MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat
Oleh
Ady Sebtian Dewantoro
NIM 120210102075
Nur Karim
NIM 120210102092
KELAS B
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
yang
tersusun
oleh
partikel-partikel
tidak
identik
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian partikel Fermi
2. Mengetahui distribusi Fermi-Dirac
3. Mengetahui energi Fermi
4. Mengetahui energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac
5. Mengetahui kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac
6. Mengetahui emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Partikel Fermi
Dalam azas larangan Pauli untuk atom yang memiliki lebih dari satu
ellektron, misalnya Natrium, elekton-elektron tidak berkumpul ditingkat energi
rendah, karen amsing- masing status hanya boleh ditempati tidak lebih dari satu
elektron. Tingkat paling rendah ( n =1) hanya boleh ditempati oleh dua elektron,
yang satu spin nya keatas dan yang lainnya spinnya kebawah. Sedangkan tingkat
energi berikutnya, ( n = 2), akan ditempati oleh 8 elektron, dan seterusnya, tingkat
energi ke - n akan diisi oleh 2n2 elektorn dengan konfigurasi yang didasarkan
kepada azas larangan Pauli.
Azaz larangan Pauli ini, diperoleh sebagi konsekuensi dari sifat elektron
sebagai gelombang, seperti yang sudah disinggung diatas. pada mekanika
kuantum untuk partikel identik, akan ditemuakan bahwa fungsi gelombang
totalnya, hanya boleh simetrik atau anti simetrik terhadap pertukaran dua partikel.
Azas larangan Pauli, akan muncul dengan sendirinya, apabila kita memilih fungsi
gelombang total yang anti simetrik. Partikel- partikel yang memiliki sifat seperti
ini, misalnya elektron, proton dinamakan partikel fermi atau Fermiun.
Dalam pokok bahasan ini akan dibahas tentang partikel- partikel fermi tersebut,
melalui statistik yang disebut statistik fermi-Dirac yang dikembang oleh
Enrico Fermi dari Italia dan P. Dirac dari Inggris.
2.2 Distribusi Fermi-Dirac
Distribusi fermi-Dirac ini adalah distribusi yang mematuhi asas larangan
pauli seperti partikel-partikel berspin pecahan setengah (1/2, 3/2, ....)
contohnya elektron atau nukleon, yang disebut dengan fermion, dan fungsi
distribusi yang berlaku bagi sistem fermion ini adalah distribusi Fermi-Dirac :
f FD ( E )=
untuk
1
Ae
E / kT
(1)
+1
distribusi
Fermi-Dirac,
A sangat
bergantung
pada
T,
dan
/ kT
(2)
f FD ( E )=
(3)
(E E F )/ kT
Ae
+1
f BE
dan
f FD
f BE 0
f BE
f FD
adalah
e(E E
)/ kT
f FD 1
populasi hanyalah satu fermion per satu keadaan kuantum, sesuai dengan
yang disyaratkan oleh asas Pauli. Jadi, pada suhu yang rendah sekalipun,
sistem fermion tidak mengembun ke tingkat energi yang terendah. Pada
ns
s+ s
dan
n s=N
s
n s s =E
s
ws
cara menyusun
ns
gs
sistem
konfigurasi adalah
W = w s
s
gs
g
( sns )
dari
gs
mengisi adalah
g
gs !
ns !( sns ) !
W =
s
gs
Oleh karena
dan
ns
pendekatan Stirling
g
gs !
W =
s n s ! ( sns )!
log
g
g
sn
(
s)
( sn s )log
gs log gs ns log n s
Mengikuti metode sebelumnya, syarat yang harus dipenuhi adalah
logW
n + + s d n s=0
s
s
Nilai yang ada dalam tanda kurung haruslah bernilai nol untuk setiap harga s
Manapun
logW
+ + s=0
ns
gs ns
log W
=log
ns
ns
log
gs n s
+ + s=0
ns
gs
=exp ( + s ) +1
ns
ns
Nilai
terbesar
n s=
gs
exp ( + s ) +1
= F /kT
=1/kT
dan
+ d , , maka
1
E
+1
Karena
f ( E)=
1
kT
E F=kT
dan
, maka
1
( EE F )
exp
+1
kT
assembli.
E=E F
maka
f ( E)=
1
2
nergi Fermi sama dengan energi ketika fungsi distribusi memiliki nilai tepat
setengah.
Ketika suhu assembli 0 K, berlaku:
Jika
E> E F
, maka
( EE F ) ( EE F )
kT
Sehingga,
f ( E> EF ,T =0 )=
Jika
E< E F
1
=0
e +1
, maka
( EE F ) ( EE F )
kT
Sehingga,
f ( E< EF ,T =0 )=
1
=1
e +1
Dari dua persamaan trsebut dapat disimpulkan bahwa pada suhu T=0, fungsi
distribusi Fermi-Dirac bernilai 1 untuk semua energi di bawah energi Fermi dan
bernilai nol untuk semua energi di atas energi Fermi, seperti yang tampak pada
gambar di bawah ini.
N=V n ( E ) dE
0
N=V g ( E ) f ( E ) dE
0
Jumlah total fermion dapat dihitung dengan mudah pada suhu 0 K karena fungsi
distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk yang sederhana. Jika perhitungan
dilakukan pada T=0 maka
EF
N=V g ( E ) f ( E ) dE+V g ( E ) f ( E ) dE
0
EF
EF
N=V g ( E ) x 1 x dE+V g ( E ) x 0 x dE
0
EF
EF
N=V g ( E ) dE
0
g ( E )=
1
4 2 m 2 E 2
3
h
Khusus untuk electron, karena satu keadaan dapat ditempati oleh dua fermion
yang spin yang berlawanan, maka jumlah total fermion dapat dihitung,
EF
N=V 2 x
0
3 EF
V
N= 3 8 2m 2 E 2 dE
h
0
3
N=
1
4 2 m 2 E 2 dE
3
h
V
2
8 2m 2 x E F 2
3
3
h
3N
2m
= 2 EF
8 V
h
3N
8 V
2
3
( ) = 2hm E
2
E F=
h 3N
2 m 8 V
( )
3
2
2
3
EF
k
T F=
h
3N
2 mk 8 V
( )
2
3
Eg ( E ) f ( E )dE
0
g ( E ) f ( E )dE
0
8 2m
g (E)
E2
h3
Pada persamaan diatas tampak bahwa pembilang persamaan dapat diamati sebagai
berikut
8 2m 3 2
(E)
E
h3
3
2
d 8 2m
3
x E2
3
dE
2
h
1
d 12 2m 2 E 2
dE
h3
Es
8 2m
0 ( E )dE h 3
3
E
2 f
3
2
Es
dE
8 2m 2 2 2
(
E
)
dE
x Ef
0
5
h3
Dengan demikian
3
2
3
2
2
8 2m
2
12 2m
2
2
Pbl
x E
E F (kT )
5
6
h3
h3
5
2
F
EF
8 2m 2 2 2
Pbl
x EF
5
h3
Selanjutnya kita lihat penyebut persamaan diawal tadi tampak bahwa:
3
2
8 2m
(E)
E2
h3
1
d 8 2m 2 1 2
x E
dE
2
h3
1
3
2
d 4 2m
2
E
dE
h3
EF
8 2 m 2
(
E
)
dE
0
h3
EF
3
2
EF
E 2 dE
3
8 2 m
2
0 ( E )dE h 3 x 3 E F2
2
8 2m 2 2 2 4 2m 2 2
2
Pnyb
x
E
E
(
kT
)
F
F
3
6
h3
h3
EF
8 2m
3
Pnyb
x E F2
3
2
h
3
Pbl
Pnyb
3
8 2m 2 2 2
x EF
3
5
h
E
3
3
8 2m 2 2 2
x EF
3
h3
3
E EF
5
Jika kita mengambil sampai orde kedua, maka energi rata rata diperoleh dari
persamaan
2
8 2m 2 2 2 12 2m 2 2
2
Pbl
x
E
E
(
kT
)
F
F
5
6
h3
h3
Dan
3
2
3
2
8 2m
2
4 2m
2
2
Pnyb
x E
E F ( kT )
3
6
h3
h3
3
2
F
Dengan persamaannya
3
2
8 2m 2 2 2 12 2m 2 2
2
x
E
E
(
kT
)
F
F
5
6
h3
h3
E
3
3
8 2m 2
h3
3
E EF
5
2
2
4 2m 2 2
2
x E F2
E
(
kT
)
F
3
6
h3
2
15 2 kT
24
Ef
2
3 2 kT
24
E f
1 15 2 kT
E
24
3
f
E EF
5
3 2 kT
1
24
Ef
U NE
1 15 2 kT
E
24
3
f
U NE F
5
3 2 kT
1
24
Ef
Jika suhu sangat kecil dibandungkan dengan suhu Fermi maka kT <<
EF
3
15
3
2 kT
2 kT
1
U NE F 1
24
24
E F
E f
3
15 2 kT
U NE F 1
5
E
24
3 2 kT
1
E
24
F
2
EF
1 x 1 1 x
untuk suku
suku yang mengandung T2. Dengan asumsi ini maka persamaan diatas dapat
diaproksimasi lebih lanjut menjadi
3
15 2 kT
U NE F 1
5
24
EF
2
3
1 2 kT
U NE F 1
5
2 E F
3 2 kT
\
24
E F
2
Akhirnya kita dapatkan kapasitas panas elektronik, yaitu kapasitas panas yang
diperoleh dari sumbangan energi elektron, dengan sumbangan dari elektron adalah
dU
dT
3 2 Nk 2
Ce
T
5E F
Ce
C e T
3 2 Nk 2 / 5 E f
Dengan
elektronik berubah secara linier terhadap suhu. Jika kita memiliki logam maka
kita memiliki sekaligus asembli fonon ( getaran atom) seta assembli fermion
(elektron bebas). Akibatnya, kapasitas kalor logam mendapat kontribusi dari dua
macam assembli tersebut. Dengan demikian, pada suhu dibawah suhu Debye dan
dibawah suhu fermi maka kapasitas panas logam memenuhi persamaan umum
C T AT 3
Suku pertama disumbangkan oleh elektron dan suku kedua dusimbangkan oleh
fonon. Persamaan diatas sudah dilakukan secara eksperimen. Berdasarkan
C e T
persamaan
maka nilai
E0
tingkat-tingkat energi dalam sumur potensial terson adalah ebut. pada suhu T=0,
energi maksimum yang dimiliki elektron adalah
E0 (0) .
Elektron yang bergerak ke arah permukaan logam akan meninggalkan logam jika
energi kinetik dalam arah tersebut melebihi Eo. Misalkan elektron sedang bergerak
ke arah x. Elektron akan lepas dari permukaan logam tersebut jika terpenuhi
antara
v x+ d v x
sampai
{ (
n x ( vx ) d vx=
adalah
n v x , v y , v z ) v y dv z d v x
Untuk elektron, satu tingkat energi dapat ditempati oleh dua elektron dengan arah
spin berlawanan. Sehingga kerapatan elektron dapat ditulis
n ( v x , v y , v z ) v x v y dv z=f ( E )
2 m3 ( )
f E v x v y dv z
h3
2 m3 v x v y dv z
h3 e ( E E ) kT +1
2d
h3
Karena kita tertarik pada elektron yang meninggalkan permukaan logam maka
fokus perhatian kita adalah pada elektron yang memiliki energi cukup jauh di atas
energi Fermi. Dengan pembatasan ini maka kita dapat mengaproksimasi
( EEF ) kT sehingga
1
( E E F ) kT
+1
1
e
( E EF ) kT
=e E
kT
n ( v x , v y , v z ) v x v y dv z =
eE /kT
2 m3 E
e
h3
kT
eE /kT v x v y dv z
2 m3 E
e
h3
n (v x ) vx
kT
e E/ kT v y dv z
vx
v 2x + v 2y +v 2z /2 kT
v y dv z
m v x
e
EF kT
2m
h3
2m
3 eE
h
kT
m v y / 2 kT
d vy
}{
2
z
em v /2 kT d v z
2
x
em v / kT d v x
exp [x 2 ] x =( /l )
1/2
menjadi
n (v x ) vx=
2 m3 E
e
h3
kT
{ }{ }
m
(
)
2 kT
em v
m
(
)
2kT
2
x
/kT
d vx
4 m kT m v /kT
e
d vx
3
h
2
x
Jumlah elektron yang meninggalkan permukaan logam tiap satuan luas dengan
jangkauan kecepatan
vx
sampai
v x nx ( v x) d v x
v 2x
Asalkan terpenuhi m 2 > E 0 .
v x+ d v x
adalah
Jika q
v
q v x nx ( x )d v x
J=
m v x = E0
4 m kT E
e
3
h
kT
m v x /2 kT
vxe
d vx
m v x / 2=E0
2
Untuk menyelesaikan integral di atas mari kita misalkan y=m v x /2 kT
kT
y
m
m v x /2=E 0
ekivalen dengan
J =q
4 m2 kT E
e
h3
kT
e y
4 m k T E
e
3
h
E0/ kT
v x =
kT
dy
m
q
4 m k T (E E
e
h3
. Syarat batas
y=E 0 /kT
ekivalen dengan
kT
e dy
E 0/ kT
4 m k T E
e
h3
kT E0 / kT
)/kT
E0E F
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac dapat
disimpulkan bahwa
1. Azaz larangan Pauli ini, diperoleh sebagi konsekuensi dari sifat
elektron sebagai gelombang, seperti yang sudah disinggung diatas.
pada mekanika kuantum untuk partikel identik, akan ditemuakan
bahwa fungsi gelombang totalnya, hanya boleh simetrik atau anti
simetrik terhadap pertukaran dua partikel. Azas larangan Pauli, akan
muncul dengan sendirinya, apabila kita memilih fungsi gelombang
total yang anti simetrik. Partikel- partikel yang memiliki sifat seperti
ini, misalnya elektron, proton dinamakan partikel fermi atau
Fermiun.
2. Pada suhu 0 K, semua fermion terkumpul pada tingkat energi di
bawah energi maksimum yang disebut dengan energi Fermi, sehingga
fungsi distribusi Fermi Dirac tiba-tiba diskontinu pada energi batas
tersebut. Pada suhu T > 0 K sudah ada fermion yang menempati
tingkat energi di atas energi Fermi fermion yang menempati tigkat
energi di bawah sehingga energi Fermi menjadi berkurang. Akibatnya
terjadi distorsi distribusi Fermi Dirac yang hanya berada pada daerah
yang ordenya sekitar kT di sekitar energy Fermi.
3. Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron
pada suhu 0 K.
4. Energy rata-rata electron
5. Pada suhu dibawah suhu Debye dan dibawah suhu fermi maka
kapasitas panas logam memenuhi persamaan umum
C T AT 3
3.2 Saran
Sebelum mempelajari mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac, hal
yang perlu dipahami terlebih dulu adalah prinsip statistic Fermi-dirac,
kerapatan keadaan kuantum dan beberapa teknik integral
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Mikrajuddin.2009.Pengantar
Teknologi Bandung
Fisika
Statistik.Bandung:
Institut