MAKALAH
Disusun dan Diajukan untuk Tugas dalam Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Disusun Oleh :
DESI FITRIANI
Dosen Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur selalu saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas penyusunan Makalah Filsafat Pendidikan. Shalawat dan salam semoga disampaikan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Yang telah memberikan pembelajaran yang
terbaik yang mencerdaskan dan menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat. Adapun
judul makalah Filsafat Pendidikan tentang, “Behaviurisme dan Konstruktivisme”.
Saya selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Mhmd Habibi, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih saya ucapkan
kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran tugas saya, dan teman-teman yang
memberikan saran kepada saya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saya tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan saya berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi
penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Penulis
Desi Fitriani
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................... 15
B. Saran.......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di
jalanan dan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu
hal sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh
I’tikad dan maksud tertentu.
Pemahaman guru akan pengertian dan makna belajar akan mempengaruhi
tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Guru yang hanya memahami
belajar hanya agar murid bisa menghafal tentu beda cara mengajarnya dengan guru yang
memahami belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku.Untuk itu guru penting
memahami pengertian belajar dan teori-teori belajar.
W.H. Burton mendefinisikan belajar: Belajar merupakan perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dari pengertian tersebut ada kata “change” maksudnya bahwa seseorang yang
telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik
dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam tiga aspek yaitu
pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor). Sedang Ernest R.
Hilgard dalam B. Simandjuntak dan IL. Pasaribu mengemukakan “Belajar adalah suatu
proses perubahan kegiatan karena reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut
tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara
seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.
4
Teori belajar pada umumnya dibagi menjadi beberapa golongan, dengan
mempelajari teori belajar guru dapat memahami dasar proses belajar beserta dalil-
dalilnya sehingga guru dapat memanajemen proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Teori
belajar yang dikemukakan Thorndike sering disebut dengan teori
koneksionisme atau teori asosiasi.
7
Kelebihan Teori Behavioristik :
1). Model Behavioristik sangat cocok untuk pemerolehan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya.
2). Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi hasil yang dapat diamati dan diukur. Sehingga
kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik.
3) Murid hanya mendengarkan dengan penjelasan dari guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif.
4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
8
Pembelajaran Behavioristik dalam Pembelajaran :
Strategi Pembelajaran :
Strategi pembelajaran dalam hal ini dimaknai sebagai cara siswa belajar dan cara
guru mengajar perspektif Behaviorisme. Menurut Behaviorisme, belajar adalah
perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Pandangan di atas berimplikasi terhadap aktivitas siswa, yang mana siswa
dikondisikan sebagai individu yang pasif, siap menerima stimulus dari guru atau dari
manapun juga. Karena itu dalam belajar siswa banyak mendengar, mencatat, dan
mengulangulang stimulus yang diberikan oleh guru. Dalam pandangan Behaviorisme,
guru sangat berperan memberikan stimulus kepada siswa. Agar siswa dapat merespon
dengan baik, maka siswa dapat melakukan sebagai berikut: (a) Membiasakan perilaku
9
yang dikondisikan; (b) Mengulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan; (c) Trial and
Error; dan (d) Mendengar dan mencatat stimulus dari guru. (Zalyana: 2016, hal. 75)
Peran Guru :
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi
siswa . siswa diposisikan sebagai individu yang pasif, menerima berbagai stimulus
dari guru. Sedangkan guru diposisikan sebagai individu aktif.
Karena itu dalam pandangan Behaviorisme, guru berperan sebagai: (a) Sosok
yang menentukan dimana isyarat dapat memancing respon siswa; (b) Pengajar, yaitu
menyampaikan berbagai stimulus; (c) Pengatur, yaitu mengatur promting
(bimbingan )untuk dipasangkan dengan stimulus; (d) Pengatur kondisi lingkungan
sehingga siswa dapat merespon dengan benar dan siswa dapat menerima
reinfoecement; (e) Model yang selalu mencontohkan perilaku kepada siswa; dan (f)
Pemberi instruksi singkat yang diikuti contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Teori behavioristik ini sebagaimana yang dikemukakan Syah
memiliki kekurangan diantaranya (Syah, 2004: 110). Memandang belajar sebagai
kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam
sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalanya.
10
melalui pengetahuan diri, dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun
oleh anak melalui pengalamannya.
11
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. Mencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
1. Kelebihan
a. Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa
untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
b. Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru.
c. Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
d. Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi
dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan
Kelemahan dari teori ini terlihat dalam proses belajarnya, yakni peran
guru sebagai pendidik itu kurang begitu mendukung. Kelemahan lain
diterapkannya teori konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a. Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena
itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli.
b. Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal
ini pasti membutuhkan waktu yang lama., apalagi untuk siswa yang malas.
c. Kondisi di setiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru.
12
Proses belajar menurut konstruktivisme antara lain bercirikan sebagai berikut.
a.Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh
pengertian yang telah ia punyai.
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara
kuat maupun lemah.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar:
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan
yang dipelajari. (Sukiman: 2008, hal. 63)
.
13
C. Perbandingan Teori Belajar Behaviorisme dan Konstruktivisme
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Behaviurisme:
15
Teori Konstruktivisme:
1. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka belajar bukan
karena disampaikan pada mereka.
2. Pelajaran baru sangat tergantung dengan pelajaran sebelumnya
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial
4. Penugasanpenugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses
pembelajaran.
5. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan
pengalaman individual dan interaksi.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17