Anda di halaman 1dari 17

BEHAVIURISME DAN KONSTRUKTIVISME

MAKALAH

Disusun dan Diajukan untuk Tugas dalam Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Disusun Oleh :

DESI FITRIANI

Dosen Pembimbing :

Mhmd. Habibi, S.Pd, M.Pd

MAHASISWA JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN 2020 M / 1442 H

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur selalu saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas penyusunan Makalah Filsafat Pendidikan. Shalawat dan salam semoga disampaikan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Yang telah memberikan pembelajaran yang
terbaik yang mencerdaskan dan menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat. Adapun
judul makalah Filsafat Pendidikan tentang, “Behaviurisme dan Konstruktivisme”.

Saya selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Mhmd Habibi, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih saya ucapkan
kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran tugas saya, dan teman-teman yang
memberikan saran kepada saya.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saya tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.

Dan saya berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi
penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.

Ds.Baru Tanjung Tanah, 18 November 2020

Penulis

Desi Fitriani

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Behaviorisme..................................................... 6


B. Teori Belajar Konstruktivisme................................................. 10

C. Perbandingan Teori Behaviorisme dan Konstruktivisme........ 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 15
B. Saran.......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di
jalanan dan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu
hal sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh
I’tikad dan maksud tertentu.
Pemahaman guru akan pengertian dan makna belajar akan mempengaruhi
tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Guru yang hanya memahami
belajar hanya agar murid bisa menghafal tentu beda cara mengajarnya dengan guru yang
memahami belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku.Untuk itu guru penting
memahami pengertian belajar dan teori-teori belajar.
W.H. Burton mendefinisikan belajar: Belajar merupakan perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dari pengertian tersebut ada kata “change” maksudnya bahwa seseorang yang
telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik
dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam tiga aspek yaitu
pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor). Sedang Ernest R.
Hilgard dalam B. Simandjuntak dan IL. Pasaribu mengemukakan “Belajar adalah suatu
proses perubahan kegiatan karena reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut
tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara
seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.

4
Teori belajar pada umumnya dibagi menjadi beberapa golongan, dengan
mempelajari teori belajar guru dapat memahami dasar proses belajar beserta dalil-
dalilnya sehingga guru dapat memanajemen proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Teori Belajar Behaviorisme?


2. Bagaimanakah Teori Belajar Konstruktivisme?
3. Apakah perbedaan dan Perbandingan Teori belajar Behaviorisme dan
Konstruktivisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Teori belajar Behaviorisme.


2. Untuk mengetahui Teori belajar Konstruktivisme.
3. Untuk memahami perbandingan teori belajar Behaviorisme dan Konstruktivisme.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai


akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa
mempunyai pengalaman baru. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2004)
Aplikasinya dalam pembelajaran adalah guru memiliki kemampuan dalam mengelola
hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
dapat optimal.
Menurut teori ini, masukan dari guru yang berupa stimulus dan keluaran siswa
yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang dianggap penting
dalam aliran ini adalah faktor penguatan ( reinforcement). Penguatan yang dimaksud
disini adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon dengan demikian
penguatan merupakan bentuk stimulus yang penting diberikan atau dihilangkan untuk
memungkinkan terjadinya respon.

Adapun tokoh-tokoh dalam teori belajar behavioristik antara lain :


1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Seorang pendidik & psikolog berkebangsaan Amerika, mengemukakan
bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat, sedang respon adalah

6
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Teori
belajar yang dikemukakan Thorndike sering disebut dengan teori
koneksionisme atau teori asosiasi.

2. Burrhus Frederic Skinner (1904- 1990)


B. Frederic Skinner merupakan tokoh behavioris berkebangsaan Amerika
serikat dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) ,
dia menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning .
Gaya mengajar guru dilakukan secara searah & dikontrol melalui
pengulangan (drill) & latihan (exercise). Manajemen kelas menurut Skinner
berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification ) antara
lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan
pada perilaku yang diinginkan & tidak memberi ingatan apa pun pada
perilaku yang tidak tepat.

3. Ivan Petrovich Pavlov (1849- 1936)


Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia
mempelopori munculnya proses kondisioning responden (respondent
conditioning) atau kondisioning klasik (classical conditioning). Ivan Pavlov
melakukan penelitian terhadap anjing dimana Pavlov melihat selama
pelatihan ada perubahan dalam waktu dan rata-rata keliuarnya air liur pada
anjing. Pavlov mengamati jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang
lapar anjing akan mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah
menyebabkan rangsangan kepada anjing secara otomatis meskipun tanpa
latihan. Dalam percobaan ini daging disebut stimulus yang tidak
dikondisikan (unconditioned stimulus) dank arena air liur yang keluar akibat
adanya daging tersebut kelaur secara otomatis maka respon tersebut disebut
respon yang tidak dikondisikan (unconditioned response).

7
Kelebihan Teori Behavioristik :

1). Model Behavioristik sangat cocok untuk pemerolehan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya.

2). Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.

Kelemahan Teori Behavioristik :

1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi hasil yang dapat diamati dan diukur. Sehingga
kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik.

2) Penerapan metode ini yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses


pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menentukan apa yang
harus dilakukan oleh murid. Murid dipandang pasif.

3) Murid hanya mendengarkan dengan penjelasan dari guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif.

4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

8
Pembelajaran Behavioristik dalam Pembelajaran :

1. Menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar peserta didik mulai dari


bagian-bagian menuju keseluruhan kurikulum yang disajikan.
2. Taat kepada kurikulum yang ditetapkan.
3. Kegiatan pembelajaran banyak mengandalkan pada buku teks dan soal-soal.
4. Peserta didik dianggap sebagai kertas putih kosong yang dapat dicoret apapun
oleh guru dan umumnya guru menggunakan cara diktaktik dalam memberikan
informasi kepada peserta didiknya.
5. Hasil belajar peserta didik menjadi bagian dari pembelajaran dan dilakukan ketika
pembelajaran berakhir.
6. Peserta didik bekerja sendirian tanpa ada kelompok belajar dan diskusi.

Strategi Pembelajaran :

Strategi pembelajaran dalam hal ini dimaknai sebagai cara siswa belajar dan cara
guru mengajar perspektif Behaviorisme. Menurut Behaviorisme, belajar adalah
perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Pandangan di atas berimplikasi terhadap aktivitas siswa, yang mana siswa
dikondisikan sebagai individu yang pasif, siap menerima stimulus dari guru atau dari
manapun juga. Karena itu dalam belajar siswa banyak mendengar, mencatat, dan
mengulangulang stimulus yang diberikan oleh guru. Dalam pandangan Behaviorisme,
guru sangat berperan memberikan stimulus kepada siswa. Agar siswa dapat merespon
dengan baik, maka siswa dapat melakukan sebagai berikut: (a) Membiasakan perilaku

9
yang dikondisikan; (b) Mengulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan; (c) Trial and
Error; dan (d) Mendengar dan mencatat stimulus dari guru. (Zalyana: 2016, hal. 75)

Peran Guru :

Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi
siswa . siswa diposisikan sebagai individu yang pasif, menerima berbagai stimulus
dari guru. Sedangkan guru diposisikan sebagai individu aktif.
Karena itu dalam pandangan Behaviorisme, guru berperan sebagai: (a) Sosok
yang menentukan dimana isyarat dapat memancing respon siswa; (b) Pengajar, yaitu
menyampaikan berbagai stimulus; (c) Pengatur, yaitu mengatur promting
(bimbingan )untuk dipasangkan dengan stimulus; (d) Pengatur kondisi lingkungan
sehingga siswa dapat merespon dengan benar dan siswa dapat menerima
reinfoecement; (e) Model yang selalu mencontohkan perilaku kepada siswa; dan (f)
Pemberi instruksi singkat yang diikuti contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Teori behavioristik ini sebagaimana yang dikemukakan Syah
memiliki kekurangan diantaranya (Syah, 2004: 110). Memandang belajar sebagai
kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam
sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalanya.

B. Teori Belajar Konstruktivisme

Poedjiadi (dalam Veronika, 2010) berpendapat bahwa konstruktivisme bertitik


tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah
mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk
sebelumnya, dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya.
Senada dengan pendapat itu, Karli (dalam Veronika, 2010) mengemukakan
konstruktivisme adalah salah satu pandangan yang dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi

10
melalui pengetahuan diri, dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun
oleh anak melalui pengalamannya.

  Ciri-ciri Teori Konstruktivisme


Broks dan Boroks (dalam Suprijono,2013: 36) menjelaskan ciri-ciri
konstruktivisme sebagai berikut.
1. Kegiatan belajar konstruktivisme bersandar pada materi hands on.
2. Prensentasi materi dimulai dengan keseluruhan kemudian pindah ke bagian-
bagian.
3. Menekankan pada ide-ide dasar.
4. Guru mengikuti pertanyaan peserta didik.
5. Guru menyiapkan lingkungan belajar dimana peserta didik dapat menemukan
pengetahuan.
6. Guru berusaha membuat peserta didik mengungkapkan sudut pandang dan
pemahaman mereka sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka.
7. Asesmen diintegrasikan dengan belajar mengajar melalui portofolio dan
observasi.

  Prinsip-prinsip Teori Konstruktivisme


Wiare (2013) menjelaskan bahwa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam
pengembangan pembelajaran kontruktivisme adalah sebagai berikut.
1.      Prior Knowledge/Previous Experience
Faktor yang memengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui
oleh peserta didik. Prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah sebagai berikut.
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 
b.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c.       Murid aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
d.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.

11
e.       Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f.       Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g.      Mencari dan menilai pendapat siswa.
h.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme


Yuukichan (2012) menjelaskan bahwa kelebihan dan kekurangan teori
konstruktivisme adalah sebagai berikut.

1.      Kelebihan
a.       Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa
untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
b.      Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru.
c.       Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
d.      Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi
dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.

2.     Kelemahan
Kelemahan dari teori ini terlihat dalam proses belajarnya, yakni peran
guru sebagai pendidik itu kurang begitu mendukung. Kelemahan lain
diterapkannya teori konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a.       Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena
itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli.
b.      Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal
ini pasti membutuhkan waktu yang lama., apalagi untuk siswa yang malas.
c.       Kondisi di setiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru.

12
Proses belajar menurut konstruktivisme antara lain bercirikan sebagai berikut.

a.Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh
pengertian yang telah ia punyai.

b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara
kuat maupun lemah.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu


pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri,
suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.

d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.

f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar:
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan
yang dipelajari. (Sukiman: 2008, hal. 63)
.

13
C. Perbandingan Teori Belajar Behaviorisme dan Konstruktivisme

Aspek Teori behaviurisme Teori Konstruktivisme

Belajar -Belajar adalah perubahan perilaku - Siswa membangun pemahamannya


- Perilaku tersebut harus selalu tampak sendiri dari hasil mereka belajar bukan
- Perilaku harus dapat diukur karena disampaikan pada mereka.
- Mengakui pentingnya masukan atau - Pelajaran baru sangat tergantung
input yang berupa stimulus dan keluaran dengan pelajaran sebelumnya
atau output yang berupa respon - Belajar dapat ditingkatkan dengan
- Pembiasaan dan latihan menjadi interaksi sosial
esensial dalam belajar - Penugasanpenugasan dalam belajar
- Apa yang terjadi antara stimulus dan dapat meningkatkan kebermaknaan
respon dianggap tidak penting proses pembelajaran.
diperhatikan karena tidak dapat diamati. - Siswa membangun interpretasi
- Kegagalan atau ketidakmampuan personal terhadap dunia luar berdasarkan
dalam penambahan pengetahuan pengalaman individual dan interaksi.
dikatagorikan sebagai kegagalan yang
perlu dihukum
- Mementingkan penguatan/
reinforcement
Metode - Membiasakan perilaku yang - Membiasakan perilaku yang
atau dikondisikan dikondisikan
strategi - Mengulang-ulang sehingga menjadi - Mengulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan kebiasaan
- Trial and Error – Trial and Error
Peran - Sosok yang menentukan dimana isyarat - guru atau dosen berperan sebagai
guru dapat memancing respon siswa. mediator dan fasilitator
- Pengajar, yaitu menyampaikan berbagai - Guru memonitor dan selalu
stimulus. memperbaharui pengalaman siswa
- Pengatur, yaitu mengatur promting
(bimbingan) untuk dipasangkan dengan
stimulus.
- Pengatur kondisi lingkungan sehingga
siswa dapat merespon dengan benar dan
siswa dapat menerima reinfoecement.
- Model yang selalu mencontohkan
perilaku kepada siswa
-Pemberi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku


sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang
menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon (Budiningsih, 2004).
Poedjiadi (dalam Veronika, 2010) berpendapat bahwa konstruktivisme
bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan
adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau
dikonstruk sebelumnya, dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan
lingkungannya.
Adapun Perbedaan antara teori Behaviurisme dan Konstruktivisme:

Teori Behaviurisme:

1. Belajar adalah perubahan perilaku


2. Perilaku tersebut harus selalu tampak
3. Perilaku harus dapat diukur
4. Mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran
atau output yang berupa respon
5. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar
6. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati.
7. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum
8. Mementingkan penguatan/ reinforcement.

15
Teori Konstruktivisme:
1. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka belajar bukan
karena disampaikan pada mereka.
2. Pelajaran baru sangat tergantung dengan pelajaran sebelumnya
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial
4. Penugasanpenugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses
pembelajaran.
5. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan
pengalaman individual dan interaksi.

B. Saran

Dengan adanya belajar mengenai Behaviurisme dan Konstruktivisme, kita


menjadi tau perbedaan diantara keduanya. Serta kita bisa memilih teori yang
mana yang layak dan cocok diterapkan saat kita mengajar kepada peserta didik.
Kita sebagai calon guru harus mampu memahami hal tersebut dan
menerapkannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

“Perbedaan Teori Behaviorisme” Diakses dari http://dasarguru.com/perbedaan-


teori-behaviorisme-dan-konstruktivistik/ . Pada 19 November
2020 Pukul.07.49.

Sukiman. 2008. Teori Pembelajaran Dalam Pandangan Konstruktivisme dan


Pendidikan Islam. Vol. 3.No.1

Zalyana. 2016. Perbandingan Konsep Belajar, Strategi Pembelajaran dan peran


Guru (Perspektif Behaviorisme dan Konstruktivisme). Vol.13, No.
1.

17

Anda mungkin juga menyukai