NPM : 200801535
SEMESTER : 2 (Genap)
Subyek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum Indonesia, yang
sudah barang tentu berdasar dari sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan
hukum (perusahaan, organisasi, institusi). Dalam dunia hukum, subyek hukum dapat
diartikan sebagai pembawa hak, yakni manusia dan badan hukum.
Indonesia terdapat beberapa macam sistem hukum yaitu sistem hukum islam,
sistem hukum nasional dan sistem hukum adat, terhadap permasalahan waris misalnya,
salah satu masyarakat ingin menyelesaikan masalah warisnya dengan sistem hukum islam
karena orang tersebut beragama islam, atau mungkin seseorang tersebut ingin
menyelesaikan masalah warisnya dengan hukum adat. Namun sistem hukum nasional
Indonesia yang mengatur masalah waris adalah hukum perdata dan disini lah kedudukan
hukum perdata di dalam sistem hukum di Indonesia dan bukan hanya menyangkut ke
hukum waris saja tetapi ke dalam hukum hukum lainnya seperti perkawinan dan
perjanjian.
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa. Demikian bunyi ketentuan Pasal 1
Undang-Undang 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. UU 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
memiliki pertimbangan bahwa sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk
pembinaan hukum nasional, perlu adanya Undang-undang tentang Perkawinan yang
berlaku bagi semua warga negara.
Pasal 1 UU Perkawinan dalam penjelasan Pasal demi Pasal dijelaskan bahwa
Perkawinan sangat erat hubungannya dengan kerohanian dan agama. Penjelasan Pasal 1
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa sebagai Negara yang
berdasarkan Pancasila, dimana Sila yang pertamanya ialah ke Tuhanan Yang Mahaesa,
maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian,
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur
bathin/rokhani juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk keluarga yang
bahagia rapat hubungan dengan keturunan, yang pula merupakan tujuan perkawinan,
pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.
Hal ini mungkin sering terjadi di masyarakat dan akan mendapatkan kerugian jika
perkawinan itu tidak di catatkan karena anak yang di lahirkan tidak akan
mendapatkan akte kelahirannya sehingga akan menyulitkan dirinya di masa yang
akan datang,dan Akibat hukum apabila suatu perkawinan yang tidak dicatatkan
tentang keabsahan perkawinan baik menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, adalah perkawinan tersebut tidak
sah. Hal ini dapat dilihat di dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengamanatkan bahwa
setiap perkawinan dicatat menurut perundangundangan yang berlaku. Selanjutnya
ketentuan di dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, melalui Pasal 5 ayat (1)
yang memuat ketentuan bahwa setiap perkawinan harus dicatat. Kemudian melalui
Pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan
Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.
8. Jelaskan dengan pendapat hukum saudara makna berdasarkan Ketuhanan yg Maha Esa
yang terdapat dalam undang-undang perkawinan ?