Anda di halaman 1dari 10

RANGKAIAN FILTER RC

Christine Widya Puspamareta*), Aprilia Ruita Rukman, Lismawati

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi

2016

LATAR BELAKANG
Rangkaian filter atau tapis yang populer adalah rangkaian filter kapasitor sederhana.
Kapasitor dihubungkan antara rangkaian penyearah dengan resistor beban RL dan tegangan
output dc akan dihasilkan diujung-ujung kapasitor tersebut. Ada empat jenis filter ideal yang
memiliki tanggapan frekuensi ideal yaitu : Filter lolos rendah (Low pass Filter), Filter lolos
tinggi (High Pass Filter), Filter lolos rentang (Band Pass Filter), dan Filter tolah rentang (Band
stop Filter).
Low pass filter merupakan rangkaian filter yang memberikan redaman sangat kecil pada
frekuensi di bawah frekuensi cut-off (-3dB) yang telah ditentukan, sedangkan frekuensi di atas
frekuensi cut-off akan mendapatkan redaman yang sangat besar. Lebih sederhananya, hanya
frekuensi rendah saja yang dapat melewati rangkaian filter ini. Rangkaian low pass filter dapat
dibagun menggunakan dua jenis rangkaian dasar, yakni rangkaian low pass filter induktif dan
rangkaian low pass filter kapasitif.
Filter aktif high pass atau sering disebut dengan Active High Pass Filter (Active HPF)
atau juga disebut dengan filter lolos atas adalah rangkaian filter yang akan melewatkan sinyal
input dengan frekuensi cut-off rangkaian dan akan melemahkan sinyal input dengan frekuensi
bawah cut-off rangkaian dan ditambahkan rangkaian penguat tegangan menggunakan
operasional amplifier (Op-Amp).
Rangkaian high pass filter aktif pada dasarnya sama saja dengan filter pasif high pass,
perbedaannya pada bagian output filter aktif high pass ditambahkan rangkaian penguat
tegangan. Untuk pengetahui tipe-tipe filter aktif dan fungsinya, maka dilakukan praktikum
tentang filter aktif.
Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan kumparan secara
seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor secara paralel dengan sumber
sinyal. Contoh penggunaan filter lolos rendah adalah pada aplikasi audio, yaitu pada
peredaman frekuensi tinggi sebelum masuk speaker bass atau subwoofer (frekuensi rendah).
Kumparan yang diletakkan secara seri dengan sumber tegangan akan meredam frekuensi
tinggi dan meneruskan frekuensi rendah, sedangkan sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri
akan meredam frekuensi rendah dan meneruskan frekuensi tinggi.
Namun untuk membuat filter seringkali dihindari penggunaan induktor, terutama karena
ukurannya yang besar. Sehingga umumnya filter pasif hanya memanfaatkan komponen R dan
C saja. Sehingga, rangkaian filter atau tapis RC adalah sebuah rangkaian yang dapat menapis
atau menghambat sinyal AC dalam sebaran frekuensi tertentu akibat dari masukan yang
diberikan. Dengan demikian, dikenal 2 (dua) jenis rangkaian tapis yang sering digunakan
yaitu tapis lolos tinggi (High pass filter) dan tapis lolos rendah ( Low pass filter ).
Dalam melakukan percobaan rangkaian filter RC ada tiga tujuan percobaan yaitu,
membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi, menentukan frekuensi cut-off
rangkaian tapis RC lolos rendah dan lolos tinggi berdasarkan bode-plot, merancang suatu
sistem rangkaian tapis RC tingkat satu.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu :
1. Bagaimana membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi ?
2. Bagaimana menentukan frekuensi cut-off rangkaian tapis RC lolos rendah dan tinggi
berdasarkan bode-plot ?
3. Bagaimana merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu ?

TUJUAN
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu :
1. Dapat membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi.
2. Dapat menentukan frekuensi cut-off rangkaian tapis RC lolos rendah dan tinggi.
3. Mampu merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu.

KAJIAN TEORI
Kali ini akan dikaji sifat RC sebagai penapis frekuensi. Artinya rangkaian RC ada yang
bersifat meloloskan frekuensi rendah, tetapi menahan frekuensi tinggi, dan begitu pula
sebaliknya (Haris, Abdul,2015:21).
Dasar pemahaman tentang proses tanggapan frekuensi ini, maka kita hanya akan
mengkaji pada sifat RC yang bisa meloloskan frekuensi rendah dan tinggi dan sebagai alat
pengubah (converter) gelombang persegi-ke-segitiga dan persegi-ke-pulsa dengan, masing-
masing, mengintegrasikan dan mendiferensialkan gelombang inputnya dan rangkaiannya
sendiri masing-masing disebut rangkaian integrator dan rangkaian diferensiator orde 1, yang
hanya terdiri dari sebuah resistor yang seri dengan sebuah kapasitor yang ditunjukkan oleh
gambar berikut (Sutrisno, 1989)

Tapis Lolos Rendah RC


Untuk tapis lolos rendah yang dihasilkan oleh pengintegralan RC, sinyal keluaran
rangkaian merupakan integral dari sinyal masukan yang dinyatakan oleh :
t
1
RC 0
Vo  Vin dt [1]

Di mana rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada Gambar 1 (a)
ditentukan dengan :
𝑉𝑜 𝑋𝑐
𝐴𝑣 = =
𝑉𝑖
√𝑅 2 + 𝑋𝑐 2

1
= [2]
𝑅2
√( )2 +1
𝑋𝑐

Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :


𝑉𝑜 1
𝐴𝑣 = =
𝑉𝑖 2
2
√(𝑅 ) + 1
𝑋𝑐

1 1
= = = 0.707 [3]
√1 + 1 √2
Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :
1
𝑓𝑐 = [4]
2𝜋𝑅𝐶
Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f menghasilkan
kurva seperti pada gambar berikut:

Tapis Lolos Tinggi RC


Untuk tapis lolos tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian differensiator RC, sinyal
keluaran rangkaian merupakan diferensial dari sinyal masukan yang dinyatakan oleh :
dVin
Vo  RC [5]
dt
Dengan rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada Gambar 3.1 (b)
ditentukan dengan :
𝑉𝑜 𝑅
𝐴𝑣 = =
𝑉𝑖
√𝑅 2 + 𝑋𝑐 2

1
= [6]
√1 + (𝑋𝑐 )2
𝑅
Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :
1
𝐴𝑣 =
2
√1 + (𝑋𝑐 )
𝑅
1 1
= = = 0.707 [7]
√1 + 1 √2
Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :
1
𝑓𝑐 = [8]
2𝜋𝑅𝐶
Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f menghasilkan
kurva seperti pada gambar berikut:

METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Osiloskop Sinar Katoda + Probe 1 set
2. Audio Function Generator 1 buah
3. Resistor 1 buah
4. Kapasitor 1 buah
5. Kabel Penghubung secukupnya

Identifikasi Variabel
a. Variabel Manipulasi : Frekuensi (Hz).
b. Variabel Respon : Tegangan keluaran Vo (volt).
c. Variabel Kontrol : Resistansi (Ω), kapasitansi (F) dan Tegangan sumber Vin (volt).

Definisi Operasional Variabel


a. Frekuensi adalah banyaknya getaran suatu benda tiap satuan waktu (S), dimana dalam
kegiatan ini frekuensi sumber berfungsi sebagai sinyal yang akan ditapis pada rangkaian
RC, besarnya frekuensi masukan dapat diatur pada audio funtion generator.
b. Tegangan keluaran adalah beda potensial di titik keluaran pada rangkaian setelah sinyal
masukan ditapis ada rangkaian RC.
c. Resistansi resistor R adalah kemampuan resistor untuk menghambat aru yang mengalir
dalam rangkaian.
d. Kapasitansi kapasitor C adalah banyaknya muatan listrik yang dapat disimpan oleh
kapasitor. Pada percobaan ini, resistor bersama-sama dengan kapasitor bertugas
menyaring frekuensi masukan.
e. Tegangan input Vin adalah besarnya beda potensial pada sumber.

Prosedur kerja
Alat dan bahan dalam percobaan ini adalah 1 set osiloskop sinar katoda + probenya,
1 buah audio function generator, 1 buah resistor, 1 buah kapasitor dan kabel penghubung.
Dalam melakukan kegiatan percobaan ini, ada dua jenis rangkaian yang dianalisis.
Tetapi kedua rangkaian tersebut pada prinsipnya adalah sama. Hanya yang membedakan
adalah cara pengambilan outputnya saja. Kegiatan pertama yaitu rangkaian integrator dan
kegiatan kedua yaitu rangkaian diferensiator.
Prosedur kerja pada kegiatan pertama adalah dibuat rangkaian di atas papan kit seperti
gambar di bawah ini.

Gambar 4. Rangkaian Integrator


Sebelum dilakukan pengamatan terhadap outputnya, terlebih dahulu dicatat dan
diukur nilai/harga komponen C dan R. Setelah itu diperkirakan berapa besar frekuensi potong
1
(Cut-Off) rangkaian yang dibuat dengan menggunakan persamaan fc = 2πRC. Kemudian
diukur tegangan puncak Vi (maksimum) audio generator untuk gelombang persegi. Setelah
langkah awal di lakukan, selanjutnya dilakukan pengamatan dan pengukuran untuk tegangan
output Vo. Setelah tampilan output tampak pada layar monitor osiloskop, berikutnya
tombol/pemutar frekuensi diputar pada angka penunjukan 30 Hz. Diukur tegangan puncak
yang tampak pada layar monitor dan sekaligus memfoto model gelombang keluarannya.
Kemudian frekuensi diganti sebesar 40Hz, 50 Hz, hingga 100 Hz, 200 Hz, 300 Hz hingga
1,000 Hz dan seterusnya. Kemudian hasil pengamatan dicatat pada lembar kerja.
Prosedur kerja pada kegiatan kedua yaitu dirangkaian rangkaian yang sama dengan
rangkaian integrator, hanya yang menjadi output adalah R (resistor). Dan proses pengamatan
dan pengambilan data sama prosesnya dengan kegitan pertama.

Gambar 5. Rangkaian diferensiator


melakukan pengukuran maka potensiometer diputar hingga mencapai titi maksimum, pada
kegiatan ini
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Pengamatan
R = 216,2 Ω
C = 208 x 10-9 F

Data 1 (Integrator) Data 2 Diferensiator


No. No.
f (Hz) Vout (volt) F (Hz) Vout (volt)
1 30 1,5 1 30 0,015
2 40 1,5 2 40 0,02
3 50 1,5 3 50 0,02
4 60 1,5 4 60 0,025
5 70 1,5 5 70 0,03
6 80 1,5 6 80 0,035
7 90 1,5 7 90 0,04
8 100 1,5 8 100 0,045
9 200 1,5 9 200 0,085
10 300 1,5 10 300 0,12
11 400 1,4 11 400 0,16
12 500 1,3 12 500 0,19
13 600 1,3 13 600 0,23
14 700 1,3 14 700 0,26
15 800 1,3 15 800 0,29
16 900 1,3 16 900 0,32
17 1000 1,2 17 1000 0,345
18 2000 1 18 2000 0,06
19 3000 0,8 19 3000 0,15
20 4000 0,65 20 4000 0,16
21 5000 0,55 21 5000 0,19
22 6000 0,5 22 6000 0,22
23 7000 0,45 23 7000 0,25
24 8000 0,4 24 8000 0,28
25 9000 0,35 25 9000 0,31
26 10000 0,3 26 10000 0,34
27 30 1,5 27 20000 0,55
28 40 1,5 28 30000 0,65
40000 0,7
50000 0,75
60000 0,75
70000 0,75
80000 0,75
90000 0,75
100000 0,75
B. Analisi data
1. Frekuensi Cut-Off (𝑓𝑐 )
a. Secara teori
R = 216,2 Ω
C = 208 ×10-9 F
Vin = 2 V
1
fc =
2πRC
1
fc =
2(3,14)(216,2Ω)(208 × 10−9 F)
1
fc = Hz
(282.409,088 x 10−9 )
10−9
fc = Hz
282.409,088
fc = 3.540,9 Hz

b. Secara praktik
Dari grafik untuk (20 log A) = -3dB dipreroleh
fc = 1700 Hz

c. Rata-rata
fc teori + fc praktik
f̅c =
2
3.540,9 + 1700
f̅c = Hz
2
f̅c = 2602,45 Hz

d. Persen Diff
fc teori − fc praktik
% diff = | | 100%
f̅c
3504,9 − 1700
% diff = | | 100%
2602,45
% diff = 69,4%

2. Kutub Tapis (𝜔)


a. Secara teori
ω = 2πfc
ω = 2 (3,14)(3504,9 Hz)
ω = 22010,7 rad/s
b. Secara praktik
ω = 2πfc
ω = 2 (3,14)(1700 Hz)
ω = 10676 rad/s
c. Rata-rata
ω teori + ω praktik
ω
̅=
2
22010,7 + 10676
ω
̅= rad/s
2
ω
̅ = 16343,35 rad/s

d. Persen Diff
ωteori − ωpraktik
% diff = | | 100%
ω
̅
22010,7 − 1700
% diff = | | 100%
16343,35
% diff = 124,3%

Rangkaian Diferensiator
1. Frekuensi Cut-Off (𝑓𝑐 )
a. Secara teori
R = 216,2 Ω
C = 208 ×10-9 F
Vin = 2 V
1
fc =
2πRC
1
fc =
2(3,14)(216,2Ω)(208 × 10−9 F)
1
fc = Hz
(282.409,088 x 10−9 )
10−9
fc = Hz
282.409,088
fc = 3.540,9 Hz

e. Secara praktik
Dari grafik untuk (20 log A) = -3dB dipreroleh
fc = 1700 Hz
f. Rata-rata
fc teori + fc praktik
f̅c =
2
3.540,9 + 2000
f̅c = Hz
2
f̅c = 2752,45 Hz

b. Persen Diff
fc teori − fc praktik
% diff = | | 100%
f̅c
3504,9 − 2000
% diff = | | 100%
2752,45
% diff = 54,7%

3. Kutub Tapis (𝜔)


e. Secara teori
ω = 2πfc
ω = 2 (3,14)(3504,9 Hz)
ω = 22010,7 rad/s
f. Secara praktik
ω = 2πfc
ω = 2 (3,14)(2000 Hz)
ω = 12560 rad/s

g. Rata-rata
ω teori + ω praktik
ω
̅=
2
22010,7 + 12560
ω
̅= rad/s
2
ω
̅ = 17285,35 rad/s

h. Persen Diff
ωteori − ωpraktik
% diff = | | 100%
ω
̅
22010,7 − 2000
% diff = | | 100%
17285,35
% diff = 115,8%
PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan adalah percobaan tentang rangkaian filter RC. Rangkaian
filter RC ada yang meloloskan frekuensi rendah dan menahan frekuensi tinggi yang disebut
rangkaian integrator dan rangkaian filter RC yang meloloskan frekuensi tinggi dan menahan
frekuensi rendah yang disebut diferensiator. Percobaan ini bertujuan untuk membedakan
rangkaian integrator dan diferensiator, menentukan frekuensi cut-off rangkaian integrator dan
diferensiator serta merancang suatu sistem rangkaian filter RC.
Pada percobaan ini digunakan satu buah reistor dan satu buah kapasitor sehingga
disebut sebagai rangkaian RC tingkat satu. Pada percobaan ini ada 2 kegiatan yang dilakukan
yaitu integrator dan diferensator. Dimana dicari besarnya frekuensi cut-off dan nilai kutub
tapis. Untuk menentukan frekuensi cut-off baik rangkaian integrator maupun rangkaian
diferensiator secara teori dapat dicari melalui persamaan f = 1/(2πRC), secara praktikum
ditentukan dengan menganalisis kurva hasil percobaan, pada kurva alih tegangan terhadap
frekuensi akan tampak pada saat alih tegangan menunjukkan nilai -3 dB maka pada titik
tersebut akan ditunjukkan nilai frekuensi cut-offnya. Pengamatan berdaarkan bode plot yang
ditunjukkan pada bode-plot, digunakan sebagai hasil praktikum.
Pada kegiatan integrator, fc teori adalah 3504,9 Hz dan fc praktikum sebesar 1700 Hz
dan rata-rata fc sebesar 2602,45 Hz dengan %diff 69,4%. Kemudian nilai kutub tapis secara
teori sebesar 22010,7 rad/s, secara praktikum sebesar 10676 rad/s danrata-rata nilai kutub
tapis sebesar 16343,35 rad/s dengan %diff sebesar 124,3%.
Pada kegiatan diferensiator, fc teori adalah 3504,9 Hz dan fc praktikum sebesar 2000
Hz dan nilai rata-rata fc sebesar 2752,45 Hz. Kemudian nilai kutub tapis secara teori sebesar
22010,7 rad/s, sedangkan nilai kutub tapis secara praktikum sebesar 12560 rad/s dan nilai rata-
rata kutub tapis sebesar 17285,35 rad/s dengan %diff sebesar 115,8%. Hasil antara nilai teori
dan praktikum memiliki perbedaan yang cukup jauh, hal ini disebabkan kesalahan praktikan
dalam pengambilan data dan instrument yang tidak dalam keadaan baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Rangkaian RC tapis lolos rendah ialah rangkaian RC yang meloloskan frekuensi rendah
dan menahan frekuensi tinggi, Sedangkan rangkaian RC tapis lolos tinggi ialah sebaliknya
yaitu meloloskan frekuensi tinggi dan menahan frekuensi rendah.
2. Frekuensi cut-off pada intrgrator diambil dari kurva pada skala -3 dB fungsi alih tegangan
terhadap frekuensi yaitu 5000 Hz dan pada diferensiator frekuensi cut-off diambil dari
kurva pada skala pada skala 3 dB fungsi alih tegangan terhadap frekuensi yaitu 3300 Hz.
3. Rangkaian tapis RC tingkat satu yaitu suatu rangkaian yang terdiri atas satu resistor dan
satu kapasitor yang disusun secara seri.

DAFTAR PUSTAKA
Bakri. A.H, Martawijaya.M.A, Saleh. M. 2015. Dasar-dasar elektronika. UNM Makassar:
Edukasi Mitra Grafika.
Sutrisno. (1986). Elektronika, Teori dan Penerapannya, Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar I. Makassar: FMIPA UNM

Anda mungkin juga menyukai