Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat

Oleh
Ady Sebtian Dewantoro

NIM 120210102075

Nur Karim

NIM 120210102092

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem

yang

tersusun

oleh

partikel-partikel

tidak

identik

(terbedakan) dan mematuhi hukum-hukum fisika klasik dapat didekati


dengan statistik klasik Maxwell-Boltzmann. Sedangkan pada sistem yang
tersusun oleh partikel-partikel identik (tidak terbedakan), hukum-hukum
fisika klasik tidak cukup memadai untuk merepresentasikan keadaan
sistem dan hanya dapat diterangkan dengan hukum-hukum fisika kuantum.
Sistem semacam ini dapat didekati dengan statistik modern, yaitu statistik
Fermi-Dirac dan Bose-Einstein. Statistik Fermi-Dirac sangat tepat untuk
menerangkan perilaku partikel-partikel identik yang memenuhi larangan
Pauli, sedangkan statistik Bose-Einstein sangat tepat untuk menerangkan
perilaku partikel-partikel identik yang tidak memenuhi larangan Pauli.
Seperti diketahui banyak sifat fisik yang dimiliki dari logam tidak
hanya logam sederhana, namun juga berkaitan dengan model elektron
bebas. Menurut model ini, elektron valensi dari suatu unsur atom menjadi
elektron konduksi dan bergerak bebas pada keseluruhan volume logam.
Bahkan ketika logam memiliki model elektron bebas, distribusi pengisian
elektron konduksi menggambarkan kekuatan potensial elektrostatik dari
inti ion. Kegunaan dari model elektron bebas pada dasarnya merupakan
sifat yang bergantung pada sifat kinetik dari elektron konduksi.
Pada bahasan sebelumnya diketahui bahwa statistik Fermi-Dirac
adalah statistik untuk partikel yang mengikuti prinsip larangan Pauli.
Partikel jenis ini disebut fermion; Contohnya antara lain adalah elektron,
proton dan neutron. Dalam kompartmen h3 tidak dibolehkan terdapat lebih
dari dua fermion.Dalam bab ini akan diulas fungsi distribusi gas fermion
yang merupakan salah satu sistem Fermi penting. Sistem gas fermion ideal
mampu menjelaskan dengan baik prilaku elektron-elektron dalam zat
padat (logam), dalam hal ini elektron konduksi.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan partikel Fermi?


Bagaimana distribusi Fermi-Dirac?
Bagaimana energi Fermi?
Bagaimana energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac?
Bagaimana kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac?
Bagaimana emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian partikel Fermi
2. Mengetahui distribusi Fermi-Dirac
3. Mengetahui energi Fermi
4. Mengetahui energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac
5. Mengetahui kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac
6. Mengetahui emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Partikel Fermi
Dalam azas larangan Pauli untuk atom yang memiliki lebih dari satu
ellektron, misalnya Natrium, elekton-elektron tidak berkumpul ditingkat energi
rendah, karen amsing- masing status hanya boleh ditempati tidak lebih dari satu
elektron. Tingkat paling rendah ( n =1) hanya boleh ditempati oleh dua elektron,
yang satu spin nya keatas dan yang lainnya spinnya kebawah. Sedangkan tingkat
energi berikutnya, ( n = 2), akan ditempati oleh 8 elektron, dan seterusnya, tingkat
energi ke - n akan diisi oleh 2n2 elektorn dengan konfigurasi yang didasarkan
kepada azas larangan Pauli.
Azaz larangan Pauli ini, diperoleh sebagi konsekuensi dari sifat elektron
sebagai gelombang, seperti yang sudah disinggung diatas. pada mekanika
kuantum untuk partikel identik, akan ditemuakan bahwa fungsi gelombang
totalnya, hanya boleh simetrik atau anti simetrik terhadap pertukaran dua partikel.
Azas larangan Pauli, akan muncul dengan sendirinya, apabila kita memilih fungsi
gelombang total yang anti simetrik. Partikel- partikel yang memiliki sifat seperti
ini, misalnya elektron, proton dinamakan partikel fermi atau Fermiun.
Dalam pokok bahasan ini akan dibahas tentang partikel- partikel fermi tersebut,
melalui statistik yang disebut statistik fermi-Dirac yang dikembang oleh
Enrico Fermi dari Italia dan P. Dirac dari Inggris.
2.2 Distribusi Fermi-Dirac
Distribusi fermi-Dirac ini adalah distribusi yang mematuhi asas larangan
pauli seperti partikel-partikel berspin pecahan setengah (1/2, 3/2, ....)
contohnya elektron atau nukleon, yang disebut dengan fermion, dan fungsi
distribusi yang berlaku bagi sistem fermion ini adalah distribusi Fermi-Dirac :
f FD ( E )=
untuk

1
Ae

E / kT

(1)
+1

distribusi

Fermi-Dirac,

A sangat

bergantung

pada

T,

dan

ketergantungannya ini biasanya menghampiri bentuk eksponensial sehingga


dapat ditulis sebagai berikut :
A=EE

/ kT

dengan demikian, fungsi distribusi Fermi-Dirac menjadi

(2)

f FD ( E )=

(3)

(E E F )/ kT

Ae

+1

EF disebut energi Fermi. (Walaupun energi Fermi sendiri bergantung


pada suhu, ketergantungannya cukup lemah sehingga EF dapat kita
perlakukan sebagai sebuah tetapan).
Marilah kita lihat secara kualitatif perbedaan antara

f BE

dan

f FD

pada suhu rendah. Untuk distribusi Bose-Einstein, pada limit T rendah,


dengan menganggap sementara A = 1, faktor eksponensial menjadi besar
untuk E yang besar; karena itu,

f BE 0

untuk keadaan dengan energi yang

besar. Satu-satunya tingkat energi yang memiliki peluang besar untuk


ditempati adalah keadaan yang memiliki

E 0 ; karena faktor eksponensial

menghampiri 1, sehingga penyebut f menjadi sangat kecil, dan dengan


demikian

f BE

. Jadi, bila T kecil, semua partikel dalam sistem berebut

menempati keadaan energi yang terendah. Efek ini dikenal sebagai


pengembunan (condensation). Kelak akan kita lihat bagaimana efek ini
memberikan akibat-akibat tidak terduga yang cukup menarik perhatian.
Efek pengembunan ini tidak mungkin terjadi pada sistem fermion,
seperti sistem elektron, karena sebagaimana telah kita ketahui, elektronelektron dalam sebuah atom, misalnya tidak semuanya menempati keadaan
energi terendah, berapapun rendahnya suhu. Marilah kita lihat bagaimana
distribusi Fermi-Dirac mencegah terjadinya hal ini. Faktor eksponensial
dalam penyebut

f FD

adalah

e(E E

)/ kT

. Untuk E > EF, ceritanya sangat

berbeda, karena E EF negatif, sehingga untuk T yang kecil, faktor


(E E F )/ kT

menuju nol, dan

f FD 1

. Dengan demikian, probabilitas

populasi hanyalah satu fermion per satu keadaan kuantum, sesuai dengan
yang disyaratkan oleh asas Pauli. Jadi, pada suhu yang rendah sekalipun,
sistem fermion tidak mengembun ke tingkat energi yang terendah. Pada

Misalkan suatu assembly tertutup dan mengandung sejumlah fermion


yang tak saling berinteraksi, dengan energi total . Seperti pada pembahasan
statistik sebelumnya, konfigurasi assembly dapat dinyatakan dalam bentuk
distribusi sistem pada sejumlah pita energi. Tiap pita mengandung sejumlah
g, keadaan dengan energi yang berada dalam interval
.Konfigurasi assembly ditandai oleh nilai

ns

s+ s

dan

yang menyatakan jumlah

sistem yang dapat ditempatkan pada berbagai nilai s. Karena assemblynya


tertutup, maka jumlah total sistem dan energi total haruslah memenuhi syarat

n s=N
s

n s s =E
s

Seperti halnya dengan boson, pertukaran dua fermion tidak akan


menghasilkan susunan yang baru karena partikelnya identik (tak dapat
dibedakan). Selanjutnya jira terdapat

ws

cara menyusun

ns

diantara pita energi s yang memiliki

gs

keadaan, maka jumlah total

sistem

konfigurasi adalah
W = w s
s

yang tentu saja w tak lain adalah robot konfigurasi.


Oleh karena fermion memenuhi larangan Pauli, maka jumlah yang dapat
ditempatkan pada suatu keadaan hanya dapat bernilai 0 atau 1. Jika sejumlah
ns

sistem telah ditempatkan dalam

gs

keadaan, maka terdapat

g
( sns )

dari

gs

keadaan yang masih kosong. Maka banyaknya cara

mengisi adalah
g
gs !
ns !( sns ) !
W =
s

gs

Oleh karena

dan

ns

cukup besar, maka kita dapat menggunakan

pendekatan Stirling
g
gs !
W =
s n s ! ( sns )!
log
g
g

sn
(
s)
( sn s )log
gs log gs ns log n s


Mengikuti metode sebelumnya, syarat yang harus dipenuhi adalah
logW
n + + s d n s=0
s
s

Nilai yang ada dalam tanda kurung haruslah bernilai nol untuk setiap harga s
Manapun
logW
+ + s=0
ns
gs ns
log W
=log
ns
ns

log

gs n s
+ + s=0
ns

gs
=exp ( + s ) +1
ns

ns

Nilai

yang bersesuaian dengan konfigurasi yang memiliki peluang

terbesar
n s=

gs
exp ( + s ) +1

Persamaan di atas disebut distribusi Fermi-Dirac untuk assembly fermion.


1/exp [( + s ) ]
Bentuk
secara umum dikenal dengan nama fungsi
Fermi dan umumnya ditulis dalam bentuk
1
f ( )=
exp [ ( F ) /kT ]+1
Persamaan di atas diperoleh dengan melakukan substitus
dan

= F /kT

=1/kT

dalam persamaan di atas disebut energi Fermi. Jika

rapat keadaan dengan energi berada di antara

dan

+ d , , maka

jumlah sistem yang berada dalam interval energi tersebut adalah


n ( ) d =f ( ) g ( ) d
Fungsi Distribusi Fermi Dirac pada Suhu 0 K
fungsi distribusi Fermi Dirac memiliki ciri menarik yang tidak dimiliki
oleh distribusi statistik lainnya, yaitu distribusi Maxwell-Boltzman dan BoseEinstein. Pada suhu 0 K, semua fermion terkumpul pada tingkat energi di bawah
energi maksimum yang kemudian disebut dengan energi Fermi dengan kerapatan
yang persis sama. Tiap keadaan energi diisi oleh dua fermion yang memiliki dua
kemungkinan nilai yang berlawanan, yaitu +1/2 dan -1/2. Fermion tidak
terdistribusi di atas energi Fermi yang merupakan energi batas maksimum, artinya
di atas energi batas, keadaan energi kosong. Hal inilah yang menyebabkan fungsi
distribusi Fermi Dirac tiba-tiba diskontinu pada energi batas tersebut.
Fungsi distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan,
f ( E)=

1
E

+1

Karena
f ( E)=

1
kT

E F=kT

dan

, maka

1
( EE F )
exp
+1
kT

Dari persamaan di atas, jika


EF

assembli.

E=E F

maka

f ( E)=

1
2

pada berapapun suhu

adalah energi Fermi. Dengan demikian dapat didefnisikan bahwa

nergi Fermi sama dengan energi ketika fungsi distribusi memiliki nilai tepat
setengah.
Ketika suhu assembli 0 K, berlaku:

Jika

E> E F

, maka

( EE F ) ( EE F )
kT

Sehingga,
f ( E> EF ,T =0 )=

Jika

E< E F

1
=0
e +1

, maka

( EE F ) ( EE F )
kT

Sehingga,
f ( E< EF ,T =0 )=

1
=1
e +1

Dari dua persamaan trsebut dapat disimpulkan bahwa pada suhu T=0, fungsi
distribusi Fermi-Dirac bernilai 1 untuk semua energi di bawah energi Fermi dan
bernilai nol untuk semua energi di atas energi Fermi, seperti yang tampak pada
gambar di bawah ini.

Fungsi Distribusi Fermi Dirac pada Suhu T > 0 K


Pada suhu T > 0 K , maka sudah ada fermion yang menempati tingkat
energi di atas energi Fermi. Hal ini menyebabkan jumlah fermion yang menempati
tigkat energi di bawah energi Fermi menjadi berkurang. Namun, tidak ada fermion
yang memiliki energi yang jauh di atas energi Fermi dan belum ada pula fermion
yang memiliki energi yang jauh di bawah energi Fermi. Akibatnya terjadi distorsi
distribusi Fermi Dirac hanya di sekitar energi Fermi saja. Distorsi tersebut hanya
berada pada daerah yang ordenya sekitar kT di sekitar energy Fermi. Gambar di
bawah ini adalah bentuk fungsi distribusi Fermi dirac pada berbagai suhu.

2.3 Energi Fermi


Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron pada
suhu 0 K. Dengan prinsip larangan pauli, fermion akan mengisi semua tingkat
energi yang tersedia. Namun pada suhu 0 K, tidak ada satupun fermion yang
menempati energi di atas energi Fermi seperti yang telah ditunjukkan oleh gambar
fungsi distribusi Fermi dirac pada suhu 0 K.

Untuk mendapatkan persamaan energi Fermi, kita dapat menghitung


terlebih dahulu jumlah total fermion, yaitu

N=V n ( E ) dE
0

N=V g ( E ) f ( E ) dE
0

Jumlah total fermion dapat dihitung dengan mudah pada suhu 0 K karena fungsi
distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk yang sederhana. Jika perhitungan
dilakukan pada T=0 maka
EF

N=V g ( E ) f ( E ) dE+V g ( E ) f ( E ) dE
0

EF

EF

N=V g ( E ) x 1 x dE+V g ( E ) x 0 x dE
0

EF

EF

N=V g ( E ) dE
0

Rumus kerapatan keadaan per satuan volume, yaitu


3

g ( E )=

1
4 2 m 2 E 2
3
h

Khusus untuk electron, karena satu keadaan dapat ditempati oleh dua fermion
yang spin yang berlawanan, maka jumlah total fermion dapat dihitung,
EF

N=V 2 x
0

3 EF

V
N= 3 8 2m 2 E 2 dE
h
0
3

N=

1
4 2 m 2 E 2 dE
3
h

V
2
8 2m 2 x E F 2
3
3
h

3N
2m
= 2 EF
8 V
h

3N
8 V

2
3

( ) = 2hm E
2

E F=

h 3N
2 m 8 V

( )

3
2

2
3

Persamaan tersebut di atasdisebut dengan energi Fermi. Melalui hubungan suhu


Fermi yang berbanding lurus dengan energi Fermi, maka dapat diperoleh
pernyataan mengenai suhu Fermi pada suhu 0 K sebagai berikut
T F=

EF
k

T F=

h
3N
2 mk 8 V

( )

2
3

2.4 Energi Rata-Rata Elektron


Untuk mencari beberapa besaran yang dimiliki fermion, pertama kita harus
menghitung energi rata-rata elektron yang memenuhi persamaan

Eg ( E ) f ( E )dE
0

g ( E ) f ( E )dE
0

Kerapatan keadaan elektron ( karena memiliki dua arah spin) memenuhi


persamaan
3
2

8 2m
g (E)
E2
h3
Pada persamaan diatas tampak bahwa pembilang persamaan dapat diamati sebagai
berikut

8 2m 3 2
(E)
E
h3
3
2

d 8 2m
3

x E2
3
dE
2
h
1

d 12 2m 2 E 2

dE
h3
Es

8 2m
0 ( E )dE h 3

3
E
2 f

3
2

Es

dE

8 2m 2 2 2

(
E
)
dE

x Ef
0
5
h3

Dengan demikian
3
2

3
2

2
8 2m
2
12 2m
2
2
Pbl
x E
E F (kT )
5
6
h3
h3
5
2
F

Karena umumnya kT <<<

EF

maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku

pertama sehingga kita dapat mengaproksimiasi


3

8 2m 2 2 2
Pbl
x EF
5
h3
Selanjutnya kita lihat penyebut persamaan diawal tadi tampak bahwa:
3
2

8 2m
(E)
E2
h3
1

d 8 2m 2 1 2

x E
dE
2
h3
1

3
2

d 4 2m
2

E
dE
h3

EF

8 2 m 2

(
E
)
dE

0
h3

EF

3
2

EF

E 2 dE
3

8 2 m
2
0 ( E )dE h 3 x 3 E F2

Dengan demikian kita dapatkan


3

2
8 2m 2 2 2 4 2m 2 2
2
Pnyb
x
E

E
(
kT
)
F
F
3
6
h3
h3

Karena umumnya kT<<

EF

maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku

pertama sehingga kita dapat mengaproksimasi


3
2

8 2m
3
Pnyb
x E F2
3
2
h
3

Dengan demikian energi rata-rata menjadi


E

Pbl
Pnyb
3

8 2m 2 2 2
x EF
3
5
h
E
3
3

8 2m 2 2 2
x EF
3
h3
3
E EF
5
Jika kita mengambil sampai orde kedua, maka energi rata rata diperoleh dari
persamaan

2
8 2m 2 2 2 12 2m 2 2
2
Pbl
x
E

E
(
kT
)
F
F
5
6
h3
h3

Dan
3
2

3
2

8 2m
2
4 2m
2
2
Pnyb
x E
E F ( kT )
3
6
h3
h3
3
2
F

Dengan persamaannya
3

2
8 2m 2 2 2 12 2m 2 2
2
x
E

E
(
kT
)
F
F
5
6
h3
h3
E
3
3

8 2m 2
h3

3
E EF
5

2
2
4 2m 2 2
2
x E F2
E
(
kT
)
F
3
6
h3
2
15 2 kT

24
Ef
2
3 2 kT


24
E f

2.5 Kapasitas Kalor Logam


Jika terdapat N elektron dalam asembli maka energi total semua elektron pada
sembarang suhu dapat diperoleh dari persamaan

1 15 2 kT
E
24
3
f
E EF
5
3 2 kT

1

24

Ef

U NE

1 15 2 kT
E

24
3
f
U NE F
5

3 2 kT

1

24

Ef

Jika suhu sangat kecil dibandungkan dengan suhu Fermi maka kT <<

EF

sehingga persamaan diatas dapat diapromaksi sebagai berikut


2
2


3
15
3

2 kT
2 kT
1

U NE F 1

24
24
E F
E f

3
15 2 kT

U NE F 1

5
E
24

3 2 kT

1

E
24

F
2

Dimana kita telah menggunakan aturan binomial


kedua. Karena kT<<

EF

1 x 1 1 x

untuk suku

kita dapat mempertahankan perkalian hanya sampai

suku yang mengandung T2. Dengan asumsi ini maka persamaan diatas dapat
diaproksimasi lebih lanjut menjadi

3
15 2 kT
U NE F 1

5
24

EF
2

3
1 2 kT

U NE F 1
5
2 E F

3 2 kT
\


24
E F
2

Akhirnya kita dapatkan kapasitas panas elektronik, yaitu kapasitas panas yang
diperoleh dari sumbangan energi elektron, dengan sumbangan dari elektron adalah
dU
dT
3 2 Nk 2
Ce
T
5E F
Ce

C e T

3 2 Nk 2 / 5 E f
Dengan

tampak dari persamaan diatas bahwa kapasitas kalor

elektronik berubah secara linier terhadap suhu. Jika kita memiliki logam maka
kita memiliki sekaligus asembli fonon ( getaran atom) seta assembli fermion
(elektron bebas). Akibatnya, kapasitas kalor logam mendapat kontribusi dari dua

macam assembli tersebut. Dengan demikian, pada suhu dibawah suhu Debye dan
dibawah suhu fermi maka kapasitas panas logam memenuhi persamaan umum

C T AT 3
Suku pertama disumbangkan oleh elektron dan suku kedua dusimbangkan oleh
fonon. Persamaan diatas sudah dilakukan secara eksperimen. Berdasarkan

C e T
persamaan

maka nilai

kita dapat menentukan energi Fermi.

2.6 Emisi Termionik


Pada suhu yang cukup tinggi elektron dapat keluar dari permukaan
logam.Pada suhu tersebut sebagian elektron memilki energi yang sangat besar
yang sanggup melewati potensial penghalang di dinding logam.Filamen di dalam
tabung sinar katoda dipanaskan agar elekttron keluar dari logam filamen. Elektron
yang keluar kemudian ditarik dengan medan listrik yang cukup besar sehingga
menumbuk material luminisens pada layar yang menghasilkan spot cahaya.
Kita mulai dengan asumsi bahwa logam merupakan sumur potensial dengan
ketinggian dinding

E0

. Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 11.6. elektron menempati

tingkat-tingkat energi dalam sumur potensial terson adalah ebut. pada suhu T=0,
energi maksimum yang dimiliki elektron adalah

E0 (0) .

Elektron yang bergerak ke arah permukaan logam akan meninggalkan logam jika
energi kinetik dalam arah tersebut melebihi Eo. Misalkan elektron sedang bergerak
ke arah x. Elektron akan lepas dari permukaan logam tersebut jika terpenuhi

Jumlah elektron persatuan volum yang memiliki komponen kecepatan arah x


vx

antara

v x+ d v x

sampai

{ (

n x ( vx ) d vx=

adalah

n v x , v y , v z ) v y dv z d v x

Untuk elektron, satu tingkat energi dapat ditempati oleh dua elektron dengan arah
spin berlawanan. Sehingga kerapatan elektron dapat ditulis
n ( v x , v y , v z ) v x v y dv z=f ( E )

2 m3 ( )
f E v x v y dv z
h3

2 m3 v x v y dv z
h3 e ( E E ) kT +1

2d
h3

Karena kita tertarik pada elektron yang meninggalkan permukaan logam maka
fokus perhatian kita adalah pada elektron yang memiliki energi cukup jauh di atas
energi Fermi. Dengan pembatasan ini maka kita dapat mengaproksimasi

( EEF ) kT sehingga
1
( E E F ) kT

+1

1
e

( E EF ) kT

=e E

kT

n ( v x , v y , v z ) v x v y dv z =

eE /kT
2 m3 E
e
h3

kT

eE /kT v x v y dv z

2 m3 E
e
h3

n (v x ) vx

kT

e E/ kT v y dv z

vx

v 2x + v 2y +v 2z /2 kT

v y dv z
m v x
e

EF kT

2m

h3

2m
3 eE
h

kT

m v y / 2 kT

d vy

}{

2
z

em v /2 kT d v z

2
x

em v / kT d v x

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan hubungan umum

exp [x 2 ] x =( /l )

1/2

. Dengan menggunakan hubungan ini maka persamaan

menjadi
n (v x ) vx=

2 m3 E
e
h3

kT

{ }{ }

m
(
)
2 kT

em v
m
(
)
2kT

2
x

/kT

d vx

4 m kT m v /kT
e
d vx
3
h
2
x

Jumlah elektron yang meninggalkan permukaan logam tiap satuan luas dengan
jangkauan kecepatan

vx

sampai

v x nx ( v x) d v x
v 2x
Asalkan terpenuhi m 2 > E 0 .

v x+ d v x

adalah

Jika q

adalah muatan elektron maka rapat arus yang dihasilkan adalah

v
q v x nx ( x )d v x

J=

m v x = E0

4 m kT E
e
3
h

kT

m v x /2 kT

vxe

d vx

m v x / 2=E0

2
Untuk menyelesaikan integral di atas mari kita misalkan y=m v x /2 kT

Dengan pemisahan ini maka


v x d v x=

kT
y
m

Selanjutnya kita tentukan syarat batas untuk


2

m v x /2=E 0

ekivalen dengan
J =q

4 m2 kT E
e
h3

kT

e y

4 m k T E
e
3
h

E0/ kT

v x =

kT
dy
m

q
4 m k T (E E
e
h3

. Syarat batas

y= . Dengan demikian dapat ditulis

y=E 0 /kT

ekivalen dengan

y . Syarat batas bawah

kT

e dy

E 0/ kT

4 m k T E
e
h3

kT E0 / kT

)/kT

Dengan A konstanta dan =

E0E F

merupakan tinggi dinding potensial.

gambar 11.7 adalah contoh kebergantungan kerapatan arus termionik terhadap


suhu. Pada perhitungan digunakan = 2,5 eV

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac dapat
disimpulkan bahwa
1. Azaz larangan Pauli ini, diperoleh sebagi konsekuensi dari sifat
elektron sebagai gelombang, seperti yang sudah disinggung diatas.
pada mekanika kuantum untuk partikel identik, akan ditemuakan
bahwa fungsi gelombang totalnya, hanya boleh simetrik atau anti
simetrik terhadap pertukaran dua partikel. Azas larangan Pauli, akan
muncul dengan sendirinya, apabila kita memilih fungsi gelombang
total yang anti simetrik. Partikel- partikel yang memiliki sifat seperti
ini, misalnya elektron, proton dinamakan partikel fermi atau
Fermiun.
2. Pada suhu 0 K, semua fermion terkumpul pada tingkat energi di
bawah energi maksimum yang disebut dengan energi Fermi, sehingga
fungsi distribusi Fermi Dirac tiba-tiba diskontinu pada energi batas
tersebut. Pada suhu T > 0 K sudah ada fermion yang menempati
tingkat energi di atas energi Fermi fermion yang menempati tigkat
energi di bawah sehingga energi Fermi menjadi berkurang. Akibatnya
terjadi distorsi distribusi Fermi Dirac yang hanya berada pada daerah
yang ordenya sekitar kT di sekitar energy Fermi.
3. Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron
pada suhu 0 K.
4. Energy rata-rata electron

5. Pada suhu dibawah suhu Debye dan dibawah suhu fermi maka
kapasitas panas logam memenuhi persamaan umum
C T AT 3

3.2 Saran
Sebelum mempelajari mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac, hal
yang perlu dipahami terlebih dulu adalah prinsip statistic Fermi-dirac,
kerapatan keadaan kuantum dan beberapa teknik integral

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,

Mikrajuddin.2009.Pengantar

Teknologi Bandung

Fisika

Statistik.Bandung:

Institut

Anda mungkin juga menyukai