Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................................i
Daftar Gambar...................................................................................................................ii
Daftar Tabel......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Pembatasan Masalah..........................................................................................2
1.4. Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.5. Metode Penulisan...............................................................................................2
1.6. Sistematika Penulisan.........................................................................................3
BAB II TEORI DASAR....................................................................................................4
2.1. Tinjauan Umum..................................................................................................4
2.1.1. Pengertian Antropometri............................................................................4
2.1.2. Tinggi badan (TB)......................................................................................5
2.1.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)........................................................................5
2.3 Tinjauan Alat......................................................................................................6
2.3.1. Pengukur Tinggi Badan Ultrasonic.............................................................6
2.3.2. Mikrokontroller Arduino Uno....................................................................8
2.3.3. Display.......................................................................................................9
2.3.4. Sensor Ultrasonic......................................................................................11
2.3.5. Baterai Li-Ion...........................................................................................13
2.3.6. Modul Charger.........................................................................................14
BAB III PERENCANAAN.............................................................................................15
3.1. Perencanaan Desain Alat..................................................................................15
3.2. Blok Diagram...................................................................................................15
3.3. Flow Chart........................................................................................................16
3.4. Cara Kerja........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 GEA wireless Body Height Meter HT 721.........................................7
Gambar 2. 2 Arduino uno........................................................................................8
Gambar 2. 3 Display..............................................................................................10
Gambar 2. 4 Sensor Ultrasonic..............................................................................11
Gambar 2. 5 Cara kerja sensor ultrasonic..............................................................12
Gambar 2. 6 Baterai Li-Ion....................................................................................13
Gambar 2. 7 Modul Charger..................................................................................14
Gambar 3. 1 Desain Alat........................................................................................15
Gambar 3. 2 Blok Diagram....................................................................................15
Gambar 3. 3 Flow Chart.........................................................................................16

2
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Batas Ambang IMT Indonesia (Departemen Kesehatan RI 2003).........6
Tabel 2. 2 Spesifikasi alat GEA wireless Body Height Meter HT 721...................7
Tabel 2. 3 Spesifikasi alat Mikrokontroller Arduino Uno.......................................9
Tabel 2. 4 Speksifikasi LCD 20x4 I2C..................................................................10
Tabel 2. 5 Fungsi Pin Modul Sensor Ultrasonik....................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi elektronika berkembang pesat sehingga


merambat ke bidang elektronika medis. Maka telah banyak diciptakan alat-
alat bantu elektronika dalam dunia medis sehingga mempermudah dan
mempercepat pekerjaan tenaga medis dalam melayani pasien. Salah satu
yang sering digunakan dalam pemeriksaan identitas pasien adalah alat ukur
tinggi badan selain berat badan.

Alat mengukur tinggi badan merupakan salah satu cara untuk menilai
status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. indikator
status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein
yang dikenal dengan Kekurangan Energi Protein. Antropometri dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.

Tinggi badan merupakan salah satu dari tampilan fisik yang menjadi
ciri dari setiap manusia. Pada saat akan mendaftar pada suatu institusi atau
membuat data diri yang bersifat khusus seperti dalam rekam medis atau data
diri pasien juga sangat diperlukan bagi rumah sakit atau puskesmas.

Di berbagai tempat kita jumpai alat ukur tinggi badan masih


mengunakan sistem analog yang hasilnya mengandalkan pengamatan dan
estimasi user petugas kesehatan. Pada masa pandemi covid-19 perlu
melaksanakan protokol jaga jarak untuk menghindari penyebaran dan
penularah virus. Penggunaan alat dengan sistem otomatis digital menjadi hal
sangat penting karena pasien bisa melakukan pengukuran sendiri cukup
berjalan ketempat yang sudah disiapkan alat ukurnya maka alat akan bekerja
dengan sendirinya dan nilai hasil pengukurannya langsung tertampil di
display LCD yang bisa dibaca dari jarak jauh oleh petugas kesehatan.

4
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membuat karya tulis
ilmiah dengan judul: “Alat Pengukur Tinggi Badan Digital”

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang alat ukur tinggi badan menggunakan digital


dengan tampilan hasil pada LCD yang menunjukkan tinggi badan pasien?.

1.3. Pembatasan Masalah

1. Hasil pembacaan pengukuran akan ditampilkan pada LCD.


2. Bagaimana perinsip kerja sensor HCSR-04 sebagai pengukur jarak.

1.4. Tujuan Penulisan

Tujuan dari karya tulis sebagai syarat untuk memenuhi Tugas Akhir di
Akademik Teknik Elektromedik “ANDAKARA” sebagai syarat diraih gelar
Diploma III teknik elektromedik dan juga penulis ingin mengaplikasikan
ilmu yang sudah didapat dengan membuat sebuah modul alat pengukur tinggi
badan berbasis arduino uno.

1.5. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode yang


digunakan sabagai berikut :
1. Studi Literatur
Dilaksanakan dengan mencari dan mempelajari buku-buku dan sumber-
sumber literature yang berhubungan dengan materi yang dibahas.
2. Studi Lapangan
Melakukan pengamatan pada alat pengukur tinggi badan yang ada di
rumah sakit maupun perusahaan.
3. Perencanaan dan pembuatan alat
Melakukan perancangan bentuk alat pengukur tinggi badan dan
menentukan komponen-komponen yang akan digunakan.
4. Pengujian alat
Melakukan pengujian dan fungsi kerja alat.
5. Penyusunan karya tulis

2
Membuat karya tulis yang merupakan hasil studi literature dan
pendataan serta pengujian dari modul yang dibuat.

3
1.6. Sistematika Penulisan

Dalam rangka penyusunan dan mempermudah memahami serta


mempelajari Karya Tulis ini, penulis akan menyajikan sistematikanya
menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Memberi gambaran secara singkat mengenai latar belakang,
rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI


Dasar teori memuat penjelasan tentang konsep dan prinsip dasar
yang diperlukan dan mendukung untuk memecahkan masalah
penelitian. Dasar teori dapat berbentuk uraian kualitatif berupa
penjelasan medis, mekanisme kerja alat, prinsip-prinsip kerja
alat, rangkaian atau komponen serta rumus-rumus yang akan
digunakan dan berkaitan langsung dengan pemecahan masalah
yang diteliti.

BAB III : PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Memberikan gambaran tentang perencanaan rangkaian dan blok
diagram serta bentuk alat yang dibuat.

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA DATA


Bab ini berisi tentang uji fungsi alat, dan analisa dari data yang
diperoleh.

BAB V : PENUTUP
Menyajikan kesimpulan dari hasil pengamatan dan pendataan
yang telah dilakukan secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Pengertian Antropometri

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung


menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang.
Dengan demikian, antropometri merupakan indikator status gizi yang
berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang dikenal
dengan (Kekurangan Energi Protein) KEP. Antropometri dipengaruhi oleh
faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan
(adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
antropometri (Aritonang, 2013).1

Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada WHO Child


Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007
untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar
tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila
memenuhi syarat-syarat tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
dari negara manapun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan dan pola asuh
yang benar terpenuhi. Melalui berbagai telaahan dan diskusi pakar, Indonesia
memutuskan untuk mengadopsi standar ini menjadi standar yang resmi untuk
digunakan sebagai standar antropometri penilaian status gizi anak melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Standar ini memiliki
banyak manfaat, diantaranya:
1. sebagai rujukan bagi petugas kesehatan untuk mengidentifikasianak-
anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai anak
menderita masalah gizi.
2. sebagai dasar untuk mendukung kebijakan kesehatan dan dukungan
publik terkait dengan pencegahan gangguan pertumbuhan melalui
1
Aritonang, I. (2013). Memantau dan Menilai Status Gizi Anak Aplikasi Standar
WHO-Antro 2005. Yogyakarta: Leutika Books

5
promosi program air susu ibu, makanan pendamping air susu ibu, dan
penerapan perilaku hidup sehat.2

2.1.2. Tinggi badan (TB)

Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan


normal, TB tumbuh bersama dengan pertambahan umur.Pengaruh
kekurangan gizi terhadap TB akan tampak pada kekurangan yang sangat
lama. Berdasarkan hal tersebut indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan
masa lalu (Aritonang, 2013).

Prosedur pengukuran TB yaitu:


1. Memasang mikrotoa pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai.
2. Mikrotoa digeser keatas hingga melebihi tinggi anak yang akan diukur.
3. Pasien berdiri tegak lurus rapat ke dinding.
4. Posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding,
pandangan lurus ke depan.
5. Membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata sejajar dengan
angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).

2.1.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran yang


membandingkan berat badan dengan tinggi badan. nilai rasio yang digunakan
untuk mengukur ideal atau tidaknya berat tubuh seseorang berdasarkan
perhitungan berat tubuh dan tinggi badan seseorang. 3
Rumus menghitung IMT adalah sebagai berikut :
Berat Badan ( Kg)
IMT=
(Tinggi Badan/ 100) x 2

Setelah melakukan pengujian pengukuran nilai tinggi badan serta nilai


massa tubuh, maka nilai IMT dapat diperoleh. berdasarkan perumusan IMT
diatas,maka dapat diketahui pembagian terstruktur mengenai angka IMT
pada tabel berikut.

Tabel 2. 1 Batas Ambang IMT Indonesia (Departemen Kesehatan RI 2003)

2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2020). Tentang Standar Antropometri
Anak. Jakarta
3
Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis Departemen Kesehatan RI 2003

6
Kategori IMT (Kg/m2)
Jenis kelamin Sangat
Kurus Normal Gemuk Obesitas
Kurus
Laki-laki <17,0 17,0 - 18,5 18,5– 25,0 25,0 – 27.0 >27,0

Perempuan <16,0 16,0 - 17,5 18,5– 25,0 25,0 – 27.0 >27,0

Keterangan :
1. IMT < 17,0: Orang dengan keadaan sangat kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: Orang dengan keadaan kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan.
3. IMT 18,5 – 25,0: Orang dengan keadaan berat badan normal.
4. IMT 25,1 – 27,0: Orang dengan keadaan gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0: orang dengan keadaan gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat.

2.3 Tinjauan Alat

2.3.1. Pengukur Tinggi Badan Ultrasonic

Alat ukur tinggi badan merupakan suatu alat yang dapat digunakan
oleh manusia untuk membantu dalam proses penentuan tinggi badan.4

Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, alat ukur


tinggi badan analog sudah di kembangkan menjadi alat ukur tinggi badan
digital, karena alat ukur tinggi badan digital memiliki kemudahan dalam
pembacaan tinggi badan.

Alat ini akan bekerja pada ketinggian 200 m dan sensor Ultrasonic HC-
SR04 akan membaca jarak tinggi badan dari pengurangan tinggi keseluruhan
dikurangi dari tinggi badan. Kemudian hasil dari pengukuran akan
ditampilkan pada LCD.

4
Ahmad Hanafie dkk., “Perancangan Sistem Pengukur Tinggi Badan berbasis Mikrokontroller
Menggunakan Sensor Ultrasonik” (Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Islam
Makassar, 2016)

7
a. Alat Tinggi Badan Digital

Gambar 2. 1 GEA wireless Body Height Meter HT 721

Tabel 2. 2 Spesifikasi alat GEA wireless Body Height Meter HT 721

Product Name GEA wireless Body Height Meter


HT 721

Brand GEA

Model / Type HT 721

Spesifikasi produk tinggi yg diukur : sampai 200cm /


2meter

keakuratan : -+ 0,1cm

layar : lcd uk. 35x 16cm

baterai : 3pcs baterai kecil AAA

b. SOP Penggunaan GEA wireless Body Height Meter HT 721


1. Pasang baterai .
2. Tekan tombol ON / OFF.
3. Lakukan pengukuran dengan pasien berdiri ke tembok.
4. Lihat hasil pengukuran tinggi pasien pada lcd alat
5. Catat hasil pengukuran tinggi pasien

8
6. Matikan alat dengan menekan tombol on/off

2.3.2. Mikrokontroller Arduino Uno

Gambar 2. 2 Arduino uno

Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat


opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan
penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardwarenya memiliki
prosesor Atmel AVR dan softwarenya memiliki bahasa pemrograman
sendiri.

Bahasa yang dipakai dalam Arduino bukan Bahasa pemrograman yang


relatif sulit, tetapi bahasa C yang disederhanakan dengan bantuan pustaka-
pustaka (libraries) Arduino.

microprosesor Atmega328p dan dilengkapi dengan oscillstor 16 MHz


(yang memungkinkan operasi berbasis waktu dilaksanakan dengan tepat),
dan regulator (pembangkit tegangan) 5 volt. Sejumlah pin tersedia di pin
papan. Pin 0 hingga 13 digunakan untuk digital, yang hanya bernilai 0 atau 1.
Pin A0-A5 digunakan untuk analog.

Arduino Uno dilengkapi dengan static random-acces memory (SRAM)


berukuran 2KB untuk memegang data, flash memory berukuran 32KB, dan
erasable programable read-only memory (EEPROM) untuk menyimpan
program. 5

Tabel 2. 3 Spesifikasi alat Mikrokontroller Arduino Uno

Microcontroller ATmega328P

5
Kadir. Abdul. Arduino. 2012. Andi Yogyakarta.

9
Operating Voltage 5V

Input Voltage (recommended) 7-12V

Input Voltage (limit) 6-20V

Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM


output)

PWM Digital I/O Pins 6

Analog Input Pins 6

DC Current per I/O Pin 20 mA

DC Current for 3.3V Pin 50 mA

Flash Memory 32 KB (ATmega328P) of which


0.5 KB used by bootloader

SRAM 2 KB (ATmega328P)

EEPROM 1KB (ATmega328P)

Clock Speed 16 MHz

Length 68.6 mm

Width 53.4 mm

Weight 25 g

2.3.3. Display

Display merupakan komponen pendukung dalam penggunaan


mikrokontroller dalam hal penampilan karakter ataupun penampilan data dari
hasil pengambilan data oleh sensor ultrasonic. Speksifikasi yang digunakan

10
Gambar 2. 3 Display

Lcd (Liquid Cristal Display) adalah salah satu jenis display elektronik
yang dibuat dengan teknologi cmos logic yang bekerja dengan tidak
menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya yang ada di sekelilingnya
terhadap front-lit atau mentransmisikan cahaya dari back-lit. 6

Penulis menggunakan LCD 20 karakter x 4 baris dengan I2C modul


untuk Arduino dengan Speksifikasi seperti yang terlihat pada table 2. 4
dibawah ini.

Tabel 2. 4 Speksifikasi LCD 20x4 I2C

Product name LCD 2004 I2C

Interface I2C

Pin Definition GND VCC SDA SCL

Supply voltage 5V

Size  60mm 99mm

I2C to Parallel Chip PCF8574T or PCF8574AT

6
Ryan Aditya Malik., “Rancang Bangun Alat Ukur Tinggi Badan Berbasis Arduino Uno”
(Metrologi Dan Instrumentasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. 2017)

11
2.3.4. Sensor Ultrasonic

Gambar 2. 4 Sensor Ultrasonic

Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk


mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya.

Prinsip kerja sensor berdasarkan pantulan suatu gelombang suara


sehingga dapat digunakan untuk menafsirkan eksistensi (jarak) suatu objek
dengan frekuensi tertentu. Alat ini bisa digunakan untuk mengukur jarak
objek dari 2cm - 4m dengan akurasi 3mm.

Alat ini memiliki 4 pin, pin Vcc, Gnd, Trigger, dan Echo. Pin Vcc
untuk listrik positif dan Gnd untuk ground-nya. Pin Trigger untuk trigger
keluarnya sinyal dari sensor dan pin Echo untuk menangkap sinyal pantul
dari objek.

Dalam bidang kesehatan, gelombang ultrasonik bisa digunakan untuk


melihat organ-organ dalam tubuh manusia seperti untuk mendeteksi tumor,
liver dan menghancurkan batu ginjal. Gelombang ultrasonik juga
dimanfaatkan pada alat USG (ultrasonografi) yang biasa digunakan oleh
dokter kandungan.

Cara kerja dari sensor ultrasonik adalah dengan menggunakan pantulan


gelombang suara. Pada sensor ultrasonik, gelombang ultrasonik dibangkitkan
melalui alat yang disebut dengan piezoelektrik. Gelombang yang
dibandingkan tersebut memiliki frekuensi tertentu (umumnya sekitar 40
kHz).

Secara sederhana, sensor ultrasonik akan menembakkan gelombang


ultrasonik menuju objek tertentu. Setelah gelombang menyentuh objek, maka

12
gelombang akan dipantulkan kembali ke sensor tersebut, lalu sensor akan
menghitung selisih antara waktu pengiriman dan waktu penerimaan
gelombang pantul diterima. seperti dijelaskan pada gambar 2. 5 dibawah ini.
7

Gambar 2. 5 Cara kerja sensor ultrasonic


a. Piezoelektrik
Piezoelektrik berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Sebaliknya, jika medan listrik diterapkan, maka material
tersebut akan mengalami regangan atau tekanan mekanis. Frekuensi
yang ditimbulkan tergantung pada osilatornya yang disesuiakan
frekuensi kerja dari masing-masing transduser.
b. Transmitter
Transmitter adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemancar
gelombang ultrasonik dengan frekuensi tertentu (misal, sebesar 40 kHz)
yang dibangkitkan dari sebuah osilator. Untuk menghasilkan frekuensi
40 KHz, harus di buat sebuah rangkaian osilator dan keluaran dari
osilator dilanjutkan menuju penguat sinyal.
7
Elang Sakti, “Cara Kerja Sensor Ultrasonik, Rangkaian, & Aplikasinya”, Elektronika, Diakses
dari https://www.elangsakti.com/2015/05/sensor-ultrasonik.html, pada tanggal 22 April 2022
pukul 15.00.

13
Penguat sinyal akan memberikan sebuah sinyal listrik yang diumpankan
ke piezoelektrik dan terjadi reaksi mekanik sehingga bergetar dan
memancarkan gelombang yang sesuai dengan besar frekuensi pada
osilator.
c. Receiver
Receiver terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan
piezoelektrik, yang berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan
yang berasal dari transmitter yang dikenakan pada permukaan suatu
benda atau gelombang langsung LOS (Line of Sight) dari transmitter.

Tabel 2. 5 Fungsi Pin Modul Sensor Ultrasonik


PIN FUNGSI

VCC Sumber tegangan


TRIGGER Pemicu sinyal sonar dari sensor
ECHO Penangkap pantulan sinyal sonar
GND Ground

2.3.5. Baterai Li-Ion

Gambar 2. 6 Baterai Li-Ion

Baterai lithium-ion merupakan salah satu jenis baterai sekunder


rechargeable battery) yang dapat diisi ulang dan merupakan baterai yang
ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan yang berbahaya seperti
baterai-baterai yg berkembang lebih dahulu yaitu baterai NI-Cd dan Ni-MH.
Baterai ini memiliki kelebihan dibandingkan baterai sekunder jenis lain,

14
yaitu memiliki stabilitas penyimpanan energi yang sangat baik (daya tahan
sampai 10 tahun tau lebih), energi densitas tinggi, tidak ada memori efek dan
berat yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan baterai jenis lain. 8

Penulis menggunakan 2 buah baterai tegangan 3.7v dengan kapasitas


2900mAh dan bisa di isi ulang daya

2.3.6. Modul Charger

Modul charger ini digunakan untuk melakukan pengisian ulang


(charge) baterai lithium ion dari input micro usb. modul lithium charger ini
juga dilengkapi dengan fitur proteksi over-discharge dan over-load protection
untuk melindungi baterai li-ion. 9

Gambar 2. 7 Modul Charger

8
Fengky Adie Perdana., “Baterai Lithium” (Pendidikan Magister Sains Universitas Sebelas Maret.
2020)
9
Sutrimo., “Lux Meter Dilengkapi Sensor Jarak Berbasis Arduino Uno R3” (Teknik Elektromedik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2017)

15
BAB III
PERENCANAAN

3.1. Perencanaan Desain Alat

Gambar 3. 1 Desain Alat


Keterangan:
1. LCD
2. Sensor ultrasonic

3.2. Blok Diagram

Gambar 3. 2 Blok Diagram

16
1. Power Supply
Berfungsi sebagai sumber tegangan berapa ?
2. Arduino uno
Berfungsi Sebagai media pengkonversi waktu, dan mengkonversi data
menjadi jarak..
3. LCD
Berfungsi sebagai penampil hasil output tampilan instruksi dari arduino.
4. Sensor Ultrasonic
Berfungsi Sebagai pendeteksi Tinggi.
5. objek
sebagai objek yang ingin di ukur tinggi badan .

3.3. Flow Chart

Gambar 3. 3 Flow Chart

17
3.4. Cara Kerja

Pada proses sensor ultrasonic aktif, arduino akan membaca sensor


HCS-04 dengan echo mengirimkan sinya digital dan trigger menerima
pantulan sinyal digital tersebut maka dapat diketahui berapa ketinggian
objek. ketinggian objek terukur di kurangkan dengan total tinggian badan.
Hasil yang didapat ditampilkan ke lcd dengan satuan centimeter (cm).

18
DAFTAR PUSTAKA

Rezky Septian Akbar. (2016). Pengujur Tinggi Badan Berbasis Arduino, Jurnal
Ilmiah Mikrotek.

Ryan Aditya Malik. (2017). Rancang Bangun Alat Ukur Tinggi Badan Berbasis Arduino
Uno, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara

Septi Quintari. (2014). Perbedaan Profil Pelepasan Platelet Rich Plasma Dari Pemuatan
Metode Celup Dan Tetes Perancah Koral Buatan (Dengan Pendispersi Sitrat), Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Mella Edwinda Risdiana. (2018). Pelatihan Siswa “Dokter Kecil” Dengan Metode
Simulasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menilai Status Gizi Di Kecamatan
Moyudan. Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2020). Tentang Standar Antropometri


Anak. Jakarta

Departemen Kesehatan RI (2003). Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Jakarta

Aritonang, I. (2013). Memantau dan Menilai Status Gizi Anak Aplikasi Standar
WHO-Antro 2005. Yogyakarta: Leutika Books

kadir. abdul. Arduino. 2012. Andi Yogyakarta.

Fawcett, D. W. (2002). Buku Ajar Histology, Edisi 12, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, h, 174-184.

Gibson, R. (2005). Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press.

19

Anda mungkin juga menyukai