ABSTRAK
Asma sering terkait dengan faktor pemicu yang bervariasi. Faktor pemicu ini di
antaranya adalah infeksi virus saluran nafas atas, olahraga / aktifitas, obat - obatan, perubahan
suhu, perubahan hormone, stress, dan allergen. Keadaan ini dapat memengaruhi control asma
dan berpengaruh terhadap mekanisme patofisiologinya, serta dapat meningkatkan angka
kesakitan pasien asma. Berdasar hal ini, maka diperlukan pembelajaran tentang bagaimana
mereka berintraksi dengan asma terutama yang telah mengalami asma dengan derajat
keparahan yang tinggi. Mereka sebaiknya mendapat penatalaksanaan yang tepat untuk
keadaan ini. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan pada hubungan asma terhadap faktor pemicu
tersebut.
PENDAHULUAN
Asma adalah peradangan / inflamasi
jalan nafas yang ditandai dengan obstruksi
dan hiperesponsif. Asma memiliki derajat
keparahan yang berbeda beda,
tergantung daripada gejala dan keluhan
yang timbul. Hingga saat ini, asma masih
belum dapat disembuhkan secara total,
sehingga tujuan utama dari terapi pada
pasien asma adalah untuk mengontrol
penyakit asma tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mencegah munculnya gejala asma
pada pasien dan mengontrol penyakit asma
pada pasien agar tidak memberat. Kontrol
asma ini dapat berupa edukasi pasien,
penghindaran terhadap pemicu yang ada di
lingkungan dan farmakoterapi pasien.
DEFINISI ASMA
Asma
adalah
Penyakit
paru
obstruktif yang reversible dan ditandai oleh
jalan napas yang hipereaktif dan
hiperesponsif
sehingga
terjadi
bronkokonstriksi dinamis pada iritasi
minimal. Gejala gejala yang bersifat
reversible ini dapat timbul dan menghilang
dengan atau tanpa obat. Penyakit ini
melibatkan banyak sel dan elemennya.
PASIEN
PATOFISIOLOGI
Alergi kacang sama halnya dengan
alergi makanan lainnya yang secara umum
melibatkan kompleks pathogenesis yang
mengakibatkan bekerjanya system fisiologi
dan system imun. Selain itu, faktor genetic,
lingkungan, dan kandungan dari makanan
itu sendiri ikut berperan penting dalam
alergi makanan.
1. TOLERANSI ORAL
Pada
alergi
kacang
terjadi
hipersensitifitas yang melibatkan IgE saat
antigen dari kacang ditampilkan oleh APC /
Antigen Presenting Cell, sebagaimana sel
dendrit di mukosa usus. Pada keadaan
normal, system imun yang ada di dalam
usus relatif toleran terhadap antigen
makanan / kacang dan terjadi hiporesponsif
/ toleran yang diatur oleh mekanisme
KEGAWATDARURATAN
Proses triage dimulai ketika pasien
masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus
mulaimemperkenalkan
diri,
kemudian
menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah
pasien yang berada di brankar sebelum
mengarahkan ke ruang perawatan yang
tepat. Pengumpulan data subjektif dan
objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini
tidak termasuk pengkajian perawat utama.
Perawat triage bertanggung jawab untuk
menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat; misalnya bagiantrauma dengan
peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll.
Tanpa memikirkan dimana pasien pertama
kali ditempatkan setelah triage, setiap
pasien tersebutharus dikaji ulang oleh
perawat utama sedikitnya sekali setiap 60
menit. Untuk pasien yang dikategorikan
sebagai pasien yang mendesak atau gawat
darurat, pengkajian dilakukan setiap 15
menit / lebih bila perlu. Setiap pengkajian
ulang harusdidokumentasikan dalam rekam
medis. Informasi baru dapat mengubah
kategorisasi keakutan danlokasi pasien di
area pengobatan. Misalnya kebutuhan
untuk
memindahkan
pasien
yang
awalnya berada di area pengobatan minor
ke tempat tidur bermonitor ketika pasien
tampak mual ataumengalami sesak nafas,
sinkop, atau diaforesis (Iyer, 2004). Bila
kondisi pasien ketika datang sudah tampak
tanda - tanda objektif bahwa iamengalami
gangguan pada airway, breathing, dan
circulation,
maka
pasien
ditangani
terlebihdahulu. Pengkajian awal hanya
didasarkan atas data objektif dan data
subjektif sekunder dari pihak keluarga.
Setelah keadaan pasien membaik, data
pengkajian kemudian dilengkapi dengan