Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : Agung Firmansyah S.pd., M.pd

Disusun Oleh :
Muhammad Rafli Dahlan (H071221104)

PROGAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang digunakan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah
Pendidikan kewarganegaraan ini.
Saya harap dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua, dan dapat menambah wawasan kita khususnya bagi penyusun.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kebaikan menuju arah yang
lebih baik.

Makassar, 07 Juni 2023

Muhammad Rafli Dahlan


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seluruh WNI perlu dibekali kemampuan bela Negara dalam rangka
mempertahankan dan mengamankan bangsa dan Negara. Kemampuan
tersebut harus diberikan sedini mungkin kepada warga yang berhak dan
wajib ikut serta bela Negara. Bela Negara adalah tekad, sikap dan semangat
serta tindakan seluruh warga Negara secara teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang harus diberikan kepada peserta didik setingkat PT dalam
betuk Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara.
Kewarganegaraan dapat diartikan segala jenis hubungan dengan suatu
negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi
orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala
ikhwal yang berhubungan dengan negara. Kewarganegaraan (warganegara)
secara singkat diatikan sekelompok manusia yang menjdi anggota suatu
Negara. Kewarganegaraan dalam rangka pendidikan diartikan kesadaran dan
kecintaan serta berani membela bangsa dan negara
Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu ilmu pengetahuan yang
wajib dilaksanakan di sekolah-sekolah sampai perguruan tinggi. Untuk di
perguruan tinggi itu sendiri pendidikan kewarganegaraan diatur dalam pasal
37 UU No.20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional. Pendidikan
kewarganegaraan ditujukkan untuk memfokuskan para generasi bangsa
untuk dapat menjadi warga negara yang baik. Ini sejalan dengan
penyampaian (Shofi dkk: 2020) yang menyebutkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan ini bertujuan untuk menjadikan masyarakatnya sadar dan
berpikir kritis terhadap hak dan kewajibannya.
Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan
antara warganegara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN). Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan
bermakna dari negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan
pembekalan pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks) yang berdasarkan
nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-
nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup sebagai
warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka dari itu, urgensi karakter mahasiswa dalam akademik harus
diperhatikan. Sebab, dengan mengimplementasikan nilai-nilai luhur melalui
pendidikan kewarganegaraan pun akan memberikan pengaruh pada
kehidupan sosialnya nanti.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di PT yaitu Mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia
seutuhnya dan memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur (SK Dirjen
Dikti Depdiknas RI Nomor 43/DIKTI/Kep/2006). Sedangkan Misi
Pendidikan Kewarganegaraan di PT yaitu membantu mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sehingga konsisten mampu mewujudkan nilai
dasar Pancasila, kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan IPTEK dengan
tanggungjawab serta memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasar visi dan misi tersebut maka tujuan pendidikan
kewarganegaraan adalah memupuk kesadaran bela Negara dan berpikir
komprehensif integral di kalangan mahasiswa dalam rangka ketahanan
nasional dan geostrategic nasional dengan didasari dengan cinta tanah air,
sadar berbangsa dan bernegara, Memupuk rasa persatuan dan kesatuan,
keyakinan pancasila yang tangguh, dan Rela berkorban untuk Negara dan
Bangsa. Selain itu, Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap
dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics Education
yang dikenal diberbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah, Pendidian
Kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan
monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu
Kewarganearan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Warganegara adalah
rakyat tertentu dalam hubungannya antara wargnegara dan negara,
warganegara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan
sebaliknya warganegara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan
dilindungi oleh negara.
Tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
adalah sebagai berikut:
1. Membentuk pola sikap dan pola perilaku peserta didik untuk menjadi
warga negara yang memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab (good and responsible citizen) yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta Tanah Air serta memiliki kesadaran bela negara
dengan rela berkorban demi bangsa dan memiliki nasionalisme dan
patriotisme.
3. Membekali peserta didik agar memahami dan mampu melaksanakan
hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas
sebagai warga negara yang terdidik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara selaku warga negara Republik Indonesia yang bertanggung
jawab.
4. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah
dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
perlu diatasi melalui penerapan pemikiran yang berlandaskan nilai-
nilai Pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional secara
kritis dan bertanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTITAS DAN INTEGRASI NASIONAL


1. Identitas Nasional
a. Pengertian Identitas Nasional
Identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang artinya ciri,
tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu baik
individu, maupun kelompok seperti suku, ras, budaya, dan agama
yang menjadikan pembeda dengan yang lainnya. Sedangkan menurut
istilah antropologi, identitas adalah sitat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran dan sesuai dengan kesadaran diri sendiri
golongan itu sendiri, kelompok itu sendiri, komunitas itu sendiri atau
negara itu sendiri.
Adapun identitas nasional diartikan sebagai jati diri yang
dimiliki oleh suatu bangsa sehingga menjadi ciri khas yang melekat
pada bangsa itu sendiri dan menjadikan eksistensi bagi suatu negara
agar dikenal oleh negara lain. Jati diri nasional dapat diadopsi dari
nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama yang diyakini kebenarannya.
Esensi identitas bangsa Indonesia bukan hanya sebagai ciri khas suatu
bangsa melainkan identitas yang menjadikan Indonesia sebagai
sebuah negara kesatuan yang memiliki kewibawaan dan kehormatan
bangsa dan negara karena didalamnya mengandung bangsa yang
beradab, bangsa yang berbudaya luhur, serta bangsa yang beretika
yang harus terus dipupuk dan dilestarikan untuk generasi emas
penerus bangsa
Identitas nasional adalah sesuatu yang urgent bagi kehidupan
bernegara. Karna identitas merupakan suatu yang membedakan satu
dengan lainnya. Dalam konteks Pendidikan kewarganegaraan,
Identitas dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakteristik, sedangkan
nasional dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang lebih
besar lebih dari sekedar ras, bangsa, suku, dan agama. Jadi dapat
diartikan, Identitas nasional adalah ciri-ciri atau karakteristik,
perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan
bangsa Indonesia dengan lainnya.
Identitas nasional didasarkan pada karakteristik suatu bangsa,
dalam hal ini bangsa Indonesia. Karakteristik menandakan adanya
kekhasan dalam diri warga negara Indonesia.

b. Bentuk-bentuk Identitas Nasional


Bentuk Identitas nasional bersifat sekunder, karna sebelumnya
sudah terdapat identitas-identitas yang sudah terbentuk, terkait dengan
suku bangsa seperti suku, bangsa, dll. Bentuk-bentuk identitas
nasional dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1) Identitas Fundamental, Identitas fundamental berarti identitas
yang bersifat mendasar atau pokok. Dalam hal ini Indonesia
memiliki identitas fundamental, yakni Pancasila, sebagai dasar
dan ideologi negara Indonesia. Pancasila menjadi pedoman serta
dasar kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu,
Pancasila juga menjadi pedoman dalam beretika dan sebagai
pandangan hidup orang Indonesia.
2) Identitas Instrumental, yaitu nilai-nilai, yang dimana nilai-nilai
tersebut harus diwujudkan dalam suatu yang konkrit. Indonesia
memiliki identitas instrumental, yakni UUD 1945 sebagai
konstitusi negara Indonesia, lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan, Bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu, serta Garuda Pancasila sebagai lambang
negara.
Identitas Alamiah, yaitu sesuatu yang sudah ada dari awal dan dari
dulu, yakni keberagaman suku, agama, budaya, bahasa, kepercayaan,
serta bentuk negara kepulauan. Negara Indonesia terkenal akan
keberagaman suku, agama, bahasa dan budayanya. Selain itu, identitas
ini bersifat alami.
2. Integrasi Nasional
a. Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi bermakna menggabungkan dan mempersatukan dalam
bahasa Inggris, integrasi adalah proses untuk menggabungkan
berbagai unsur sehingga menjadi kesatuan yang bulat. Sementara itu,
“nasional” dalam bahasa Inggris adalah “nation”, yang berarti
berkaitan dengan bangsa. Integrasi nasional adalah upaya atau proses
untuk menyatukan berbagai unsur atau kelompok sehingga menjadi
kesatuan nasional.
Dalam konteks politik, integrasi nasional adalah upaya untuk
mengintegrasikan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam
kesatuan wilayah nasional yang mengembangkan identitas nasional.
Dari perspektif antropologis, integrasi nasional adalah proses
penyesuaian diri dengan berbagai faktor budaya untuk mencapai
keselarasan fungsi-fungsi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Diperlukan integrasi nasional untuk menyatukan perbedaan-
perbedaan yang ada. Konsep integrasi nasional adalah koalisi negara-
negara yang menduduki wilayah tertentu dalam suatu negara yang
berdaulat. Secara umum, integrasi nasional mencerminkan komposisi
dari kesatuan proses berkumpulnya individu-individu dari berbagai
daerah yang berbeda dan beragam. Gunanya adalah untuk mengatasi
tantangan yang dihadapi, sehingga Indonesia dapat mengatasi potensi
perpecahan bangsa. Dengan integrasi nasional, Indonesia dapat
mengatasi tantangan yang dapat menyebabkan perpecahan bangsa.
Integrasi Nasional adalah bagaimana bisa menyatukan
perbedaan-perbedaan yang ada. Integrasi bisa terwujud jika Adanya
kesadaran akan identitas negara yang dimiliki bersama oleh warga
negara. Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-
bagian, unsur atau elemmen yang terpisah dari masyarakat menjadi
kesatuan yang lebih bulat, sehingga menjadi satu bangsa.

b. Jenis jenis integrasi nasional


Integrasi nasional dapat diterapkan dalam berbagai bentuk atau
jenis. Hal ini bergantung pada situasi dan kondisi masyarakat atau
negara. Jenis-jenis integrasi nasional tersebut, yakni:
1) Integrasi Bangsa, menunjuk pada proses penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam satu kesatuan, salah satunya
yaitu dengan adanya satu Bahasa yaitu Bahasa indonesia
2) Integrasi wilayah, yaitu menunjuk pada masalah pembentukan
wewenang kekuasaan nasional pusat di atas unit-unit sosial yang
lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial
budaya masyarakat tertentu.
3) Integrasi elit-massa, yaitu menunjuk pada masalah
penghubungan antara pemerintah dengan yang diperinntah.
Yaitu dengan cara Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai
aspirasi nilai pada kelompok elit dan massa
4) Integrasi Nilai, yaitu menunjuk pada adanya nilai atau standar
dalam masyarakat yang diperlukan dalam memelihara tertib
sposial, yang dimana setiap generasi memiliki perbedaan
persepsinya tentang nilai-nilai tersebut.
5) Integrasi tingkah laku, yaitu menunjuk pada penciptaan tingkah
laku dan prilaku yang terintegrasi dan yang diterima demi
mencapai tujuan Bersama yaitu dengan mengarahkan perilaku
dengan norma yang ada.

B. SISTEM KONSTITUSI
1. Pengertian Sistem Konstitusi
konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu
bangsa, negara atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan,
tugas pemerintah dan menjamin hak-hak tertentu bagi warganya. bagi
sebuah negara, konstitusi merupakan kumpulan doktrin serta praktik yang
membentuk prinsip pengorganisasian fundamental.
Setiap negara pasti memiliki konstitusi, Konstitusi sangat penting bagi
sebuah negara. Secara bahasa Makna dari konstitusi adalah hukum dasar
dari sebuah negara. Konstitusi merupakan kumpulan asas-asas mengenai
kekuasaan pemerintah, hak-hak pemerintah, dan hubungan diantara
keduanya. Konstitusi dilihat dari sudut pandang luas berbicara tentang
seluruh ketentuan ketentuan dasar, hukum-hukum dasar baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, dan juga gabungan antara keduanya. Sedangkan jika
berbicara konstitusi jika dilihat dari sudut pandang yang sempit konstitusi
adalah diagram dasar atau undang-undang dasar, sebuah dokumen lengkap
mengenai peraturan-peraturan dasar negara, dan Di Indonesia disebut
dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2. Macam-Macam Konstitusi
Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu, Konstitusi tertulis
dan Konstitusi tak tertulis. Hampir semua negara di dunia memiliki
konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang pada umumnya
mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara bekerja
berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.

C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


1. Pengertian Hak Dan Kewajiban
Hak adalah kewenangan warga negara untuk melakukan sesuatu
sedangkan kewajiban adalah suatu keharusan atau kewajiban yang
tidak bisa ditinggalkan oleh warga negara. Jika hak ada warga negara,
maka negara memiliki kewajiban demikian juga sebaliknya. Oleh
karena itu, hak tidak dapat berdiri sendiri. Hak melibatkan pihak lain
yang pada saat yang sama disebut memiliki kewajiban. Setiap hak
berkorelasi dengan kewajiban begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu,
hak merupakan kombinasi antara tunutan dan kewajiban.
Kewajiban dapat diartikan sebagai suatu keharusan yang tidak
boleh ditinggalkan oleh warga negara. Kewajiban suatu tindakan atau
sikap yang harus diambil atau dilakukan oleh seseorang sesuai dengan
kemampuannya. Dengan kata lain, kewajiban adalah sesuatu yang
harus dilakukan. Jika tidak ada keharusan, maka sesuatu yang
dilakukan tersebut belum bisa dikatakan kewajiban. Oleh karena itu,
sama dengan hak yang dijelaskan sebelumnya, kewajiban juga harus
memiliki legitimasi moral atau legal. Dengan demikian orang tidak
melakukan kewajiban akan menerima sanksi dan hukuman.
Kewajiban (duty) dalam konsep hukum ada dari norma atau telah
disyaratkan oleh hukum. Seseorang dianggap benar atau salah apabila
telah melakukan atau berbuat sesuai dengan kewajibannya. Jika sesuai
dengan kewajiban mereka benar, demikian juga sebaliknya. Oleh
karena itu, kewajiban-kewajiban setiap individu harus jelas dan tidak
menimbulkan keambiguan.
Hak dan kewajiban warga negara erat kaitannya dengan
konstitusi. Karna hak dan kewajiban warga negara termuat dalam
konstitusi. Jika berbicara tentang hak dan kewajiban warga negara,
maka erat kaitannya dengan dua hal yaitu negara dan juga warga
negara. Sehingga hak dan kewajiban warga negara dibatasi oleh
ruang-ruang yang dinamakan negara.
Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang berbeda tetapi tidak
bisa dipisahkan. Jika berbicara tentang hak, maka berbicara tentang
kekuasaan atau kewenengan. Jadi hak adalah kewenangan terhadap
sesuatu, Sehingga kita memiliki kuasa terhadap sesuatu tersebut. Akan
Tetapi kuasa yang kita miliki itu tidak mutlak. Sedangkan Kewajiban
adalah segala sesuatu yang harus kita lakukan, apapun itu larangan
maupun perintah dan kita akan menerima sanksi jika melanggar
kewajiban tersebut.

2. Harmoni HAK dan kewajiban kehidupan berbangsa bernegara


Semenjak zaman dahulu, kita lebih mengenal konsep kewajiban
dibandingkan dengan konsep HAK. Sehingga dalam masyarakat
zaman dahulu yang menganut sistem monarki pasti selalu ada hak
hak mulia raja. Konsep kewajiban selalu menjadi landasan aksiologis
dalam hubungan rakyat dan penguasa, Rakyat wajib patuh pada titah
raja tanpa syarat, dan itu sebagai bentuk penghambaan total. Setelah
masa kerajaan berlalu, datanglah penjajah di Indonesia. Keadaan yang
sama pun berlangsung disaat masa penjajahan. Kehidupan politik
daerah tentu mendorong aspek kewajiban sebagai ide dalam fraksis
kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.
Perjuangan masyarakat Indonesia terjadi pada masa penjajahan.
Dimana lahirlah perjuangan kelompok-kelompok masyarakat,
perjuangan kedaerahan, dan perjuangan kemerdekaan, yang dimana
Perjuangan-perjuangan tersebut merupakan perjuangan agar kita bisa
terbebas dari belenggu penjajahan dan melawan ketertindasan.
Sehinngga dapat dikatakan bahwa yang diperjuangkan bangsa
Indonesia pada saat itu adalah Hak-hak.
Hak dan kewajiban erat kaitannya dengan negara dan bangsa,
jika melihat dari teori kontrak social, bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat. Dalam membangun
negara, tentu masyarakat ingin membangun negara sebagai wadah
karna ada banyak kepentingan dan juga kebutuhan yang harus
terpenuhi.

D. DEMOKRASI INDONESIA
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani, yaitu demos dan kratos.
Demos artinya rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi
artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya
memegang peranan yang sangat menentukan.
Demokrasi merupakan gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama bagi semua warga negara. Demokrasi dapat pula dimaknai
sebagai bentuk pemerintahan di mana seluruh rakyatnya turut serta
memerintah melalui perantaraan wakilnya. Akar konsep demokrasi
dapat ditemukan dalam peradaban Yunani kuno yang bercorak polis
(kota yang otonom). Pada sistem polis, setiap persoalan kepentingan
publik diselesaikan melalui pemungutan suara, Itulah yang menjadi
ciri pemerintahan demokratis. Di negara yang menganut sistem
demokrasi, setiap warga negara memiliki hak demokrasi dan
kebebasan atas penyelenggaraan, penggunaan dan pemenuhan
demokrasi itu sendiri. Dalam sistem politik demokratis, salah satu
poin penting yang harus ada adalah terjalinnya komunikasi serasi
antara opini publik dan pemerintah yang disalurkan melalui wakil
rakyat, media massa, agamawan dan cendekiawan.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas
rakyat berusia dewasa turut serta dalam politik atas dasar sistem
perwakilan, yang kemudian menjamin pemerintahan
mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga
atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu
pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk
membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan
dalam melaksanakan undangundang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undangundang.
Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa
dipengaruhi oleh institusi lainnya. Prinsip demokrasi adalah
kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara
bisa saling berbagi kekuasaan di dalam negaranya.

2. Sejarah Demokrasi Di Indonesia


Di Indonesia, ide demokrasi dibawa oleh para pelajar Indonesia
yang ada di Eropa seperti Mohammad Hatta. Di Eropa, mereka
menemukan ide-ide luhur yang agung dan memukau. Ide tersebut
berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia yang berada dalam
situasi terjajah kala itu.
Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno memulai sistem Demokrasi
Terpimpin yang konsepnya telah ia rancang sedemikian rupa.
Baginya, demokrasi inilah yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia
karena sistem ini telah ada di desa-desa sebelum Indonesia merdeka.
Cara ini dinilai lebih baik karena adanya seorang pemimpin yang
menjadi penengah dari berbagai pendapat berlainan sehingga
rumusannya menjadi sesuatu yang padu. Untuk merealisasikan
gagasannya itu, Soekarno kemudian membubarkan DPR. Hal ini
mendapat penentangan dari banyak pihak. Namun, demokrasi
terpimpin justru menjadi diktator sehingga Mohammad Hatta menarik
diri untuk tidak lagi mendampingi Soekarno. Hatta pun melontarkan
banyak kritikan terhadap tindakan Soekarno. Bagi Hatta, demokrasi
terpimpin menghendaki satu pemimpin yang kuat sedangkan yang
kompeten untuk menjadi pemimpin semacam itu hanya Soekarno.
Maka dari itu, sistem semacam ini tidak akan bertahan lama seiring
dengan usia Presiden Soekarno.
Lebih jauh, dalam menanggapi hal itu, Hatta pun menyampaikan
konsepsinya mengenai demokrasi yang dianggap tepat untuk
diterapkan di Indonesia. Konsepsi ini juga diambil dari praktik
demokrasi yang berada di desa, tetapi rumusan Hatta bertolak
belakang dengan ide demokrasi dari Soekarno. Jika Soekarno
menekankan adanya seorang pemimpin, tetua atau kepala, maka Hatta
menekankan proses mufakat melalui musyawarah tanpa adanya
penonjolan pada individu tertentu. Hatta berpendapat bahwa
demokrasi di Indonesia hendaknya bersifat demokrasi-sosial.
Demokrasi ini mencakup kehidupan politik dan ekonomi yang tidak
menguntungkan pihak tertentu (seperti pemilik modal atau kapital),
melainkan mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkeadilan
sosial dalam segala bidang kehidupan. Pandangan demokrasi Hatta
didasarkan pada tiga sumber, yaitu paham sosialis Barat, ajaran agama
Islam, dan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kolektivisme.
Kemudian, Demokrasi Terpimpin digantikan oleh Demokrasi
Pancasila bergaya Orde Baru. Ide Demokrasi Pancasila ini muncul
dari kritik terhadap demokrasi Orde Lama yang dinilai telah
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Demokrasi Orde Baru
menunjukkan maksud untuk menyelamatkan pancasila dan UUD
1945. Demokrasi harus dibangun atas dasar kedua hal itu. Setiap
usaha yang berusaha menggeser Pancasila dan UUD 1945 dihindari
sedini mungkin. Namun, pada perkembangannya, demokrasi yang
menjadi harapan ini kembali menemui kegagalan. Orde Baru menjadi
penafsir tunggal atas Pancasila dan UUD 1945 sehingga menghasilkan
pemerintahan yang otoriter. Pada akhirnya, gerakan yang dimotori
oleh mahasiswa dan unsur lainnya berhasil menumbangkan
pemerintahan Orde Baru.
Setelah jatuhnya kepemimpinan Soeharto, Indonesia mengalami
perubahan-perubahan penting dalam kehidupan politik yang memberi
peluang tumbuhnya demokrasi. Meski demikian, transisi menuju
demokrasi melalui pembentukan pemerintahan baru di tahun 1999
tidak menjamin terciptanya situasi yang kondusif bagi jalannya
demokrasi di Indonesia. Era reformasi pun diwarnai berbagai distorsi,
di mana orang melangkah tanpa kendali nilai dan kepercayaan kepada
institusi sosial yang ada. Berbagai tantangan di masa transisi seperti
krisis ekonomi, krisis politik, perlawanan massa yang tak terkendali,
perpecahan di kalangan elit dan tuntutan perubahan terhadap sistem
politik yang sangat kuat. Setelah hampir lima tahun berjalan,
kehidupan berbangsa, bernegara dan praktik-praktik politik belum
menampakkan arah yang sesuai. Demokrasi kemudian digugat dan
dipertanyakan saat praktik-praktik politik atas nama demokrasi sering
menunjukan paradoks dan ironi.
Hal yang patut menjadi kebanggaan era reformasi adalah
terwujudnya kebebasan informasi dan berserikat yang mengalami
perkembangan serta kemajuan yang pesat. Hal ini merupakan suatu
prestasi tersendiri karena era reformasi telah meruntuhkan watak era
Orde Baru yang mengebiri kebebasan informasi dan berekspresi. Di
masa Reformasi, sebagian aspek demokrasi mulai dapat berjalan
dengan baik ditandai dengan tidak tertutupnya informasi dan adanya
mekanisme akses informasi. Berbeda dengan zaman Orde Baru di
mana negara tidak bersedia dikontrol oleh publik sehingga kebijakan
yang dirumuskan bersifat elitis, administrasi tidak memiliki kejelasan
dan transparan, terlalu birokratis terhadap urusan publik, tidak efektif
dan cenderung sentralistis. Dengan adanya keterbukaan informasi dan
kebebasan berbicara di ruang publik yang dimiliki rakyat, mekanisme
pemerintahan pun menjadi lebih transparan dan rakyat memiliki ruang
untuk memberi kritikan dan masukan kepada pemerintahan. Dengan
demikian, rakyat mempunyai peran aktif dalam membangun negara

E. RULE OF LAW
Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua penyelenggaraan
pemerintahan, kenegaraan, dan kemasyarakatannya berdasarkan pada
hukum. Hukum adalah himpunan peraturan peraturann yang dibuat oleh
yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan
bermasyarakat. Hukum mempunyai ciri yaitu memerintah dan melarang
serta memaksa, dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggar.
Cicero mengatakan ”Ubi Societas ibi ius” artinya Dimana ada
masyarakat, disana ada hukum. Thomas Hobbes dalam bukunya Leviathan
pernah mengatakan ”Homo Homini Lupus” artinya Manusia adalah serigala
bagi manusia lainnya. Ada 4 Fungsi negara yang dianut oleh negara-negara
di dunia
• Melaksanakan penertiban dan keamanan
• Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
• Mewujudkan pertahanan
• Menegakkan keadilan
Agar negara dapat melaksanan tugasnya dalam bidang-bidang
tersebut, maka disusunlah peraturan-peraturan yang disebut dengan hukum.
Hukum dibagi menjadi dua, Hukum Privat, yaitu hukum yang mengatur
Hubungan antar manusia yang menyangkut Kepentingan pribadi. Dan
Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur Hubungan antara negara dan
organ Negara atau negara dengan perorangan yang menyangkut kepentingan
umum.
untuk menjamin kelangsungan keseimbangan dalam hubungan
antara anggota masyarakat, diperlukan peraturan hukum, di mana setiap
pelanggar hukum akan dikenai sanksi hukuman. Tujuan Hukum
yaitu ,Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian. Fungsi dari hukum yaitu
Mengontrol sosial, Rekayasa sosial, dan instrumen politic
1. Kekuasaan kehakiman
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia.
 Mahkamah Agung
 Mahkamah Konstitusi
 Komisi Yudisial
 KPK

2. Lembaga Penegak hukum


Dalam rangka Menegakkan Hukum, Aparatur Penegak Hukum
harus menunaikan tugas sesuai dengan tuntunannya yang ada dalam
Hukum Material dan Hukum Formal. Pertama, hukum material adalah
hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-
kepentingan dan hubungan- hubungan yang berupa perintah- perintah
dan larangan-larangan. Kedua, Hukum Formal atau disebut juga
hukum acara yaitu Peraturan Hukum yang mengatur Tentang Cara
bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum
material.
Untuk Menjalankan Hukum sebagaimana mestinya, maka
dibentuk beberapa lembaga aparat penegak hukum, antara lain:
 Kepolisian sebagai Lembaga Penyidik, Kepolisian Negara ialah
alat negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban di dalam negeri. Dalam kaitannya dengan
hukum, khususnya Hukum Acara Pidana, Kepolisian negara
bertindak sebagai Penyelidik dan Penyidik. Menurut Pasal 4 UU
nomor 8 tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara RI.
 Kejaksaan sebagai Lembaga Penuntut, Kejaksaan adalah lembaga
pemerintahan yang melaksanakan Kekuasaan Negara di Bidang
Penuntutan. Penuntutan adalah Tindakan Penuntut Umum untuk
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara
Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh
hakim di sidang Pengadilan.
 Kehakiman sebagai Lembaga Pemutus/Pengadilan. Kehakiman
merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk mengadili.
Adapun Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang- undang untuk mengadili.

3. Lembaga peradilan
 PERADILAN KHUSUS, yaitu mengadili Perkara" tertentu atau
mengadili Golongan/Kelompok Rakyat tertentu. Perdilan khusus
yaitu Peradilan Militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata
Usaha Negara
 Untuk Menyelesaikan Perkara” yang termasuk wewenang
PERADILAN UMUM, digunakan beberapa Tingkat atau Badan
Pengadilan yaitu : Pengadilan Negeri Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tingkat Kasasi
 PENASEHAT HUKUM, Salah satu asas yang berlaku dalam
Hakum Acara Pidana, yang menyatakan bahwa: "Setiap orang
yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan untuk
mendapatkan bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya".

4. PILAR UTAMA TEGAKNYA NEGARA HUKUM


PRINSIP POKOK yang merupakan Pilar-pilar Utama yang
menyangga berdiri tegaknya satu negara modern sehingga dapat
disebut sebagai NEGARA HUKUM (The Rule of Law/ Rechtsstaat).
a. Supremasi hukum, Dalam Perspektif Supremasi Hukum
(supremacy of law), pada hakikatnya Pemimpin Tertinggi
Negara yang sesungguhnya, Bukanlah Manusia, Tetapi
Konstitusi yang mencerminkan hukum yang tertinggi.
b. Persamaan dalam hukum, Prinsip Persamaan Kedudukan, segala
Sikap dan Tindakan Diskriminatif dalam segala bentuk dan
manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang
TERLARANG
c. Asas legalitas, Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan
berlakunya Asas Legalitas dalam segala bentuknya yaitu bahwa
segala Tindakan Pemerintahan harus didasarkan atas Peraturan
PerUUan yang Sah dan Tertulis.
d. Pembatasan kekuasaan, Adanya Pembatasan Kekuasaan Negara
dan organ-organ Negara dengan cara menerapkan prinsip
pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan
secara horizontal.
e. Organ-Organ eksekutif independen, Dalam rangka Membatasi
Kekuasaan, di Masa Reformasi ada pengaturan Kelembagaan
Pemerintahan yang Bersifat 'INDEPENDENT', seperti Bank
Sentral, Organisasi Tentara, Organisasi Kepolisian dan
Kejaksaan.Selain itu, ada pula Lembaga Baru seperti Komisi
Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum, lembaga
Ombudsman, Komisi Penyiaran, dsb.
f. Peradilan bebas dan tidak memihak, Untuk menjamin Keadilan
dan Kebenaran, tidak diperkenankan adanya intervensi ke dalam
proses pengambilan putusan keadilan oleh hakim, baik
intervensi dari Lingkungan Kekuasaan Eksekutif Maupun
Legislative ataupun Masyarakat dan Media Massa.
g. Peradilan tata usaha negara, Dalam setiap Negara Hukum, harus
terbuka kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk
menggugat keputusan pejabat administrasi Negara dan
dijalankannya putusan hakim tata usaha negara (administrative
court) oleh pejabat administrasi negara.
h. Peradilan tata negara, Pentingnya MAHKAMAH KONSTITUSI
(constitutional courts) ini adalah dalam upaya memperkuat
sistem 'checks and balances' antara cabang-cabang kekuasaan
yang sengaja dipisah- pisahkan untuk Menjamin Demokrasi.
i. Perlindungan hak asasi manusia, Setiap manusia sejak
kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban- kewajiban
yang bersifat bebas dan asasi. Terbentuknya Negara dan
demikian pula Penyelenggaraan Kekuasaan Suatu Negara tidak
boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi
kemanusiaan itu.
j. Bersifat demokratis, Dianut dan dipraktekkannya Prinsip
Demokrasi atau Kedaulatan Rakyat yang Menjamin Peranserta
Masyarakat dalam Proses Pengambilan Keputusan Kenegaraan,
sehingga setiap PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
yang ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan Perasaan
Keadilan yang hidup di tengah masyarakat.
k. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara, Hukum
adalah Sarana untuk Mencapai Tujuan yang diidealkan bersama.
Cita-cita Hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui
gagasan Negara Demokrasi (democracy) maupun yang
diwujudkan melalui gagasan Negara Hukum (nomocrasy)
dimaksudkan untuk meningkatkan Kesejahteraan Umum.

F. WAWASAN NUSANTARA
1. Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologi Kata Wawasan Nusantara berasal dari dua kata
Wawasan dan Nusantara. Wawasan dari kata Wawas (Bhs Jawa) yang
artinya Pandangan. Nusantara, merupakan gabungan kata Nusa dan
Antara. Kata NUSANTARA Secara Historis bermula dari bunyi
Sumpah Palapa dari Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara
pengangkatannya sebagai Mahapatih di Kerajaan Majapahit tahun
1336 M, tertulis di dalam Kitab Pararaton Nusantara pada waktu itu
diartikan Pulau-pulau di Luar Majapahit (Jawa). Pada acara Kongres
Pemuda Indonesia II tahun 1928 (peristiwa Sumpah Pemuda),
digunakan Istilah Indonesia Sebagai Pengganti Nusantara. Nama
Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indo/Indu yang
berarti Hindu/Hindia dan Nesia/Nesos yang berarti Pulau. Kata
Nusantara Bisa dipakai sebagai Sinonim Kata Indonesia, yang
menunjuk pada Wilayah (Sebaran Pulau-pulau) yang berada di antara
Dua Samudra dan Dua Benua.
Wawasan nusantara Adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia tentang dirinya yang Bhinneka, serta Lingkungan
Geografinya yang berwujud Negara Kepulauan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Secara Terminologis
 Hasnan Habib mengatakan wawasan nusantara adalah
Kebulatan Wilayah Nasional, termasuk satu Kesatuan Bangsa,
satu Tujuan dan Tekad Perjuangan, satu kesatuan Hukum, Sosial
Budaya, Ekonomi dan Hankam.
 MPR Tahun 1998, Wawasan Nusantara adalah Cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai Diri dan
Lingkungannya,dengan mengutamakan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa serta Kesatuan Wilayah, dalam penyelenggaraan
kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
 LEMHANAS Th. 1999, Wawasan Nusantara adalah Cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai Diri dan
Lingkungannya, yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Bangsa serta
Kesatuan Wilayah, dalam penyelenggaraan kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, untuk mencapai
tujuan nasional.

2. Sumber Historis, sosiologis, dan politis wawasan nusantara


 Sumber Historis, Kepulauan Adalah Gugusan Pulau-pulau
dengan Perairan diantaranya dan Angkasa di atasnya sebagai
kesatuan utuh, dengan unsur Air Sebagai Penghubung.
"NUSANTARA" dapat diartikan sebagai Kepulauan yang
diantarai laut atau Bangsa-bangsa yang dihubungkan oleh laut.
 Sumber Sosiologis Konsep Wawasan Nusantara, Berdasar pada
Kondisi Sosial Budaya masyarakat Indonesia, Wawasan
Nusantara yang pada awalnya berpandangan akan "Kesatuan
atau Keutuhan Wilayah" DIPERLUAS lagi sebagai pandangan
akan "Persatuan Bangsa". Untuk mewujudkan Persatuan Bangsa
itu dibutuhkan Semangat Kebangsaan.
 Sumber Politis Konsep Wawasan Nusantara, Secara Politis, ada
Kepentingan Nasional. Agar wilayah yang utuh dan bangsa yang
bersatu Dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan
secara terus menerus.

3. Wawasan Nusantara sebagai landasan visional pembangunan


indonesia
Konsep Wawasan Nusantara menciptakan pandangan bahwa
Indonesia Sebagai Satu Kesatuan Wilayah merupakan satu kesatuan
politik, social budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai Wawasan Pembangunan.
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik
berarti Kebulatan Wilayah Nasional dgn Segala Isi & Kekayaannya
Merupakan :
 Kesatuan Wilayah, Wadah, Ruang Hidup dan Kesatuan Matra
Seluruh Bangsa serta Menjadi Modal dan Milik Bersama
Bangsa.
 Bangsa Indonesia yang terdiri atas Berbagai Suku, Berbicara
dlm berbagai Bahasa Daerah, serta, Memeluk/menyakini
berbagai Agama & Kepercayaan terhadap Tuhan YME, harus
merupakan suatu Kesatuan Bangsa yang bulat dalam artian
seluas-luasnya.
 Kehidupan Politik diseluruh Wilayah Nusantara merupakan
Suatu Kesatuan Politik yang Diselenggarakan Berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
 Seluruh Kepulauan Nusantara merupakan Satu Kesatuan System
Hukum Dalam arti bahwa hanya ada satu Hukun Nasional yang
mengabdi Kepentingan Nasional.
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
berarti, Kekayaan Wilayah Nusantara, Baik Potensial maupun Efektif
adalah Modal dan Milik Bersama bangsa dan Bahwa Keperluan Hidup
sehari-hari harus tersedia Merata di seluruh wilayah tanah air. Tingkat
Perkembangan Ekonomi, Harus Serasi dan Seimbang di Seluruh
Daerah, Tanpa meninggalkan Kehidupan Ekonominya. Kehiduan
Perekonomian di setiap Wilayah Nusantara, Merupakan Satu Kesatuan
Ekonomi yang yang diselenggarakan sebagai Usaha Bersama
Berdasar atas Asas Kekeluargaan Ditujukan bagi sebesar-besar
Kemakmuran Rakyat.
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial
budaya berarti, masyarakat indonesia Adalah Satu, Maka
Perikehidupan Bangsa harus merupakan kehidupan yang Serasi,
Dengan terdapat Tingkat Kemajuan Masyarakat yang Merata &
Seimbang, Serta adanya Keselarasan Kehidupan yang sesuai dengan
Tingkat Kemajuan Bangsa. Budaya bangsa indonesia Hakikatnya
adalah Satu, sedangkan Corak Ragam Budaya yang ada
menggambarkan Kekayaan Budaya Bangsa. Kekayaan ini menjadi
Modal dan Landasan Pengembagan Budaya Bangsa seluruhnya. Tidak
Menolak nilai" Budaya Lain yang tidak bertentangan dengan nilai
budaya bangsa, Serta Hasil"nya dapat dinikmati oleh bangsa.
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
HANKAM Berarti, Ancaman terhadap Satu Pulau/ Daerah pada
hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh Bangsa & Negara,
Tiap-tiap Warga Negara mempunyai Hak & Kewajiban yang sama
dalam rangka Pembelaan Negara dan Bangsa.

G. KETAHANAN NASIONAL
1. Pengertian Ketahanan Nasional
Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah
konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi
dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD NRI 1945 dan
Wawasan Nusantara.
Untuk mewujudkan cita-cita nasionalnya, setiap negara
menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan, dan campur
tangan dari dalam maupun luar yang mengancam kelangsungan
hidupnya. Untuk melindungi diri dari semua pelanggaran ini, suatu
negara perlu memiliki keuletan, kekuatan, dan ketahanan agar dapat
bertahan dari berbagai turbulensi yang ditimbulkan. Ketahanan
tersebut dinamakan “Tannas. Konsep ini pada dasarnya berpijak pada
Pancasila dan UUD 1945 berdasarkan “Wasantara”, mengatur dan
melaksanakan konsep kesejahteraan dan keamanan sepanjang
kehidupan bernegara secara seimbang dan harmonis. Oleh karena itu,
Tanduk mempunyai fungsi sebagai sistem kehidupan bangsa dan
model dasar pembangunan nasional, serta berstatus sebagai syarat,
doktrin, dan cara penyelesaian masalah bangsa. Sebagai kondisi,
Tannas tidak lain adalah hasil atau keluaran dari pembangunan
nasional, yakni integrasi kehidupan bangsa atau perkembangan
berbagai aspek Astargatra. Oleh karena itu, keberhasilan perbaikan
Tanduk sekaligus mencerminkan keberhasilan seluruh aspek
kehidupan bangsa saat itu.

2. Asas dan Sifat Ketahanan Nasional


Asas-Asas yang terdapat dalam Ketahanan Nasional yaitu :
a. Kesejahteraan adalah kemampuan bangsa untuk menumbuhkan
dan menyumbangkan nilai-nilai nasionalnya menjadi
kemakmuran sebesar- besarnya yang adil dan merata,
b. keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi eksistensinya
dan nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari dalam dan
dari luar.
c. Komprehensif Integral, Komprehensif adalah ketahanan
nasional mencakup kehidupan bangsa secara menyeluruh,
d. Integral, adalah terintegrasi atau menyatu dalam wujud
persatuan dan kesatuan, perpaduan yang selaras, serasi dan
seimbang dari seluruh aspek kehidupan berbangsa dan negara
e. Mawas Diri, dalam interaksi dengan lingkungan baik kedalam
maupun keluar, bangsa Indonesia harus mampu bermawas diri,
pengaruh interaksi itu akan memberikan dampak, baik positif
maupun negatif sebagai diperlukan mawas diri (Mawas
Kedalam), khusus dalam rangka arus globalisasi, bangsa
Indonesia harus pandai dalam menyesuaikan diri (Mawas
Keluar).
f. Kekeluargaan, asas kekeluargaan sangat berpengaruh dalam
ketahanan nasional, sikap kekeluargaan mengandung: kearifan,
kebersamaan, persamaan, gotong royong, rasa tenggang rasa,
dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Perbedaan dikembangkan dalam kehidupan
kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat merusak atau
destruktif.
TANNAS memiliki sifat sifat, yaitu :
a. Mandiri, yaitu percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri
dan tidak mudah menyerah. Tetap menjaga nilai" Identitas,
Integritas dan Kepribadian Bangsa. Kemandirian merupakan
prasyarat untuk menjalin suatu kerjasama yg saling
menguntungkan dlm perkembangan global Kemandirian,
mempunyai kemampuan dim bertindak dan berpikir lebih
dewasa dan dpt bertanggungjawab dlm setiap tindakannya.
Keberhasilan Pembinaan Ketahanan Nasional yang ulet, tangguh
dan berkesinambungan akan meningkatkan kekuatan dan
kemampuan bangsa.
b. Wibawa, Dengan ini diharapkan agar bangsa Indonesia
mempunyai harga diri dan diperhatikan oleh bangsa lain sesuai
dengan kualitas yang melekat padanya. Berlaku logika, semakin
tinggi tingkat ketahanan nasional, maka akan semakin tinggi
wibawa negara dan pemerintah sebagai penyelenggara
kehidupan nasional.
c. Dinamis, artinya tidak tetap, selalu berubah, naik turun
tergantung situasi dan kondisi bangsa dan negara serta
lingkungan strategisnya. Dinamika ini selalu diorientasikan
kemasa depan dan diarahkan pada kondisi yang lebih baik.
d. Konsultasi dan Kerja Sama dimaksudkan adanya saling
menghargai dengan mengandalkan pada Kekuatan Mortal dan
Kepribadian Bangsa. Hubungan kedua belah pihak perlu
diselenggarakan secara komunikatif sehingga ada keterbukaan
dalam melihat kondisi masing-masing dalam rangka hubungan
ini diharapkan tidak ada usaha mengutamakan konfrontasi serta
tidak ada hasrat mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik.

3. Dimensi Ketahanan Nasional


a. Ketahanan Ideologi, Kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan akan kebenaran. Ideologi Pancasila
yang mengandung, kemampuan untuk menggalang dan
memelihara persatuan dan kesatuan Nasional, kemampuan untuk
menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan Kepribadian Bangsa.
b. Ketahanan Politik, Kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia
yang berlandaskan Demokrasi Politik; Berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945; yang mengandung kemampuan, yaitu
memelihara sistem politik yang sehat dan dinamis serta
menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c. Ketahanan Ekonomi, Kondisi kehidupan perekonomian bangsa
yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi berdasarkan Pancasila,
yang mengandung kemampuan, yaitu memelihara stabilitas
ekonomi yang sehat dan dinamis, menciptakan kemandirian
ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi, dan
mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata.
d. Ketahanan Sosial Budaya, Kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasil,
mengandung kemampuan, yaitu membentuk dan
mengembangkan kehidupan SosBud manusia dan masyarakat
Indonesia yang berIMTAK pada Tuhan YME, rukun,bersatu,
cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan
yang serba selaras, serasi, seimbang, dan menangkal penetrasi
budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
e. Ketahanan HANKAM, Kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat, mengandung
kemampuan, yaitu memelihara stabilitas pertahanan dan
keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan
dan hasil-hasilnya, dan mempertahankan kedaulatan negara dan
menangkal segala bentuk ancaman.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Raisa A. L., & Dini, A. D. (2021). ”Kajian Deskriptif tentang Identitas Nasional
Untuk Integrasi Bangsa Indonesia”. Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan 1(11), 1 – 7
Jadidah, F. (2020). ” Perubahan Konstitusi Dalam Transisi Orde Baru Menuju
Reformasi Di Indonesia”. Jurnal Ilmiah Mandala Edition 6(1), 149-161
Prasetyo, D. M., T. S. Manik., D. Riyanti. (2021). ”Konseptualisasi Hak Dan
Kewajiban Warga Negara Dalam Upaya Bela Negara” Jurnal Pancasila dan
Bela Negara 1(1), 1-7
Indianto, D., W. Nurasih., D. Witro. (2021). ”Demokrasi Hibrid: Pemikiran Yasraf
Amir Piliang tentang Demokrasi Indonesia di Era Digital” Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik 11(1), 175-194
Iswari, F. (2020). ”Aplikasi Konsep Negara Hukum Dan Demokrsi Dalam
Pembentukan Undang Undang Di Indonesia”. Jurnal Cendekia Hukum 6(1),
127-140
Rokilah (2020). ”Dinamika Negara Hukum Indonesia: Antara Rechtsstaat Dan
Rule Of Law” Jurnal Ilmu Hukum 2(1), 12-22
Rahmawati, L. C., & Dewi, A. D, M.Pd. (2021). “Pendidikan Kewarganegaraan
Perspektif Pancasila Sebagai Landasan Ketahanan Nasional” Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha 9(2), 259-267

Anda mungkin juga menyukai