-masing elemen daya. Ketentuan ini memungkinkan pemutusan hanya untuk
elemen yang mengalami gangguan. Kadang-kadang, pemutusan pada dua elemen
15

yang berdekatan dapat diabaikan, dimana kedua elemen harus diputuskan untuk
menggagalkan gangguan pada salah satu elemen.

Zona perlindungan yang terpisah dibentuk di sekitar masing-masing elemen


sistem. Pentingnya hal ini adalah bahwa setiap gangguan yang terjadi dalam zona
tertentu akan menyebabkan "pemutusan" (atau, membukanya) semua cb di zona
tersebut. Dalam hal Ini akan menjadi jelas bahwa, karena gangguan di wilayah yang
dimana terdapat dua zona proteksi yang berdekatan saling tumpang tindih, lebih
banyak pemutus akan memutuskan gangguan minimum yang diperlukan untuk
melepaskan elemen salah atau elemen yang mengalami gangguan.

2.4.2 Peralatan proteksi

1. Circuit Breaker (CB)

Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan
pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk
membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus
hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang
normal ataupun tidak normal.

2. Disconecting Switch (DS)

Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS) berfungsi untuk


mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang
tidak berbeban.

3. Load Break Switch (LBS)

Switch pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau
pemutus arus tiga fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang,
yang dikendalikan secara elektronis. Switch dengan penempatan di atas tiang
pancang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh dan skema otomatisasi.
16

4. Over Current Relay (OCR)

OCR atau relay arus lebih adalah suatu relay yang bekerja berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi setting pengaman dengan jangka waktu tertentu,
sehingga relay ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih.

5. Ground Fault Relay (GFR)

Relay hubung tanah atau sering disebut Ground Fault Relay (GFR) ini
berfungsi untuk memproteksi jaringan SUTM/SKTM dari gangguan tanah.
Menurut Djiteng Marsudi dalam Operasi Sistem Tenaga Listrik bahwa GFR
maupun OCR sering digunakan sebagai pengaman utama atau main protection
pada jaringan distribusi tegangan menengah.

Gangguan satu fasa ke tanah sangat bergantung dari jenis pentanahan dan
sistemnya. Gangguan satu fasa ketanah umumnya bukan merupakan hubung
singkat melalui tahanan gangguan, sehingga arus gangguannya menjadi
semakin kecil dan tidak bisa terdeteksi oleh OCR. Dengan demikian
diperlukan relay pengaman untuk gangguan tanah.

6. Under Frequency RelayUnder Frequency Relay (UFR) adalah relay yang


digunakan dalam skema pertahanan sistem karena adanya penurunan
frekuensi dengan cara melepas beban-beban. UFR terdiri dari 7 tahapan yang
dimulai dari frekuensi sebesar 49.00 Hz – 48.3 Hz.UFR ini akan digunakan
untuk keperluan pemisahan sistem Island Operation.
7. Under Voltage relay

Merupakan relay proteksi yang bekerja secara instantaneous ketika terjadi


tegangan jatuh yang melampaui setpoint yang telah ditentukan.

2.5 Defence Scheme


17

Proteksi penyelamatan operasi sistem (defence scheme) adalah suatu skema


proteksi yang digunakan untuk memproteksi sitem saat terjadi disturbance pada
operasi sistem.

2.7.1. Latar belakang penyelamatan operasi sistem (Defence Scheme)

Beban tidak seimbang antara pembangkitan dengan beban listrik pada sistem
dapat menyebabkan disturbance pada operasi sistem. Sehingga dalam merencanakan
penyelamatan operasi sistem harus memperhatikan supply energi listrik yang
dibangkitkan dengan beban yang tersambung pada sistem. Hal ini dilakukan sebagai
upaya meminimalkan gangguan dan mencegah sampai terjadinya blackout dan
berakhir pada kerusakan peralatan yang lebih parah.

2.7.2. Tujuan defence scheme


1. Sebagai upaya menjaga kestabilan sistem
2. Mengantisipasi kenaikan beban secara siknifikan
3. Mencegah terjadinya blackout

2.7.3. Gangguan beban lebih (OverLoad)

Gangguan lebih (OverLoad) sebenarnya bukanlah disturbance yang murni


seperti gangguan pada umumnya. Kondisi ini mungkin terjadi ketika pembebanan
pada suatu peralatan seperti generator dan transformator daya. Tidak mampu lagi
memikul beban yang diminta, dalam hal ini peralatan tersebut memiliki nilai standart
tersendiri dalam pembebanan mengacu dengan standarisasi internasional seperti
IEEE, IEC, ANSI,NEMA dan lain-lain.

2.7.4. Dampak gangguan beban lebih

Dampak gangguan beban lebih dapat menyebabkan disturbance dengan


kestabilan sistem antara lain:
18

a. Penurunan Tegangan Sistem (Under Voltage)Under voltage merupakan


fenomena jatuhnya tegangan yang berkelanjutan akibat adanya
gangguan beban lebih (overload) sehingga mengakibatkan sistem
kelistrikan mengalami pemadaman total (blackout).
b. Penurunan Frekuensi (Under Frequency) Pada dasarnya generator memiliki
spesifikasi tertentu berkaitan dengan rentang kerja frekuensi yang dijinkan
beserta waktu operasi dari frekuensi tersebut. Penurunan frekuensi yang
disebabkan oleh adanya gangguan beban lebih dapat membahayakan
generator. Karena laju penurunan frekuensi yang menurun tajam yang tidak
dapat dihindari akan mengakibatkan sistem mengalami pemadaman total
(blackout system). Apabila penurunan frekuensi tidak terlalu tajam, operasi
dari generator masih bisa memungkinkan untuk melayani beban dengan
meningkatkan putaran dari primeover.

2.7.5. Penanganan beban lebih

Dalam proses sistem kelistrikan hendaknya daya yang dibangkitkan dengan


beban yang diminta oleh sistem minimal memiliki jumlah yang sama, hal ini juga
tidak diperbolehkan terkait kemampuan generator bekerja 100% dalam periode waktu
yang lama. Maka dari itu sistem harus memiliki cadangan daya (spinning reverse).

Daya generator pada sistem 50Hz PTFI , memiliki cadangan daya 10-15%
untuk masing-masing generator. Sebagai contoh generator yang terletak di Light
Industrial Park (LIP) Diesel Plant. Memiliki spesifikasi 5x4700 kW. Atas dasar saran
dari tim electrical engineering membatasi operasi generator maksimal adalah 4200
kW pada masing-masing generator. Generator-generator di LIP diesel plant
digunakan sebagai supply utama pada sistem 50Hz, sedangkan cadangan daya lainnya
terletak di basecamp diesel plant dengan generator 5x700kW.

Ketika suatu sistem interkoneksi tenaga listrik memiliki kondisi dimana daya
yang dibangkitkan tidak memenuhi kebutuhan daya beban karena ada pembangkit
yang keluar dari sistem, serta frekuensi generator yang masih bisa beroperasi semakin
19

lama semakin menurun karena putaran generator semakin lambat akibat beban yang
ditanggungnya semakin besar. Penurunan frekuensi yang berkelanjutan
mengakibatkan pemadaman total pada sistem untuk menghindari kerusakan pada
sistem pembangkitan. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi kondisi
gangguan beban lebih tersebut, yaitu:

a. Mengoptimalkan Kapasitas Pembangkit.


Apabila berkurangnya daya pembangkit hanya berkisar 10% hingga 15% dari
kapasitas pembangkitan yang ada maka penurunan frekuensi akan terjadi
secara perlahan. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan mengoptimalkan
cadangan daya pembangkit yang masih belum dimanfaatkan saat seluruh
pembangkit beroperasional normal. Governor unit-unit pembangkit yang
memiliki cadangan putar (spinning reverse) masih dapat dioptimalkan untuk
mengantisipasi gangguan tersebut. Pada pembangkit yang beroperasi normal
cadangan putar yang tersedia pada sistem sebesar 10% dari daya mampu atau
minimal sama dengan unit pembangkit terbesar. Cadangan daya tersebut dapat
dioptimalkan untuk memperbaiki kondisi sistem saat terjadi gangguan beban
lebih.
b. Pelepasan beban (load shedding).
Ketika beban lebih terjadi pada sistem tenaga listrik yang telah
mengoptimalkan seluruh kapasitas daya pembangkitnya, sehingga governor
tidak mampu mengatasi kondisi tersebut. Akibatnya unit-unit pembangkit lain
yang masih beroperasi akan mengalami pembebanan lebih sehingga frekuensi
sistem mengalami penurunan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kegagalan
total sistem pembangkitan. Untuk mencegah kondisi tersebut, maka
diperlukan suatu pelepasan beban untuk memperbaiki frekuensi. Pelepasan
beban dilakukan untuk memperbaiki sistem dengan memisahkan beban-beban
terpilih. Pelepasan beban ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan
tingkatan turunnya frekuensi.
c. Pemisahan sistem (islanding).
20

Ketika penurunan frekuensi terjadi secara drastis dan pelepasan beban tidak
mampu mengatasi hal tersebut, maka hal yang paling mungkin dilakukan
sebelum terjadi pemadaman total melakukan pemisahan sistem (island
operation). Islanding operation adalah pola pengamanan sistem dengan
memisahkan unit pembangkit dari sistem interkoneksi secara otomatis dan
menanggung beban disekitarnya dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil yang terbatas sesuai kemampuan unit pembangkitnya. Pelaksanaan
pemisahan sistem yaitu dengan cara memerintahkan membuka CB di
Switchgear tertentu secara otomatis menggunakan UFR (Under Frequency
Relay) sehingga terbentuk suatu sistem yang terisolasi dari sistem
interkoneksi. Tujuan island operation untuk menghindarkan sistem mengalami
pemadaman total, karena apabila sistem bertahan dalam beberapa subsistem
(island) maka untuk penormalan akan lebih cepat dan lebih mudah.

2.1 Metode pelepasan beban menggunakan Intelligent Load Shedding (ILS)

Dalam melakukan pelepasan beban dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
dengan menggunakan metode konvensional menggunakan skema interlock breaker
dan menggunakan metode Intelligent Load Shedding (ILS). Pelepasan beban
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan pembangkitan sehingga sistem
masih memiliki waktu untuk mengkoordinasikan pengurangan beban dengan
konsumen. Metode pelepasan beban diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu:

a. Skema OLS dengan rangkaian interlock breaker


Relai frekuensi tidak beroperasi mendeteksi gangguan tetapi, bereaksi
terhadap gangguan pada sistem. Perubahan kenaikan frekuensi secara
siknifikan atau penurunan frekuensi akan memulai operasi bertahap dalam
memutus beban yang berkaitan. Ketika tahap pertama tercapai, relai
menunggu delay waktu yang telah ditentukan sedemikian rupa untuk
menghindari gangguan, dan kemudian memutus beban secara cascading
sampai nilai frekuensi kembali normal. Jika frekuensi terus menurun, relai
21

akan menunggu tahap berikutnya tercapai dan setelah delay waktu tambahan
akan memutus beban lainnya.

Gambar 2. 4 Single line diagram metode pelepasan beban secara


konvensional dengan menggunakan rangkaian interlock

Untuk sistem yang ditunjukkan pada gambar diatas ini relay frekuensi
(FreqRelay) mendeteksi tahap pelepasan beban pertama dan pemutus sirkuit
beban yang saling terkait (LoadCB_1 to LoadCB_i). jika kondisi frekuensi
sistem terus menurun tajam maka CB berikutnya akan trip sampai kondisi
frekuensi kembali normal.

b. Intelligent Load Shedding (PLC-based)


Penggunaan Programmable Logic Controllers (PLCs) pelepasan beban
secara otomatis telah menjadi bagian penting dari substation otomation dalam
beberapa tahun terakhir. Penerapan PLC dalam manajemen beban industri dan
skema pembatas dimulai pada awal 1980-an. Dalam hal ini dengan PLC
berbasis mikroprosesor yang mampu mewujudkan sistem pelepasan beban
dengan cepat menjadi kenyataan.
22

Pelepasan beban dilakukan berdasarkan pada kondisi abnormal dari


frekuensi sistem ataupun dari pemicu lainnya. Tripping CB dapat diprogram
berdasarkan pada pembebanan sistem, pembangkitan yang tersedia, dan
faktor-faktor lainnya. Setiap subsistem dilengkapi dengan PLC yang
diprogram untuk melepaskan beban yang telah ditentukan secara berurutan
(sequential). Urutan statis ini akan terus dilanjutkan hingga frekuensi kembali
ke kondisi normal. Skema pelepasan beban berbasis PLC menawarkan banyak
keuntungan dibandingkan skema OLS konvensional karena mereka memiliki
akses ke informasi tentang status operasi aktual sistem daya. Namun
pemantauan sistem tenaga terbatas pada bagian sistem yang terhubung ke
sistem akuisisi data. Kelemahan ini semakin diperparah dengan penerapan
tabel prioritas beban yang telah ditentukan sebelumnya dalam PLC atau OLS
yang berlebihan. Selain itu, waktu respons sistem pelepasan beban memiliki
periode waktu dimana pemicu OLS terdeteksi oleh PLC atau pengiriman data
saat sinyal diterima oleh CB. Selama gangguan transien seringkali
membutuhkan waktu lebih banyak beban yang harus dilakukan shedding.
Sistem OLS mutakhir menggunakan akuisisi data dari seluruh sistem
secara real time yang terus-menerus memperbarui skema OLS dalam satu
waktu berbasis komputer.
23

2.6 P
r
o
g
r
a
Gambar 2. 5 Bagian-bagian Intelligent Load Shedding m
m
able Logic Controller (PLC)
Programmable Logic Controller atau yang sering disingkat
dengan PLC seringkali kita temui beberapa tahun terakhir. Sebelum PLC diciptakan,
sistem kontrol yang digunakan untuk membantu kegiatan produksi di industri-industri
pada masa itu masih berbasis relay logic. Sistem berbasis relay
logic menggunakan relay untuk melakukan kegiatan pengendalian sistem. Namun,
sayangnya penggunaan relay ini tidak terlalu memuaskan karena kurang fleksibel
terhadap perubahan dalam sistem. Selain itu base dari PLC adalah perangkat
microprosser yang memiliki respon yang lebih cepat.

2.6.1. Prinsip Dasar PLC

Berdasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh National Electrical


Manufacture Association (NEMA) ICS3-1978 part ics3-304 , Programmable Logic
Controller (PLC) didefinisikan sebagai berikut: “PLC adalah suatu peralatan
elektronik yang bekerja secara digital, memiliki memori yang dapat di program
menyimpan perintah-perintah untuk melakukan fungsi-fungsi khusus seperti logic,
sequencing, timing, counting, dan aritmatika untuk mengontrol berbagai jenis mesin
atau proses melalui analog atau digital input/output modules”. Di dalam PLC berisi
rangkaian elektronika yang dapat difungsikan seperti contact relay Normally Open
(NO) maupun Normally Closed (NC). PLC merupakan suatu bentuk khusus
pemrograman berbasis mikroprosesor yang ada didalamnya. Dan memanfaatkan
24

memori yang dapat diprogram sesuai intruksi-intruksi untuk menjalankan suatu


proses otomasi.

2.6.2. Prinsip Kerja PLC

Pada prinsipnya sebuah PLC menerima sinyal input dari sensor dan diproses
sehingga melakukan intruksi untuk melakukan suatu proses terhadap output. Dalam
hal ini suatu Plant atau sistem yang membutuhkan kontrol otomatis sehingga dapat
beroperasi seperti yang dikehendaki.

Input dan output sinyal yang diproses oleh PLC berasal dari external device
seperti saklar,sensor, switch, push button, detent switch. Sedangkan perangkat output
atau aktuator contohnya seperti lampu, solenoid, relay, kontaktor, Circuit Breaker.
Data-data input yang dapat diterima oleh PLC berupa sinyal analog maupun sinyal
Digital yang selanjutnya diproses oleh CPU yang ada didalam PLC. Sinyal yang
diterima akan diolah sesuai program yang telah dibuat sesuai intruksi-intruksi yang
telah ditentukan. Proses ini akan terus berjalan sehingga plant dapat bekerja secara
otomatis.

2.6.3. Bagian-Bagian Dan Fungsi PLC

Gambar 2. 6 Bagian-bagian PLC


25

Secara umum klasifikasi PLC yang dibedakan berdasarkan ukuran dan


kemampuannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. PLC Tipe Compact


Tipe compact merupakan PLC yang memiliki ciri-ciri semua
komponen PLC (Power supply, CPU, Modul I/O) dirangkap menjadi satu.
Karena dinilai praktis dengan ukuran yang kecil PLC jenis ini sering
digunakan untuk kebutuhan otomasi dalam skala kecil.
2. PLC Tipe Modular
PLC jenis modular terdiri dari komponen-komponen terpisah.
Pemasangan komponen seperti Power supply,CPU, modul I/O terpasang
pada slot-slot yang tersedia. Sehingga memungkinkan untuk menambah
expand atau menambahkan modul-modul khusus lainnya.
2.6.4. Spesifikasi Umum PLC Omron CJ2H CPU68-EIP

Merupakan salah satu PLC merk Omron tipe modular yang memiliki fitur
Ethernet remote sehingga memungkinkan untuk monitoring maupun pengontrolan
jarak jauh. Kapasitas data memory yang mampu menampung 832K words
memungkinkan untuk ILS untuk memperbarui tabel data OLS.

Selain itu tingkat kecepatan pemrosesan plc yang bisa dibilang cepat, yaitu
0.016 µs min, untuk intruksi sederhana. Dan 0.048 µs min untuk special intruksi.

Salah satu keuntungan dari tipe modular memungkinkan untuk penambahan


expand. Untuk tipe CJ2H maksimal 3 expand rack.

2.6.5. Memori Input-Output PLC Omron CJ2H CPU68-EIP

Unit input/output merupakan interaksi mikroelektrik dengan bagian luar.oleh


karena itu dibutuhkan rangkaian pengkondisian sinyal dan isolasi. Hal ini
memungkinkan plc dapat menerima sinyal input ataupun terhubung dengan actuator
tanpa memerlukan rangkaian perantara.

PLC CJ2H merupakan tipe modular yang mampu diexpand I/O diatas 10
Units dalam satu expansi rack
26

2.6.6. CX-Programmer ver 9.5 dan CX-Designer ver 9.5

Dalam merencanakan ILS dengan basis PLC menggunakan software CX-


Programmer untuk merencanakan program-progam atau intruksi sesuai prinsip kerja
dari ILS. Selanjutnya hasil pemrograman dapat dianalisis melalui HMI yang sudah di
desain menggunakan CX-Designer.

2.7 Aspek teknis dan non teknis


Penerapan pelepasan beban dengan ILS harus memperhatikan beberapa
pertimbangan baik teknis maupun non teknis sebagai berikut:

1. Pertimbangan teknis

a. Kemampuan peralatan

Penerapan ILS sebagai pengamanan terhadap OLS, harus


memperhatikan pembebanan peralatan yang digunakan dalam
sistem seperti pembebanan pada transformator,Potential
transformer (PT), Current transformer (CT), konduktor, CB, DS
dan crossbar. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan
suatu konduktor mampu dialiri arus dalam periode waktu
tertentu, atau umumnya disebut KHA.

b. Koordinasi setting dengan proteksi lain

Dalam melakukan setting ILS harus dikoordinasikan dengan


setting peralatan proteksi yang telah dirancang untuk
memproteksi dari gangguan-gangguan yang ada dijaringan.

c. Lokasi atau instalasi yang sebelumnya sudah dipasang OLS

Dibeberapa feeder atau mengambil data dari gangguan sehingga


skema OLS dilakukan.
27

2. Pertimbangan non-teknis

OLS kemampuan defence scheme untuk mencegah terjadinya blackout.


Dalam penerapannya mengharuskan sistem untuk memadamkan beban listrik
sebagian, sehingga pihak yang akan merugi adalah pelanggan listrik. Maka harus
dilakukan kajian tahapan pelepasan beban berdasarkan skala prioritas yang telah
ditentukan oleh PTFI.

2.8 Prinsip kerja ILS


Penggunaan ILS berbasis pada data yang disimpan pada server ILS yang
diterima dari sistem SCADA yang memiliki fungsi untuk melakukan Power System
monitoring secara real-time. Berdasarkan perhitungan ILS yang selalu memperbarui
tabel skema pelepasan beban. Setelah mendeteksi adanya gangguan PLC
mengintruksikan circuit breaker untuk melakukan shedding sesuai table ILS tersebut.

2.9 Tujuan perencanaan


Meningkatnya kemajuan teknologi memungkinkan untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Khususnya pada sistem tenaga listrik yang membutuhkan
perhatian lebih dalam menjaga kestabillan sistem. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan penggunaan energi listrik yang terus meningkat di PTFI.

2.10 Analisis aliran daya


Dalam proses sistem tenaga listrik, perlu diperhatikan tentang aliran daya
terkait dengan pembebanan pada masing-masing pembangkit. Meskipun dalam
penerapannya pembagian beban listrik tidak memungkinkan terbagi secara seimbang.
Beberapa keuntungan jika beban listrik dapat seimbang pada masing-masing
pembangkit pada sistem interkoneksi salah satunya adalah untuk melakukan OLS
dengan metode ILS dengan pemilahan beban yang akan dilepas tingkat akurasi
28

semakin tinggi. Dimana faktor-faktor OLS berdasarkan prioritas dan jumlah


pelepasan beban sesuai dengan daya pembangkit yang telah trip dari sistem.

2.11 Tahapan pelepasan beban berdasarkan prioritas


Pelepasan beban yang dilakukan ketika terjadi overload sehingga
menyebabkan penurunan frekuensi secara drastic dan nilai tegangan jatuh yang
tinggi. Mengharuskan untuk dilakukan pelepasan beban. Beban prioritas adalah beban
yang dianggap paling penting sehingga harus dikendalikan tahapan pelepasan beban.

Berikut ini akan dijelaskan beban-beban yang dianggap penting pada Lowland
Area PTFI.

a. Town Feeder Kuala Kencana (Prioritas 1)

Pada feeder Kuala kencana terdapat beban-beban berupa fasilitas


umum seperti Office PTFI,rumah ibadah, mesh hall, alun-alun
Kuala kencana, dan shoping center.

b. Perumahan Pegawai RW B (Prioritas 2)

Feeder yang melayani perumahan RW B

c. Light Industrial Park (LIP) (Prioritas 4).

Sebagian besar pengguna listrik di feeder LIP adalah industri-


industri yang menunjang dalam berjalannya kegiatan PTFI, beban
tersebut antara lain

1. Trakindo
2. Sucofindo
3. Sandvik
4. PAMA
29

Selain itu beban yang lain adalah feeder yang menghubungkan


LIP dengan Basecamp area yang terkoneksi beban-beban
POLICE/ARMY area, AirPort, danD.V.O.R.T area,

d. Feeder 38/39(Prioritas 3)

Feeder 38/39 yang melayani energi listrik untuk asrama


karyawan yang ditugaskan di Lowland Area.

e. Perumahan RW A (Prioritas 5)

Merupakan perumahan pegawai PTFI yang memiliki kapasitas


penduduk yang paling besar jika dibandingkan dengan RW B

2.12 Perencanaan Intelligent Load Shedding (ILS)


Proses perencanaan ILS melalui menganalisis aliran daya dari sebuah sistem
tenaga listrik. Dengan begitu dapat mengetahui bagaimana disturbance yang terjadi
pada frekuensi sistem jika salah satu generator atau unit pembangkitan trip dari
sistem. Maka dari itu diperlukan perangkat kontrol seperti PLC yang berfungsi
sebagai penerima data dan melakukan shedding dengan akurat dan respon waktu yang
sangat cepat. Input dari PLC sendiri menggunakan sensor ROCOF berfungsi untuk
melakukan sensing terhadap frekuensi jaringan jika terjadi perubahan frekuensi
secara signifikan. Setelah itu PLC melakukan proses untuk melakukan intruksi berupa
trip CB beban listrik yang akan dilakukan shed.

2.13 Simulasi Intelligent Load Shedding (ILS)


Penggunaan software untuk menganalisa bahwa kinerja ILS dapat beroperasi
dengan baik. PLC sebagai pemroses data dan memberi intruksi selanjutnya
melakukan trip CB. Perintah-perintah yang telah dibuat dengan menggunakan fungsi-
fungsi didalam PLC seperti Timer, Keep,dan PID Control dapat diprogram
menggunakan bahasa pemrograman Ladder Diagram atau diagram tangga. Proses
yang sudah dirancang akan dianalisis menggunakan Human Machine Interface (HMI)
dengan menggunakan CX-designer v.9.5
30

2.14 Analisis setelah pengaplikasian Intelligent Load Shedding (ILS)


Didalam HMI dapat kita lihat penempatan generator, circuit breaker,
transformator, dan mampu memonitoring aliran daya sistem. ILS sendiri dapat
memberikan informasi bagaimana skema yang telah dibuat secara real-time ketika
terjadi OLS.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Waktu dan tempat penelitian dalam rangka pembuatan tugas akhir / skripsi
dilaksanakan pada:

Waktu : Januari 2019 – Oktober 2019

Tempat : PT. Freeport Indonesia

3.2 Metodologi Pengambilan Data


Metode yang digunakan untuk pengambilan data pada perencanaan kali ini
antara lain yaitu:

3.2.1 Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk penulisan skripsi yang lebih terarah dan fokus
pada topik yang dibahas. Literatur dapat berupa buku, karya-karya ilmiah, dan jurnal
yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Studi ini meliputi latar belakang,teori
dasar , konsep dan metode penunjang dalam penyelesaian skripsi ini.

3.2.2 Metode wawancara

Metode wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal. Diskusi secara


langsung dengan pihak perusahaan dibutuhkan untuk menunjang seluruh penelitian.
Wawancara dilakukan dengan petugas atau staf di PT.Puncak Jaya Power yang
terletak di Light Industrial Park (LIP) kota kuala kencana Timika-Papua
32

3.2.3 Observasi
Studi observasi data adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung
ditempat yang kerja. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui informasi
berupa data-data yang lebih spesifik sebagai penunjang penulisan skripsi ini.
33

3.3 Diagram Alur Metodologi desain dan analisis


Metode desain dan analisis Intelligent Load Shedding akan dijelaskan dengan
diagram alur dibawah ini:
Mulai (a)

Simulasi Aliran Daya (ETAP 12.6)(b)

Menganalisis LFA & menentukan spinning reserve (c)

Penentuan titik gangguan (d)

Simulasi Transient stability (ETAP 12.6) (e)

Desain pemodelan HMI untuk kontrol ILS dengan software (CX-


Programmer & CX-Designer v.9.5) (f)

Memasukkan parameter (spinning


reserve, beban prioritas, supply dan
pembebanan sistem untuk proses kerja
ILS (g)

Tidak
Simulasi ILS dengan
HMI (h)

Validasi Skema ILS dengan


Transient Stability software ETAP
12.6 (i) Tidak

Selesai (j)

Gambar 3. 1 Diagram alur pengerjaan desain dan analisis


34

Dari diagram alur pada gambar 3.3 dapat dijelaskan proses pengerjaan
dalam beberapa bagian antara lain:
a. Mulai.
b. Simulasi aliran daya menggunakan software ETAP 12.6
c. Melakukan Load flow Analisis dan menentukan spinning reserve.
d. Data gangguan yang telah diterima selanjutnya digunakan untuk desain
analisis kinerja ILS.
e. Simulasi transient stability menggunakan ETAP 12.6 ketika terjadi
gangguan sesuai data yang telah diterima.
f. Melakukan desain pemodelan HMI yang dilakukan dengan membuat
pemrograman PLC untuk analisis kinerja ILS.
g. Memasukan parameter spinning reserve, beban prioritas, supply energi
listrik dan pembebanan sistem. hal ini dibutuhkan untuk diproses
kontrol ILS.
h. Simulasi ILS menggunakan software CX-Designer v.9.5 yang berfungsi
untuk tampilan HMI.
i. Validasi diperlukan untuk menganalisis pemrograman ILS pada PLC
bekerja sesuai dengan parameter-parameter yang diproses. Dalam
melakukan analisis tersebut menggunakan simulasi Transient Stability
ETAP 12.6
j. Selesai.
35

3.4 Data Teknis Sistem 50Hz Lowland Area PTFI


Proses pengambilan data untuk penulisan skripsi ini dilakukan secara
langsung dengan pembimbing lapangan dan juga dari data-data yang dikirim
melalui e-mail staf enginnering PT.Puncak Jaya Power. Data-data tersebut
berupa 50Hz Overall System single line diagram, tabular data report,data
pembebanan sistem 50Hz, data gangguan OLS.
Berikut adalah data-data yang sudah diterima dalam menunjang proses
pengerjaan skripsi ini

3.4.1 50Hz Overall System PT.Puncak Jaya Power

Gambar 3. 1 Modeling system 50 Hz PT.PUNCAK JAYA POWER


36

3.4.2 Data Pembebanan Sistem 50Hz

TOTAL OF 50 HZ SYSTEM LOAD RECORD

(RECORDED WITH AMPROBE)

TRANSFORMER
PEAK LOAD ACTUAL REAL POWER
CAPACITY
N
FEEDER ID
O RECORDED BY SCADA
KVA Ampere KVA Ampere
( KW )

KUALA
1 12,070.00 18,338.89 4,500.65 6,846.13 3,154.00
KENCANA

LIGHT
2 INDUSTRIAL 9,780.00 14,629.67 3,473.76 5,284.09 2,570.00

PARK

38, 39 AND
3 8,300.00 12,605.99 2,283.82 3,474.02 1,137.00
OCTAGON

4 TIMIKA 9,925.00 15,079.25 2,294.59 3,507.32 1,923.00

Total of Transformer
40,075.00
Capacity (KVA)

Total of Transformer Capacity (Ampere) 60,653.80

Total of Actual Peak Load (KVA) 12,552.82

Total of Actual Peak Load (Ampere) 19,111.56

Total of Real Power


Real Power Capacity of Total of Real Power Rec. Recorded by SCADA (
All Transformer ( KW ) With Amprobe ( KW ) KW )
37

34,063.75 10,669.90 8,784.00

TRANSFORMER OF KK FEEDER

(RECORDED WITH AMPROBE)


38

TRANSFORMER
TRANSFORM ACTUAL PEAK LOAD
N CAPACITY
ER
O
LOCATION KVA Ampere KVA Ampere

Fire / Security /
1 200 303.87 140.20 213.27
Com

RT.05 / 06 RW
2 630 957.21 226.43 344.44
A KK

RT.03 / 04 RW
3 630 957.21 179.46 272.99
A KK

RT.01 / 02 RW
4 630 957.21 412.54 627.54
A KK

Recreation
5 630 957.21 119.78 182.21
School

6 Water Supplay 200 303.87 99.44 151.27

International
7 200 303.87 82.59 125.63
School

Town Center
8 400 607.75 40.82 62.1
Church

9 OB 1 & 2 1000 1519.38 588.96 895.89

1 Retail Center
630 957.21 268.36 408.22
0 01

1 Retail Center
630 957.21 354.70 539.55
1 02

1 Town Center
400 607.75 82.66 125.74
2 Mosque

1 Clinic Kuala
1000 1519.38 159.04 241.92
3 kencana

1 D.2 Aparment
400 607.75 251.15 382.03
4 RW/B

1 B.Q Aparment
400 607.75 164.24 249.83
5 RW/B

1
Golf Course 400 607.75 172.65 262.63
6
39

1 Golf Club
400 607.75 72.87 110.84
7 maintenance

1 RWB /
630 957.21 336.88 512.44
8 MINAJERWI

1
RWB / IWAKA 630 957.21 410.91 625.05
9

RWB /
2
BOUGENVILL 630 957.21 186.08 283.06
0
E

2
KKTA Office 1000 1519.38 49.42 75.17
1

Sewage
2
Treatment 400 607.75 101.44 154.31
2
plant

Total of Transformer
12,070.00
Capacity (KVA)

Total of Transformer Capacity (Ampere) 18,338.89

Total of Actual Peak Load (KVA) 4,500.65

Total of Actual Peak Load (Ampere) 6,846.13

Total of Real Power


Real Power Capacity of All Total of Real Power Rec. Recorded by SCADA (
Transformer ( KW ) With Amprobe ( KW ) KW )

10,259.50 3,825.55 3,154.00

TRANSFORMER OF LIP FEEDER

(RECORDED WITH AMPROBE)

N TRANSFOR TRANSFORMER PEAK LOAD ACTUAL Additional Power Load Type


40

of
CAPACITY Powe
Planning for next 3

MER years r
O
LOCATION
Char
KVA Ampere KVA Ampere KVA Ampere acteri Meteri
stic ng

VehicleFuel
1 200 304 12 18 0
Station PQM

Food Ware
2 1000 1,519 579 880 0
House N/A

Steel
3 Fabrication 1000 1,519 666 1,013 0
Shop # 1

Steel
3 Fabrication 1000 1,519 697 1,061 0
Shop # 2

Electrical
4 1500 2,278 1,198
Shop 1,822

Machine
5 1000 1,519 699
Shop 1,063

4 Tamrok Shop 1000 1,519 157 239 0

Communicati
5 200 304 60 92 0
on Tower

KKPR Ware
6 500 759 133 203 0
House

7 Sucafindo 500 759 158 240 0

8 Stanford 200 304 160 244 0

9 PAMA/U.T 500 759 180 274 0

1
Trakindo 01 1000 1,519 435
0 662
1,183 1,800
1
Trakindo 02 1000 1,519
1
41

1
Oxigen Plant 630 957 253 385 0
2

1 Acetyline
200 304 104 159 0
3 Plant

1
QMS 500 304 66 100 0
4

Nemangkaw
1
i Mining 1000 1,519 699
5
Institute 1,063

1 SMKK Kuala
800 1,216 19 29 0
6 Kencana

1
T&D SHOP 500 759 23 36 0
7

1
Street Light 50 304 14 21 0
8

3,031 4,610

Total of Transformer 14,280.0


Capacity (KVA) 0

Total of Transformer Capacity


21,465.05
(Ampere)

Total of Actual Peak Load


4,465.91
(KVA)

Total of Actual Peak Load (Ampere) 6,793.29

Real Power Capacity of Total of Real Power Rec.


All Transformer ( KW with Scada Metering (
) KW )

12,138.00 3,796.02
42

TRANSFORMER OF 38&39 FEEDER

(RECORDED WITH AMPROBE)

TRANSFORMER
TRANSFORM PEAK LOAD ACTUAL
N CAPACITY
ER
O
LOCATION KVA Ampere KVA Ampere

Waste
1 100 151.2 46.94 71.41
Management

Water
2 Treatment 100 151.2 18.28 27.80
plant

Clinic
3 200 303.87 56.53 85.99
Old/TRMP

Koramil/Polsek
4 200 303.87 39.92 60.72
KK

5 Brimob Area 500 759.21 92.10 140.10

6 Batalyon Area 500 759.21 46.61 70.90

7 Kodim Area 500 759.21 103.32 157.17

8 Polres Area 500 759.21 92.24 140.31

P T. FI ITC/
9 500 759.21 123.01 187.12
EPO Dep

1 Ligth Vehecle
500 759.21 160.61 244.31
0 Shop

1 Staff MessHall
500 759.21 122.13 185.78
1 38

1 Heavy Duty
800 1215.5 270.20 411.02
2 Shop

1 D-BRCKS/
800 1215.5 183.66 279.38
3 Porta Camp

1
Staff Barracks 800 1215.5 231.53 352.19
4
43

1
T-Barracks 800 1215.5 452.13 687.76
5

MP-38
1
Leachate 500 759.21 New-8/06
6
Treatment

1 Non Staff
1000 1519.38 244.59 372.06
6 MessHall

Total of Transformer
8,800.00
Capacity (KVA)

Total of Transformer Capacity (Ampere) 13,365.20

Total of Actual Peak Load (KVA) 2,283.82

Total of Actual Peak Load (Ampere) 3,474.02

Total of Real Power


Real Power Capacity of All Total of Real Power Rec. Recorded by SCADA (
Transformer ( KW ) With Amprobe ( KW ) KW )

7,480.00 1,941.25 1,137.00

TRANSFORMER OF TIMIKA FEEDER

(RECORDED WITH AMPROBE)

TRANSFORMER
TRANSFORM PEAK LOAD ACTUAL
N CAPACITY
ER
O
LOCATION KVA Ampere KVA Ampere

1 DVOR / DME 25 37.98 5.59 25.42

2 BORE PUMP 100 151.2 30.08 45.76

LANUD
3 200 303.87 46.68 71.00
OFFICE
44

LANUD
4 200 303.87 35.49 53.99
HOUSING

AIR PORT
5 200 303.87 71.43 108.66
TERMINAL

TOWER AIR
6 200 303.87 37.27 56.70
PORT

7 ALER 250 379.84 38.54 58.62

ENVIROMENT
8 250 379.84 170.63 259.55
AL LAB.

PUMP
9 500 759.21 126.96 193.13
STATION

1
BASE CAMP 1 1000 1519.38 375.90 571.80
0

1
HANGAR 1000 1519.38 113.19 172.18
1

1
BASE CAMP 2 2000 3038.98 321.58 489.17
2

1 SHERATON
2000 3038.98 921.24 1,401.34
3 HOTEL A

1 SHERATON Note : Stanby


2000 3038.98 0.00
4 HOTEL B Transformer

Total of Transformer
9,925.00
Capacity (KVA)

Total of Transformer Capacity (Ampere) 15,079.25

Total of Actual Peak Load (KVA) 2,294.59

Total of Actual Peak Load (Ampere) 3,507.32

Total of Real Power


Real Power Capacity of All Total of Real Power Rec. Recorded by SCADA (
Transformer ( KW ) With Amprobe ( KW ) KW )
45

8,436.25 1,950.40 1,923.00

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Kelistrikan 50Hz Lowland area PTFI

4.1.1 Single Line Diagram Sistem 50Hz

4.1.2 Load Flow Analisis Sistem 50Hz

4.1.3 Pembebanan Sistem

4.1.4 Kerja sistem Defence scheme

4.1.5 Simulasi Transient Stability


46

4.2 Pemodelan Tampilan HMI Sistem 50Hz dengan pengaplikasian ILS

4.2.1 Desain Feeder Sistem 50Hz

4.2.2 Memasukan Data Komponen Sistem Kelistrikan Pada Software CX-Designer

4.2.3 Setting Address HMI

4.2.4 Pemrograman Intelligent Load Shedding (ILS) dengan Software CX-Programmer


v.9.5

4.3 Simulasi ILS dengan Integrasi Antara Software CX Designer dan CX-
Programmer

4.3.1 Memasukan Nilai Parameter ILS

4.3.2 Kondisi OverLoad Pada Sistem 50Hz

4.3.3 Kondisi Under Frequency Pada Sistem 50Hz

4.3.4 Simulasi ILS Ketika Terjadi Kondisi OverLoad

4.3.5 Validasi Kerja ILS Dengan Software ETAP 12.6

4.3.6 Analisis Kinerja Intelligent Load Shedding (ILS)

4.4 Defence Scheme Dengan ILS Ketika Terjadi Gangguan 24 Agustus 2015

4.3.1 Defence Scheme Sesuai Data Report Gangguan 24 Agustus 2015

4.3.2 Kinerja ILS Terhadap Gangguan

4.3.3 Analisis kerja ILS Berdasarkan Simulasi HMI

4.3.4 Validasi Kerja ILS Dengan Simulasi Transient Stability Software ETAP 12.6
47

DAFTAR PUSTAKA

[1] Wayne Van Soelen, Electical Essentials for Powerline Workers.


[2] Imam Robandi, Modern Power System Control
[3] MIDHUN PETER, Journal Intelligent Load Shedding

Anda mungkin juga menyukai