DURASI : 4 JP
i
DAFTAR ISI
TUJUAN PELAJARAN.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Remote terminal unit (RTU) adalah salah satu komponen peralatan SCADA yang didesain
untuk memonitor aktivitas substation pada suatu sistem tenaga listrik. Informasi dasar tentang
sistem tenaga listrik diperoleh dari pemantauan status peralatan dan pengukuran besaran listrik
pada gardu induk maupun pembangkit listrik. Informasi tersebut kemudian diproses oleh RTU
untuk kemudian dikirim ke Control Center. Sebaliknya, Control Center pun dapat mengirim
perintah ke RTU. Proses ini, sebagaimana disinggung pada bagian sebelumnya, disebut
teleinformasi (terdiri dari telesignal, telecontrol dan telemetering).
RTU dapat dihubungkan dengan satu atau dua master station. Selain dengan master station,
RTU juga dapat dihubungkan dengan RTU lainnya (remote RTU) melalui jalur komunikasi.
RTU dapat mengakuisisi digital input, digital output, analog input, dan analog output. RTU
dapat berkomunikasi dengan sub-RTU yang dinamakan RTU Konsentrator. RTU harus memiliki
port komunikasi redundant yang mampu berkomunikasi secara bersamaan dengan minimal
dua control center dengan protokol yang berbeda dan dapat dihubungkan dengan Local HMI di
gardu induk sebagai pengganti control panel.
RTU harus dilengkapi dengan fasilitas dummy breaker yang berfungsi untuk melakukan
simulasi remote control.
Remote station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak SCADA yang ada di Gardu
Induk. Konfigurasi remote station mengacu pada SPLN S3.001: 2008 butir 7.2, yaitu:
Contoh konfigurasi remote station dalam penggunaan gateway, RTU, dan IED dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut ini.
Konfigurasi remote station di unit pembangkit, dimana terdapat sistem kontrol pembangkit dan
sistem kontrol SCADA yang terpisah satu sama lain, maka konfigurasinya mengacu pada
Gambar 3 dibawah ini :
RTU generasi baru, memiliki beberapa fungsi utama. Fungsi tersebut antara lain :
Untuk RTU generasi baru komunikasi dapat dilakukan dengan lebih dari satu master
station dengan menggunakan database yang dipartisi dan protokol komunikasi yang
berbeda-beda.
Peralatan yang ada di gardu dihubungkan dengan RTU melalui modul input /output
digital dan analog.
d. Local data logging RTU juga dapat digunakan sebagai even logger.
Dengan menghubungkan satu atau dua printer dan terminal alphanumeric, maka jika
terjadi perubahan status dapat dicetek secara lokal.
Manajemen database Pengguna RTU dapat melakukan konfigurasi sesuai dengan kebutuhan.
Konfigurasi tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem database. Database tersebut
kemudian di loading ke RTU dan disimpan pada RAM.
Modul komunikasi digunakan sebagai interface komunikasi RTU dengan dunia luar atau
dengan device yang lain. Interface komunikasi ini biasanya dibagi menjadi 2 yaitu komunikasi
ke Control center dan komunikasi ke device. Komunikasi ke device bisa komunikasi ke sub
RTU atau ke IED. Tiap-tiap merk RTU berbeda-beda menempatkan komunikasi interface ini.
Ada yang komunikasi interface ke Control Center bersatu dengan CPU dan komunikasi ke
device pada modul komunikasi yang terpisah. Dan ada yang dua duanya pada modul
komunikasi yang terpisah.
Modul ini berfungsi sebagai interface antara RTU untuk komunikasi dengan Control
Centre.
Modul ini sangat fleksibel dengan bermacam-macam media komunikasi yang berbeda
dan mendapat support dari protocol, sehingga sangat cocok bila ada penggabungan
dengan RTU merek yang lain.
b. CPR
4 port serial
1 port ethernet
Analog Input;
Analog Output;
Digital Input;
Digital Output.
Modul analog input digunakan untuk mengambil informasi besaran ukur seperti tegangan,arus,
daya, frekuensi ,dll. Besaran ukur ini diambil bisa langsung dari trafo arus atau trafo tegangan
atau harus lewat tranducer. Hal ini tergantung dari spek modul yang dipakai. Ada beberapa
merk RTU yang menyediakan Modul analog input tanpa lewat tranducer yang disebut
tranducerless.
Besaran input yang masuk ke modul analog input juga harus disesuaikan antar tranducer
dengan input modul tersebut. Besaran input yang masuk dapat berupa tegangan atau arus .
Besaraan iput ini juga memiliki range pengukuran yang perlu diperhatikan misalnya: 0 -10 mA,
0-20 mA 4-20mA,-5 +5 mA dll. Range ini ada yang bisa dipilih/diprogram sesuai keinginan kita
dan ada yang tetap tidak bisa diprogram. Sehingga kita harus hati-hati dalam menentukan
range yang akan dipakai jika kita merencanakan pemasangan RTU baru.
b. Transducer
Mengkonversikan besaran tegangan dan/atau arus dari CT/PT menjadi besaran mA.
c. CT/PT
Menkorversi arus dan tegangan dari sisi tegangan tinggi menjadi tegangan dan arus
yang dibutuhkan oleh transduser.
d. IED Meter
Menampilkan besaran-besaran listrik dari output CT/PT, contoh MW, Mvar, MVA, Cos
Phi dll, sebagai pengganti fungsi dari tranduscer.
e. Database RTU
Mengkonversikan kondisi CT/PT terpasang menjadi besaran engineering.
g. Kabel Koneksi
Menghubungkan koneksi dari Marsheling Kiosk CT/PT sampai modul TM.
Perintah dari Master Station dilaksanakan oleh RTU melalui modul analog output. Perintah
yang dilakukan oleh modul analog output adalah perintah yang bersifat analog yaitu menset
secara linear pada suatu posisi tertentu baik maju atau mundur, naik atau turun. Contoh
pemakaian modul ini adalah untuk menaikan atau menurunkan beban pembangkit atau untuk
menaikan atau menurunkan tap trafo.
0 s/d + 20 mA dc,
± 5 mA dc,
0 s/d 10 V dc
0 s/d +
Time tag 10 ms
b. Local Remote
c. Kabel Koneksi
d. Modul PS 48 VDC
Mengkonversikan dari 48 VDC ke tegangan DC yang lebih rendah misalnya: 5,12, 15,
24 VDC.
Modul digital input ini digunakan sebagai sarana untuk menggambil informasi status atau
keadaan suatu peralatan. Digital input ini dibagi dua yaitu telesingnal single dan tele signal
double. Telesignal single digunakan untuk menggambil informasi status atau keadaan peralatan
yang sifatnya informasi tunggal yaitu ada informasi atau tidak seperlu alarm-alarm. Informasi
yang disajikan adalah muncul alarm atau tidak.
Dalam satu modul digital input biasanya dapat digunakan sebagai tele signal tunggal dan
telesignal ganda.
Single point,
Counter
Time tag 1 ms
a. Modul TS
b. Relay SCADA
c. Limit Switch
Menerima input posisi Tele Sinyal Double, Status yang merupakan alarm gangguan
dari switch yard.
Perintah dari Master Station dilaksanakan oleh RTU melalui modul digital output . Perintah
yang dilakukan oleh modul digital output adalah perintah yang bersifat digital yaitu membuka
dan menutup. Modul Digital output dibagi menjadi dua macam yaitu modul digital output single
dan modul digital output double. Pada modul digital single perintah yang dilakukan adalah satu
kali yaitu relay bekerja dan kembali tidak bekerja. Perintah ini biasa digunakan untuk mereset
relay atau untuk mengganti menekan satu tombol.
Modul Digital output doble digunakan untuk melakukan dua perintah yaitu perintah membuka
dan perintah menutup.
Pulse output
Time tag 1 ms
a. Modul RCD
b. SwitchYard
d. Local Remote
e. Kabel Koneksi
Menyediakan kontak dengan arus yang besar untuk menggerakkan coil peralatan
switch yard.
Modul pulse counter berfungsi sebagai akumulator dari pulsa kontrol dan status peralatan.
Besaran nominal toleransi dan sistem pentanahan untuk peralatan catu daya 48 VDC mengacu
pada SNI 04-7021.2.1-2004: 2004, dapat dilihat pada Tabel 5.
Modul Local HMI berfungsi sebagai panel display operator terhadap seluruh peralatan Gardu
Induk. Operator bisa melaksanakan eksekusi/perintah maupun monitoring peralatan melalui
Local HMI.
Pada RTU automation Input data diambli langsung dari comunikasi data antara RTU dengan
IED/Protensi lewat port komunikasi dan RTU memiliki kemampuan untuk melakukan perintah
ke outtput jika dipenuhi inputan yang sesuai dengan program yang telah dibuat . jadi RTU ini
memiliki kemampuan sebagai Programable Logik Control (PLC) misalnya untuk interlock antar
Bay, loadshading dsb. Pada RTU Automation kadang modul digital input masih diperlukan
untuk menggambil data yang tidak terambil oleh IED/Proteksi .
Rangkaian proses terdiri dari instalasi/wiring, terminal, relay bantu dan transducer yang
berfungsi untuk mengirim indikasi, kontrol, alarm-alarm dan pengukuran dari suatu Gardu
induk/Pembangkit.
Seperti terlihat pada Gambar-A, rangkaian proses menjadi bagian penting dari suatu sistem
SCADA karena merupakan sensor dan kontrol dari remote terminal unit (RTU).
Secanggih apapun system SCADA yang kita pasang tidak akan ada artinya jika kita salah
menyambung/merangkai proses ke sistem Gardu Induk.
Dibawah ini adalah gambar RTU yang disambungkan ke rangkaian proses baik di GI maupun
pembangkit.
Terminal di dari RTU yang tersambung ke rangkaian proses disebut MDF terminal. Terdapat 2
(dua) jenis terminal MDF.