Buku Ajar
Mekatronika
Edisi ke-2
Oleh:
Dr. eko marsyahyo, ST., MSc
Edisi ke-1
Buku ajar matakuliah mekatronika ini merupakan tulisan pertama yang dimaksudkan
untuk tahun ajaran 1998/1999. Buku ajar tahun ajaran 1999/2000 ini untuk memenuhi harapan
dari mahasiswa jurusan teknik mesin dan industri ITN Malang tentang bagaimana dan apa
mekatronika itu. Mekatronika merupakan bidang antar disiplin ilmu yang memadukan disiplin
ilmu mekanika, elektronika, komputer dan kontrol secara integral dan sinergi. Beberapa
tambahan adalah mengenai sejarah mekatronika pada seksi pendahuluan, aplikasi robot dan
AGV, lampiran-lampiran yang mendukung terutama soal-soal review dan tugas untuk
mahasiswa.
Bidang studi mekatronika merupakan bukan hal yang baru –dikatakan suatu evolusi-
tetapi apa yang dihasilkan merupakan suatu teknologi terbaru yang memberikan nilai tambah
pada suatu proses dan produk saat ini dan masa datang.
Oleh karena kompleksitas isi dari mekatronika ini, penulis berharap ada masukkan
tentang materi yang telah tersusun untuk suatu perbaikan terus-menerus agar lebih up to date
dan memenuhi rancangan dan tujuan pembelajaran yang semakin berkembang.
i
Kata Pengantar
Edisi ke-2
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, buku ajar matakuliah
Mekatronika edisi ke -2 atau edisi revisi telah selesai tepat pada waktunya. Materi yang tertulis
telah disesuaikan dengan kurikulum baru di Prodi Teknik Mesin S-1 yakni kurikulum 2009-2014.
Penulis telah berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber pustaka untuk
memperdalam isi dan berharap semoga isi materi yang tersusun di edisi ke-2 ini mampu
memenuhi rasa keingin-tahuan mahasiswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan perancangan
dan inovasi karya khususnya perancangan alat/mesin atau cara-cara baru yang bersifat
otomatis. Penyempurnaan isi meliputi penambahan materi pada setiap sub-bab dan materi
inovasi karya di bidang mekatronika yang berhasil dilakukan oleh mahasiswa di prodi Teknik
Mesin S-1 ITN Malang pada kurun waktu tahun kegiatan 2000-2005 yang dituangkan di dalam
bahasan bab 9 yang dimaksudkan untuk memotivasi para mahasiswa dalam mendalami dan
menekuni bidang ilmu mekatronika ini.
Semoga buku ajar seri teknik mesin ini memberikan manfaat yang lebih luas bagi para
pembaca dan perbaikan kontinyu terhadap isi materi masih terus dillakukan dan disesuaikan
dengan perkembangan mekatronika. Masukan dan saran selalu penulis harapkan agar
kedalaman materi lebih komprehensip dan memenuhi kaidah keilmuan khususnya di bidang
Teknik Mesin.
Penulis
ii
The mechanical engineers who know some computer science are far
more valuable than the computer scientists who know some mechanical
engineering.
- John F. Elter, vice president Xerox Corp. New York-
iii
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan……………………………………………………………………………………… 1
1.1 Sejarah Perkembangan Mekatronika …………………………………………………….. 1
1.2 Definisi Mekatronika…………………………………………………………………………… 2
1.3 Perbedaan sistem konvensional dengan mekatronika................................. 4
1.4 Pengenalan Teknik Pengaturan (Control Engineering) ............................... 5
Bab 2. Komponen dasar sistem otomatis ........................................................ 12
2.1 Prinsip Kerja Sensor dan Saklar ............................................................... 12
2.2 Transduser ............................................................................................ 16
2.3 Analiser (Komponen penganalisa) .......................................................... 22
2.3.1 Pengkondisian Sinyal dan Cara Kalibrasi Sensor/Transduser ………………… 22
2.4 Aktuator ……………………………………………………………………………………………. 24
2.5 Drives (Penggerak) ................................................................................ 27
2.5.1 Motor Listrik ...................................................................................... 28
Bab 3. Motor Listrik (Electric Motor) …………………………………………………………… 30
3.1 Konstruksi Motor Listrik ………………………………………………………………………. 30
3.2 Aplikasi dan model pengendalian Motor Listrik ....................................... 31
3.3 Prinsip Kerja Motor DC ………………………………………………………………………… 33
3.3.1 Pengendalian dan Karakteristik Motor DC .............................................. 35
3.3.2 Tipe Motor DC : Motor DC biasa, Motor Servo dan Stepper ……………….. 38
3.4 Model Pembebanan pada Motor Listrik: Tinjauan Mekanis ...................... 42
3.4.1 Beban dengan Gerakan Rotasi ............................................................ 43
3.4.2 Beban dengan Gerakan Translasi-Rotasi ………………………………………….. 44
3.5 Sumber Daya untuk Penggerak Sistem Mekanis ....................................... 46
Bab 4. Pengenalan Teknik Digital ................................................................... 47
4.1 Sistem Bilangan Biner, Oktal dan Heksadesimal ........................................ 47
4.1.1 Konversi Sistem Billangan …………………………………………………………………. 48
4.2 Pengertian Dasar Digital: Pengenalan Gerbang Logika .............................. 50
4.3. Konversi Sinyal Analog-to-Digital (AD) dan Digital-to-Analog (DA) ………… 56
Bab 5. Pengenalan Teknologi Mikroelektronika ............................................. 59
5.1 Integrated Circuit (IC): Rangkaian Terpadu ............................................. 59
5.1.1 Pengenalan IC OP-AMP ....................................................................... 62
5.2 Mikroprosesor ........................................................................................ 66
5.2.1 Unit Dasar Mikroprosesor ..................................................................... 66
5.2.2 Identifikasi Mikroprosesor Intel 8088 …………………………………………… 68
5.3 Contoh Sistem Digital: Mikrokomputer/Komputer .................................... 70
5.3.1 Contoh Operasi Mikrokomputer ............................................................ 71
Bab 6. Pemanfaatan Teknologi Mikroelektronika pada Sistem Mekanis ...... 75
6.1 Pengenalan Programmable Logic Controller (PLC) .................................. 75
6.1.1 Contoh Aplikasi PLC ............................................................................ 77
6.2 Kontrol Komputer pada Gerakan Mesin Perkakas ...................................... 79
6.3 Pengantarmukaan (Interfacing) Peralatan Luar Input/Output dengan
PLC/Komputer ............................................................................................ 81
Bab 7. Pengenalan Komponen Pneumatis dan Hidrolis ………………………………. 83
7.1 Perbedaan Sistem Pneumatis dan Hidrolis ................................................ 83
Bab 8. Aplikasi Perkembangan Mekatronika di Industri …………………………….. 90
8.1 Pengenalan Industrial Robotic ……………………………………………………………… 90
8.1.1 Konfigurasi Robot ……………………………………………………………………………. 92
iv
8.1.2 Komponen-Komponen Automasi dalam Membangun sebuah Robot ......... 96
8.1.3 Volume Kerja dan Contoh Aplikasi Robot ............................................... 102
8.2 AGV (Automatically Guided Vehicle): Suatu contoh Mobile Robot ……………. 105
8.2.1 Komponen AGV ................................................................................... 105
Bab 9. Problem Solving Desain Mekatronika Hasil inovasi Karya
Mahasiswa Teknik Mesin ………………………………………………………………… 108
9.1 Desain Mesin Pengecat Genteng Otomatis ............................................. 108
9.2 Perancangan Robot Lengan Tipe Gantry ................................................ 116
9.3 Robot Mobile Pemotong Rumput ………………………………………………………. 121
9.4 Mesin Las Listrik Tipe Mobile Otomatis ………………………………………………. 126
9.5 Perancangan Unit Sel Pengelasan Potong dan Konveyor ......................... 127
9.6 Perancangan Lift Pemindah Barang untuk Dua Lantai ............................ 129
9.7 Perancangan Mesin Snai Tiga Axis Otomatis .......................................... 130
v
BAB 1. PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran:
1
1.2 Definisi Mekatronika
Elektromekanika
MEKANIKA ELEKTRONIKA
Model Trans
Sistem ducer
MEKATRONIKA Rangkaian
C.A.D
Kontrol
Simulasi Mikro
kontrol
KOMPUTER Sistem Kontrol KONTROL
Digital
2
Contoh-contoh sistem mekatronika pada suatu produk sesuai dengan definisi 1 dan 2
diatas adalah camcorder, disk drives, audio-video player, mesin cuci dan lain-lain dan pada
definisi 3 dan 4 adalah robot, AGV (automatic guide vehicle), konveyor otomatis, sistem CAM
(computer aided manufacturing) dan lain-lain.
Secara umum mekatronika (mechatronics) adalah sebuah cabang ilmu teknik yang bertujuan
meningkatkan fungsionalitas dari sistem-sistem teknik yang berarti mencakup kesatuan
hubungan saling menguntungkan dari komponen-komponen mekanika, elektronika, komputer
dan teknik kontrol.
Lebih lanjut, kompleksitas bidang ilmu mekatronika hingga saat ini (abad milenium)
telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dan telah meliputi teknologi mikro dan
nano yang mendorong produk-produk teknologi tinggi di berbagai bidang teknik seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.3.
3
Gambar 1.3 Perkembangan bidang ilmu mekatronika (Bishop, 2006)
4
Tabel 1.1 Perbedaan desain sistem konvensional dengan mekatronika (Bishop, 2006)
Beberapa motivasi penting bagi mahasiswa teknik mesin yang berkaitan dengan
pelajaran ilmu di bidang ilmu mekatronika adalah:
1. Seorang sarjana teknik mesin yang mengetahui sedikit tentang ilmu bidang
elektronika memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingan seorang sarjana teknik
elektronika yang mengetahui banyak tentang ilmu bidang teknik mesin;
2. mempelajari mekatronika bagi mahasiswa teknik mesin adalah bukan mengetahui
cara-cara pembuatan alat atau komponen yang menyusun sistem mekatronika tetapi
lebih ditekankan pada kemampuan pemilihan alat/komponen yang akan digunakan
merancang sistem mekatronika.
INPUT OUTPUT
harga/data yang SISTEM/PROSES harga yang berguna
akan diproses/diolah
Di dalam aplikasi pengaturan proses terdapat dua sistern teknik pengaturan yaitu sistem loop
terbuka (open loop system) dan loop tertutup (closed loop system).
5
1. sistem loop terbuka: merupakan teknik pengaturan dimana keluaran (output tidak
memberikan efek terhadap besaran masukan (input) sehingga variabel yang dikontrol tidak
dapat clibandingkan terhadap nilai atau harga yang diinginkan. Jadi setiap masukan terdapat
kondisi nilai yang tetap dan keluaranya (output) tidak berpengaruh banyak pada pengontrolan
dan sudah diketahui.
ELEMEN
UMPANBALIK/FEEDBACK
Dari dua kategori teknik pengendalian diatas adalah perlu untuk mengetahui komponen dasar
pengendalian pada masing-masing diagram blok Gambar 1.7 yaitu:
1. sensor dan transduser
2. Error detector atau alat pendeteksi penyimpangan harga input-output
3. Power aktuator
4. Amplifier atau penguat sinyal
6
INPUT ERROR ALAT SISTEM/ OUTPUT
DETECTOR PENGENDALI/
PROSES
KONTROLLER
ELEMEN
UMPANBALIK/FEEDBACK
Suatu contoh sederhana pada sistem kontrol terbuka dan tertutup adalah seperti pada
pengaturan tanur listrik seperti Gambar 1.8 .
Sumber
Daya elemen
saklar manual
pemanas
OVEN
OVEN
Pembanding/ Sumber
Daya/Tegangan elemen
termometer saklar manual
pemanas
termokopel
Pada gambar (a) sistem pengaturan terbuka dimana panas yang memasuki tanur dikontrol oleh
kombinasi saklar dan tiga titik (1,2,3) potensiometer yang mengatur arus listrik Pada tanur ini
besamya temperatur tidak dapat diketahui secara pasti karena tidak terdapat suatu alat ukur
temperatur. Operator hanya mengetahui bahwa tanur menerima panas tetapi tidak diketahui
apakah panas tersebut sesuai dengan harga yang diharapkan. Karena tidak dapat diketahui
7
temperaturnya maka tidak terjadi koreksi jika ada gangguan pada proses. Sedangkan pada
gambar (b) sistem tertutup terpasang alat ukur termokopel (termometer) yang dapat
memberikan umpanbalik, dimana temperatur keluaran diukur dan dibandingkan dengan nilai
yang diiginkan sehingga jika terjadi gangguan-gangguan pada proses dapat dikoreksi oleh
pengendali dalam hal ini saklar rotasi sebagai pengendali/kontroler.
Suatu contoh sistem pengaturan tertutup yang lebih komplek adalah sistern pengaturan
pembangkit tenaga uap dimana mempunyai beberapa variabel yang dikontrol seperti pada
Gambar 1.9.
Katup 1
Input Air
Generator/
K2 Turbin Output berupa
Input Bahan Poros Pembangkit
Daya Listrik
bakar Boiler/ Tenaga
K3 Ketel Uap
Input Udara
Governor
Kecepatan
Pengukuran
Pengukuran
Oksigen
Temperatur
Pengukuran
Komputer Tekanan
Secara diagram sistem pengaturan pembangkit tenaga uap dapat digambarkan pada Gambar
1.10.
INPUT
acuan: KOMPUTER: alat kontrol SISTEM PEMBANGKIT
temperatur Katup 1
yang mengatur dan TENAGA UAP OUTPUT
T, tekanan mengendalikan variabel : hasil
P, jumlah proses Katup 2 proses
oksigen O
dan putaran Katup 3
generator
GN
Ο Ο
ELEMEN
T UMPANBALIK/ T
P SISTEM
PENGUKURAN
P
Gn Gn
8
Suatu sistem pengaturan pembangkit tenaga uap terdiri dari komputer sebagai pengendali
sekaligus pembanding nilai-nilai yang diinputkan seperti besaran temperatur (T), tekanan (P),
jumlah oksigen (0) dan besarnya pembangkitan sebagai keluaran yang diinginkan. Sementara
pengukuran berfungsi mengukur variabel nilai yang dikeluarkan oleh proses dimana temperatur,
tekanan, jumlah oksigen dan besarnya pembangkitan diumpan-balikan menuju komputer untuk
didapat keluaran dari variabel-variabel yang sesuai dengan harapan pada proses tersebut.
Komputer mengontrof katup-katup (1, 2 dan 3) yaitu masukan air, bahan bakar dan udara
kedalam proses dimana besaran dari masukan tersebut telah di-set oleh komputer pada harga
tertentu untuk menghasilkan output berupa pembangkitan aktual seperti yang diinginkan.
Contoh lainnya adalah:
1. Pengendalian tinggi cairan
Jika aliran masuk samadengan aliran keluar maka tinggi (level) cairan dalam tanki adalah
konstan. Jlika terjadi perbedaan aliran maka tinggi cairan didalam tanki akan naik turun.
Elemen umpanbalik yaitu alat pengapung dan alat ukur ketinggian yang terpasang pada tanki
selalu memberikan sinyal proporsional yang hargannya dibandingkan dengan set point (nilai
yang diinginkan) untuk mengolah sinyal error (perbedaan harga tinggi cairan yang terjadi). Alat
pengendali atau kontroler kemudian mengatur katup kontrol pada pipa aliran masuk yang
menuju tanki agar terjaga kondisi tinggi cairan pada harga yang diinginkan.
9
2. Pengendalian Motor listrik
Secara diagram blok dapat digambar sebagai berikut:
Keterangan:
• input atau set point adalah tegangan, kecepatan dan posisi putaran poros motor dinyatakan
dalam sudut putar
• output berupa posisi dan kecepatan dari beban atau aplikasi seperti gerakan lengan robot,
pompa, kipas angin, putaran mesin perkakas seperti CNC dan lain-lain.
10
Istilah-istilah:
1. Sistem: adalah sekumpulan bagian yang mempunyai kaitan satu sama lain yang
bersama-sama beraksi menurut pola tertentu terhadap suatu input (masukan) dengan tujuan
menghasilkan output (keluaran) yang berarti.
2. Teknik pengaturan = teknik pengendalian = kontrol otomatik: adalah susunan
komponen-komponen fisik yang mempunyai hubungan atau kaitan satu sama lain menurut pola
tertentu sehingga mengatur, memerintah dan mengarahkan diri sendiri atau sistem lain.
3. Manual: pengontrolan yang dilakukan oleh manusia sebagai operator.
4. Otomatis: pengontrolan yang dilakukan oleh mesin atau peralatan yang bekerja secara
otomatis dan manusia sebagai pengawas saja.
Lampiran 1 menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok antara kegiatan di industri yang
menerapkan sistem manual dan otomatis.
11
BAB 2. KOMPONEN DASAR SISTEM OTOMATIS
Tujuan pembelajaran:
12
double throw (SPDT), double pole single throw (DPST) dan double pole double throw
(DPDT), saklar rotari dan saklar tekan seperti tampak pada Gambar 2.1.
tekan/push
rotari
(a) konfigurasi saklar manual
Sedangkan bagian utama penyusun saklar adalah terminal arus listrik, contactor,
actuator block, spring-plunyer, frame dan tombol rocker.
13
Gambar 2.2. Bagian utama saklar manual
14
Gambar 2.4 Saklar pengira
4. Sensor Photoelektrik/photocell
Seperti juga saklar pengira, sensor jenis ini juga mempunyai kepekaan terhadap sinar radiasi.
Dengan menggunakan sinar yang dipantulkan, sensor ini dapat mendeteksi adanya benda atau
sesuatu yang menghalangi jalannya sinar terpantul menuju sensor.
15
transmitter
receiver
transmitter
obyek
receiver
2.2 Transduser
Definisi transduser adalah suatu alat yang mampu melakukan sensor dan merubah
sinyal yang disensor menjadi sinyal dengan besaran fisika yang lain. Gtransduser memiliki
kemampuan merubah atau mengkonversikan energi ke bentuk energi yang lain. Pemakaian
kata transduser selalu disamakan dengan sensor. Konstruksi utama sebuah transduser memiliki
16
elemen sensor dan elemen yang mengkonversikan besaran yang telah disensor menjadi
besaran (fisika/energi) lain. Gambar 2.8 secara diagram menunjukkan struktur transduser.
Gambar 2.8 menjelaskan cara kerja sebuah transduser yang mampu merubah hasil sensor dari
suatu obyek yakni berupa besaran listrik menjadi besaran listrik yang lain berupa sinyal
tegangan dan kuat arus. Tabel 1.2 adalah klasifikasi jenis transduser/sensor.
Tabel 1.2 Jenis dan prinsip kerja transduser/sensor (Popovic dan Vlacic, 1999)
17
Beberapa contoh jenis dan penggunaan transduser:
1. Transduser resistif: digunakan untuk mengukur gerak linier dan putar,
mendeteksi kesalahan posisi dan mengukur gaya. Contoh kelompok transduser resistif adalah
potensiometer dan strain gages (Gambar 2.9). Cara kerjanya merubah nilai tahanan (besaran
elektris) dari bahan sensor menjadi besaran gaya atau perubahan jarak yang ditampilkan dalam
satuan mekanis.
(a) Potensiometer
Contoh aplikasi strain gages ditunjukkan pada Gambar 2.10 yakni mendeteksi
perubahan/displacement atau regangan dan gaya pada bahan yang dikenai beban. Biasanya
dipasang lebih dari satu strain gages.
18
Gambar 2.10 Pemasangan strain gages
19
Gambar 2.12 Transduser piezolektrik
(b) Termistor
20
(c) Termokopel
Gambar 2.13 Transduser RTD, termistor dan termokopel
Kelompok termokopel memiliki tipe aplikasi terhadap besaran temperatur yang akan
diukur.Di dalam praktek penggunaanya, tipe termokopel telah distandarkan dengan mengenali
warna konektor yakni hitam, merah, biru dan kuning yang menandakan rentang temperatur
yang bisa diukur oleh termokopel tersebut. Tipe termokopel ditunjukkan pada Tabel 1.3.
21
2.3 Analiser (Komponen penganalisa)
Sekali informasi diterima oleh sistem dari masukan saklar atau sensor, maka informasi
yang tercatat tersebut harus dianalisa dan diolah untuk mendapatkan suatu keputusan tentang
apa yang harus dikerjakan selanjutnya. Komponen analiser (penganalisa) yang banyak dijumpai
adalah :
1. Komputer (alat kontrol) : PLC (pengendali logika terprogram), minimum sistem, PC,
dan mainframe. Komputer disini termasuk operator (analyst), perangkat lunak dan
perangkat keras.
2. Mesin penghitung: mesin ini secara menghitung berapa jumlah produk yang telah
dihasilkan dari suatu proses produksi, tersusun dari sensor photoelektrik dan komputer
dan elektronik display.
3. Pembaca kode bar: kode bar merupakan label yang tertera pada kemasan luar
suatu produk yang memberikan banyak informasi tentang produk seperti nama dan jenis
produk, harga, nomer seri, tanggal pernbuatan dan lain-lain. Komponen ini tersusun dari
laser scanner, sensor photoelektrik dan dekoder.
Sensor:
transmitter
Obyek: botol
Receiver
Bentuk
respon: sinyal
digital
Mesin penghitung
22
sehingga perlu dikuatkan (gaining) atau mungkin ada sinyal pengganggu (interference) yang
harus dihilangkan, kemungkinan pula muncul sinyal non-linier yang harus dilinierkan. Hal inilah
yang mengharuskan suatu sistem atau proses perlu tahap pengkondisian sinyal agar informasi
yang diperoleh bisa ditangkap secara akurat. Gambar 2.15 menunjukkan secara diagram balok
proses pengkondisian sinyal dari suatu masukkan sensor/transduser menuju suatu proses
pengukuran untuk menghasilkan keluaran yang berguna.
Proses pengkondisian sinyal atau disebut sebagai proses manipulasi sinyal bertujuan
menghasilkan nilai output yang bermanfaat serta mereduksi gangguan (noise) dari suatu
proses. Langkah pertama pengkondisian sinyal adalah tahap kalibrasi nilai analog menjadi nilai
digital dari suatu unit sensor/transduser yang digunakan untuk mengendalikan suatu proses.
Contoh kalibrasi pada termokopel adalah menggunakan kondisi analog temperatur
terendah yakni es dan temperatur tertinggi yakni kondisi analog air mendidih. Range atau
jangkauan temperatur yang akan diamati dari termokopel diukur dan dikalibrasi menjadi
besaran digital yang sepadan yakni temperatur 0 0C samadengan kuat arus 4mA sedangkan
temperatur 100 0C samadengan kuat arus 20 mA.
• Ice temperature: 0 oC (4 mA)
• Boiling water: 100 oC (20 mA)
Hasil kalibrasi ini menunjukkan bahwa rentang temperatur antara 0 – 100 0C diwakili
oleh sinyal dari besaran kuat arus antara 4 – 20 mA. Gambar 2.16 adalah termokopel yang
dikalibrasi dilengkapi alat pengkondisian sinyal yang terbaca berupa besaran arus listrik dalam
satuan miliampere.
23
Gambar 2.16. Kalibrasi termokopel
Pada suatu sistem digital, pengkondisian sinyal memerlukan piranti yakni konverter ADC/DAC
yang akan dibahas di sub-bab 6, melalui proses pengantarmukaan atau interfacing yang
didukung oleh piranti operational amplifier (op-amp) sebagai piranti penguat sinyal pada proses
pengkondisiannya.
2.4 Aktuator
Setelah komputer menganalisa dari setiap kondisi yang diinputkan, maka selanjutnya
perlu adanya aksi atau tindakan. Suatu aktuator adalah komponen yang mengambil tindakan
dalam arti mempunyai pengaruh langsung pada proses. Komponen ini berfungsi
membangkitkan/mengaktifkan dan tidak membangkitkan/in-aktif (energised/de-energised)
suatu gerakan atau tindakan/aksi pada proses yaitu dirangkai langsung dengan beban atau
peralatan yang dikontrol seperti motor penggerak (drive) atau mekanisme akhir yang
digerakkan. Aktuator dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1. Aktuator sistem mekanis: aktuator ini terpasang pada sistem mekanis yang
menghasilkan gerakan pada seluruh mekanisme. Contoh aktuator ini adalah
rangkaian rodagigi, rangkaian sabuk-pulley, rangkaian nok-as, dan mekanisme
batang penghubung.
24
2. Aktuator sistem hidrolis/pneumatis: rangkaian piston-silinder, jenis-jenis
katup dan mekanisme penggerak fluida.
3. Aktuator sistem elektris dan gabungan (eletromekanis): rangkaian penguat
operasional (op-amp), solenoid (koil magnetik) dan relay.
Beberapa contoh komponen aktuator ini adalah:
1. rangkaian roda gigi: rangkaian ini berfungsi mentransmisikan gerakan (energi mekanis)
putar ke mekanisme akhir yang digerakkan (driven). Penggunaan komponen ini sangat luas
di berbagai mesin-mesin produksi seperti mesin perkakas, mekanisme pemindah barang dan
lain-lain
2. rangkaian silinder-piston : aktuator ini dapat memenuhi suatu aplikasi yang membutuhkan
gerakan linier (lurus) dan cepat. Contoh popular dari aktuator ini adalah silinder pneumatik
dan hidrolik.
25
Gambar 2.18 Bentuk silinder pneumatis/hidrolis
3. solenoid: Solenoid adalah aktuator dengan prinsip kerja daripada medan magnit yang
dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan melalui kumparan (coil). Timbulnya medan magnet
akan menarik spol core sehingga menghasilkan gerakan linier pendek membuka dan
menutup diafragma. Solenoid ini banyak diaplikasikan pada sistem hidrolik dan pneumatik
karena mempunyai aksi gerak linier yang cepat dan pendek terutama dalam pengontrolan
katup-katup.
+ ke sumber
tegangan listrik
-
fluida
26
4. Relay: Relay sebagai komponen aktuator berfungsi menghubungkan suatu rangkaian daya
atau masukan dengan suatu beban (suatu contoh beban adalah lampu atau motor).
Rangkaian relay ini tersusun dari solenoid atau kumparan yang beroperasi pada tegangan
rendah DC (arus searah) dan tegangan AC. Pada umumnya relay mempunyai dua jenis
yaitu secara normal terbuka (normally open) dan secara normal tertutup (normally closed).
Aktuator yang mempunyai prinsip kerja seperti saklar yang mempunyai susunan berupa
penghubung (contactor) arus dan kumparan yang merupakan pengendali relay dalam setiap
aksinya.
(c) relay
Gambar 2.20 Jenis Relay Gambar
27
2.5.1 Motor Listrik
Sebuah motor listrik adalah berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Konstruksi sebuah motor listrik terdiri dari rotor yang merupakan bagian yang
bergerak (berputar) dan stator. Beberapa jenis motor listrik adalah:
1. Motor stepper
Rotor pada motor stepper mempunyai magnet yang menyatu dengan poros
putar. Di sekeliling rotor terdapat kumparan-kumparan yang membuat medan
magnet yang berinteraksi dengan magnet permanen. lika arus listrik yang
melalui kumparan dihidup-matikan (on dan off) maka medan magnet akan
menyebabkan rotor berputar. Putaran motor ini bisa searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam. lika motor tetap pada posisi hidup atau on,
maka rotor akan tetap diam pada posisinya (ini yang membedakan dengan
motor DC), agar rotor tetap berputar maka sekali lagi kumparan harus di-
28
on/off-kan. Motor stepper ini mudah dikendalikan dengan menggunakan
komputer digital sebab secara sederhana hanya meng-on/off-kan kumparan.
Aplikasi motor stepper di bidang automasi adalah pada gerakan robot, mesin
NC (numerically controlled), printer (mesin pencetak) dan umumnya
menerapkan sistem pengaturan loop terbuka (open loop control).
2. Motor servo
Salah satu contoh dari motor servo ini adalah motor DC (motor arus searah).
Perbedaan prinsip kerja motor servo dengan motor stepper adalah jika motor
servo ini dialiri arus listrik dari sumber tegangan maka rotor servo akan terus
berputar dan dengan mengubah polaritas tegangan maka arah putaran akan
berubah. Konstruksi dari motor ini tersusun dari lilitan kumparan pada rotor
dan batang magnet yang terpasang pada stator. Kecepatan putar motor
servo dipengaruhi oleh pembebanan, semakin besar beban yang diaplikasikan
semakin turun kecepatan putarnya. Suatu contoh adalah lengan robot yang
digerakan oleh motor servo, dimana saat mengangkat beban yang lebih berat
maka lengan robot akan mengalami penurunan kecepatan geraknya. Jika hal
ini dikontrol oleh komputer, komputer tidak akan tahu apa yang terjadi
kecuali pada motor servo tersebut dipasang suatu alat yaitu encoder. Encoder
disini berfungsi sebagai feedback (umpanbalik) untuk menjaga posisi
putarnya tetap pada lintasan putar (perubahan sudut tertentu yang tercatat).
Didalam setiap aplikasinya adalah suatu keharusan menerapkan pengendalian
loop tertutup (closed loop control).
3. Motor AC
Motor AC (alternating current) merupakan motor induksi dimana kumparan
rotor tidak menerima energi listrik secara langsung tetapi secara induksi dari
kumparan statornya. Jika kumparan stator ini dialiri arus listrik maka akan
timbul flux magnet yang mengakibatkan rotor berputar karena adanya
induksi magnet. Motor AC ini tidak menggunakan batang magnet seperti
pada motor DC, jadi hanya mamakai kumparan-kumparan pada rotor dan
motor. Kumparan stator berfungsi sebagai kumparan medan yang
membangkitkan medan magnit.
Mengenai motor listrik khususnya motor DC (arus searah) dibicarakan pada sub-bab 3 yang
mengetengahkan pengenalan dan prinsip kerja penggerak elektrik beserta pengendaliannya.
29
BAB 3. MOTOR LISTRIK (ELECTRIC MOTOR)
Tujuan pembelajaran:
Semua motor listrik (lihat Gambar 3.1 klasifikasi motor listrik) mempunyai konstruksi
yang tersusun dari:
1. rotor: bagian motor yang berputar, terdiri dari konduktor, magnet permanen, lilitan
tembaga yang dihubungkan dengan cincin slip (geser);
2. armatur: sama dengan rotor tetapi tersusun dari kumparan kawat tembaga dimana
arus listrik dialirkan melalui komutator;cincin slip: bagian yang menyampaikan energi
listrik dimana tersusun dari pasangan cincin luar dan cincin dalam;
3. komutator: bagian yang berfungsi mengatur arah aliran arus listrik menuju
armatur/rotor;
4. bantalan/bearing/bushing: bagian yang menumpu rotor/armatur pada badan motor.
5. Badan motor/stator: bagian motor yang tidak bergerak/berputar, biasanya terdapat
magnet permanen disisi dalamnya yang meghasilkan medan magnet tempat atau
rumah armatur;
6. pengendali/kontrol motor: bagian yang berfungsi mengendalikan parameter gerakan
motor (kecepatan dan posisi poros/rotor, mengkonversikan sinyal AC ke DC atau
sebaliknya;
7. pengendalian frekuensi AC. Setiap jenis motor mempunyai kontrol yang berbeda-
beda. Kontrol motor tersusun dari rangkaian elektronik seperti kontaktor/relay,
kapasitor atau induktor (motor AC), sensor kecepatan dan posisi (motor servo),
armatur cahaya, armatur voltage control, field voltage control, pulse width
modulation (pwm),dan cycloconverter.
30
MOTOR DC
MOTOR AC
MOTOR UNIVERSAL
MOTOR DC KOMUTASI
MOTOR TIMING
MOTOR SCR
31
aplikasi pada mesin-mesin perkakas modern dan alat pemindah barang seperti mesin CNC,
robot, AGV, konveyor, mesin rolling, mesin milling, mesin cuci, pompa, dan lain-lain.
Macam-macam kerja dari motor listrik dalam aplikasinya dibagi dalam tiga kelas yaitu:
1. Kerja Terus-menerus (continuous duty): biasanya digunakan untuk
penggerak mesin milling pada pabrik kertas, mesin perkakas, kompressor,
pompa sentrifugal dan kipas angin pendingin
2. Kerja singkat (short-time duty): digunakan untuk penggerak crane
pengangkat, penggerak katup, kontrol posisi pada mesin perkakas dan
beberapa alat rumah tangga (mixer, kipas angin, cd drive).
3. Kerja Terputus-putus (Intermitent duty): diaplikasikan pada alat-alat yang
kerjanyatergantung pada selang waktu tertentu seperti pada mesin press,
screwdriver, mesin bor dan mesin pemotong logam.
32
Penggunaan motor listrik yang luas ini menerapkan suatu sistem kendali gerakan yang
disebut pengendalian secara elektronik seperti ditunjukkan pada diagram Gambar 3.4.
Masukkan atau
Perintah
Motor listrik yang dikendalikan adalah Dc dan/atau Ac dimana motor Dc ysng banyak dikenal
(dan akan dibicarakan pada seksi ini) adalah motor stepper dan servo . Sedangkan dari jenis
Ac adalah motor induksi dan motor sinkro. Beban atau keluaran dari motor listrik adalah
peralatan atau permesinan berupa kipas angin, pompa, robot, mesin cuci, mesin perkakas
(CNC), konveyor dan lain-lain. Biasanya beban tersebut dispesifikasikan berdasarkan kecepatan
dan torsi yang dikehendaki. Kecepatan dan torsi merupakan karakteristik dari sebuah motor
listrik. Modulator daya pada diagram pada Gambar 3.4 berfungsi membangkitkan daya yang
diperlukan oleh motor listrik selama beroperasi dan berfungsi mengkonversikan tegangan yang
dipakai dan fungsi yang ketiga adalah sebagai rangkaian saklar dimana pada saat-saat tertentu
operasi dari motor tersebut diatur. Unit Kontrol berfungsi mengendalikan modulator daya
sehingga memberikan fungsi sebagai pembangkit daya, konversi tegangan dan fungsi saklar.
Sumber tegangan adalah tegangan yang membangkitkan rangkaian pengendali motor listrik
secara elektonik diatas, dapat berupa tegangan AC maupun DC.
33
(a)
(b)
Ρ
Τ dan ω
Vdc E
Ι
Gambar 3.5a menunjukkan dua magnet permanen dengan kutub utara (N) dan selatan (S),
kumparan kawat tembaga yang dihubungkan dengan sikat-sikat (brushes) dimana jika arus
listrik dialirkan menuju sebuah kumparan tembaga yang bersinggungan dengan sikat akan
timbul gerakan berputar pada kawat tersebut. Gerakan berputar kawat tersebut
dimanfaatkan dengan menambahkan bantalan (bearing) untuk suatu poros putar (disebut
rotor). Arah putar dari kumparan tergantung pada polaritas baterai (negatif dan positif) dan
arah dari garis gaya magnet dari magnet permanen. Sedangkan gambar 3.5b adalah
gambar rangkaian listrik yang menerangkan armatur dari motor DC pada kondisi mantap
(steady) dimana persamaan matematika untuk semua motor DC adalah:
V=E+RI
E=Kωφ=φN
T=KIφ
K=Vω
Dengan:
V adalah sumber tegangan , volt
R adalah tahanan dari lilitan armatur motor , ohm
E adalah tegangan eksitasi. Volt
I adalah arus listrik armatur, ampere
ω adalah kecepatan armatur, Rad/detik
φ flux magnet per kutup, webers
K adalah konstanta motor
T adalah torsi motor, N.m
34
N putaran motor, rpm
Susunan lilitan kawat (koil) pada prakteknya terdiri dari beberapa kumparan seperti
pada Gambar 3.6 .
Semakin banyak jumlah susunan koil semakin halus motor berputar. Bagian akhir dari tiap
koil yang dihubungkan dengan sumber tegangan disebut komutator.
Prinsip kerja:
- armatur berputar akibat dari adanya torsi yang disebabkan oleh aliran arus listrik pada
kumparan armatur dimana dilingkupi oleh medan magnet.
- kecepatan putaran dibatasi oleh besar electromotive force (gaya gerak listrik) saat armatur
bergerak di dalam suatu kuat medan magnet.
Sehingga metode/cara pengendalianya (kecepatan motor) sebagai berikut:
- mengendalikan besar arus listrik yang mengalir menuju kumparan armatur
- mengontrol kuat medan magnet
Karakteristik tiap jenis motor DC:
- Magnet permanen: variasi besar tegangan DC dialirkan menuju armatur melalui komutator
tetapi kuat medan magnet tidak bervariasi (konstan). Jenis motor ini hanya dapat
dikendalikan besar arus listriknya saja untuk menghasilkan lecepatan sesuai spesifikasi dan
arah putaran (bjj atau sjj) dikontrol dengan merubah kutup positif/negatif sumber
tegangannya. Torsi yang dihasilkan juga dibatasi oleh besar arus listrik yang bervariasi
(sesuai batas spesifikasi motor agar tidak terbakar!). tabel dibawah ini menunjukkan
hubungan besar tegangan yang diberikan dengan kecepatan dan torsi motor.
35
- liitan seri (series wound): armatur dan lilitan terhubung seri. Dengan merubah kutup
positif/negatif tegangan listrik maka tidak akan merubah arah putaran armatur. Arus
melewati lilitan menuju armatur dimana semakin kecil arus Dc semakin kecil pula arus
armatur. semakin rendah arus armatur semakin menurun kecepatan putarnya. Ketika kuat
medan magnet diperkecil maka kecepatan akan meningkat. Motor Dc jenis ini sulit
dikendalikan. Motor seri ini mempunyai karakteristik aplikasi dimana semakin tinggi beban
semakin berkurang kecepatan putarnya.
Kecepatan
Torsi
Gambar 3.7. Karakteristik motor DC lilitan seri
- lilitan shunt: armatur dan lilitan terhubung pararel. Jenis ini memberikan torsi yang sangat
rendah tetapi memberika pengaturan kecepatan yang baik. Kuat medan dan arus armatur
dapat dikendalikan secara terpisah. Arah putaran dapat dirubah dengan menukar kutup
positif/negatifnya. Karakteristik aplikasinya mempunyai kecepatan konstan meskipun
terdapat perubahan beban.
Kecepatan
Torsi
Gambar 3.8 Karakteristik lilitan shunt
- lilitan kompon: merupakan gabungan antara rangkaian jenis lilitan seri dan lilitan shunt
dimana kecepatan dapat dikendalikan melalui variasi resistan/besar tahanan pada rangkaian
shunt. Kecepatan putar terbatas dimana berkurangnya besar tahanan akan meningkatkan
36
besar arus pada rangkaian tetapi akan muncul gejala overheating yang dapat merusak
motor.
Kecepatan
Torsi
Gambar 3.9 Karakteristik lilitan compound
Contoh perhitungan:
1. Diketahui sebuah motor DC untuk menggerakkan suatu beban dengan spesifikasi tegangan
kerja 200V, arus 10,5 A, putaran motor 2000 rpm dan tahanan armatur dan medan adalah
0,5 dan 400 Ω. Jika torsi diasumsikan konstan, tentukan putaran motor jika tegangan turun
menjadi 175V
Jawab:
Fluk magnet pada 200V = φ1 maka fluk magnet pada 175V:
φ2 = 175/200 x φ1 = 0,875 φ1
Selama torsi konstan: I2φ2 = I1φ1 maka kuat arus
I2 = 10,5/0,875 x I1 = 11,4 A
Tegangan kerja E1 = V1 – I1R1 = 200 – 10,5 x 0,5 = 195 V
E2 = V2 – I2R2 = 175 – 11,4 x 0,5 = 169,3 V
Sehingga putaran motor pada 175V : E1/E2 = φ1 N1/φ2 N2
N2 = 169,3/195 x 1/0,875 x 2000 = 1984,5 rpm
37
3.3.2 Tipe Motor DC : Motor DC biasa, Motor Servo dan Stepper
1.Motor DC Biasa
Untuk menghidupkan motor DC biasa secara manual adalah sangat sederhana yaitu
dengan memberikan arus listrik searah melalui sumber tegangan yang tersambung
dengan saklar S1 (on) seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10a sehingga motor berputar.
(b)
Vd
(a)
Transistor
(a) (b)
Gambar 3.11 Rangkaian Pengendali Arah Putar Motor Dc Biasa
Dimana gambar (a) menunjukkan rangkaian dengan dua saklar S1 dan S2 dan sumber
tegangan yang dihubungkan dengan masing-masing saklar. Jika diinginkan gerakan
putar searah jarum jam maka saklar S1 pada posisi tertutup (ON) dan saklar S2 tetap
terbuka (OFF). Jika saklar S2 tertutup (ON) dan saklar S1 terbuka (OFF) maka putaran
dari motor akan berubah arah berlawanan jarum jam. Dari rangkaian gambar 3.8 diatas
38
yang perlu diingat adalah jangan menutup saklar S1 dan S2 bersamaan karena akan
menimbulkan hubungan singkat yang menyebabkan motor terbakar. Alternatif lain untuk
mengendalikan arah putaran motor dc ini ditunjukkan oleh gambar (b) dimana secra
manual jika saklar S1 dan saklar S3 ditutup (ON) sedangkan S2 dan S4 terbuka (OFF)
maka motor akan berputar searah jarum jam. Jika saklar S2 dan S4 ditutup (ON)
sedangkan S1 dan S3 terbuka (OFF) maka arah putar akan berlawana dengan jarum
jam. Sekali lagi jangan pernah menutup S1 dan S4 bersamaan atau S2 dan S3
bersamaan karena akan menyebabkan hubungan singkat.
2. Motor Servo
Motor servo tersusun dari motor listrik Dc biasa, rangkaian rodagigi, sebuah
potensiometer atau enkoder dan beberapa kontrol elektronik. Motor servo berputar pada
kecepatan yang berubah-ubah dimana kecepatan berputar lebih tinggi dari kecepatan
porosnya, dan dikopling pada rangkaian rodagigi yang mereduksi kecepatan dimana
kecepatan putar motor yang sangat tinggi tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan
tertentu. Dengan direduksinya kecepatan motor maka torsi akan lebih meningkat. Torsi
adalah daya puntir (twisting) dari servo, Semakin tinggi torsi semakin besar beban yang
mampu digerakkan oleh motor servo ini. Motor servo mempunyai tiga kabel: kabel
power, ground dan kontrol. Kabel kontrol digunakan untuk mengirimkan sinyal posisi
dari poros output motor ke rangkaian pengendali (sistem kontrol). Suatu sistem kontrol
dc servo ditunjukkan pada Gambar 3.12.
Input
atau Rangkaian Motor DC Roda Gigi Output
perintah kontrol Servo posisi
Potensiometer
atau enkoder
Potensiometer (variabel resistor) dikopling dengan keluaran rodagigi. Nilai tahanan dari
potentiometer proporsional terhadap posisi poros keluaran DC servo ( 0 –1800 ). Nilai
tahanan ini digunakan oleh rangkaian kontrol untuk mengolah suatu sinyal error
(kesalahan) jika posisi yang dikehendaki tidak sama dengan posisi saat itu. Sinyal
kesalahan akan dicapai pada harga 0 jika posisi sama dengan yang dikehendaki. Jadi
posisi output akan selalu diumpanbalikkan ke rangkaian kontrol untuk membuat suatu
39
sinyal kesalahan bernilai nol. Jika perbedaan antara posisi aktual dan posisi yang
dikehendaki sangat jauh, maka motor DC servo akan berputar semakin cepat untuk
membawa perbedaan (sinyal kesalahan) ke harga nol. Kecepatan sinyal pengendalian
yang dikirimkan untuk menentukan posisi poros dinyatakan dengan lebar pulsa dalam
satuan milisecond (ms) atau microsecond (μs). Lebar pulsa ditentukan oleh pabrik
pembuat motor servo dimana masing-masing pembuat mempunyai spesifik harga yang
berbeda-beda. Kecepatan dan posisi dari motor servo dipengaruhi oleh pembebanan
yang diaplikasikan. Rangkaian pengendali jaringan tertutup yang tersusun dari elemen
umpan balik (enkoder dan potensiometer) akan merespon (membandingkan) posisi
keluaran dengan posisi yang diinputkan sehingga adanya pengaruh pembebanan pada
motor servo ini dikendalikan untuk menghasilkan posisi keluaran sesuai dengan yang
dikehendaki. Dengan menggunakan motor servo ini, sebuah motor DC akan
memberikan ketepatan posisi secara efektif.
3. Motor Stepper
Motor servo dan stepper, salah satu dari jenis motor Dc, dimana mempunyai
karakteristik aplikasi atau penggunaan yang berbeda dengan jenis motor dc biasa.
Perbedaan prinsip adalah kedua jenis motor tersebut tidak dapat berputar secara bebas
jika sumber tegangan diberikan kepadanya. Motor stepper atau motor langkah yang
mempunyai perilaku sangat berbeda dengan motor dc biasa. Motor stepper ini tidak bisa
berputar secara bebas saat diberikan arus listrik kepadanya. Untuk dapat berputar
diperlukan suatu rangkaian pengendali (driver). Gerakan berputar dari poros motor
stepper ini ditentukan dalam derajat per langkah (degrees per step). Hal lain yang
membedakan motor stepper dengan motor DC biasa adalah adanya kabel yang
berjumlah lebih dari empat dimana kabel dua yang pertama berfungsi sebagai kabel
power sedangkan sisanya berfungsi untuk pengendalian gerakan dalam urutan tertentu.
Derajat gerakan per langkah dari motor ini berkisar paling rendah 1,5 derajat, 1,8
derajat 15 hingga 90 per langkah. Motor stepper mempunyai karakteristik yang tidak
dimiliki oleh motor DC biasa yaitu torsi tertahan (holding torque). Torsi ini mengijinkan
motor stepper untuk berhenti pada posisi tertentu saat tidak berputar, sehingga dapat
diaplikasikan dimana mekanisme yang digerakkan oleh motor mungkin berhenti dan
bergerak saat gaya beraksi pada poros motor. Motor stepper mempunyai karakteristik
torsi yang tinggi pada kecepatan putar yang rendah. Prinsip kerja dari motor stepper
secara sederhana seperti Gambar 3.13.
40
rotor
1. KONV
ENSI
Diagram dari motor stepper pada Gambar 3.13 diatas tersusun dari rotor yang merupakan
sebuah batang magnet terpasang tepat ditengah-tengah dan stator A, B, C dan D yang dililit
oleh dua jaringan koil. Koil pertama (1st) melilit kutup C dan D sedangkan koil kedua (2nd) elilit
kutup A dan B. Masing-masing lilitan koil akan menghasilkan elektromagnet dengan kutup yang
berbeda. Jika dialirkan arus listrik pada tiap-tiap koil maka kutup A, B ,C dan D timbul medan
magnet yang akan menggerakan rotor. Secara bergantian medan magnit timbul pada masing-
masing kutup misalnya koil pertama dialiri arus listrik maka kutup C dan D timbul medan
magnet dan menarik rotor untuk menempatkan kutupnya berlawanan dengan kutup C dan D.
Begitu juga jika koil kedua dialiri arus listrik maka kutup A dan B menghasilkan medan magnet
yang akan menarik rotor pada posisinya. Rotor dalam hal ini bergerak 900 per step dan setiap
satu putaran terdapat empat step. Untuk gerakan atau langkah yang lebih rendah (misalnya
150) maka perlu susunan stator dengan jumlah delapan seperti tampak pada Gambar 3.14.
41
Gambar 3.14 adalah stator dan rotor motor stepper yang tersusun dari delapan stator A, B,C,
D, E, F, G dan H dimana rotor berputar setiap langkah (step) sebesar 150 . Jadi ketelitian
langkah (step) ditentukan oleh konstruksi dari motor terutama penempatan gigi rotor dan
distribusinya dan juga keseragaman celah antara koil pada stator.
Τλ
Motor
Beban
poros
T ωμ
Gambar 3.15 Persamaan Sistem Pembebanan Motor
Sistem pembebanan motor diatas dapat digambarkan dengan persamaan dasar torsi:
T – Tl = d/dt (J ωm) = J dωm/dt + ωm dJ/dt………….. (1)
Dengan:
T = torsi yang dihasilkan oleh motor, N.m
Tl = torsi pembebanan pada poros motor, N.m
ωm = kecep[atan sudut sesaat dari poros motor, rad/detik
J = momen inersia polar dari sistem pembebanan motor mengacu pada poros motor,
kg.m2
Jika penggerak dengan momen inersia yang konstan (dJ/dt) = 0 maka Persamaan (1) menjadi
42
3.4.1 Beban dengan Gerakan Rotasi
Sebuah motor DC menggerakkan dua beban, dimana salah satu beban (T1) dikopling
langsung dengan poros motor dan beban yang lainnya (T2) dihubungkan dengan sebuah roda
gigi dengan jumlah gigi N1 dan N2 seperti pada Gambar 3.16.
ω1 Τλ ω1
Motor DC Beban B1
Ν1
ϑ1 Τλ
ϑ0 Beban B2
Ν2
ω2
Gambar 3.16 Beban dengan gerakan rotasi
Momen inersia motor dan beban B1 sebesar J0, kecepatan motor dan torsi yang secara langsung
dikopel beban adalah ω1 dan Tl1. Momen inersia, kecepatan dan torsi dari beban B2 yang
dikopel melalui roda gigi adalah J1 , ω2 dan Tl2 maka didapat:
ω1/ω2 = N1/N2 = a1 = rasio jumlah gigi…………… (3)
Jika kerugian transmisi diabaikan maka total energi kinetik sepanjang inersia harus samadengan
energi kinetik dari beban atau bagian yang bergerak, sehingga
½ Jω12 = ½ Jo ω12 + ½ J1ω22 ……………………….. (4)
(1) dan (2) didapat J = J0 + a12 J1 …………………………………………… (5)
Daya pada beban-beban dan motor harus sama. Jika efisiensi transmisi dari rangkaian rodagigi
sebesar ηl maka,
Tl ω1 = Tl1ω1 + Tl2ω2 / ηl …………….…………………………..….. (6)
dimana Tl adalah total torsi pada poros motor. Dari persamaan (3) dan (6) didapat:
Tl = Tl1 + a1Tl1/ηl …………………………………………………….… (7)
Jika terdapat sejumlah beban sebanyak m yang dikopel langsung dengan motor yang
mempunyai inersia J0 maka beban-beban tersebut mempunyai momen inersia J1, J2 , J3 …, Jm
dan rasio jumlah gigi a1, a2, a3,…..am maka
J = J0 + a12J1 + a22J2 + a32 J3 +……+am2Jm …………….…… (8)
Jika sejumlah m beban dengan torsi Tl2, Tl3 ….Tlm dikopel melalui rodagigi dengan rasio gigi a1,
a2,…..am dan efisiensi transmisi η1, η2, ……ηm maka
Tl = Tl1 + a1Tl2/η1 + a2Tl3/η2 + ……+ amTlm/ηm
43
3.4.2 Beban dengan Gerakan Translasi-Rotasi
Pertimbangkan sebuah motor yang menggerakkan dua beban, satu beban Tl0 dikopel
secara langsung dengan poros motor dan yang lainya melalui sebuah sistem transmisi yang
mengkonversikan gerakan rotasi kedalam gerakan linier seperti pada Gambar 3.17.
Motor DC
ω1 ω1
Beban Tl0 Transmisi rotasi
ke linier
ϑ0
Massa M1 V1
dan Gaya
F1
Moment inersia dari motor dan beban yang dikopel langsung dengan poros motor adalah J0,
torsi beban yang dikopel dengan motor adalah Tl0 dan massa, kecepatan dan gaya dari beban
yang bergerak translasi adalah M1 (kg), v1 m/detik, dan F1 (Newton). Jika kerugian transmisi
diabaikan maka total energi kinetik harus sama dengan energi kinetik dari berbagai bagian yang
bergerak, sehingga didapat
½ Jω12 = ½ J0ω12 + ½ M1v12 atau
J = J0 + M1 [v1/ω1]2 …………………………………………………….. (9)
Daya pada motor dan beban harus sama atau ekuivalen jika diketahui efisiensi transmisi η1
sehingga
Tlω1 = Tl0 ω1 + F1v1/η1
Tl = Tl0 + F1/η1 [v1/ω1]…………………………………………..…… (10)
Jika terdapat tambahan beban sejumlah m yang dikopel secara langsung dengan poros motor,
dengan gerakan translasi dengan masing-masing kecepatan v1, v2, ….vm dan massa M1, M2, ….,
Mm maka
J = J0 + M1 [v1/ω1]2 + M2[v2/ω1]2 +…… + Mm[vm/ω1]2…………..…….. (11)
Dan Tl = Tl0 + F1/η1[v1/ω1] + F2/η2 [v2/ω1] + …..+ Fm/ηm [vm/ω1]…………..… (12)
Contoh Perhitungan
1. Sebuah motor menggerakkan dua beban. Salah satu beban bergerak rotasi dan dikopel
langsung dengan motor melalui sebuah rodagigi reduksi dengan rasio jumlah gigi a = 0,1
dan efisiensi transmisi 90%. Beban tersebut mempunyai momen inersia sebesar 10 kg.m2
dan torsi sebesar 10 N.m. Beban yang kedua mempunyai gerakan dengan massa 1000 kg
44
yang akan diangkat keatas pada suatu kecepatan yang sama sebesar 1,5 m/detik. Kopling
antara beban ini dan motor mempunyai efisiensi transmisi 85%. Motor mempunyai inersia
sebesar 0,2 kg.m2 dan bergerak pada kecepatan konstan sebesar 1420 rpm. Tentukan total
inersia dari poros motor dan daya yang dihasilkan oleh motor.
Jawab:
Diketahui: J0 = 0,2 kg.m2, a1 = 0,1, J1 = 10 kg.m2, v1= 1,5 m/det dan ωm = 1420 x π/30
= 148,7 rad/det maka
Total momen inersia terhadap poros motor:
J = J0 + a12J1 + M1[v1/ω1]2
J = 0,2 + (0,1)2 x 10 + 1000 [1,5/148,7]2 = 0,4 kg.m2
Daya yang dikeluarkan motor adalah sebesar total torsi pembebanan pada poros motor:
Tl = a1Tl1/η1 + F1/η1 [v1/ω1]
Tl = 0,1 x 10/0,9 + 1000 X 9,81/0,85 [1,5/148,7] = 117,53 N.m
Istilah-istilah :
- Step Angle (motor stepper): gerakan angular secara inkremen dari poros motor
yang berputar setiap waktu saat koil dibangkitkan (dialiri arus listrik)
- Step per revolution (motor stepper) : jumlah total langkah untuk memutar poros
motor 3600
- Coupling: konektor mekanis yang menyambungkan poros motor dengan peralatan
yang digerakkan
- Conductor: suatu bahan seperti tembaga atau aluminium yang bersifat
menghantarkan arus listrik, dimana sifat bahan ini mempunyai tahanan yang rendah
(lawan kata: Resistor)
- Momen inersia: merupakan hasil perkalian antara berat dari suatu benda yang
berputar pada radius tertentu, satuannya kg.m2
- Torsi: merupakan perkalian antara berat suatu benda yang membebani suatu poros
dengan panjang poros tertentu, satuannya N.m
45
3.5 Sumber Daya untuk Penggerak Sistem Mekanis
Dalam memenuhi suplai daya untuk menggerakan sistem mekanis diperlukan sumber
daya yakni energi listrik. Energi listrik secara langsung memberikan kombinasi antara sistem
mekanis dan elektris di bidang rekayasa mesin/alat. Sumber listrik yang paling praktis adalah
baterai, baik baterai kering maupun basah. Gambar 3.18 menunjukkan rangkaian baterai seri
dan pararel yang menghasilkan ukuran tegangan dan arus yang bisa divariasikan sesuai
kebutuhan daya yang akan diaplikasikan sebagai penggerak sistem mekanis.
Untuk menghasilkan efisiensi pemakaian daya maka perlu dihitung berapa daya yang
akan dihasilkan dengan daya yang disuplai sesuai Persamaan berikut.
Untuk menjalankan sebuah motor listrik yang diketahui konstanta kecepatan (Kv) dan
konstanta torsi (Kt) maka:
46
BAB 4. PENGENALAN TEKNIK DIGITAL
Tujuan pembelajaran:
47
9 1001 9 11
10 1010 A 12
11 1011 B 13
12 1100 c 14
13 1101 D 15
14 1110 E 16
15 1111 F 17
contoh lain:
1001012 = (1 x 2 5)+(o x24)+(O x 2 3)+(l x 2 2)+(o x 21)+(l x20) = 32+0+0+4+0+1
=3710
3. Konversi desimal ke heksadesimal
Heksadesimal mempunyai aturan sebagai berikut : 16 n ... 256, 16, 1
16n ...,162 , 161, 160
Jadi untuk mengkonversikan bilangan desimal menjadi heksadesimal dilakukan dengan
pembagian terus-menerus dengan aturan hekadesimal dengan bobot bilangan yang sesuai.
48
1226 : 256 = 4 sisa 202 (4 berada dalam heksadesimal)
202 : 16 = 12 sisa 10 (12 adalah C heksa dan sisa 10 = A sistem
bilangan heksadesimal), jadi 122610 = 4 CA 16
4. Konversi heksadesimal ke desimal
Untuk merubah heksadesimal edalam sistem bilangan desimal maka harus diurutkan
tiap angka atau digit dari heksadesimal dengan posisi sistem desimal, dan kemudian masing-
masing dikalikan dengan aturan heksadesimal yang hasil akhirnya dijumlahkan.
Ubah 4CA 16 menjadi bilangan desimal:
4 : 4 x 256 = 1024
C : 12 x 16 = 192
A : 10 x 10 = 10
1024 + 192 + 10 = 122610
49
dinyatakan dalam satuan byte (kilobyte, megabyte) ini. Konversi biner 10011010 adalah 9A
dalam heksadesimal. Jadi memudahkan pembacaan data atau informasi oleh memori.
1. Logika AND
Ada dua masukkan A dan B dimana keduanya akan menghasilkan keluaran bernilai benar atau I
jika masukan A dan B juga bernilai benar atau 1.
Input Output
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
50
A
Masukan Y Keluaran
A.B = Y
Prinsip kerja AND adalah dapat diterangkan dengan rangkaian analog saklar dimana jika
menghendaki lampu Y (atau motor, relay dan beban lain) berputar (bernilai 1) maka saklar A
dan B harus tertutup, keduanya bernilai 1. Disini saklar A dan B sebagai masukkan dan lampu Y
sebagai keluaran.
2. Logika OR
Ada dua masukkan A atau B dimana jika salah satu atau keduanya dari input tersebut bernilai 1
maka akan menghasilkan keluaran yang bernilai I (benar).
Input Output
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
51
Simbol dan persamaan Boolean sebagai berikut:
Jika saklar A atau B terbuka, keduanya bernilai biner 0, tidak ada sinyal yang diinputkan menuju
lampu Y (atau motor, relay, solenoid dan beban lainnya). Sekarang dikehendaki lampu Y
menyala maka salah satu atau kedua saklar A dan B harus dalam keadaan tertutup, jadi sinyal
biner bernilai 1 artinya output bernilai benar bahwa lampu Y menyala sesuai yang dikehendaki.
3. Logika NOT
Gerbang operator NOT merupakan pembalik (inverter) dari suatu nilai yang diinputkan. Jika A
bernilai 1 (logika benar) diinputkan maka keluaran hasilnya 0 (logika salah).
Input Output
A Y
1 0
0 1
52
Jika saklar A terbuka (bernilai 0) maka motor M akan berputar, sebaliknya jika saklar A tertutup
(dalam keadaan aktif atau 1) maka motor tidak berputar (tentunya akan terjadi hubungan
singkat pada rangkaian tersebut). Adalah keluaran benar untuk motor berputar dan salah jika
tidak berputar.
Input Output
A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
53
Simbol dan persamaan Boolean dari logika NAND adalah sebagai berikut:
Input Output
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
54
Simbol dan persamaan gerbang NOR adalah:
Dari lima dasar operasi logika yang berupa gerbang AND, OR, NOT, NAND dan NOR
yang dipresentasikan dalam aljabar Boolean untuk memanipulasi bilangan biner maka
pernahaman teknik digital lebih lanjut adalah merupakan kombinasi atau gabungan dari lima
gerbang logika tersebut. Semua komponen digital atau rangkaian IC digital dan mikroprosesor
adalah tersusun dari rangkaian gerbang-gerbang logika dalam jumlah yang sangat banyak dan
rumit.
Saat ini perkembangan teknologi digital sangat pesat terutama untuk aplikasi pengendalian
otomatik seperti dijumpai pada komputer. Alasan utama yang mendasari pemanfaatan
teknologi digital adalah:
Kelemahan sistem digital adalah karena dunia nyata sesungguhnya merupakan sistem analog
sehingga diperlukan pendekatan secara digital untuk suatu besaran yang sebenarnya analog.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan suatu pengubah dari analog ke digital dan
sebaliknya dari digital ke analog. Alat pengubah ini disebut ADC (analog to digital converter)
dan DAC (digital to analog converter).
55
4.3. Konversi Sinyal Analog-to-Digital (AD) dan Digital-to-Analog (DA)
Kondisi aktual yang bisa ditangkap di alam raya ini bersifat analog yakni bisa diukur
dengan besaran-besaran fisika. Komponen sensor dan transduser yang telah di bahas di sub-
bab 2 adalah berfungsi mengukur besaran analog dan mengolahnya menjadi besaran digital
dan dirubah kembali menjadi besaran fisika analog yang terukur dan dapat diamati. Perubahan
sinyal analog ke digital dan sebaliknya dari digital ke analog lagi diperlukan komunikasi alat
yang disebut pengantarmukaan alat atau interfacing. Pengantarmukaan alat melibatkan sinyal
analog listrik yakni arus dan tegangan listrik. Gambar 4.6 secara diagram menjelaskan
perbedaan antara perubahan input analog dirubah digital (ADC) dan input sinyal digital dirubah
menjadi analog (DAC).
Kedua konverter tersebut digunakan bersama-sama untuk mengkondisikan dan mengolah sinyal
dari komponen sensor dan transduser pada sistem digital. Rangakain ADC/DAC selalu
dikombinasi dengan alat kontrol atau komputer dengan cara interfacing yang secara diagram
ditunjukkan pada Gambar 4.7. Perubahan sinyal digital ke analog lebih mudah dan cepat
daripada perubahan sinyal analog ke digital.
56
Kemampuan pengkondisian sinyal ADC/DAC tersebut ditentukan oleh resolusi yang dinyatakan
dengan angka biner dengan satuan kemampuan resolusi bits, bytes/ Kb, Megabytes/Mb dan
gigabyte (Gb) yang merupakan tolok ukur unjuk kerja suatu sistem digital. Contoh aplikasinya
adalah mengendalikan tingkat fluida di dalam tangki tertutup yang ditunjukkan pada Gambar
4.8.
Gambar 4.8 Sistem pengaturan digital untuk tingkat ketinggian fluida di dalam tangki
57
(a) respon input-output ADC optimal
Sedangkan gambar (b) menunjukkan respon lambat tetapi masih dalam batas normal. Lemah
kuatnya sinyal terhadap respon perubahan dapat distabilkan dengan rangkaian op-amp yang
kan di bahas di sub-bab 5. Hasil tampilan grafik pada Gambar 4.9 dilakukan menggunakan
piranti data akuisisi atau oscilloscope yang merekam setiap waktu terhadap perubahan proses
secara dinamis. Jadi semakin tinggi jumlah bit/byte maka resolusi perubahan dan kecepatan
respon proses terhadap waktu semakin optimal.
Istilah-istilah:
1. Bit: merupakan singkatan dari binary digits, yaitu angka biner 1 dan 0
2. Byte: merupakan satuan yang samadengan 8 bit.
3. Sinyal Digital: sinyal atau pulsa yang akan menunjukan I dan 0 pada suatu rangkaian
digital yang diamati melalui alat ukur osiloskop (tampak seperti gelombang sinusoidal
persegi dengan nilai max/min diwakili biner I dan 0)
4. Sinyal analog: sinyal dari suatu rangkaian analog yang ditunjukkan dengan harga tegangan
(misainya +12 volt) .
5. ADC/DAC: suatu alat/komponen yang berfungsi mengkonversikan sinyal analog ke digital
dan dari sinyal digital ke analog pada sistem digital.
58
BAB 5. PENGENALAN TEKNOLOGI MIKROELEKTRONIKA
Tujuan pembelajaran:
59
kode seperti IC7408, 748PC dan sebagainya. Pada umumnya pemilihan IC untuk aplikasi dapat
dilihat pada databook atau sheetbook IC yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
Pada Gambar 5.1 clan 5.2 memperlihatkan bahwa IC jenis ini mempunyai empat belas kaki
(bernomor I sampai dengan 14) dan berisi empat gerbang logika AND dengan dua masukan (A
dan B) dan keluaran Y. Masing-masing kaki tersebut mempunyai fungsi tertentu dalam
penggunaanya sesuai dengan spesifikasi pembuat IC yaitu sebagai penghantar sinyal-sinyal
digital dalam suatu rangkaian. Contoh aplikasi IC adalah rangkaian pengaturan nyala lampu
LED ditunjukkan pada Gambar 5.3.
input
output
AND
60
output
input
Setiap produk IC mempunyai spesifikasi yang berisi karakteristik dan jenis kegunaan
yang dapat dilihat pada databook. Masin-masing pabrik pembuat IC mempunyai aturan
tersendiri cara mengidentifikasi jenis IC yang diproduksi.
61
5.1.1 Pengenalan IC OP-AMP
Jenis IC yang populer dibidang teknik kontrol/pengaturan dan sistem pengukuran adalah
jenis penguat operasional (Op-Amp). IC ini diaplikasikan untuk menguatkan sinyal input dari
berbagai peralatan seperti sensor, transduser dan relay untuk menghasilkan penguatan sinyal
(biasanya dalam bentuk besaran tegangan listrik) sehingga harga output penguatan dapat
terbaca atau digunakan langsung untuk operasi pada proses yang dikontrol. Op-amp selalu
menerapkan sistem umpan balik. Umpan balik merupakan sistem yang penting di dalam
perancangan rangkaian-rangkaian analog. Melalui sistem umpan balik atau feedback, sinyal
keluaran diumpankan kembali menuju input dan akan menghasilkan umpan balik bernilai positif
dengan penggunaan sinyal output tadi sehingga terjadi penguatan sinyal input dan menambah
gain. Sebaliknya, terjadi pula umpan balik bernilai negatif yakni ketika penguatan sinyal input
diminimalkan agar sistem menjadi stabil.
Salah satu jenis IC Op-Amp adalah IC 741 dimana mempunyai jumlah kaki-kaki/pin sebanyak
delapan dengan nomor urut yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
62
IC 741 tersusun dari simbol inverting (tanda segitiga) yang mempunyai dua koneksi masukkan
(input) yaitu kaki 2 dan 3, sedangkan kaki 6 untuk koneksi output. Kaki 4 dan 7 untuk koneksi
ke sumber tegangan. Setiap koneksi mempunyai model fungsi penguatan yang dapat
dikelompokan dalam beberapa rangkaian penguat sebagai berikut:
1. Op-amp Follower
Jenis op-amp yang paling sederhana dan berfungsi menyetabilkan tegangan masuk
terhadap tegangan keluaran dan sebaliknya. Jika tegangan keluaran terlalu rendah
maka V+ - V- = Vin-Vout > 0 dan fungsi penguatan akan menggerakan nilai Vout lebih
tinggi sehingga tercapai kondisi Vin=Vout, begitu sebalinya jika Vout terlalu tinggi maka
selisih perbedaan V+ - V- < 0 dan fungsi penguatan akan memberikan nilai output lebih
rendah agar tercapai kondisi Vin=Vout. Disimpulkan apapun perubahan yang terjadi
pada nilai masukan dan keluaran, tegangan Vin harus selalu samadengan Vout dengan
cara saling ‘mengikuti’ perubahan nilai input dan outputnya.
2. penguat Inverting
63
Penguatan tegangan rangkaian: Vout/Vin = - R2/R1
Jika diketahui rangkaian tersebut terpasang tahanan input R1= 1 ohm dan tahanan umpanbalik
R2=10 ohm, tentukan besar penguatan tegangan pada rangkaian tersebut.
Penguatan tegangan rangkaian: Vout/Vin = - R2/R1 = -10/1 = -10 (tanda minus berarti nilai yang
dibalikan/inverting). Op-amp jenis ini selalu menggunakan umpanbalik bernilai negatif dan
digunakan pada arus DC.
3. Penguat Non-inverting
Jumlah arus pada titik X: I = IA+IB+IC, dimana IA = VA/RA, IB=VB/RB dan IC=VC/RC
Jika VX diasumsikan nol dan I = -Vout/R2 maka
--Vout/R2 = VA/RA+ VB/RB + VC/RC
Vout = -[R2VA/RA + R2VB/RB + R2VC/RC]
Jika RA=RB=RC maka
Vout = -R1/R2 (VA+VB+VC)
64
5. Penguat Diferensial
Jadi dapat disimpulkan untuk penguat operasional harga penguatan tegangan dapat diubah
(setting) dengan mengubah perbandingan tahanan input dan umpanbalik pada tiap rangkaian
op-amp.
Untuk mengamati fungsi dan respon dari op-amp atau rangkaian komponen elektronika
lainya diperlukan alat-alat laboraturium yang paling utama yakni :
1. Digital multimeter, alat yang digunakan untuk mengukur nilai tegangan, arus,
tahanan dan kombinasinya pada suatu rangkaian yang komplek.
2. Oscilloscope, berfungsi mengamati perubahan sinyal yang nilai dan pola perubahan
sinyal terlihat di layar secara grafis.
3. Offset Adder, alat yang berfungsi mengamati perubahan sinyal input dan output
dengan memutar potensiometer diperoleh tinggi dan rendah atau konstan dari sinyal
yang diamati.
65
4. Sinyal generator, berfungsi untuk membangkitkan sinyal sehingga diperoleh ukuran
serta pole perilaku frekwensi dan waktu pada suatu rangkaian elektronik.
Berbagai jenis IC, secara umum jenis IC digital dikategorikan sesuai dengan berapa
banyak kombinasi jumlah gerbang logika yang menyusunnya dalam 'chip' tunggal yaitu:
1. SSI (Small scale integration) merupakan IC ukuran yang terkecil dimana tersusun kurang
dari sepuluh gerbang logika, contoh IC op-amp, flip-flop dll
2. MSI (Medium scale integration) merupakan peralatan terpadu ukuran menengah yang
tersusun dari sepuluh atau lebih gerbang logika, contoh IC dekoder, RAM, ROM, multiplexer
dll
3. LSI (Large scale integration) rangkaian terpadu ukuran besar yang tersusun dari lebih
seratus gerbang, contoh IC kalkulator, jam digital, 8088 dll
4. VLSI (very large scale integration) merupakan rangkaian terpadu (IQ ukuran sangat besar
yang tersusun dari 10.000 atau lebih gerbang logika, komponen ini merupakan ciri
komputer generasi ke-empat, contoh IC , 386intel, 486intel dll
5. ULSI (ultra large scale integration) jenis IC yang mempunyai 1.000.000 gerbang atau lebih
dan merupakan rangkaian terpadu paling mutakhir, contoh komponen ini merupakan suatu
mikroprosesor Pentium dan generasinya yang dikembangkan hingga saat ini.
5.2 Mikroprosesor
Mikroprosesor adalah suatu IC juga tetapi mempunyai fungsi dan kemampuan yang jauh
lebih tinggi. Suatu mikroprosesor tersusun dari ribuan bahkan jutaan rangkaian logika yang
dikategorikan VLSI dan ULSI. Komputer (personal komputer) yang kita kenal selama ini adalah
menggunakan mikroprosesor sebagai perangkat utama dengan berbagai versi, mulai generasi
Intel 8086, 8088, 80186, 80188, 80286, 880486 dan generasi mikroprosesor yang paling baru
saat ini adalah Pentium. Pada sistern komputer, mikroprosesor dirancang untuk melakukan
operasi logika aritmatik, mengambil dan mengeluarkan data, serta operasi kendali lainnya.
Proses kerja mikroprosesor dikendalikan oleh instruksi-instruksi yang sengaja dirancang
sedemikian rupa, sehingga membentuk sistern operasi yang handal. Instruksi yang
dipergunakan untuk mengurutkan proses operasi mikroprosesor ini merupakan sandi biner ( 1
dan 0 ) yang dikenal sebagai bahasa'mesin'.
66
instruksi program dan data. Secara diagram blok unit dasar pembangun sebuah mikroprosesor
adalah unit pengendali, register dan unit aritmatik-logic.
UNIT REGISTER
67
Tabel 5.1 Pemanfaatan Mikroprosesor di Berbagai Bidang
Peralatan Industri dan Instrumentasi dan Kedokteran Perkantoran
Rumah Tangga Komersial Kontrol dan Bisnis
1. Kalkulator 1. Mesin-mesin 1. peralatan 1. pengendalian 1. pengolahan
2. Jam digital pemrosesan kalibrasi digital daftar database data
3. Video game 2. kontrol lalulintas 2. monitoring polusi obat keuangan
4. Audio/entertain 3. sistem navigasi lingkungan 2. perekaman 2. sistem
ment 4. sistem 3. perekaman data kondisi pasien pendataan
5. Keamanan pendaratan 4. keamanan dan 3. deteksi stock
rumah/alarm pesawat terbang kontrol penyakit material/inve
6. sistem energi 5. injeksi bahan kebakaran 4. sistem ntory
7. kontrol bakar kendaraan gedung informasi 3. sistem
pendingin 6. komunikasi data bertingkat prosedure reservasi
ruangan 7. proses 5. peralatan penanganan/op 4. sistem
8. kontrol mesin perancangan dan laboraturium erasi penyakit informasi
cuci manufaktur digital 5. komunikasi bisnis
8. analisis material data 5. komunikasi
data
6. statistika data
GND VCC
1 40
A14 A15
2 39
A13 A16/S3
3 38
A12 A17/S4
4 37
A11 A18/S5
5 36
A10 A19/S6
6 35
A9 SS0
7 34
A8 MN/MX
8 33
AD7 RD
9 32
AD6 HOLD
10 31
AD5 HLDA
11 30
8088
AD4 INTEL WR
12 29
AD3 IO/M
13 28
AD2 DT/R
14 27
AD1 DEN
15 26
AD0 ALE
16 25
NMI INTA
17 24
INTR TEST
18 23
CLK READY
19 22
GND RESET
20 21
68
Konfigurasi Koneksi/Saluran:
AD0 – AD7: Keluaran-masukkan (input-output), delapan saluran/pins data D0-D7 dengan
saluran alamat/address A0-A7 yang menyalurkan bit 0-7 angka alamat. Dalam keadaan normal
adalah 0 dan keadaan aktif 1
A8-A15: Keluaran/output, delapan saluran A8-A15 melengkapi AD0-AD7 yang menyalurkan bit
8 hingga 15 angka alamat. Keadaan norma=0 dan aktif=1
A19/S6, A18/S5, A17/S4, A16/S3: Keluaran/output, empat saluran alamat A16-A19 yang
menyalurkan bit 16-19 angka alamat melengkapi AD0-AD7 dan A8-A15 untuk membentuk 20
bit saluran alamat lengkap. Dengan demikian mikroprosesor Intel 8088 mampu mengakses
lokasi memori sejumlah 2 pangkat 20 = 1048576 = 1 megabit lokasi memori.
RD: Keluaran/output, Read strobe, bilamana aktif berarti sedang melaksanakan membaca isi
memori atau port I/O., keadaan normal =1 dan aktif=0
READY: Masukkan/input, untuk menandai siap-tidaknya mikroprosesor membaca/menulis pada
memori. Keadaan normal=1, aktif=0
INTR: Masukkan/input, keadaan normal=1, aktif=0, isyarat permintaan interupsi ke
mikroprosesor dari perangkat luar. Saluran ini dapat disetting disable atau enable
TEST: Masukkan/input, melalui software mikroprosesor akan memeriksa apakah saluran=0
maka induk program jalan terus, jika =1 maka harus menunggu
NMI: Masukkan/input, keadaan normal=0, aktif=1. Transisi dari keadaan normal ke keadaan
aktif berarti mikroprosesor mendapat interupsi yang harus dilayani. NMI singkatan dari Non
Maskable Interrupt.
RESET: Masukkan/input, keadaan normal=0, aktif=1. Jika saluran RESET aktif, mikroprosesor
menghentikan semua kegiatannya dan langsung mengeksekusi program yang tersimpan di
memori pada alamat FFFF0h. Program yang tersimpan disebut program reset yang merupakan
program awal untuk menjalankan mikroprosesor Intel 8088.
MN/MX: Masukan/input, jika diberi 1 berarti mikroprosesor dioperasikan dalam mode
minimum, jika dimasukkan 0 maka mode maksimum.
CLK: Masukan/input, saluran untuk pulsa clock yang dipakai untuk mengatur irama kerja
mikroprosesor dalam bentuk pulsa (mempengaruhi kecepatan kerja)
VCC:
Saluran catudaya/sumber tegangan +5V dengan toleransi 10% atau sekitar 4,5 s/d 5,5 Volt
GND:
Saluran catudaya dengan tegangan referensi 0 (ground=pembumian)
69
5.3 Contoh Sistem Digital: Mikrokomputer/Komputer
Mikrokomputer merupakan contoh sistem digital yang relatif komplek dimana tersusun
dari subsistern sebagai berikut:
BUS ALAMAT
BUS DATA
BUS KONTROL
ITN
8088
Unit masukkan dan keluaran: merupakan unit yang menghubungkan secara langsung dengan
peralatan luar seperti keyboard, mouse, digitize, modem, printer, plotter dan lain-lain.
1. Unit pengolah pusat (CPU): merupakan gabungan dari unit aritmatik-logic, unit kendali
dan unit penyimpan yang berfungsi mengendalikan dan mengolah setiap operasi yang
70
diterima dari masukkan untuk kemudian diproses menghasilkan keluaran. CPU ini
merupakan mikroprosesor atau lotak'dari mikrokomputer atau komputer.
2. ROM: suatu unit penyimpan memori program yang hanya untuk dibaca saja (read only
memory) dimana daftar instruksi terkode secara khusus mengatakan dengan tepat
kepada unit CPU tetang apa yang harus dikerjakan. ROM ini sebuah IC memori yang
bersifat tetap dan telah diprogram menurut spesifikasi sistem.
3. RAM: unit penyimpan memori data yang dapat ditulis, dibaca atau memanggil kembali
informasi setiap waktu. Perbedaan RAM dan ROM adalah memori RAM akan terhapus jika
daya dimatikan jadi bersifat tidak permanen. Memori ini hanya digunakan sementara saat
operasi
71
Gambar 5.11 Contoh ilustrasi operasi komputer
72
14. CPU menempatkan alamat 105 pada bus alamat
15. Memori program mengirim kode yang disampaikan ke CPU
16. CPU mendekode (mengkode ulang) keseluruhan instruksi 'keluarkan data' dan mengaktifkan unit
output (yaitu layar) melalui bus alamat. CPU mengirim kode 'A' melalui bus data keluar dari port ke
layar.
Proses operasi (atau pengoperan data) disimpulkan sebagai masuk-simpan-keluar seperti
urutan diatas berlangsung dalam waktu 0,00001 detik. Gambar 5.12 menjelaskan aliran sinyal
yang diolah oleh komputer dari input menjadi output.
73
Istilah:
- Bus alamat: atau jalur alamat, jalur perkawatan yang membawa sinyal yang
mengindikasikan dimana data berada (alamatnya) dan menyeleksi lokasi memori tertentu
atau alamat input/output yang dituju oleh data. Semakin tinggi kemampuan memori
semakin besar data yang dapat disimpin pada alamatnya dan semakin baik program yang
dapat diakses sesuai lokasinya.
- bus data: atau jalur data, digunakan untuk menyampaikan kata/data antar memori atau
peralatan luar (input/output) didalam CPU. Panjang kata yang disampaiakn oleh jalur ini
dalam satuan 4, 8, 16 atau 32 bits. Setiap jalur data yang ditunjukkan oleh
perkawatan/sirkuit membawa sinyal biner 1 dan 0. Semakin banyak perkawatan semakin
panjang kata/data yang dapat disampaikan.
- bus kontrol: jalur kontrol yang berfungsi menyampaikan sinyal untuk dikirim menuju
bagian-bagian terpisah pada sistem. Bagian-bagian tersebut adalah sistem clock (waktu
proses) dan sistem operasi (mengoperasikan perangkat lunak) dan CPU yang akan
mengindikasikan operasi akan dilakukan seperti perintah READ/sinyal baca dan
WRITE/sinyal tulis dan menyampaikannya ke bagian-bagian tersebut.
74
BAB 6. PEMANFAATAN TEKNOLOGI MIKROELEKTRONIKA PADA
SISTEM MEKANIS
Tujuan pembelajaran:
Pada bab 3 terdahulu telah dikenalkan mengenai motor DC yang merupakan penggerak
mula mesin-mesin perkakas otomatis, robot, konveyor dan lain-lain. Peralatan atau
mesin-mesin yang bekerja secara otomatis tentunya diperlukan suatu teknik pengaturan
dimana alat kontrol yang sangat berperan saat ini adalah komputer. Komputer yang merupakan
sistem digital, tersusun dari banyak komponen-komponen mikroelektronik seperti IC dan
mikroprosesor. Teknologi mikroelektronika saat ini sudah banyak diaplikasikan dalam sistem
mekanis sebagai pengendali proses-proses produksi. Suatu pemanfaatan teknologi ini (selain
komputer, mikrokomputer atau mikrokontroller) adalah programmable logic controller (PLC).
75
yang dikendalikan, dan sebagai pengkondisian sinyal-sinyal elektris dari prosesor yang
dipakai oleh alat-alat keluaran pada suatu mesin yang dikontrol.
PLC harus diisi program yang disesuaikan dengan aplikasi oleh para pembuat PLC
seperti pengendalian motor konveyor, katup-katup pada proses industri kimia dan lain-lain
dimana program yang digunakan mempunyai struktur logika yang disebut diagram ladder logic
(diagram logika tangga) dengan simbol sbb:
76
Simbol pembalik input, mrp operator logika NOT,
relay/contact normally closed
X Y
X1 Y
Kondisi OR dimana saklar input X1 atau
X2 mengaktifkan output Y dan input X2
X2 selalu menjaga Y tetap aktif
X1 X2 Y
Proses penguncian (latching) untuk
menahan supaya output Y tetap aktif.
Y
Saklar input X1 mengaktifkan output Y dan
ditahan tetap aktif oleh input Y selama saklar X2 tidak diubah (tetap OFF).
77
P
OUTPUT L INPUT
C
benda/obyek
input: limit switch
Sebuah motor DC (M) mengerakkan konveyor, dimana konveyor menghatarkan benda kerja
pada suatu proses lanjutan didalam area kerja. Sebuah saklar pembatas (limit switch) yang
terpasang pada konveyor akan mendeteksi bahwa benda kerja telah tiba pada posisi yang
tepat. Ketika terjadi pendeteksian, konveyor akan berhenti bergerak sehingga benda kerja
dapat diproses lebih lanjut (misalnya diambil oleh robot untuk diproses).
Saklar pembatas disini sebagai alat masukan pada PLC, dimana saklar tersebut
dihubungkan pada terminal 01 (bernomor urut) modul input. Kedatangan bencla keda akan
membuka saklar sehingga terdapat pernyataan: jika ada sinyal memasuki terminal 01, lalu
bangkitkan terminal output 01. Terminal output ini dihubungkan dengan motor penggerak
konveyor. Selama saklar pembatas tertutup, motor penggerak konveyor tetap berputar sampai
ada kedatangan benda kerja yang dideteksi oleh saklar. Pada saat benda kerja terdeteksi,
kondisi membangkitkan motor penggerak tidak berlangsung lama, kondisi ini disebut
de-energised. Didalam teknik digital hal ini dijelaskan sebagai berikut:
- jika konveyor berhenti berarti kondisi benar, sinyal bernilai I
- jika konveyor berjalan berarti kondisi salah, sinyal bernilai 0
analog: - saklar pembatas terbuka sehingga motor berhenti
input = 0 maka output= I
- saklar pembatas tertutup sehingga motor bergerak
input= 1 maka output= 0
Prosesor pada PLC harus diisi program kontrol atau statemen berbentuk diagram tangga (ladder
diagram), pada contoh diatas dimana kita menghendaki kondisi saklar terbuka sehingga motor
penggerak konveyor berhenti. Suatu PLC merupakan instruksi tipe relay yang dikenal dengan
bahasa logika biner 1 dan 0 atau ON dan OFF. Setiap PLC mempunyai diagram tangga yang
78
berbeda-beda tergantung pada arsiteknya. Diagram tangga pada Gambar 6.2 ditunjukan pada
Gambar 6.3.
LS M
Gambar 6.4 menunjukkan contoh aplikasi lain dari PLC buatan Keyence dari Jepang (2000)
yakni mengendalikan posisi putaran, kecepatan dan sinkronisasi gerakan motor listrik pada
suatu mekanisme.
Gambar 6.4 Contoh aplikasi PLC merk Keyence (Keyence KV Series Cataloque, 2000)
79
Gambar 6.5 Diagram Kontrol Komputer
Salah satu contoh bagaimana komputer dapat mengendalikan gerakan mesin perkakas adalah
yang ditunjukkan pada Gambar 6.6 adalah sebagai berikut.
Gambar 6.6 Pengendalian gerakan dan posisi meja pada mesin perkakas NC
80
Gerakan motor DC yang dihubungkan dengan aktuator tersusun dari , kopling, poros ulir dan
meja yang menghasilkan gerakan rotasi menjadi linier. Aktifitas ini didukung oleh komponen
sensor posisi dan rangkaian amplifier. Untuk dapat berkomunikasi antara komputer dan motor
listrik (beserta komponen dasar otomatisasi) maka perlu alat pengantarmukaan/interfacing
seperti DAC (digital to analog converter) sehingga data analog dirubah ke digital dan
sebaliknya. Selain perangkat keras juga diperlukan perangkat lunak/software dan operating
system/OS yang saling mendukung/kompatibel.
Selain untuk mengendalikan mesin-mesin perkakas, komputer juga diaplikasikan untuk
mengendalikan gerakan robot-robot di bidang industri. Tentang robotika akan dibahas pada
sub-bab selanjutnya.
Sinyal analog: 4-
Sistem Mekanis: 12 mA, 0-12V Sinyal digital: Alat Kontrol:
-kecepatan 12 bit -PLC
-posisi Transduser/S ADC/ -Komputer
-torsi ensor DAC -Mikrokontroller
-gaya
-tekanan
-temperatut
Input analog
Output analog
Gambar 6.7 Diagram Masukan Analog dan Keluaran Analog (ADC/DAC) pada PLC
81
Pengantarmukaan pada sistem komputer menerapkan rangkaian IC TTL (transistor-
transistor logic) atau CMOS dan rangkaian PPI (programmable peripheral interface) dengan IC
8255 dengan peralatan luar, sedangkan rangkaian ADC/DAC biasanya dikombinasi dengan
rangkaian Op-Amp (penguat operasional).
Keuntungan PLC:
1. Flexibel:setiap saat dapat mengubah desain sistern logika dan penambahan input dan
output sesuai dengan aplikasi
2. Handal dan perawatan yang mudah: merupakan alat yang solid dan tidak ada bagian
/komponen yang bergerak yang menyebabkan kerusakan. Mampu bekerja cepat dan
berulang-ulang.
3. Kemampuan mengumpulkan data: dapat memonitor variabel proses setiap saat dan secara
otornatis menstabulasikan data dari proses yang berlangsung
4. Pemilihan jenis input dan output: sesuai dengan fleksibilitasnya, mampu dihubungkan
dengan alat input dan output jenis apapun yang berhubungan dengan proses secara
mudah
5. Murah: dengan berbagai kompleksitas dari sistem manufacturing yang semakin tinggi saat
ini, maka PLC mendominasi dengan sistern logika yang komplek, energi listrik yang rendah,
hemat ruang dan tempat sehingga secara ekonorni dapat mengatasi kompleksitas tersebut
dengan biaya yang rendah.
Kekurangan yang tampak dari penggunaan PLC (dan Komputer) adalah: diperlukan
programmer yang ahli dalam memahami sistem karena semakin banyak input dan output pada
proses atau sistem yang diotomatisasikan maka semakin rumit pula pemrograman yang
dilakukan, hal ini dapat menyebabkan suatu 'error'. Dari beberapa perancang atau pembuat PLC
yang banyak dijumpai adalah Siemens, Allen-Bradley, General Electric, NatInst, dan Toshiba
dan lain-lain.
82
BAB 7. PENGENALAN KOMPONEN PNEUMATIS DAN HIDROLIS
Tujuan pembelajaran:
83
Fungsi komponen dan kemampuan pada masing-masing sistem:
Sistem Hidrolis Sistem Pneumatis
1. Pompa: mengalirkan fluida inkompresibel 1.Kompresor: menyampaikan fluida kompresibel
menuju sistem keseluruhan ke sistem keseluruhan
2.Tangki: menampung fluida dari/ke sistem 2. Receiver: menampung fluida yang
dimampatkan untuk disampaikan ke sistem
3. Motor: memutar sudu/torak pompa untuk 3.Motor: memutar sudu/torak kompressor untuk
mengalirkan fluida inkompresibel mengalirkan fluida
4.Katup hidrolis: mengatur distribusi fluida tak- 4. Katup pneumatis: mengatur distriibusi fluida
mampu mampat ke aktuator silinder mampat ke aktuator silinder
5. Kemampuan dan aplikasi daya tinggi 5. Kampuan dan aplikasi daya rendah
84
Gambar 7.2 Katup Solenoid Poppet
Berbagai macam konfigurasi katup solenoid yang tersedia di pasaran seperti konfigurasi
2/2, 3/2, 4/2, 5/2, 4/3 dan 5/3 (lihat Gambar 7.3) dimana konfigurasi tersebut
menginformasikan jurnlah lubang (port) untuk aliran fluida dan jumlah posisi dari katup.
Simbol komponen pneumatik dan hidrolik adalah mirip tetapi untuk hidrolik sernua anak
panah berwarna hitarn (perhatikan gambar 7.3: 3/2,5/2, 5/3), sedangkan pneumatik anak
panah berwarna putih. Gambar 7.4 memperlihatkan cara kerja katup solenoid konfigurasi
5/2 diaplikasikan pada silinder pneumatik.
katup 5/2
85
gerakan ram dari A ke B
Pada Gambar 7.4a terlihat silinder pneumatis jenis double acting (aksi ganda)
dihubungkan dengan katup solenoid yang mengatur aliran udara masuk dan keluar
silinder. Gambar a menunjukan piston mengalami retract (memendek) dimana ujung
piston pada titik A dan pada gambar b piston memanjang (extend) dengan ujungnya
mencapai titik B, perhatikan posisi katup 5/2 yang digunakan diatas.
Contoh yang lebih komplek dalarn sistem mekatronik adalah pengaturan aktuator
hidrolik dengan pengendalian automatis seperti Gambar 7.5. Sistem ini menerapkan
teknik pengaturan tertutup (closed-loop system).
86
Gambar 7. 5 Aplikasi sistem mekatronika pada aktuator hidrolik
Tombol Tekan
Tuas
Pedal
Pegas
87
Rol
Katup 4/2-way
88
Katup 4/3-way posisi tengah menutup
Katup 5/2-way
89
BAB 8. APLIKASI PERKEMBANGAN MEKATRONIKA DI
INDUSTRI
Tujuan pembelajaran:
Klasifikasi robot industri berdasrkan ISO 8373 terbagi dalam empat kelompok yakni:
Cartesian (Gantry) robots
Robots whose arms have three prismatic joints, whose axes are coincident with a
Cartesian coordinate system
SCARA robots
Robot which has two parallel rotary joints to provide compliance in a selected
plane.Note: SCARA derives from Selectively Complient Arm for Robotic Asssembly.
Articulated robots
Robots whose arms (primary axes) have three concurrent prismatic joints
Parallel robots
Robots whose arms (primary axes) have three concurrent prismatic joints
90
Gambar 8.1 menunjukkan klasifikasi robot ISO 8373. Sedangkan pengelompokkan
robot industri berdasarkan jenis dan cara pengendaliannya terbagi dalam 4 kelompok
kontrol robot yakni:
1. Sequence-controlled robot
A robot having a system of control in which a state of machine movements occurs in
adesired order, the completion of one movement initiating the next.
2. Trajectory operated robot
A robot, which performs a controlled procedure whereby three or more controlled axis
motions operate in accordance with instructions that specify the required timebased
trajectory to the next required pose (normally achieved through interpolation).
3. Adaptive robot
A robot having sensory control, adaptive control, or learning-control functions.
4. Teleoperated robot
A robot that can be remotely operated by a human operator. Its function extends the
human’s sensory-motor functions to remote locations and the response of the machine
to the actions of the operator is programmable.
91
Lanjutan Gambar 8.1 Klasifikasi robot industri ISO 8373
92
(e)
Masing-masing konfigurasi robot pada gambar diatas merupakan acuan dalam hal
merancang dan membangun sebuah robot untuk aplikasinya agar tercapai suatu fungsi
yang diinginkan. Dari konfigurasi diatas dapat diindentifikasi gerakan masing-masing
anggota lengan atau manipulator yaitu ada tiga gerakan dasar:
1. gerakan Rotasi (tipe R): diidentifikasi sebagai gerakan lengan dimana arah putarnya
tegaklurus dengan sumbu putar.
2. gerakan Linier (tipe Q: gerakan lengan robot dimana mempunyai gerakan translasi
bolak-balik baik dengan arah gerakan vertikal atau horisontal.
93
3. gerakan Twisting (tipe T): gerakan lengan robot yang berputar dimana arah putar
lengan sejajar dengan sumbu putar.
1. RR 2. LL
3. TT
Sebuah robot dikatakan mempunyai fungsi jika pada anggota lengan yang terakhir
dipasang ‘tangan' atau gripper sebagai end effector. Tangan disini adalah suatu tool atau
alat biasanya berbentuk gripper atau jari-jari dan pencekam, fungsi dari tangan pada
robot selain untuk mengangkat dan memindahkan barang atau benda keda tetapi juga
berfungsi untuk menghantarkan berbagai macam tool seperti nosel las, nosel cat semprot,
mata bor, gerinda dan sebagainya yang difungsikan pada suatu proses produksi di bidang
industri manufaktur.
Contoh spesifikasi dan konfigurasi robot dapat dilihat di Lampiran 3.
94
Gambar 8.4 Contoh konfigurasi tangan robot (end effector)
Jadi sebuah anatomi lengkap dari robot aplikasi industri jika tersusun dari
base/dasar yang berfungi sebagai pondasi dimana robot diletakan, mekanisme lengan
yang menghantarkan tool/end effector melakukan fungsi gerakkan dan mekanisme end
effector sebagai tool/gripper yang berfungsi melakukan kerja akhir.
Rangkaian Lengan
Base
95
Rakitan End Effector/Gripper
96
a. sensor posisi: sensor ini digunakan untuk memonitor posisi lengan-lengan
robot dimana sensor ini mengumpanbalikkan informasi ke sistern
pengontrolan yang akan diolah untuk mendapatkan ketepatan atau akurasi
dari gerakan-gerakan lengan yang akan menghantar tool pada posisi yang
benar. Jenis sensor ini adalah resolver, encoder dan potensiometer.
97
2. Penggerak Utama (Drive)
Penggerak utama ini mensuplai power (daya) yang mampu menggerakkan robot.
Performansi suatu robot ditentukan oleh sistern penggerak utama ini.
a. penggerak hidrolis: penggerak ini memberikan gerakan robot dengan
kecepatan dan kekuatan yang sangat besar. Robot dengan penggerak hidrolik ini
dapat didesain gerakan anggota lengannya secara linier dan rotasi. Pemilihan
robot sistern hidrolik diaplikasikan pada industri-industri besar yang membutuhkan
kecepatan dan kekuatan lengan robot dalarn operasinya. Ada beberapa
kelemahan dari penggerak ini yaitu adanya kebocoran-kebocoran pada instalasi
hidrolik dan juga memerlukan ruang yang besar dalam penempatan robot.
98
Gambar 8.8 Sistem Penggerak Mekanis
Komponen mekanis sebagai fungsi konversi gerakan rotasi-linier dan sebaliknya dari
mekanisme sebuah robot pada umumnya yang terpasang adalah rangkaian roda gigi,
rangkaian sabuk-puli dan rangkaian poros-ulir seperti pada Gambar 8.9.
99
Komponen-komponen mekanis melibatkan elemen mesin menjadi aktuator bagi robot
industri dan berperan dalam menghasilkan desain mekanisme untuk sistem automasi.
Gambar 8.10 menunjukkan contoh penggunaan komponen-komponen mekanis tersebut
dalam rancang bangun end effector robot. Komponen yang dipilih adalah rangkaian roda
gigi, pegas, sabuk-puli, saklar pembatas (tension switch) dan mekanisme batang
terhubung (linkage mechanism).
100
3. Aktuator
Aktuator merupakan penggerak juga tetapi lebih ditekankan pada transmisi daya
dimana aktuator yang dipakai tergantung dari penggerak utamanya.
a. aktuator hidrolik/pneumatik: aktuator ini menstranmisikan daya melalui
rangkaian komponen hidrolik yang terdiri dad silinder dan piston dan katup-katup
pengendali aliran fluida.
b. aktuator elektrik: aktuator ini mentransmisikan daya melalui rangkaian roda gigi,
ulir dan pulley.
4. Komputer
Robot yang bekeria secara otomatis dikendalikan oleh komputer. Robot tersebut
diprogram untuk melakukan fungsi kerja sesuai dengan perintah yang diinputkan. Dalarn
penggunaan komputer, program yang diinputkan tujuannya untuk mengatur output
berupa ketepatan posisi dan kecepatan gerakan dari masing-masing anggota lengan robot
yang tidak lain adalah mengatur gerakan motor-motor (motor elektrik, hidrolik dan
pneumatik) sebagai penggerak utama.
Gambar 8.12 Contoh diagram dan desain pengaturan motor pada lengan robot kartesian
101
Komputer pada Gambar 8.12 adalah berfungsi sebagai analiser yakni robot yang dikontrol
mendapatkan perintah atau instruksi-instruksi dalam bentuk bahasa pemrograman
(sebagai contoh PASCAL, ARMBASIC, VALI-II dan Assembler) yang mengontrol gerakan
motor tiap anggota lengan robot dimana keluarannya berupa kecepatan dan posisi
masing-masing lengan tersebut. Sistem pengaturan tertutup ini membutuhkan elemen
feedback atau umpanbalik berupa sensor kecepatan dan sensor posisi yang akan
memberikan informasi secara umpanbalik kepada komputer sebagai pusat pengendali.
Telah kita kenal sebelumnya pada seksi terdahulu tentang mikroprosesor dan komputer
dimana terdapat peralatan input dan output (I/0 devices). Pada pengendalian robot juga
diperlukan interfacing peralatan input dan output yang dapat mengkoversikan
sinyal-sinyal digital ke analog dan sebaliknya. Pada analiser disini ditekankan tentang
adanya kemampuan memprogram suatu instruksi atau perintah kedalam komputer untuk
membuat gerakan robot secara otomatis.
102
Konfigurasi TRR: Spherikal
103
Pemadam kebakaran
Pembesahan penyakit kanker
Explorasi bawah laut
Eksplorasi luar angkasa
Mengingat kegunaan yang potensial dari suatu robot dalam melaksanakan pekerjaan
maka perlu mempertimbangkan tiga hal pokok dari aplikasi robot yaitu:
1. robot harus menggantikan manusia pada pekerjaan yang berbahaya;
2. robot harus menggantikan manusia pada pekerjaan dimana manusia tidak ingin
melakukannya;
3. robot harus menggantikan pekerjaan manusia dengan lebih secara ekonomis.
104
8.2 AGV (Automatically Guided Vehicle): Suatu contoh Mobile Robot
AGV adalah suatu kendaraan tanpa pengemudi yang digerakkan oleh sebuah
battery (sumber tegangan) dengan kemampuan terprogram untuk menuju tempat tujuan,
seleksi jalur dan posisi. Daya penggerak yang digunakan adalah 0,7 kW dari batery 200 -
400 Ah yang dapat diisi ulang (rechargable). AGV merupakan alat transportasi untuk
memindahkan barang dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain didalam lingkungan fasilitas
pabrik secara otomatis.
Trolley/Truck
AGV
105
perubahan kecepatan, perubahan arah gerak, indikator kendaraan dan
loading/unloading material.
4. Pengantarmukaan komputer (computer interface): berfungsi mengantarmukaan
(menghubungkan) dengan jaringan komputer database dan sub-sistem yang lain
seperti sistem penyimpan dan pengiriman barang/material, mesin CNC, robot dan
sistem manufakturing fleksibel (FMS).
106
Keunggulan AGV dibandingkan dengan handling equipment (pesawat angkat) yang lain
seperti konveyor adalah:
1. fleksibilitas: kemudahan perubahan jalur lintasan, mudah bergerak pada ruang/space
yang minim, perubahan penggunaan jumlah kendaraan dan mudah untuk diprogram
ulang pada sistem plant yang dimodifikasi.
2. Kehandalan yang lebih tinggi: kerusakan atau gangguan yang terjadi dapat diatasi
tanpa mengganggu operasi keseluruhan.
3. Kebebasan gerak: kendaraan bebas bergerak yang tanpa pengemudi secara fleksibel,
halus; dan lebih aman bagi lingkungan kerja sebab adanya sensor yang dipasang
pada jalur lintasannya.
AGV merupakan alat transport material yang berteknologi sangat maju sehingga dibalik
semua keunggulannya, AGV merupakan investasi modal yang tinggi.
107
BAB 9. PROBLEM SOLVING DESAIN MEKATRONIKA
HASIL INOVASI KARYA MAHASISWA TEKNIK MESIN
Tujuan pembelajaran:
Mesin pengecat genting otomatis sekaligus sistem pengering hasil cat ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri genting. Keuntungan yang ditawarkan
adalah mampu melakukan fungsinya untuk produksi massal dan meninimalkan biaya
tenaga kerja. Cara kerja utama adalah memadukan antara material handling, proses
pengecatan dan proses pengeringan hasil cat dalam waktu yang singkat. Pengendalian
dilakukan secara otomatis, mulai persiapan genting, proses gerakan sprayer dan
pengeringan di daerah oven. Hasil karya ini dikerjakan oleh mahasiswa Teknik Mesin S-1
ITN Malang secara berkelompok dengan pembagian sub-bahasan meliputi a). desain dan
konstruksi mesin, b). pemilihan komponen pengerak dan aktuator, c). desain alat kontrol
atau pengaturan seluruh fungsi kerja komponen dan d). perhitungan kekuatan konstruksi
serta e). analisis kualitas dan time study hasil pengecatan dari berbagai jenis dan merk
genteng yang ada di pasaran.
108
α Ο
β Π
Α
χ
ε
δ
Δ
Β
Gambar 9.1 hasil rancangan akhir mesin pengecat genteng otomatis. Selain pengendalian
proses pengecatan, juga dikendalikan proses pengeringan hasil cat menggunakan heater
sekaligus pengendalian material handling menggunakan wheel cart. Penerapan material
handling mobile pallet atau wheel cart mirip AGV juga dikendalikan terpadu menggunakan
bersifat otomatis dari gerak maju-mundur sesuai lintasan yang telah dirancang
Keterangan dibawah ini menjelaskan nomenklatur hasil desain, jenis komponen dasar
otomatisasi, pengendalian gerakan seluruh mekanisme dan waktu proses hingga genteng
kering.
109
1. Temperatur kontrol analog dan pengaturan sistem pengering hasil cat genteng
AC 220 thermocontrol
heater
volt contactor
+ - thermocouple
on/ off
Fan
- Model : Tipe U
- Diameter cincin : 3 cm
- Panjang : 110 cm
110
input output
Thermokontrol Kontaktor Heater
Thermokopel
111
Relay untuk motor
maju lambat
MOV P2# 01111111b
112
6. Sprayer end effector
20 cm Semprotan cat
113
Arah gerakan bolak-balik mekanisme sprayer/end
effector
114
Sensor
END Pin 1 (P1.0)
posision Pin 2 (P1.1)
Pin 4 (P1.3)
Sensor
TOP
posision
Mikro
kontroler
Senssor
middle
posision
Pin 17 (P1.7)
Sensor
Start
(3)
Spray bergerak maju dan
Motor wipper
mundur
penggerak mekanisme spray
(1)
Alat
Control (4)
Menarik tuas spray
Solenoid
y Mengisyaratkan spray
(5)
bergerak maju dan mundur
Sensor
y Mengisyaratkan motor
pembawa palet berhenti di
top posision
y Mengisyaratkan motor
pembawa palet berhenti di
end posision
Gambar 9.8. Diagram jenis dan fungsi komponen otomasi yang digunakan.
115
9.2 Perancangan Robot Lengan Tipe Gantry ( Sudarmadi K.E., Setiadharma,
IY., Gede Agus, A.N., Suyono., dkk, 2002)
Robot gantry adalah jenis robot yang memiliki konstruksi menggantung seperti
struktur kantilever dengan beban kerja di ujung terpusat. Pada rancangan robot gantry
ini, tiang penyangga merupakan salah satu komponen yang sangat vital karena dengan
tiang ini robot akan dapat mencapai objek benda kerja dengan tepat dan harus dapat
bergerak dengan baik. Tiang penyangga ini hanya mampu bergerak sepanjang rel bawah.
Adapun gerakan dikontrol berupa gerakan maju dan mundur terhadap posisi awalnya.
Kecepatan gerakan dari tiang penyangga untuk berpindah dari posisi awal ke posisi
berikutnya ditentukan oleh kecepatan putar poros motor stepper yang kemudian direduksi
atau diteruskan oleh sproket yang ditransmisikan oleh rantai. Gambar robot lengan tipe
gantri dengan end effector yang dirancang untuk proses pengecatan pigura secara
otomatis.
Pada proses pengecatan, robot gantry ini memiliki pengaturan antara kecepatan
angin dan laju cat yang masih cara manual. namun pengaturan kecepatan gerak dari
dudukan lengan yang digerakkan oleh motor stepper, sama dengan gerakan dari pada
tiang penyangga, dikontrol secara otomatis.
Keterangan Gambar :
1. Rel Atas 6. Batang Penghubung Tiang Penyangga
2. Rantai Atas 7. Rantai Bawah
3. Tiang Penyangga 8. Tatakan
4. Lengan 9. Motor stepper
116
5. Rel Bawah
1. Konstruksi Robot Lengan dan Gantry
(a)
(b) (c)
Gambar 9.10 Rangka robot gantry (a) lengan untuk end effector, (b) konstruksi gantry
dan (c) konstruksi pondasi robot.
117
Gambar 9.11 Silinder pneumatis double acting actuator
a. Diagram Alir Perubahan Energi Pada Transmisi Rantai Dan Sproket Untuk Tiang
Penyangga (Rel Bawah)
Tiang Penyangga
(maju-mundur)
b. Diagram Alir Perubahan Energi Pada Transmisi Rantai Dan Sproket Untuk Rel
Atas
Rel atas
(kiri-kanan)
118
c. Skematik Diagram Sistem Kontrol Digital Robot Gantry Pengecatan
PORT B Penggerak
CPU PPI
8255 Katup Katup Silinder
Solenoid Solenoid Pneumatik
Penyeleksi Saklar
Saklar Mikro
PORT C
Mikro
KOMPUTER
MIKRO
SPRAYER
Secara keseluruhan rangkaian robot Gantry pengecatan dapat dilihat pada gambar
blok diagram diatas. Apabila komputer mengeluarkan data melalui interface (PPI 8255)
ke:
1. Rangkaian penggerak motor untuk menggerakkan satu pasang motor stepper
untuk tiang penyangga untuk gerakan maju-mundur.
2. Rangkaian penggerak motor untuk menggerakkan satu pasang motor stepper
untuk rel atas (gerakan ke kiri dan ke kanan).
119
3. Katup solenoid untuk menggerakkan pneumatik sehingga lengan robot dapat
melakukan gerakan rotasi.
4. Ada 10 buah saklar mikro yang digunakan untuk membatasi gerakan robot yaitu:
a. Satu pasang untuk membatasi gerakan rel atas (kiri-kanan).
b. Satu pasang untuk membatasi gerakan rel bawah (maju-mundur).
c. Satu pasang untuk membatasi gerakan silinder pneumatik I (pangkal).
d. Satu pasang untuk membatasi gerakan silinder pneumatik II (tengah).
e. Satu pasang untuk membatasi gerakan silinder pneumatik III (ujung).
5. Rangkaian penyeleksi saklar mikro yang dihubungkan ke PPI 8255 sehingga dapat
mengetahui posisi dari robot yang kita gerakkan.
120
9.3 Robot Mobile Pemotong Rumput (Widisila, IK., Ery, IWK., Tomy, RS., Mustika,
G., Artono, IW, 2002)
121
2. Komponen utama dari sistem penggerak roda
1. Poros
2. Bantalan (bearing)
3. Arm Roda (lengan Roda)
4. Roda
5. Rantai (chain)
6. Roda gigi (worm Gear)
7. Motor Wiper
3. Sistem Mekanis
A. Transmisi Roda Gigi.
Transmisi roda gigi yang dipakai pada mesin pemotong rumput
adalah merupakan bagian dari transmisi roda gigi motor wiper yang
digunakan sebagai penggerak roda dan kemudi. Jenis roda gigi yang
digunakan adalah roda gigi cacing. Hal ini dilakukan agar pada saat
bekerjanya sistem kemudi, tidak terjadi putaran yang berbalik karena
telah ditahan/dihentikan oleh ulir cacing, sehingga pada saat gerakan
roda maju-mundur dan belok tidak terjadi macet akibat posisi roda yang
tidak sesuai. Selain itu penggunaan motor wiper pada sistem mekanis
gerak roda dan kemudi sangat menguntungkan pada sistem gerak mesin
pemotong rumput penggerak 4-roda dimana daya yang dihasilkan pada
motor wiper cukup besar.
122
Ciri yang sangat menonjol pada roda gigi cacing adalah kerjanya yang
halus dan tidak berisik, serta memungkinkan perbandingan transmisi yang
besar. Roda gigi yang digunakan pada motor wiper adalah roda gigi yang
memiliki diameter 55 mm untuk roda cacing dan diameter 8 mm untuk
ulir cacing. Sedangkan jumlah giginya 55 untuk roda cacing dan 8 pada
ulir cacing.
B. Transmisi Rantai
Transmisi rantai ini digunakan pada roda mesin pemotong rumput
penggerak 4-roda, yang fungsinya meneruskan putaran motor wiper
sehingga roda dapat bergerak. Ada beberapa alasan mengapa rantai
dipergunakan pada mesin pemotong rumput penggerak 4-roda yaitu :
• Keausan yang kecil pada bantalan;
• Mampu meneruskan daya yang besar karena kekuatannya yang besar;
• Mampu meneruskan daya tanpa adanya slip, sehingga menjamin
perbandingan putaran yang tetap;
• Mudah memasangnya;
• Tidak memerlukan tegangan awal.
4. Konfigurasi Pisau Pemotong Rumput Penggerak Empat Roda
Sesuai dengan aplikasi yang diambil yaitu mesin pemotong rumput maka dipilih
beberapa peralatan yang digunakan motor AC untuk memutar pisau potong rumput.
Motor pengerak (Motor AC 220 volt) yang digunakan adalah motor Ac yang tersedia di
pasaran, yaitu motor Ac yang biasa digunakan pada mesin jahit.
Gambar 9.15 Sistem mekanis penggerak mekanis roda dan pisau potong.
123
Untuk bahan pisau potong rumput dipilih khusus dari bahan baja pisau gergaji
kayu, dasar pemilihan bahan ini adalah karena baja tersebut memiliki daya lentur yang
tinggi dan memiliki nilai ketajaman yang bagus. Bahan dibentuk sedemikian rupa dan
diasah menggunakan gerinda. Gambar 9.16 adalah pisau potong dan gambar motor
penggeraknya.
Gambar 9.17 menunjukkan rute lintasan dan gerakan robot mobile ini dikendalikan
dengan remote control yang memiliki daya jangkauan gelombang radio dengan radius
300 m.
124
Gambar 9.17 Pengendalian gerakan dan lintasan robot mobile
125
9.4 Mesin Las Listrik Tipe Mobile Otomatis (Puspito, H.J dan Santoso, A.B., 2003)
126
y
ARAH
ELEKTRODA
BENDA KERJA
MESIN LAS
ELEKTRODA
PENCEKAM
9.5 Perancangan Unit Sel Pengelasan Potong dan Konveyor (Santoso, E., Oka,
J.A.D., Ling, N.T., Roland., 2002)
127
(b) Robot lengan las potong
Gambar 9.22 Simulasi kerja unit sel las potong dan gerak konveyot
Pengendalian gerakan robot lengan dengan metode slider yakni komponen poros
berulir yang berputar. Putaran poros ulir menggerakan mekanisme robot lengan ke kanan
dan ke kiri sesuai program gerakan yang dirancang. Gambar 9.23 menunjukkan
mekanisme penggerak robot lengan pengelasan dengan poros ulir yang dikendalikan
otomatis closed loop dilengkapi komponen saklar pembatas mikro (micro limit switch).
128
(a) Kontrol gerakan ulir open loop (b) Kontrol gerakan poros ulir closed loop
Gambar 9.23 Kontrol otomatis gerakan poros ulir
9.6 Perancangan Lift Pemindah Barang untuk Dua Lantai (Fajar, 2002)
Hasil perancangan lift barang ini khusus untuk kemampuan angkat beban
maksimum 200 kg dan kemampuan tinggi angkat untuk dua lantai yakni sebesar 17
meter. Mekanisme yang dipilih adalah sistem pengangkat sabuk puli yang digerakan oleh
motor listrik AC dan dilengkapi sensor dan saklar pengaman serta pendeteksi besar beban
maksimal. Pengendalian gerakan lift terprogram dengan komputer dan menerapkan
sistem pengendalian ON/OFF dengan mendeteksi ada atau tidak adanya barang dan input
pemilihan tingkat lantai (lantai 1 atau 2) ditentukan oleh operator di depan komputer
kontrol.
129
(c) Posisi barang di lantai dasar (d) Konstruksi dan sistem mekanis lift
Gambar 9.24 Pengaturan gerakan dan konstruksi lift barang dua lantai
9.7 Perancangan Mesin Snai Tiga Axis Otomatis (Prasetya, H, Utomo, B., Adi
Dharma, A., 2003)
Perancangan mesin snai otomatis ini menganalisis tentang perakitan dan
pembuatan komponen-komponen dari mesin snai otomatis 3-axis yang dikelompokan
data kebutuhan komponen seperti pada Tabel 9.1.
Tabel 9.1 Daftar kebutuhan komponen untuk perakitan mesin snai 3 axis
130
1. Perancangan Gerakan 3- Axis Otomatis
Mesin snai ini resusun dari tiga bagian utama dan memiliki arah gerakan yang berbeda
dan bagian utamanya disebut sebagai linier.
a. Linier I :Komponen linier I terdiri dari beberapa komponen diantaranya motor
servo, poros ulir penggerak, roda gigi. Gerakan yang dilakukan oleh linier 1 adalah
gerakan naik dan turun.
b. Linier II :Komponen pada linier II adalah satu motor servo, satu poros ulir
penggerak. Poros dari motor servo akan memutar poros ulir penggerak, sehingga
linier II dapat bergerak ke kiri dan ke kanan.
c. Linier III :Komponen pada linier III terdiri dari satu motor servo, satu poros ulir
penggerak. Prinsip kerja dari linier III sama dengan linier II tetapi arah gerakannya
yang berbeda yaitu maju dan mundur.
131
Gambar 9.25 Bagian utama mesin snai 3 Axis otomatis
2. Kontrol Gerakan
Mesin jenis ini mempunyai tiga gerakan sumbu kerja yang dilakukan mesin pada
saat beroperasi, atau sistem derajat kebebasan yang memiliki tiga buah sumbu koordinat
sebagai sumbu gerakannya. Ketiga buah sumbu gerak tersebut adalah biasanya untuk
sumbu gerak dari meja dan perkakas potongnya. Tetapi mejanya memiliki dua buah
sumbu gerak yang saling menyiku yang bergerak secara horizontal yaitu biasanya didapat
tiga sumbu gerak ( x – x ), ( y – y ) dan ( z – z ).
1 2 1 2 1 2
132
Daftar Pustaka
Billingsley, J., 2006., Essentials of Mechatronics , pen. John wiley and Sons, New
Jersey.
Dwijaya, I.N., Eliadnyana, I.P., Mujib, A., Triwidodo, E., Susanto, A., (2003),
Perancangan Mesin Pengecat Genteng Otomatis, Laporan Skripsi Kelompok,
Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI, ITN Malang.
Fajar., M, (2002), Perancangan Lift Pemindah Barang untuk Dua Lantai, Laporan
Skripsi , Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI, ITN Malang.
Prasetya, H, Utomo, B., Adi Dharma, A., (2003), Perancangan Mesin Snai Tiga Axis
Otomatis, Laporan Skripsi , Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI, ITN Malang.
Puspito, H.J dan Santoso, A.B., (2003), Mesin Las Listrik Tipe Mobile Otomatis,
Laporan Skripsi Kelompok, Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI, ITN Malang.
Santoso, E., Oka, J.A.D., Ling, N.T., Roland., (2002), Perancangan Unit Sel
Pengelasan Potong dan Konveyor, Laporan Skripsi Kelompok, Jurusan Teknik
Mesin S-1, FTI, ITN Malang.
Widisila, IK., Ery, IWK., Tomy, RS., Mustika, G., Artono, IW, (2002), Robot Mobile
Pemotong Rumput, Laporan Skripsi Kelompok, Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI,
ITN Malang.
133
Lampiran 1. Kondisi Industri Non-Otomatisasi dan Full-Otomatisasi
(a) NON-AUTOMATION
134
Lampiran 2. Gambaran Karikatur Penyampaian Kode Biner di dalam
Sistem Komputer
135
Lampiran 3. Contoh Spesifikasi Robot Industri (Katalog Produk Fanuc,
1995)
136
137
138
Lampiran 4. Soal-Soal Latihan
(A + B + C).(B + C )= Y
7.
8. Saklar merupakan komponen dasar otomatisasi, gambarkan konfigurasi
saklar dan berikan masing-masing contoh terapannya.
9. Jelaskan prinsip kerja sensor non-kontak dan berikan contoh
penggunaanya di industri (cantumkan gambar/sketsa)
10. Jelaskan diagram pengendalian motor listrik berikut ini. Berikan sebuah
contoh aplikasinya
11.
139
12. Transduser merupakan salah satu komponen dasar otomatisasi, jelaskan
cara kerja transduser dibawah ini (lengkapi diagram blok input-outputnya)
a. optical enkoder
b. strain gages
c. potensiometer
13. Termokopel tembaga terkalibrasi 0 0C hingga 450 0C pada suatu oven
pemanas dengan tegangan listrik maksimum tercatat di ruang kontrol
sebesar 20,5 mV.
20,5
mV
oven,450 C
ruang
17. Ada dua jenis teknik atau cara pengendalian, jelaskan masing-masing
teknik pengendalian suatu proses beserta contohnya secara diagram blok
18. Motor listrik merupakan salah satu jenis motor penggerak yang aplikasinya
sangat luas, jelaskan tentang:
a. Model Beban dari motor (tinjauan mekanis)
b. Diagram blok kontrol otomatik motor listrik
140
19. Perhatikan gambar berikut ini.
20. Jelaskan perbedaan sistem hidrolis dan pneumatis berikut ini. Berikan
contoh aplikasi mekatronika di industri dari masing-masing sistem tersebut
21. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Programmable Logic Controller (PLC)
dan fungsinya di industri serta sebutkan komponen-komponen hardware
input-output yang menyusun sebuah PLC.
22. Perhatikan gambar berikut ini. Sebuah sistem konveyor membawa barang
dan dilengkapi sebuah sensor yang mengaktifkan dan non-aktifkan
konveyor jika sensor mendeteksi ada dan tidak adanya barang yang lewat.
Buatkan instruksi diagram tangga untuk kontrol PLC sistem konveyor
tersebut.
141
23. Perhatikan gambar mekanisme berikut ini. Jelaskan sistem kerja dan
fungsi masing-masing komponen utama otomatisasi pada gambar tersebut.
142
Indek
A K S
AC 27,29,30,31,33,110,123 Kode 23,48,61,73,74,136 Saklar (switch) 7,8,12,13,14,15,22,
27,33,38,39,51,52,53,61,75,76,77,78,
ADC(/DAC) 24,55,56,57,58,75,81,82 Komponen 3,4,5,6,11,12,22,24,25,27, 96,97,100,119,120,128,129
55,56,57,58,59,65,66,75,81,82,83,84,85,
AGV 3,32,90,105,106,107,109 87,90,96,97,99,100,101,105,108,109, Semikonduktor 59
110,115,116,117,122,126,128,130,131,
Analog 10,22,23,47,50,51,52,53,54, Sensor 1,6,10,12,14,15,16,17
55,56,58,59,62,72,81,87,102,110,114 Komputer 1,2,3,8,9,22,24,29,47, 22,23,30,56,57,62,75,76,81
49,50,55,56,59,66,67, 91,96,97,101,102,105,107,
Arus (-listrik) 7,10,13,19,23, 73,75,79,80,81,82,101,102 115,129,133
27,28,29,30,33,34,35,36,37,38,40,41, 105,106,119,120,129,135
45,59,64,65,84 Servo 1,29,30,31,33,38,39,40,98,131
Kontrol 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,22,
24,29,30,22,33,39,56,62,68,70,74,
75,78,79,80,87,91,95,97,102,102, Simulasi 3,115,129
B 105,108,110,112,115,116,119,
120,129,132 Sinyal 6,9,12,14,16,17,22,23,24,30,
Baterai 34,35,47,140 39,40,50,52,56,58,60,62,65,66,73,75,
Konversi 16,17,19,30,31,33,44,47,48, 78,81,87,102
Biner 47,48,49,50,52,53,55,57,58, 49,50,56,58,75,81,87,99,
61,66,67,74,78,81,135 Sistem 1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,14,
22,24,25,26,29,30,31,33,39,42,
L 44,46,47,48,49,55,56,57,58,59,62,67,
68,71,73,74,75,79,84,86,87,90,96,98,
Linier 5,12,18,19,23,25,26,27,44,81,84, 99,100,105,106,108,110,112,114,118,
C 93,98,99,100,126,127,131 119,122,123,129,130,132,135
D M T
Data 5,50,55,58,59,60,61,66,67,68, Manual 1,7,11,12,13,14,38,39,87,116, Tegangan 7,10,17,26,27,29,31,33,
69,70,71,72,73,74,81,82,119 120 34,35,36,37,38,40,56,58,61,62,63,64,
65,69,75,105,123
Database 68,106 Magnet 19,26,28,29,31,33,35,36,41,84,
105 Teknik,
Daya 10,27,33,39,42,45,69,71,84,98, 1,2,3,4,6,7,12,48,51,56,63,76,
101,122,123,124, Mekanis 12,14,24,25,30,31,42,45,46, 79,82,87,109,134
75,81,98,99,100,111,122,123,126,130
DC 27,28,29,30,31,32,33,34,35,36, Termokopel 7,8,20,21,23,24,65,111
37,38,39,40,43,44,61,64,75,78,81,98, Mekatronika 1,2,3,4,5,83, 84,87,90
111,112,126 108, 121 Transduser 6,12,16,17,18,
19,20,21,22,56,57,62,81
Dekoder 23,67 Memori 49,50,66,67,69,71,72,73,74 115
139
Elektronika 2,3,5,12,59,65,75, 84
N
Elemen 6,7,8,9,10,12,17,40,46,59,
100,101,102 Negatif 19,34,35,36,38,61,62,64
Enkoder 40,41 Normal (-ly) 13,28,59,70,77,78,89,92
End (effector) 94,95,96,100,112,
113,114,115,116,117
O
Energi (-sed)
16,17,24,25,28,29,30,31,43,44, Op-amp 24,25,58,59,62,63,64,65,66,82
68,78,82,84,118
Open (-loop) 5,27,29,76,129
Error 6,7,9,39,82
Optik 16,106
Otomatis 1,3,7,11,12,14,75,
81,84,90,101,102,105,108,109, 114,
126,128, 131, 132,133 134
Otomotif 2
F P
Feedback 6,7,10,29,62,97,102 PLC 22,59,71,75,76,77,78,81,82,87,133
G Poros 9,11,29,31,32,35,41,43,44,46,
82,100,117,123,127,129,130,132
Gain 12, 23,60,62,94
Positif 34,35,36,38,61,62
Gerbang (logika) 47,50,52,53,54,
Proses 2,5,6,7,8,9,12,22,24,27,50,
55,60,61,66,67
57,58,62,66,67,68,71,72,73,77,78,81,82,
94,100,103,104,108,109,112,116
H R
Hidrolis 12,14,25,26,83,84,85,98 Relay 25,27,30,51,52,62,76,77,78,112
Remote 92,125
I Robot 1,3,10,14,29,32,33,711,75,81,87,
90,91,92,93,94,95,96,97,98,99,100,101,
IC (Integrated Circuits) 50,55,59, 102,104,105,106,108,116,119,120,121,
60,61,62,63,64,66,67,71,72,75,82 124,125,128,133
140