FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
Oleh :
Pembimbing :
dr. Hj. Wahyuni H. Thamrin, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kantor kesehatan pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,
surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Obat Makanan Kosmetika
Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA), serta pengamanan terhadap
penyakit baru dan penyakit muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,
kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja Bandar udara, pos lintas batas
darat dan pelabuhan (Permenkes RI, 2018).
International Health Regulation 2005 (IHR), World Health
Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara peserta antuk
melakukan tindakan terhadap bagasi, kargo, petikemas, alat angkut, barang-
barang, paket pos atau jenazah manusia untuk menghilangkan infeksi atau
kontaminasi termasuk vektor dan reservoir, tanpa pembatasan perjalanan dan
perdagangan (Permenkes RI, 2007).
Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat
jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin
singkat, sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi masa
inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko
penularan penyakit secara gobal (Permenkes RI, 2009).
Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar
masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi
penyebaran penyakit,dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan
masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new
emerging diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-
emerging diseases) seperti TBC,PES,Malaria,Anthrax dan Rabies. Ancaman
penyakit tersebut merupakan dampak negatif dari diberlakukannya pasar
bebas atau era globalisasi, dan dapat menimbulkan kerugian besar baik pada
1
pada sektor ekonomi, perdagangan, sosial budaya, maupun politik yang
berdampak besar kepada suatu negara atau daerah (Permenkes RI, 2018).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2013 mengatakan bahwa setiap penanggung jawab alat angkut yang
berada di pelabuhan, Bandar Udara, dan pos lintas batas darat, yang di
dalamnya ditemukan faktor risiko kesehatan berupa tanda-tanda kehidupan
tikus dan/ atau serangga, berdasarkan pemeriksaan dari Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) setempat, wajib melakukan tindakan hapus tikus dan hapus
serangga (Permenkes RI, 2013) .
Melihat ancaman penyakit, WHO melakukan siding Majelis
Kesehatan Dunia untuk merevisi IHR tahun 1998 menjadi IHR tahun 2005
untuk mencegah,melindungi dan menanggulangi terhadap penyebaran
penyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan yang
tidak perlu (WHO, 2012).
Menanggapi permasalahan tersebut kami sebagai dokter muda
diharapkan dapat mengetahui,mengamati, dan mengevaluasi program kerja
yang ada di kantor kesehatan pelabuhan serta ikut berperan aktif dalam
pelaksanaan program kerja tersebut. Sehingga diharapkan para dokter muda
dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menghadapi
dan mengatasi masalah kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia di
masa yang akan datang.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanan kegiatan di KKP adalah :
A. Untuk mengetahui tentang KKP dan pemahaman IHR 2005
B. Untuk mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit
menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
C. Untuk mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit
tidak menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
D. Untuk mengetahui tentang surveilans faktor risiko kesehatan
masyarakat wilayah pelabuhan dan bandara
2
E. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi dan kesehatan
lingkungan wilayah pelabuhan dan bandara
F. Untuk mengetahui tentang pencegahan dan pengendalian penyakit
tular vektor di wilayah pelabuhan dan bandara
G. Untuk mengetahui tentang kesehatan penerbangan dan penyelaman
H. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi kapal dan
pemeriksaan ketersediaan peralatan P3K dan obat-obatan dalam kapal
I. Untuk mengetahui tentang kesehatan jemaah haji dan umroh
pembinaan kesehatan jemaah haji pada masa tunggu
J. Untuk mengetahui tentang travel medicine dan vaksinasi internasional
K. Untuk mengetahui tentang kesehatan kerja dan sanitasi industri atau
tempat kerja
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanan kegiatan di KKP adalah :
1. Dapat mengetahui tentang KKP dan pemahaman IHR 2005
2. Dapat mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit
menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
3. Dapat mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit
tidak menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
4. Dapat mengetahui tentang surveilans faktor risiko kesehatan
masyarakat wilayah pelabuhan dan bandara
5. Dapat mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi dan kesehatan
lingkungan wilayah pelabuhan dan bandara
6. Dapat mengetahui tentang pencegahan dan pengendalian penyakit
tular vektor di wilayah pelabuhan dan bandara
7. Dapat mengetahui tentang kesehatan penerbangan dan penyelaman
8. Dapat mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi kapal dan
pemeriksaan ketersediaan peralatan P3K dan obat-obatan dalam kapal
9. Dapat mengetahui tentang kesehatan jemaah haji dan umroh
pembinaan kesehatan jemaah haji pada masa tunggu
10. Dapat mengetahui tentang travel medicine dan vaksinasi internasional
3
11. Dapat mengetahui tentang kesehatan kerja dan sanitasi industri atau
tempat kerja
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan KKP dilaksanakan tanggal 5 November – 17
November 2018, bertempat di Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II
Kendari, Bandar Udara Haluoleo, Pelabuhan Perikanan Samudra, Pelabuhan
Morosi, Pelabuhan Panggulu Belo,dan Pelabuhan Bungkutoko
4
BAB II
KEGIATAN
5
B. Laporan Kegiatan Harian Kelompok I
6
dalam kapal
9. Kesehatan jemaah haji dan
umroh pembinaan kesehatan
jemaah haji pada masa tunggu
10. Travel medicine dan vaksinasi
internasional
11. Kesehatan kerja dan sanitasi
industri atau tempat kerja
Kantor KKP Kelas II
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Mengikuti kegiatan vaksinasi kepada Kantor KKP Kelas II
13.00-16.00
calon jemaah Umroh Kendari
7
Pengendalian dan pencegahan
Bandara Haluoleo
06.00 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Kesehatan penerbangan dan Bandara Haluoleo
13.00 – 16.00
penyelaman Kendari
8
Kesehatan penerbangan dan Bandara Haluoleo
13.00 – 20.00
penyelaman Kendari
9
Kantor KKP Kelas II
07.30 – 08.00 Mengikuti Apel Pagi
Kendari
Kantor KKP Kelas II
08.00 - 08.30 Melapor kepada ketua KKP
Kendari
Kantor KKP Kelas II
08.30 - 12.00 Pembekalan
Kendari
Kantor KKP Kelas II
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Melakukan Vaksinasi Meningitis
13.00 - 16.00 Kantor KKP Kelas II
kepada Calon Jamaah Umroh
10
Kendari
11
dan kapasitas alkohol)
Melakukan pemeriksaan kepada
calon penumpang, layak terbang
12
kepada Calon Jamaah Umroh Kendari
13
pelabuhan dan bandar udara
14
Kamis, 15 November 2018
15
BAB III
HASIL KEGIATAN
16
kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan
kesehatan haji dan perpindahan penduduk;
8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan,
kosmetika dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA)
ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA
impor;
10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan,
dan surveilans kesehatan pelabuhan;
15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara;
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.
17
b. KKP Kelas II adalah Kepala Seksi Upaya Kesehatan
Pelabuhan
c. KKP Kelas III adalah Kepala Seksi Karantina dan
surveillans Epidemiologi dan upaya Kesehatan Pelabuhan
3. Sebagai pelaksana Teknis :
a. Kesehatan Matra : Dokter, Perawat yang sudah mengikuti
pelatihan kesehatan matra
b. Kesehatan Kerja : Dokter, Perawat, SKM, Laboratorium yang
sudah mengikuti pelatihan/ pendidikan Kesehatan Kerja
c. Poliklinik : Dokter, Perawat, Asisten Apoteker, Bidan,
Laboran
d. Gawat Darurat :
e. Dokter yang sudah mengikuti pelatihan ATLS, ACLS,
PPGD, EKG
f. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan PPGD, BTLS,
BCLS.
Berdasarkan Uraian diatas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kota Kota
Kendari merupakan KKP Kelas II dimana KKP Kelas II terdiri dari :
1. Subbagian Tata Usaha;
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi
dan penyusunan program,pengelolaan informasi, evaluasi, laporan,
urusan tata usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian,
serta perlengkapan dan rumah tangga
2. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi;
Karantina merupakan kegiatan pembatasan atau pemisahan
seseorang dari sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit
atau bagasi, container, alat angkut, komoditi, yang mempunyai risiko
menimbulkan penularan penyakit pada manusia. Karantina kesehatan
adalah tindakan karantina dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit serta faktor risiko gangguan kesehatan dari dan atau keluar
18
negeri serta dari suatu area lain dari dalam negeri melalui pelabuhan,
bandara, dan lintas batas darat.
Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
mempunyai tugas antara lain melaksanakan perencanaan dan
evaluasiserta penyusunan laporan dibidang kekarantinaan, surveilans
epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan
muatannya, lalu lintas OMKABA (Obat, Makanan, Kosmetik, Alat-alat
kesehatan serta Bahan Adiktif), jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta
pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang
kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas
darat negara. Dalam pelaksanaan tugas tersebut diatas, dirumuskan
melalui fungsi yang harus dilakukan melalui berbagai program
kegiatan.
3. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan;
Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor
dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring
kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan
teknis bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
4. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah;
Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan kesehatan terbatas,
kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan
penduduk, penanggulangan bencana, vaksinasi internasional,
pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta
pelatihan teknis bidang upaya kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
19
5. Instalasi;
6. Wilayah Kerja;
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
20
c. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat
angkut guna melakukan pemeriksaan lengkap terhadap alat
angkut atau kendaraannya.
d. Melakukan pengawasan pembuangan sisasisa bahan yang
terkontaminasi (seperti air, makanan, dan sisa pembuangan
manusia)
e. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap
pembuangan sisa-sisa bahan alat angkut yang dapat
menimbulkan pencemaran dan penyakit.
f. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan
dan angkutan di wilayah kedatangan.
g. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-
hal yang tidak diharapkan, sesuai dengan kebutuhan
(emergency case).
h. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
2. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk
setiap kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa
pemeriksaan keberangkatan dari daerah terinfeksi dianggap tidak
benar/tidak sah.
3. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi,
dekontaminasi, serta pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak
menyebabkan atau seminimalnya kecelakaan, ketidaknyamanan dan
kerusakan.
4. Mencegah, melindungi dan mengendalikan penyebaran penyakit lintas
negara dengan melakukan tindakan sesuai dengan risiko kesehatan
yang dihadapi tanpa menimbulkan gangguan yang berarti bagi lalu
lintas dan perdagangan internasional. Penyakit yang dimaksud adalah
penyakit menular yang sudah ada, baru dan yang muncul kembali
serta penyakit tidak menular (bahan radio-nuklir, bahan kimia, dll)
yang dapat menyebabkan PHEIC/KKM MD.
21
B. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di Wilayah Pelabuhan
dan Bandar Udara
Identifikasi faktor resiko penyakit di pelabuhan adalah upaya melalui
kegiatan pengamatan, penyelidikan epidemiologi, pencatatan dan pelaporan
terhadap faktor risiko penularan penyakit potensi wabah. Secara operasional
penyelenggaraan identifikasi risiko penyakit potensial wabah: alat angkut
(kapal laut dan pesawat), manusia (ABK/crew, penumpang) dan muatannya
(termasuk konteiner atau kargo).
Karantina berdasarkan WHO (2005) adalah pembatasan kegiatan dan
atau pemisahan sesorang yang diduga terinfeksi penyakit meski belum
menunjukan gejala penyakit. Karantina juga termasuk pemisahan peti
kemas, alat angkut atau barang yang diduga terkontaminasi dari
orang/barang lain, sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi. Sedangkan Depkes RI (2007),
karantina adalah kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari
sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit atau bagasi, alat
angkut, komoditi yang mempunyai risiko menimbulkan penyakit pada
manusia.
Keputusan Kemenkes RI Nomor: 356/SK/Menkes/2008 fungsi
karantina dan surveilans epidemiologi pengawasan dan pemeriksaan :
1. Kedatangan kapal dari luar negeri,
2. Kedatangan kapal dari dalam negeri
3. Keberangkatan kapal ke luar,
4. Keberangkatan kapal ke dalam negeri,
5. Kedatangan pesawat dari luar negeri,
6. Keberangkatan pesawat ke luar negeri,
7. Keberangkatan pesawat ke dalam negeri,
8. Kedatangan penumpang pesawat dari luar negeri,
9. Kebangkatan penumpang pesawat ke luar negeri,
10. Kesehatan kedatangan anak buah kapal dari luar negeri,
22
11. Kesehatan anak buah kapal ke luar negeri, pemeriksaan dan
penerbitan dokumen kesehatan kapal/pesawat.
Penumpang yang menderita penyakit menular diijinkan naik pesawat
apabila masa aktif penularan penyakit telah dilewati (menyertakan surat
keterangan dokter yang merawat, disahkan oleh dokter di KKP) dan
penyakit yang menular melalui udara langsung tidak diijinkan naik pesawat
terbang.
Tujuan karantina adalah mencegah masuk dan keluarnya penyakit
karantina, penyakit menular, dan penyakit potensi wabah, serta pengamanan
terhadap penyakit baru di wilayah kerja, bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara. Tatalaksana yang dilakukan karantina yaitu pembatasan
kegiatan/pemisahan seseorang diduga terinfeksi penyakit meski belum
menunjukan gejala penyakit. Karantina juga pemisahan peti kemas, alat
angkut atau barang yang diduga terkontaminasi orang/barang lain, untuk
mencegah penyebaran penyakit.
Selama melakukan kegiatan kekarantinaan di Bandara Halu Oleo
Kendari dapat diamati ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
pengendalian penyakit menular yaitu berupa anamnesis dan pemeriksaan
fisik (pemeriksaan tekanan darah, nadi, saturasi oksigen) pada setiap pasien
yang melapor ke Karantina Bandara ataupun didapatkan oleh pihak airlines.
C. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Wilayah
Pelabuhan dan Bandar Udara
Deteksi penyakit tidak menular dapat di lakukan dengan Pos
Pembinaan Terpadu atau disingkat POSBINDU adalah suatu bentuk
pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif
dan preventif untuk mendeteksi dan mengendalian secara dini keberadaan
faktor risiko penyakit tidak menular (PTM). Dalam rangka pengendalian
penyakit tidak menular, KKP Kelas II Kendari bermaksud
menyelenggarakan kegiatan Posbindu PTM pada kelompok masyarakat
khusus yaitu Kelompok Instansi di wilayah kerja KKP Kendari. Posbindu
PTM ini bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan
23
perlindungan kesehatan sebaik-baiknya bagi kelompok khusus tersebut.
Output yang diharapkan adalah adanya kelompok khusus yang melakukan
pemeriksaan faktor risiko PTM di wilayah kerja KKP Kendari.
Sosialisasi dan Advokasi Upaya Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di
Pelabuhan dan Bandara Wilayah Kerja KKP Kelas II Kendari. Dengan
melakukan sosialisasi dan advokasi upaya deteksi dini faktor risiko PTM di
Pelabuhan dan Bandara serta dengan melakukan komunikasi persuasive
kepada pemangku kebijakan, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari
berharap dapat memberikan kontribusi dalam Program Kementerian
Kesehatan untuk pengendalian penyakit tidak menular melalui upaya
promotif dan preventif dalam bentuk Posbindu Instansi.
Selama melakukan kegiatan kekarantinaan di Bandara Halu Oleo
Kendari dapat diamati ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
pengendalian penyakit menular yaitu berupa anamnesis dan pemeriksaan
fisik (pemeriksaan tekanan darah, nadi, saturasi oksigen), setiap pasien yang
melapor ke Karantina Bandara ataupun didapatkan oleh pihak airlines. Serta
dilakukan juga pemeriksaan terhadap ibu hamil berupa menentukan usia
kehamilan yang sesuai dengan waktu keberangkatan saat itu dan
pemantauan kelayakan keberangkatan. Penyakit tidak menular yang
ditemukan seperti pasien stroke dan fraktur.
24
epidemiologi terhadap keadaan yang dapat menimbulkan keresahan
kesehatan masyarakat di pelabuhan dan bandara.
Upaya pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi
merupakan langkah terdepan dalam melaksanakan cegah tangkal penyakit
menular potensial wabah (PHEIC). Lemahnya upaya pengendalian
karantina dan surveilans epidemiologi akan berdampak luas pada upaya
kesehatan yang lain. Upaya pengendalian karantina yang dilakukan adalah
meningkatkan pengawasan lalu lintas barang (OMKABA) dan alat angkut
(kapal dan pesawat) serta pengamatan ABK dan penumpang sebagai upaya
penemuan dan tatalaksana penderita. Selain pengawasan tersebut,
penindakan terhadap pelanggaran alat angkut/OMKABA juga dilakukan.
Seluruh upaya pengawasan dan penindakan pelanggaran ini dilaksanakan
sesuai prosedur tanpa menghambat perjalanan orang/barang/alat angkut.
Sedangkan surveilans epidemiologi juga dilakukan terhadap alat angkut/
barang/orang. Surveilans epidemiologi yang dilakukan akan menjadi bahan
pengambilan keputusan dan perencanaan di KKP. Selain itu, meningkatkan
kemampuan petugas KKP dibidang kekarantinaan juga perlu dilakukan
sebagai upaya meningkatkan pelayanan kekarantinaan.
E. Pemeriksaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan di Wilayah Pelabuhan
dan Bandara
Pengawasan Hygiene gedung dan bangunan umum di Bandar udara
maupun pelabuhan adalah pengawasan kondisi dari komponen atau bagian-
bagian bangunan serta fasilitas pendukungnya yang ada di Bandar udara
dari kemungkinan timbulnya masalah kesehatan mulai dari kondisi fisik
bangunan gedung dan halamannya, penanganan sampah, sarana
pembuangan air limbah, vektor, prilaku dan lain sebagainya. Pengawasan
Hygiene Sanitasi Gedung dan Bangunan (HSGB) dilakukan secara rutin
setiap dua bulan sekali dan dilakukan apabila terjadi KLB.
25
Dari aspek kesehatan masyarakat, media lingkungan yang perlu
mendapat perhatian dalam mewujudkan kualitas Lingkungan Bandar Udara
atau Pelabuhan yang sehat adalah upaya untuk mengawasi agen penyebaran
penyakit (fisik, kimia, mikrobiologis), media perantara (air, udara,
makanan/minuman, vektor penyakit seperti serangga dan binatang pengerat,
sampah dan limbah, manusia beserta perilakunya), pengamatan penyakit
dan keluhan masyarakat yang terkait dengan kegiatan di Pelabuhan dan
Bandar Udara. Halini sejalan dengan diberlakukannya International Health
Regulation (IHR) 2005, dimana Indonesia telah sepakat untuk
melaksanakannya secara penuh pada Tahun 2014 melalui kegiatan
pengawasan / pengamatan penyakit di Pelabuhan dan Bandar Udara, agar
penyakit-penyakit menular potensial wabah tidak berkembang menjadi
kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Public Health
Emergency ofInternational Concern), seperti: Ebola, Avian Influenza,
Swain Flu, Kolera, Pestparu, Demam kuning, West nile Fever, Cacar, Polio,
Dengue, Meningokokus dan SARS. Berdasarkan uraian di atas,
Kementerian Kesehatan mengembangkan upaya Pelabuhan dan Bandar
Udara Sehat melalui pendekatan pengembangan Pelabuhan dan Bandar
Udara Sehat dengan melakukan pengaturan yang berkaitan dengan upaya-
upaya kesehatan yang terintegrasi dengan upaya lain di lingkungan Bandar
Udara dan Pelabuhan.
Salah satu tugas dan tanggung jawab KKP adalah emerging
infectious disease melalui vector yaitu mencegah adanya nyamuk Aedes
aegypti di pelabuhan/bandara untuk mencegah penyebaran penyakit Virus
Arbovirusis termasuk virus cika, Yellow Fever, dan cikungunya.
Manajemen pengelolaan pengendalian vectordan binatang penular
penyakit dilakukan oleh pihak pengelola pelabuhan/bandara,petugas
pengawas/pengendalian di pelabuhan/bandara adalah dengan cara
memfasilitasi dalam pengamatan dan pemberantasan vectoruntuk
penangkapan nyamuk, kecoa, lalat dan tikus melalui pemasangan
perangkap, pengasapan (fogging),dan abatisasi.
26
Pengawasan hygiene di wilayah Pelabuhan Perikanan Samudara
Kendari salah satunya dilakukan dengan pengendalian vektor yakni
dilakukan fogging untuk pemberantasan vektor nyamuk dan pemberian
bubuk abate yang dilakukan 6 bulan sekali.
27
kontinjensi kedaruratan kesehatan kelautan dan bawahair dan simulasi
kedaruratan kesehatan.
Kegiatan operasional penyelaman paling sedikit terdiri atas
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan, penemuan kasus,
pelayanan kesehatan primer dan surveilans Kesehatan.
Kegiatan pada saat setelah kegiatan operasional sampai dengan
24 jam paling sedikit terdiri atas penemuan kasus, pelayanan kesehatan
primer, surveilans Kesehatan dan pemulihan kesehatan. Dalam hal
terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada kegiatan kesehatan
dapat dilakukan yaitu pelayanan kegawat daruratan dan rujukan,dan /atau
pelayanan kesehatan jiwa.
2. Kesehatan Penerbangan
Kesehatan penerbangan adalah upaya matra kedirgantaraan yang
dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi dampak kesehatan akibat
kegiatan yg dilakukan di atmosfir dan sarana pendukungnya baik terhadap
individu maupun kelompok individu yg terpajan. Kondisi dalam
penerbangan yaitu penerbangan jarak jauh dengan lama penerbangan 10-12
jam, ruang gerak terbatas penumpang/jemaah haji 15% lebih banyak,
sebagian besar CJH baru pertama kali naik pesawat, ketinggian terbang
30.000–38.000 kaki dgn Pressurize Cabin setara 5.000–8.000 kaki,
peningkatan volume udara dan gas di dalam tubuh hingga 30%, kelembaban
rendah (10%-20%),dan suhu rendah. Problem yang terjadi yaitu hypoksia,
dysbarism, motion sickness, fear of flying, jetlag, fatigue, DVT dan geriatric
problem.
Pentingnya pemeriksaan pada awak penerbangan pesawat yaitu
menghindari kecelakaan pesawat yang dapat terjadi karena banyak faktor.
Namun, secara umum terdapat tiga faktor umum yang dapat menyebabkan
kecelakaan pesawat, yaitu air craft, human factor, dan environment.
Keselamatan penerbangan sangat bergantung pada kondisi pilot dan copilot,
termasuk kru lain seperti pramugari dan pengendali lalu lintas udara (air
traffic controller).
28
Terdapat standar peraturan kesehatan yang harus dilakukan secara
rutin oleh setiap maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satunya adalah
pilot dan para awak penerbangan harus menjalani tes medis terlebih dahulu
sebelum mendapatkan izin terbang.
Selama melakukan kegiatan karantina di Bandara Halu Oleo Kendari
dapat diamati ada beberapa kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan
awak pesawat yang menginap di Kendari. Pemeriksaan yang dilakuakn
berupa pemeriksaan tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan deteksi kadar
alkohol. Airlines yang di periksa Citylink Airlines dengan beragam jumlah
awak yaitu 3-7 orang. Selain itu, penentuan kelaiakan terbang bagi
penumpang seperti penumpang lansia, bayi, dan ibu hamil.
29
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah upaya memberikan
pertolongan sementara kepada seseorang yang sakit sebelum ditolong oleh
dokter. Berdasarkan tersebut maka penting suatu kapal menyediakan kotak
P3K sebagai penanganan awal saat terjadi kecelakaan kerja serta pentingnya
menyediakan obat-obatan.
Saat mengikuti kegiatan karantina kapal baik kapal dalam negeri
maupun kapal asing. Pemeriksaan kelengkapan obat-obatan dengan melihat
list daftar obat yang dimiliki oleh kapal, dan melakukan peninjauan
langsung kelengkapan P3K termasuk kesesuaian list obat dengan obat yang
tersedia, batas expired obat, dan tempat penyimpanan obat.
I. Kesehatan Jamaah Haji dan Umroh, Pembinaan Kesehatan JH pada
Masa Tunggu
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
424/MENKES/SK/IV/2007 Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan
Umroh sebagai berikut :
Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji dan Umroh adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang medis, penetapan diagnosis calon Jamaah Haji dan Umroh.
30
2. Proses pemeriksaan kesehatan jamaah haji dan umroh
a. Calon jamaah haji yang masuk asrama haji harus sudah
dilengkapi dengan dokumen kesehatan yang diperlukan untuk
perjalanan internasional
b. Pemeriksaan fisik calon jamaah haji di KKP merupakan
pemeriksaan kesehatan akhir, sebelumnya pemeriksaan telah
dilakukan di Puskesmas dan Dinkes Kabupaten/Kota.
3. Algoritma
Rujuk
Poliklinik/ Masalah
ya
RS
Masalah ya
Batal
Lapor Sek Bid
Kesehatan
Tidak
Masuk
Asrama
31
mangkok cuci tangan seprai, selimut, buat kompres
panas/dingin, sarung tangan, urinal, kateter, senter kecil.
c. Obat-obatan : Antibiotika, Anti malaria, Anti viral, Analgetik,
Antipiretik, Antihipertensi, Antiinflamasi, Antirematik, Anti
kejang, Antitusif dan Ekspetoran, Antialergi, Diuretik,
Antispasmodik, Obat oral diabetikum, Anti diare,
Antiperdarahan, Antidepresan, Sedatif, Antiinfluenza, Obat
Asma, Antasida, Salep mata dan tetes mata, tetes telinga, salep
kulit, obat jantung, balsem, obat-obatan suntik (lidokain,
adrenalin, diazapam), bedak tabur talk, vitamin, suppositoria
rektum, obat penunda haid.
Jenis kegiatan yang dilakukan untuk kesehatan jamaah haji dan umroh
di wilayah Pelabuhan Induk KKP Kelas II Kendari adalah pemberian
vaksinasi meningitis dan vaksin influenza bagi calon jamaah haji dan
umroh. Sebelum melakukan vaksin calon jamaah umroh di anamnesis
menyangkut riwayat penyakit, alergi, penggunaan anibiotik dan
kortikosteroid, riwayat epilepsi dalam keluarga, riwayat transfusi darah dan
pemeriksaan tekanan darah.
Tujuan pemberian vaksin agar calon jamaah haji/umroh memiliki
kekebalan terhadap virus meningitis dan virus influenza, sehingga lebih
menjaga kesehatan calon jamaah haji/umroh sebelum berangkat. Manfaat
yang didapatkan pada kegiatan ini, kita lebih mengetahui persiapan
kesehatan apa saja yang dilakukan pada calon jamaah umroh sebelum
berangkat, cara penyuntikan vaksin, kondisi apa saja yang membuat jamaah
batal melakukan vaksin, dan hal-hal apa saja yang dapat membatalkan
jamaah umroh untuk berangkat.
32
J. Travel Medicine dan Vaksinasi Internasional
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
424/MENKES/SK/IV/2007. Jenis-jenis pelayanaan vaksinasi yang
dilakukan adalah vaksinasi yellow fever/demam kuning, vaksinasi
meningitis, dan vaksinasi typhoid (Typhi Vi).
Jenis pelayanan vaksin yang diberikan pada calon jamaah haji dan
umroh di wilayah Pelabuhan Induk KKP Kelas II Kendari adalah Vaksinasi
Meningitis. Meningitis meningokokus adalah penyakit akut rasang selaput
otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningitisdes. Meningitis
merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh
dunia, case fatality rate-nya melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini,
terapi modern dan supuratif, case fatality rate menjadi 5-15%. Pencegahan
dapat dilakukan dengan imunisasi.
Vaksin ACW135Y adalah preparat polisakarida murni yang diambil
dari bahan Neisseria Meningitis group ACW135Y. Vaksin ini diberikan
kepada semua jamaah haji dan umroh yang akan berangkat beribadah ke
Mekkah. Kemasan : dosis tunggal dan multi dosis (10 dosis). Vaksin
meningitis berbentuk baku kering. Pelarutnya sebaiknya disimpan pada
suhu kamar, meskipun tidak rusak bila disimpan dilemari es, tetapi tidak
boleh disimpan difreezer. Dosis pemberian adalah 0,5 cc diberikan secara
subcutan pada lengan atas untuk dewasa dan anak berumur diatas 2 tahun
keatas dan 0,3 cc untuk anak dibawah 2 tahun.Vaksin disimpan pada suhu
+2˚c s/d +8˚c. Kadaluarsa setelah 2 tahun. Efek samping, reaksi lokal :
nyeri dibekas penyuntikan. Kontra indikasi : wanita hamil, panas tinggi,
yang alergi terhadap phenol. Bila terjadi syok anaphilaksis atasi
denganmenyuntikan adrenalin 1:1000 dengan dosis 0,2-0,3 cc secara Intra
Muskular (IM). Antibodi terbentuk 10 hari setelah divaksinasi.
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan :
1. KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Kesehatan
yang mempunyai tugas pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,
penyakit potensial wabah, surveilens epidemologi, kekarantinaan,
pengendalian dampak lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan
OMKABA serta pengamanan tehadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali.
2. Pengendalian dan pencegahan penyakit menular wilayah pelabuhan dan
bandar udara dilakukan dengan cara karantina. Kegiatan karantina
meliputi pemisahan peti kemas, alat angkut atau barang yang diduga
terkontaminasi dari orang/barang lain, sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
3. Pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menular wilayah
pelabuhan dan bandar udara dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU), yaitu suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran
serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif untuk
mendeteksi dan mengendalian secara dini keberadaan faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM).
4. Surveilans faktor risiko kesehatan masyarakat wilayah pelabuhan dan
bandara melalui upaya peningkatan pengawasan lalu lintas barang
(OMKABA) dan alat angkut(kapal dan pesawat)serta pengamatan ABK
dan penumpang sebagai upaya penemuan dan tatalaksana penderita.
5. Pembinaan kesehatan jemaah haji pada masa tunggu merupakan
rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang medis, penetapan diagnosis calon jamaah
haji/umroh, dan vaksinasi (vaksin meningitis dan vaksin influenza).
6. Pemeriksaan sanitasi dan kesehatan lingkungan wilayah pelabuhan dan
bandara dilakukan melalui pengelolaan sanitasi lingkungan pelabuhan
34
yang merupakan kegiatan untuk menciptakan lingkungan di wilayah
pelabuhan sesuai standar, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
7. Kesehatan penerbangan dan penyelaman adalah adalah upaya matra
kedirgantaraan yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi
dampak kesehatan akibat kegiatan yg dilakukan di atmosfir dan sarana
pendukungnya baik terhadap individu maupun kelompok individu yg
terpajan. Yang bisa kita lakukan adalah menangani faktor kualitas
pesawat dan manusianya, terutama kesiapan pilot dan kopilot untuk
terbang.
8. Travel medicine dan vaksin internasional dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang penyebabnya adalah mikroorganisme. Contoh
vaksinasi yang biasa dilakukan adalah vaksinasi yellow fever,
meningitis, typhoid (Typhim Vi).
9. Pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor di wilayah
pelabuhan dan bandaraadalah upayauntuk mengawasi agen penyebaran
penyakit(fisik, kimia, mikrobiologis), media perantara (air, udara,
makanan/minuman, vektor penyakit seperti serangga dan binatang
pengerat, sampah dan limbah, manusia beserta perilakunya),
pengamatan penyakit dan keluhan masyarakat yang terkait dengan
kegiatan di Pelabuhan dan Bandar Udara.
10. Pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan ketersediaan peralatan
P3K dan obat-obatan dalam kapal adalah segala usaha yang ditujukan
terhadap faktor lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit, berlaku untuk semua jenis kapal, dan dimaksudkan
untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin
Kesehatan Berlayar (SIKB) dan sertifikat sanitasi kapal (SSCC dan
SSCEC).
35
B. Saran
1. Kepada seluruh pegawai diharapkan dapat mempertahankan dan
bahkan semakin meningkatkan kinerja serta semangat kerjanya dalam
melaksanakan setiap program yang ada
2. Kepada petugas karantina Bandar Udara Haluoleo hendaknya
melakukan pemeriksaan sanitasi/kebersihan bandara dan pesawat dan
perlengkapan P3K pada setiap pesawat..
3. Diharapkan setiap dokter muda lebih proaktif bertanya dan mengikuti
kegiatan yang ada di setiap program kerja agar tidak hanya monoton
pada satu kegiatan, sehingga bisa lebih banyak mendapat pengalaman
dan pengetahuan baru.
4. Bagi masyarakat, diharapkan setiap individu hendaknya
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit
seperti penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
11. Permenkes RI Nomor 431/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman
TeknisPengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas dalam Rangka Karantina Kesehatan,
Ditjen PP-PL, Jakarta.
12. Rahmadani, Luci. 2018. CEGAH TANGKAL PENYAKIT INFEKSI
EMERGING
13. UU RI nomor 1 tahun 1962 tentang karantina Laut. Presiden Republik
Indonesia
14. UU RI nomor 2 tahun 1962 tentang karantina udara. .Presiden Republik
Indonesia
15. WHO. 2005. International health Regulations. 3rd Edition.
38
LAMPIRAN
Gambar 1. Kunjungan di di PT. Ade Sultra Persada dan PT. Mina Jaya
Lestari bersama Petugas PPS
39
Gambar 3. Pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan ketersediaan peralatan
P3K dan obat-obatan dalam kapal
40
Gambar 4.Pemeriksaan awak pesawat
41