Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat,

memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang

selama ini merupakan aset penting karena menyangkut hajat hidup orang

banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan

dalam pembangunan sekarang ini, tidak hanya sektor industri saja yang

mulai bangkit dan tumbuh tetapi juga sektor perumahan, kesehatan,

pendidikan dan pariwisata. Semua sektor itu juga membutuhkan lahan

sebagai salah satu syarat yang harus di penuhi agar aspek usaha dapat

berjalan dengan baik. Sebagai akibatnya, banyak lahan pertanian yang

dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

Maraknya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian harus segera

dikendalikan dan ditanggulangi. Kriteria terkendali di sini adalah sesuai

dengan prioritas pembangunan, pemanfaatan yang optimal dan tidak

memberikan dampak negatif. Selain itu juga sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

(RDTRK) yang telah dibuat oleh pemerintah setempat.

Alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian juga terjadi di Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY), khususnya di Kabupaten Sleman. Hal ini

sangat merugikan Kabupaten Sleman khususnya dan pembangunan bangsa

1
2

Indonesia pada umumnya.

Gambar 1. Kondisi Lahan Pertanian di Propinsi DIY

Sumber: Analisa data Distan DIY dan BPS DIY, 2013

Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa sebaran wilayah/lahan

pertanian di DIY terletak pada Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten

Kulon Progo (71.2%); sedangkan basis wilayah lahan pertanian produktif

(sawah) justru terletak di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul

(67,7%).

Gambar 2. Tren Ketersediaan dan Konsumsi Beras di DIY Tahun 2010-2044

Sumber: Analisa data Distan DIY dan BPS DIY, 2013

Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kebutuhan

beras diperkirakan tidak mampu diimbangi dengan kecenderungan

ketersediaan pangan (beras) yang terus menurun.

Gambar 3. Tren Pertumbuhan Lahan Sawah di Propinsi DIY

Sumber: Analisa data Distan DIY dan BPS DIY, 2013

Sementara itu, luas lahan sawah terus terkonversi setiap tahunnya

dengan laju penurunan >200 hektar/tahun di wilayah DIY. Laju konversi

lahan sawah yang masif terjadi pada wilayah basis sawah produktif

(Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul). Konversi lahan sawah tersebut

sebagian besar beralih menjadi pemukiman/perluasan wilayah perkotaan.

Adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi

memerlukan perluasan lahan untuk kebutuhan tersebut. Disisi lain, adanya

pertambahan penduduk tersebut memerlukan supply bahan pangan yang

banyak, artinya diperlukan lahan pertanian yang luas, padahal lahan

merupakan sumber daya yang terbatas jumlahnya. Kondisi yang demikian

menyebabkan persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan sehingga

akan berakibat pada meningkatnya nilai lahan (land rent). Pada umumnya

penggunaan lahan untuk pertanian akan selalu dikalahkan.

Laju perkembangan suatu daerah biasanya dipengaruhi oleh

pertambahan penduduk sebagai akibat daya tarik atau nilai jual daerah

tersebut. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan diikuti dengan

pertumbuhan infrastruktur yang tinggi pula untuk mengakomodasi semua

kebutuhan. Salah satu dampak yang timbul adalah terjadinya perubahan

fisik, khususnya penggunaan lahan sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan

permukiman, sarana dan prasarana usaha/perekonomian. Begitu pula yang

terjadi di Sleman. Kabupaten yang terletak di utara DIY ini memiliki

intensitas kegiatan ekonomi, pendidikan, dan perumahan yang tinggi. Tanpa

pengaturan ruang yang sistematis perubahan tersebut akan memunculkan

konflik antar kepentingan. Untuk itu Kabupaten Sleman menerbitkan

peraturan-peraturan terkait perlindungan lahan pertanian, diantaranya adalah

Perda Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

dan Perda Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031.

Menurut Perda Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012, RTRW

Kabupaten merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan

jangka panjang kabupaten, penyusunan rencana pembangunan jangka

menengah kabupaten, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

ruang di wilayah kabupaten, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan

keseimbangan perkembangan antar wilayah kabupaten, serta keserasian

antar sektor, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, dan

penataan ruang kawasan strategis kabupaten. Tujuan Perda ini adalah

mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Sleman yang memenuhi kebutuhan

pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam

alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan

program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Dalam Pasal 3 Ayat (2) Perda Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun

2012 dinyatakan bahwa:

Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada Ayat


(1) terdiri atas:
a. pengintegrasian dan pengembangan kegiatan di luar kawasan
bencana;
b. pengelolaan kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung
geologi;
c. pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. pengembangan kawasan pertanian dalam rangka keamanan dan
ketahanan pangan;
e. pengembangan kawasan pariwisata terintegrasi;
f. pengembangan kawasan pendidikan;
g. pengembangan industri menengah, kecil, dan mikro yang ramah
lingkungan;
h. pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, dan
berwawasan lingkungan;
i. pemantapan prasarana wilayah; dan
j. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Negara.

Dalam pasal tersebut, sektor pertanian termasuk dalam kebijakan

penataan ruang wilayah Kabupaten Sleman seperti disebutkan dalam Ayat

(2) huruf d. Sementara itu, untuk melaksanakan kebijakan tersebut strategi

yang digunakan adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (3) yaitu: (a)

mengendalikan alih fungsi lahan pertanian; dan (b) mengembangkan

agropolitan dan minapolitan. Sementara untuk luas kawasan pertanian

tanaman pangan kurang lebih 21.113 (dua puluh satu ribu seratus tiga belas)

hektar [Pasal 36 Ayat (2)].

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Sleman merupakan penyokong pasokan pangan, terutama

beras, di Propinsi DI Yogyakarta, sementara itu di sisi lain beberapa tahun

belakangan ini telah terjadi penyusutan luas lahan pertanian secara besar-

besaran (masif).

Data statistik Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa terjadi konversi

lahan pertanian yang cukup tinggi yang diimbangi dengan pertambahan

jumlah penduduk dan luas areal terbangun. Pada tahun 1987 luas lahan

pertanian sebesar 26.493 hektar dan pada tahun 2007 turun menjadi 23.062

hektar. Kondisi tersebut berbeda dibandingkan dengan jumlah penduduk

yang terus mengalami peningkatan yaitu 730.889 jiwa pada tahun 1987 naik

menjadi 1.026.767 jiwa pada tahun 2007. Demikian juga untuk luas areal

terbangun juga mengalami peningkatan, pada tahun 1987 tercatat 10.740

hektar menjadi 19.034 hektar pada tahun 2007. Pertumbuhan penduduk di

Kabupaten Sleman paling tinggi dan yang paling rendah adalah Kabupaten

Gunung Kidul.

Tabel 1. Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota


di Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2008-2012

Sumber : BPS
Keterangan : *) Data hasil kesepakatan Kementerian Pertanian dan BPN
(hasil pemetaan lahan sawah)

Dari Tabel 1 di atas jelas terlihat bahwa dari tahun 2008 sampai

dengan 2012 luas lahan sawah di Kabupaten Sleman terus mengalami

penyusutan. Ancaman penyusutan lahan pertanian semakin besar terjadi di

Sleman dengan adanya daerah urban baru. Hal ini disebabkan karena secara

geografis Sleman berbatasan dengan kota, sehingga paling cepat tergerus

pembangunan perumahan dan kawasan industri.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Sleman membuat beberapa

kebijakan terkait dengan perlindungan lahan pertanian. Kebijakan-kebijakan

tersebut adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001

tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah; Keputusan Bupati Sleman

Nomor 53/Kep.KDH/A/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan

Penggunaan Tanah; Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 10 Tahun 2011

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan Peraturan

Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Sleman 2011-2031. Dengan kebijakan-kebijakan

tersebut, diharapkan lahan pertanian di Kabupaten Sleman dapat terus

tercukupi dan dapat mencukupi kebutuhan pangan penduduk Sleman.

Namun demikian, yang terjadi adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi

non-pertanian terus terjadi. Lahan pertanian terus mengalami penurunan

setiap tahunnya.

Dalam pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut, yang menjadi

lembaga utamanya adalah Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah (DPPD)

Kabupaten Sleman. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Bupati

Sleman Nomor 22 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja

Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah bahwa tugas dari DPPD adalah

membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang

pertanahan. Arti dalam Pasal 2 ayat (2) tersebut adalah DPPD mempunyai

tugas untuk membantu Bupati dalam mengendalikan penggunaan tanah

yang tersedia, termasuk tanah pertanian.

Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini

adalah:

1. Peraturan-peraturan apa saja yang sudah dimiliki oleh Kabupaten

Sleman dalam melindungi lahan pertaniannya? Bagaimana

pelaksanaannya?

2. Mengapa masih terus terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non-

pertanian di Kabupaten Sleman meskipun sudah ada peraturan

perlindungan lahan pertanian tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

peraturan perlindungan lahan pertanian di Kabupaten Sleman. Tujuan

khususnya adalah:

1. Untuk mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang sudah dimiliki

oleh Kabupaten Sleman dalam melindungi lahan pertaniannya dan

pelaksanaannya.

2. Untuk mengetahui penyebab masih terus terjadi alih fungsi lahan

pertanian ke non-pertanian di Kabupaten Sleman meskipun sudah ada

peraturan perlindungan lahan pertanian tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan kebijakan dan

memberikan kontribusi/kegunaan untuk mengetahui apakah pelaksanaan

kebijakan-kebijakan terkait perlindungan lahan pertanian yang sudah ada

saat ini di Kabupaten Sleman sudah melindungi lahan pertanian yang ada di

wilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai