Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA

“Penyebaran Islam Melalui Perdagangan”

Dosen Pengampu :

Agung Nugroho, M.SI, M.PDI

Disusun Oleh :

NAMA :Ahmad Rizqi

NPM :2008010535

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan Makalah Studi Kasus Ham Di Indonesia berjudul “Penyebaran Islam Melalui
Perdagangan” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah. Oleh karena itu, penulis
berterimakasih kepada Bapak Agung Nugroho, M.SI, M.PDI selaku dosen pengampu mata
kuliah “Sejarah Islam”

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Banjarbaru, 21 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Pokok-Pokok Permasalahan

C. Uraian Singkat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
B. Perkembangan Islam di Nusantara
C. Perkembangan Politik Islam di Indonesia
D. Munculnya Kesadaran Baru Pemikiran Islam
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah
satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya di negara-
negara Islam lain, terutama di Timur Tengah. Islam di Indonesia ternyata mampu berinteraksi
dengan budaya lokal, seperti bentuk masjid dan tata cara yang mengiringi ritual keagamaan.
Masjid di Demak adalah perpaduan dari budaya lokal dengan masjid, begitu pula upacara
sekatenan di Yogyakarta setiap bulan Maulud adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya
lokal yang terpadu dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.Kalau diteliti lebih jauh
banyak sekali keunikan dalam keberislaman di Indonesia. Oleh Azyumardi Azra fenomena
tersebut dikatakan sebagai bentuk akomodasi Islam di Indonesia. Dia membagi Islam dalam
konteks tradisi besar dan tradisi kecil.Tradisi besar adalah yang mengandung ajaran-ajaran pokok
Islam, seperti syahadat, shalat, dan puasa.Disamping tradisi besar itu, terdapat tradisi kecil yang
mengiringinya, seperti membawa obor ketika malam-malam ganjil setelah tanggal 20 Ramadhan
untuk mencari Lailatul Qadar.Dinamika inilah yang terjadi di Indonesia, sehingga warna
keislaman lebih bervariasi dibandingkan ditempat asalnya.

Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang
bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha dari India, yang penyebaran
pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang
dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun demikikan, Islam dapat cepat menyebar. Hal itu
disebabbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’,
bagaimanapun keislaman para da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu
rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada peradaban
yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi politeisme,
kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih
mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-Budha.Demikian pula dalam
pengembangan intelektual dan keseniaan.

Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang sejarah peradaban Islam di Indonesia
serta perkembangan-perkembangannya, baik dari perkembangan politik, seni budaya,
pendidikan, dan khususnya perkembangan intelektual Islam di Indonesia, meliputi
perkembangan fiqih beserta tokohnya, perkembangan tasawuf dan tarekat, aspek falsafah Islam,
perkembangan tafsir dan al-Qur’an, serta pembaharuan Islam di Indonesia.
B. Pokok-Pokok Permasalahan

Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia mengingat materi yang sangat luas dan
mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan kami dalam tulisan ini hanya ajan
menyampaikan polol-pokok permasahannya yang meliputi:

1. Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya;

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Nusantara;

3. Kesmpulan dan Upaya Menumbuhkan Citra Kejayaan Islam

C. Uraian Singkat

Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia ada teori yang berpendapat baru abad
ke-13 M. yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan lainnya, dan yang berpendapat sudah
sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi yann antara lain dikemukakan W.P.
Groeneveldt, Syeikh Muhammad Naguib Al-Attas, S.Q. Fatimi, Hamka, Uka Tjandrasasmita
dll. Masing-masing golongan membuat argumentasinya.Tetapi bagaimanapun kami berpendapat
yang benar abad ke-1 H. atau abad ke-7 M. dan langsung dari Arabia (Kami telah membicarakan
kelemahan-kelemahan teori abad ke-13 M. dalam Sejarah Nasional Indonesia III, sejak tahun
1975 dan seterusnya serta dalam berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui
perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh
para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia sendiri.
Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa fase dan yang abad ke-7
M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan di wilayah Asia
Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan prinsip-prinsip konsep Islam. Proses Islamisasi
melalui berbagai jalur : Perdagangan, Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan
(Pesantren), Kesenian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA

Suatu kenyataan bahwa islam dtang keidonesia dilakukan scara damai. Berbeda ddengan
penyebatran islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus. Disrtai dengan pendudukan
wilayah oleh militer muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudin
dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oeh kaena itu, wjar kalau
terjadiperbedaan pendapat tentang kpan, dari mana, dan dimana pertama kali islam datang
kenusantara. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dbagi menjadi sebagai
berikut :

1. Islam datang keindonesia pada abad ke- 13 M dari Gujarat (bukan dari arab langsung)dengan
bukti ditemukannya makam sultan yang beragama islam pertama malik as-Sholeh, raja pertama
kerajaan smudraoleh, raja pertama kerajaan Smudra pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.

2. Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8) langsung dari
arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat itetrnasional sudah dimulai jauh
sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang
menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani
Umayyah di Asia Barat.[1]

3. Sarjan Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat


tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad
pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur
Tengah dipelabuhan-pelabuhan. Barulah islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.[2]

Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam keindonesia adalah melalui
salura-saluran sebagai berikut:

1. Perdagangan, ang mempergunakan saran pelayaran.

2. Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama parapedagang.

3. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak bangsawan
Indonesia.

4. Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan


ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat pendidikan, yang disebut
pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya,
Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung
Jati, Sultan Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi;
Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten
pertama.[3]

5. Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang, datang
pula para ulama, da’I, dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat menjadi penasihat dan
atau pejabat agama di kerajaan. Seperti di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin
Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian pula kerajaan-kerajaan di Jawa
mempunyai penasuhat yang mempunyai gelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.Para sufi
menyebarkan Islam dengan dua cara:

a) Dengan membentuk kader Mubalig, agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama
Islam didaerah asalnya

b) Melalui karya-karya tulis tersebar dan dan dibaca berbagai tempat. Di abad ke-17, Aceh
adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.

6. Kesenian, saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa
adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, juga mempergunakan banyak cabang seni
untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.

Penyebaran Islam secara kasar dapat dibgi dalam tiga tahap:

Pertama, dimulai dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosotan kemudian keruntuhan
Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.

Kedua, sejak datang dan mapannya kekuaaan colonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19.

Ketiga, bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi” kebijaksanaan pemerintah
colonial Belanda di Indonesia.

B. Perkembangan Islam di Nusantara

Islam di Indonesia (Asia Tenggara) meruopakansalah satu dari tujuh cabang peradaban
Islam (sesudah hancurnya persatuan peadaban islam yang berpusat di Bagdad Tahun 1258 M).
Ketujuh cabang tersebut secra lengkap adlahperadaban islam arab, islam persi, islam turki, islam
afrika hitam, islam anak n=benua india, islam arab melayu, dan islam cina.

Konversi massal masyarakat nusantara kepada islam pada mas aperdagangan terjadi
karena beberapa sebab sebgai berikut:

a. Portabilitas (siap pakai) system keimanan islam


b. Asosiasi islam dengan kekayaan

c. Kejayaan militer

d. Memperkenalkan tulisan

e. Mengajarkan penghafalan

f. Kepandaian dalam penyembhan

g. Pengajaran tentang moral

Melalui sebab-sebab itu islam cepat mendpatkan m=pengikut yang bnyak. Sebagaimana
telah disebutkan terdahulu bahwa [edagang Muslim asal arab,persi india dipekirakan telah
sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 (ke-1 H), ketika islam di Timur
tengah mulai berkembang ke luar dari Jazirah arab.

C. Perkembangan Politik Islam di Indonesia

1. Sebelum Kemerdekaan

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke
delapanmasehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah
yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M.
Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera
Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab
Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di
anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia.Daerah yang pertama-pertama
dikunjungi ialah :

a. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa
mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.

b. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi
pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.

Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram, yaitu:
Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi sebagai besar wilayah
Indonesia.Sejak pertengahan abad ke XIX, agama islam di Indonesia secara bertahap mulai
meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik (mistik). Setelah banyak orang Indonesia yang
mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya
ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya.Adapun tahapan-tahapan “masa” yang dilalui atau
pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
a. Pada Masa Kesultanan

Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah Aceh,
Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama islam secara mendalam
mempengaruhi kehidupan agama, social dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-
daerah tersebut agama islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan
tersebut agama islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaiut
banyaknya nama-nama islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai keIslaman.

Dikerjaan Banjar dengan masuk islamnya raja banjar. Perkembangan islam selanjutnya
tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa
kepada kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan islam. Secara konkrit
kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas
jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.

Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa, ia banyak


memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini
memberikan kemudahan dalam islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para
wali terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam pengembangan agama islam di pulau Jawa.

Menurut buku Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan Abdulgani dikabarkan bahwa
Prabu Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan Mojo Pahit, setelah mendengar penjelasan Sunan
Ampel dan sunan Giri, maksud agam islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya
yang berbeda. Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu
(agama islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun
kekerasan.

b. Pada Masa Penjajahan

Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang berbeda watak dengan


pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang beragama islam, kaum pedagang barat yang
beragama Kristen melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi persenjataan
mereka yang lebih ungggul daripada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk
menaklukkan kerajaan-kerajaan islam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya
mereka datang ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia kaya dengan
rempah-rempah, kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.

Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah islam, karena mereka belum
mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem social islam. Pada
tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar urusan agama
tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara
dibidang perkawinan dan kewarisan.
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi ini. Dan pada tahun
1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan adanya instruksi kepada bupati dan
wedana, untuk mengawasi ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan
peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama
yang dibatasi hanya menangani perkara-perkara perkawinan, kewarisan, perwalian, dan
perwakafan.

Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan
Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai
masalah islam di Indonesia, karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan
di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik
islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah islam dalam tiga kategori :

a) Bidang agama murni atau ibadah

Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam untuk


melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.

b) Bidang sosial kemasyarakatan

Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan adapt kebiasaan.

c) Bidang politik

Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata negaraan.

c. Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau jawa dengan
perjamjian Giyanti, krena itu raja jawa kehilangan kekuasaan politikntya.Bahkan, kewibawaan
raja sangat tergantung pada VOC. Campur tangan colonial trehadap khidupan keratin makin
meluas, sehungga ulama-ulama keratin sebagai penasihat raja-raja tersingkir.Rakyat kehilangan
kepimpinannya, sementra pengusaan colonial sangat menghimpit kehidupan mereka.Eksploitasi
hasil bumi rakat untuk kepentingan pemerintah colonial belanda merajalela, penggusuran dan
perampasantanah milik rakyat untuk kepentingan pemerintaj sangat galakkan. Raja-raja
tradisional jarang membantu rakyat, bahkan setelah mendapatkan gaji mereka memihak kepada
tuannya (belanda).Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi penindasan.Ini terjadi sampai
abad ke-14. Dalam kondisi ni rakyat mencrai pemimpin nonformal (para ulama, kyai, atau
bangsawan) yang masih memerhatikan mereka. Pusat kekuatan politik berpindah dari istana ke
luar, salah satunya kepesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis perlawanan.
Dalam kondosi seperti itu rakyat bergabung kepada pemimoin nonformal para kyai,
ulama’, dan bangsawan yang menggalang rakyat untuk melawan dan berjuang atas nam
agama.Terjadilah Perang Padri (1821-1837), dipelopori Imam Binjol dibantu delapan ulama’
yang bergelar Harimau Nan Salapan, Perang Acewh (1873-1904) dipimpinpanglima Polim
yanmg diduklung poara ulama’, haji dan Muslim Aceh.[4] Meskipun perang ini kalah, tetapi
islam makin berkmbang ke pedalaman dibawah bimbingan sisa-sisa pemimpin yang menyingkir
dari kerajaan Belanda, seperti sisa-sisa tentara Perang Padri di pedalaman tanah Batak
menjadikan sebagian suku Batak memeluk Islam.

d. Masa Penjajahan Jepang

Sebagai penjajah, jepang jauh lebih kejam dari pada Belanda.Jepang merampas semua
harta milik rakyat untuk kepentungan perang, sehingga rakyat matyi kelaparan.Untuk
menymbung hidup, rakyat makan pisang muda atau hatinya batang pisang, sedangkan untuk baju
rakyat memakai goni. Rakyat dicekam ketakutan kepada jepang yang kempeitei (polisi
rahasia)nya terkenal sangat ganas.

Jika pada masa belanda ada istilah “kerja rodi”, maka dizaman menjadi “romusha”. Jika
kerja rodi masih bekerja (paksa) dikampung sendiri, maka romushadikirim jauh sampai
kepedalaman Burma dan Thailand (Muang Thai) untuk membangun jalur kereta api yang
menghubungkan Birma-Bangkok melalui Konbury.

Islam akan dihapus dan akan diganti dengan agama Shinto. Oleh karena itu, bahasa dan
aksara Arab dilarang. Walaupun nanti larangan itu dicabut ketika jepang sudah kepepet hamper
kalah. Perintah ber-seikeirei (membungkuk seperti ruku’ dalam shalat kea rah matahari terbit di
Timur kea rah Tenno Heika karena ia dianggap keturunan Dewa Matahari Amaterasu Omikami –
Tuhan jagad raya yang mengaruniai kepada ras Yamato) dianggap sebagai suatu paksaan untuk
berbuat syirik. Dilihat darui itu jepang sebenarnya lebih kafir dari pada Belanda, karena belanda
masih tergolonhg kafir kitabi.[5]Jepang mempunyai tujuan untuk me-Nippo-kan Indonesia.
Kalau belanda menjadikan indobnesia Inlander (penduduk kelas dua), jepang ingin
menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon. Untuk mempercepat usaha itu segala
cara ditempuh, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:[6]

a) Membersihkan kebudayaan Barat, kebudayaan Islam diganti drngan kebudayaan jepang.

b) Mengubah system pendidikan

c) Membentuk barisan pemuda

d) Memobilisasi pemimpin Islam


e) Membentuk organisasi baru. diantaranya aldalah Shumubu (Departemen Agama Buatan
Jepang) dibentuk maret 1942 M dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dibentuk
tanggal 24 Oktober 1943 M.

2. Politik Islam Masa Kemerdekaan

a. Masa Revolusi

Keadan perang asia timur berkemnbang sangat cepat. Rusia menyusul mengum umkan
perang kepad jkepang, sehingga jepang mengalami kekalahan demi kekalahan. Pada tanggal 6
agustus 1945 hirosima dibopm. Tanggal m7 agustus 1945 pemerintah jepang membentuk PPKI
(panitia oersiapan kemerdekaan Indonesia). Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman diundang
menemui Marsekal Terauchi di Dalai (Vietnam). Tanggal 8 agustus 1945 Mansuria diduduki
Rusia.Tanggal 9 agustus 1945 Nagasaki dibom. Dalam pertemuan dengan Terauchi itu
soekarno, hatta, dan Dr. radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia tak menjadi
maslah lagi, waktumnya terserah mereka. Jepang akan membantu kapan saja Indonesia siap.
Ketika soekarno dan kawan-kawan sampai di Saigon, mereka mendenagr tentang perkembangan
perang, maka hatta menyadari bahwa kekalahan jepang hanya tinggal mmenunggu
waktu.Sekembalinya kje Indonesia, syahrirmenemui hatta dan mendesdak soekarno untuk
mengumumkan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI yang dibentuk Jepang.Namun usulan syahrir
tidak dapat diterima soekarno.Soekarno-hatta mencari kepastian apakah betul jepang telah
menyerah, laksamana maeda tidak dapat menjawab karena belum ada intruksi daro Tokyo.
Karena itu hatta meminta soebardjo untuki mempersiapkan rapat PPKI yang akan diadakan
tanggal 16 agustus 1945. Tanggal 15 agustus 1945 soebardjo dating kerumah hatta yang sedang
membuat teks proklamasi.Soebardjo dan hatta kemudian pergi kerumah soekarno, disana ada
beberapa pemuda yang memaksa soekarno mengumumkan kemerdekaan malam itu juga melalui
radio. Karena soekarno menolak, Wikana (juru bicara pemuda) mengancam bahwa darah akan
mengalir jika proklamasi tidak diumumkan, tetapi soekarno tetap menolak.

Ketika Soekarno tetap menolak para pemuda kecewa, tetapi mereka sadar tanpa
Soekarno-hatta mereka tidaj sanggup melancarkan revolusi.Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-
hatta diculik.Saat mereka baru saja selesai makan sahur tanggal 16 agustus 1945, dibawah
pimpinan Soekarno, mereka dibawa ke Rengasdengklok. Di Jakarta, ketidak hadiaran Soekarno-
hatta yang mengundang rapat PPKI menimbulkan kekhawatuiran. Namun, rupanya barisan peta
(pemuda) tidak kompak sehingga yang semula merencanakan revolusi tidak terjadi.Akhirnya,
salah seorang anggota peta menceritakan kepada soebardjo dan bersedia mengantar Soekarno-
hatta ke Jakarta.

Soekarno-hatta diminta menemui Jenderal Nashimura yang dihadiri laksamana Maeda.


Nashimura mengatakan bahwa ia tidak bertanggung jawab lagi karena panglima yang kalah
perang. Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-hatta membuat teks proklamasi yang disetuji oleh
PPKI.Pada subuh jam 3 pagi 17 agustus 1945 teks proklamasi selesai dibuat, jam 10.00
dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56.[7]Dengan dibacakan proklamssi berarti Indonesia
merdeka.

b. Masa Mempertahankan Kemerdekaan

Dalam poroses membentuk dan mempertahankan Negara yang baru dicapai secara
revolusi, Masyumi sebagai satu-satunya partai piltiuk yang berideologi islam pada saat itu
memandang bahwa masyumi harus langsung terelibat dalam jabtan-jabatan kekuasaan Negara
sebagai suatu jalan strategis untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Dengan cara demikian
hokum-hukum Allah ttidak saja keluar dari ceramah-ceramah alim ulama’ dimimbar-0mimbar
masjid saja, tetapi juga berasal dari pejabat-pejabat pemerintah dan menjadi undang-undang.
Untuk itu selam kehadirannya, masyumi merupakan partai yang terlibat dalam elit pemerintahan,
antara lain dengan membentuk pemerintahan atau berkoalisi dengan poartai-partai lain, sehungga
masyumi turut memainkan peranan dalam menetukan dasar pooltikj Indonesia.

Masyumi memernkan politik yang menentukan pada dua kabinet Natsir April 1951,
Sukiman Wiryosendjojo, kedua-duanya menjadi perdana menteri.Pada dua kabinet itu, Menteri
Agama berada idtangan KH.Wahiud Hasyim (unsure NU dalam Masyumi) sedangkan pada
kabinet Wilopo-Prawoto, KH. Fakih Usman (unsure Muhammadiyah dalam Masyumi). Dalam
kabinet Wilopo, Masyumi mendapat empat kursi dalam pemerintahan.Pada kabinet ke-enam
Burhanuddin Harahap, kembali lagi masyumi menjadi Perdana Menteri.Kabinet ini merupakan
kabinet terakhir sebelum partai ini dibubarkan tahun 1960.Prestasi kabinet ini menghasilakan
Pemilu pertama 1955 dalam sejarah Republik Indonesia, yaitu membubarkan Uni Indonesia-
Belanda.Suatu keberanian yang perlu dicatat, adalah mengembalikan wibawa pemerintah
terhadap Angkatan Darat.[8]

D. Munculnya Kesadaran Baru Pemikiran Islam

Di tengah arus global, di mana agama dituntut untuk mampu menjawab tantangan zaman,
maka pemikiran rasionalisme menjadi keharusan sejarah dalam mendekonstruksisalah satu ciri
Postmodernisme, yang kembali pada wacana agama, pada setiap wilayah kajian keagamaan
sebagaimana munculnya pemikiran-pemikiran baru seperti:

1. Muhammadiyah

Pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah yang bertepatan dengan 18 November 1912di


Yogyakarta berdirilah salah satu organisasi sosial Islam yang terpenting di Indonesia hingga saat
ini, yakni Muhammadiyah.Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan murid-
muridnya dan beberapa anggota Boedi Oetomo. Organisasi ini mempunyai maksud
“menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera” dan
“memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Muhammadiyah sangat gencar
melakukan amar ma’ruf nahi munkar terutama memberantas praktek-praktek keagamaan
masyarakat saat itu yang menurut Muhammadiyah penuh penyimpangan.Slogan mereka yang
terkenal yaitu memberantas TBC (tachayul, bid’ah, churafat).

Muhammadiyah juga lahir sebagai reaksi terhadap missi dan zending yang semakin
gencar setelah politik etis. Muhammadiyah lahir sebagai saingan missi dan zending dengan
menggunakan sarana-sarana yang sama seperti sekolah dan balai-balai kesehatan yang kemudian
menjadi rumah sakit Muhammadiyah.

2. Nahdatul Ulama

Padatanggal 31 Januari 1926,Kyai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulamabersama


dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, didirikanlah organisasi keislaman yang berbasis massa
pesantren dengan pemikiran yang tradisionalis, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini
pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kyai Hasyim Asy’ari pun semakin besar
dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan
dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pada masa itu perkembangan paham keagamaan di dalam negeri sering timbul
pertentangan pendapat antara kaum tradisionalis dengan kaum modernis Islam. Pada saat
kongres Al Islam (IV dan V), yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Bandung untuk mencari
input dalam menghadapi kongres Islam di Makkah, aspirasi kalangan pesantren sama sekali tidak
tertampung. Karena materi usulan yang disampaikan KH.A. Wahab Hasbullah itu tidak masuk
dalam agenda kongres Al-Islam di Indonesia, akhirnya atas prakarsa beliau pula para ulama
pesantren mendirikan “Komite Hijaz”.Komite ini dibentuk bertujuan untuk menyampaikan
aspirasi ulama pesantren kepada penguasa Arab Saudi agar tradisi bermadzhab tetap diberi
kebebasan.Misi komite ini berhasil dan diterima oleh penguasa Arab Saudi, Ibnu Saud.Setelah
berhasil misinya, komite ini hendak membubarkan diri, namun KH Hasyim Asy’ari
mencegahnya, justru menyarankan momentum ini dijadikan sebagai awal kebangkitan
ulama.Maka, atas saran beliaulah pada tanggal 31 Januari 1926, di Surabaya didirikanlah
organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa sejak
kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan
Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang
menggembirakan.. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana telah
dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang gemilang dalam
berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial –keagamaan dan
kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan. Namun demikian setelah
mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan
maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau pemberontakan
melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik mapun gerakan keagamaan dan gerakan
pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di bawah pimpinan para ulama itu
mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan internal yang kemudian
dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara
perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat
yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerasmi dengan
pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dsb.

Demikian secara garis besar nasib umat Islam di Indonesia selama penjajahan dan bagaimana
seharusnya untuk masa kini dan mendatang untuk menumbuhkan citra kejayaan Islam kita
Indonesia, mungkin perlu diusahakan:

1) Terpeliharana uhuwah Islamiah di kalangan umat Islam Indonesia khususnya

dan umat Islam di dunia pada umumnya;


2) Melakukan serta meningkatkan kehidupan keagamaan bagi kehidupan dan ke- sejahteraan
dunia dan akhirat dengan berpedoman kepada isi dan maknanya Al-Qur’an dan Hadis serta
ajaran-ajaran dalam Syari’ah;

3) Memperjuangkan keadilan serta menegakkaanya untuk mencapak ketertiban,

keamanan, kenyamanan serta kebahagiaan umat Islam;

4) Mengupayakan kemajuan dalam endidikan keagaamaan baik formal maupun

Non-formal demi kecerdasan umatnya serta ketakwaannya kepada Allah SWT.

5) Memajukan bidang seni-budaya Islami melalui berbagai kegiatan di kalangan

anak-anak, remaja serta dewasa umat Muslim.

Demikianmasalah serta pokok-pokok berkenaan dengan thema yang telah kamikemukakan di


atas. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan terimakasih atas segala perhatian Bapak-Bapak,
Ibu-Ibu serta Saudara-Saudara.Wa billahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung:Al-Ma’arif,


1981), hlm.358.

[2] Taufik Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama Indonesia, 1991),
hlm. 39.

[3]Taufik Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam …., hlm.118.

[4]Ibid.,hlm. 139.

[5] Nourouzzaman Siddiqi, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis,


(Yogyakarta:PLP2M, 1984), hlm.124.

[6]Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali pers, 2010),


hlm.39.

[7]Taufik Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam …., hlm.306.


[8] Ahmad Syafi’I Ma’arif, Islam Dan Politik Indonesia, Teori Belah Bambu Masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1965), (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), hlm.38-39.

Anda mungkin juga menyukai