Anda di halaman 1dari 11

Pemikiran Kalam Ulama Modern :

Murthada Mutahhari, H. Agus Salim, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim


Asy’ari, Buya Hamka, dan Hasan Hanafi

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Ilmu Kalam

Dosen pengampu :

Prof. Dr. Yunan Yusuf

M. Yudi Ali Akbar, M. Si

Disusun Oleh :

Ariqah Alifia – KPI 3 C

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫ الصالة والسالم‬،‫ إياه نعبد وإياك نستعين على امور الدنيا والدين‬،‫الحمد هلل رب العالمين‬

‫على سيدنا دمحم وعلى اله وصحبه والتابعين وتابعي التابعين ومن تبعهم بإحسان‬

‫ أما بعد‬.‫إلى يوم الدين‬

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan banyak
rahmat dan karunia-NYA, berupa kesehatan, kesempatan dan kemudahan sehingga
makalah kami yang berjudul “Pemikiran Kalam Ulama Modern: Murthada
Mutahhari, H. Agus Salim, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hayim Asy’ari, Buya Hamka,
dan Hasan Hanafi” dapat terselesaikan dengan baik walau masih terdapat banyak
kekurangan.
Sholawat serta salam tidak lupa senantiasa kami curahkan untuk Rasullah SAW,
para sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Makalah ini saya susun dengan
bantuan berbagai pihak. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
Prof. Dr. Yunan Yusuf dan Bapak M. Yudi Ali Akbar, M.Si. selaku dosen pembimbing
dan asisten dosen mata kuliah Akidah Ilmu Kalam.

Melalui kata pengantar ini, kami memohon maaf apabila dalam makalah ini
terdapat kesalahan dalam penulisan maupun bacaan yang kurang berkenan di hati para
pembaca. Tak lupa, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan atas
apresiasi maupun kritik para pembaca sekalian. Semoga Allah memberkahi setiap
langkah kita, dan makalah ini dapat memberi manfaat bagi segenap insan para
pembaca.

Ciputat, 18 Desember 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... I


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ II
BAB I ................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................................................ 8
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 9

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering dengan perkembangan zaman ketika umat Islam dalam kondisi yang oleh
Sayyid Qutub dapat digambarkan sebagai suatu masyarakat yang beku, kaku,
menutup rapat-rapat pintu ijtihad, mengabaikan peranan akal dalam memahami
syari‟at Allah atau mengistimbatkan hukum-hukum, karena mereka merasa telah
cukup dengan hasil karya para pendahulunya yang juga hidup dalam masa kebekuan
akal (jumud) serta yang berdasarkan khurafat-khurafat. Dengan kondisi tersebut
maka lahirlah para pembaharu-pembaharu Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah ulama modern Murthada Mutahhari? Bagaimana Pemikiran Kalam


Beliau?
2. Siapakah ulama modern H. Agus Salim? Bagaimana Pemikiran Kalam Beliau?
3. Siapakah ulama modern KH. Ahmad Dahlan? Bagaimana Pemikiran Kalam
Beliau?
4. Siapakah ulama modern KH. Hayim Asy‟ari? Bagaimana Pemikiran Kalam
Beliau?
5. Siapakah ulama modern Buya Hamka? Bagaimana Pemikiran Kalam Beliau?
6. Siapakah ulama modern Hasan Hanafi? Bagaimana Pemikiran Kalam Beliau?

C. Tujuan Pembahasan

A. Menjelaskan sosok ulama modern Murthada Mutahhari dan pemikiran kalamnya


B. Menjelaskan sosok ulama modern H. Agus Salim dan pemikiran kalamnya
3
C. Menjelaskan sosok ulama modern KH. Ahmad Dahlan dan pemikiran kalamnya
D. Menjelaskan sosok ulama modern KH. Hayim Asy‟ari dan pemikiran kalamnya
E. Menjelaskan sosok ulama modern Buya Hamka dan pemikiran kalamnya
F. Menjelaskan sosok ulama modern Hasan Hanafi dan pemikiran kalamnya

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Murthada Mutahhari
Ayahnya bernama Hujjatul islam Muhammad Husein Muttahari, lahir di Khurasan, 2
Februari 1919. Gurunya bernama Boroujerdi, Khomeini, dan Allamah Tababai.

Murtadha Mutahhari seorang Ilmuwan, dan dosen di fakutas Teologi Universitas


Teheran. Berpendapat bahwa: manusia diciptakan sebagai Makhluk yang bebas dan
berikhtiar (diberi pikiran dan kehendak). Menurutnya, manusia dapat melakukan sesuatu
sesuai naluri dan dorongan biologisnya.

B. HAJI AGUS SALIM


• Pendidikan
SD Belanda Europese Lagere School (ELS) – Hogere Burger School (HBS) di Batavia –
Ke Jeddah belajar dengan Syekah Ahmad Khatib al-Minangkabawy
• Pengalaman
1915 - Aktif di Syarikat Islam – Persyarikatan Muhamadiyah
1946,1947 - DPA, Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir II dan III,
1947 - Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Amir Syariudin dan
19481949 - Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta I dan II

Haji Agus Salim seorang Tokoh pahlawan Nasional Indonesia berpendapat bahwa:
hasil dari usaha itu masih bergantung kepada untung dan nasib; sedangkan untung dan
nasib bergantung kepada satu kekuasaan yang menguasai Alam (Qadar). Dalam
pandangannya, manusia yang beriman adalah manusia yang memegang ajaran tawakal
dengan kukuh.

C. K.H AHMAD DAHLAN

K.H. Ahmad Dahlan, Kauman, Yogyakarta, 1868-23 Februari 1923)[3]. Beliau


adalah pendiri Muhammadiyah. Beliau adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari

5
keluarga K.H. Abu Bakar. K.H. Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka
di Masjid Besar Kasultanan Yogjakarta pada masa itu.

Gagasan dasar Dahlan terletak pada kesejajaran kebenaran tafsir Al Quran, akal suci,
temuan iptek, dan pengalaman universal kemanusiaan

K.H. Ahmad Dahlan seorang ulama pendiri Persyarikatan Muhammadiyah dalam


sebuah pesan tertulis yang diberi judul “Kesatan Hidup Manusia” beliau berpendapat
bahwa: pengetahuan tentang kesatuan hidup manusia adalah pengetahuan yang amat
besar meliputi Bumi dan meliputi Kemanusiaan. Beliau pun menyebutkan bahwa jalan
untuk mencapai kehidupan manusia yang aman, tenteram, dan damai dunia dan akhirat
adalah dengan memakai “akal yang waras”. Menurutnya, pendidikan akal itu sangant
penting karena watak akal itu menerima segala pengetahuan dan memang pengetahuan
itulah yang menjadi kebutuhan akal. Manusia dalam konsepsi K.H. Ahmad Dahlan
adalah manusia yang memiliki tiga dimensi, yakni manusia yang memiliki fathanah,
ma‟rifah dan fondasi Al-Qur‟an.

D. K.H. HASYIM ASY’ARI

Lahir di Jombang, 14 Februari 1871, Wafat: 25 Juli 1947. Beliau adalah Pendiri NU
(Nadhlatul Ulama). "Berpegang teguh pada salah satu Mazhab imam yang empat, Imam
Muhammad bin Idris

K.H.Hasyim Asy‟ari yang bernama lengkap Muhammad Hasyim Asy‟ari ibn „Abd
al-Wahid ibn Abd al-Halim; seorang Ulama, Pendiri Organisasi NU (Nahdatul Ulama)
yang dikenal sebagai tokoh yang sangat besar didunia pesantren berpendapat bahwa: ada
tiga tingkat ketauhidan atau Keesaan Allah yang harus dipahami oleh seorang Muslim:
pertama adalah tingkat pujian terhadap Keesaan Tuhan. Kedua adalah pengetahuan dan
pengertian mengenai Keesaan Tuhan. Dan ketiga adalah kesadaran dari dzawq tentang
Hakim Agung (Al-Haq). Beliau pun berpendapat bahwa: percaya kepada Keesaan Tuhan
membutuhkan Iman.

6
E. BUYA HAMKA

Buya Hamka memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik bin Haji Abdul Karim
Amrullah lahir pada 13 Muharram 1362 atau 16 Februari 1908 Masehi. Anak dari Syekh
Abdul Karim Amrullah atau seorang ulama yang terkenal di masanya seorang tokoh
Ulama dan Sastrawan Indonesia berpendapat bahwa: manusia memiliki kebebasan
berbuat dan berkehendak. Beliaupun meyakini adanya sunatullah ciptaan-Nya yang tidak
berubah-ubah. Beliaupun berpendapat bahwa konsep Iman bukanlah hanya Tasdiq tetapi
ma‟rifah juga amal. Menurutnya, fungsi wahyu adalah untuk mengetahui kewajiban-
kewajiban manusia, turunnya wahyu pun antara lain untuk menunjukkan bahwa Tuhan
benar-benar bersifat adil.

HAMKA berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh
kebebasan memilih (ikhtiyar) berdasarkan pertimbangan akal, yang dib erikan oleh
Tuhan kepada manusia. HAMKA memiliki kecenderungan sangat kuat dalam menganut.

F. HASSAN HANAFI

Lahir pada 14 Februari 1935 di Kairo Mesir dari keluarga yang sangat taat. Hassan
Hanafi seorang Ulama Kairo Mesir memiliki pemikiran bertolak dari penjelajahan iman
dan intelektualnya dalam menghidupkan kembali semangat Ilmu Kalam dari iman ke
nalar hingga menuju aksi. Beliau menegaskan bahwa bila para mutakallimun masa
lampau dalam membela tauhid dalam meninggikan kalimah Allah mereka telah
memperoleh kemenangan karena pemikiran dan syariat. Sedangkan tugas kita dewasa ini
ialah menyerukan jihad kepada umat untuk membebaskan negeri-negeri muslim,
mengembalikkan Bumi-bumi kita yang dirampas dan mengembalikan tauhid mereka ke
Bumi.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut;

1. Pemikiran kalam Murthada Mutahhari: manusia dapat melakukan sesuatu


sesuai naluri dan dorongan biologisnya.
2. Pemikiran kalam Agus Salim: hasil dari usaha itu masih bergantung
kepada untung dan nasib;
3. Pemikiran kalam K. H. Ahmad Dahlan: manusia yang memiliki tiga
dimensi, yakni manusia yang memiliki fathanah, ma‟rifah dan fondasi Al-
Qur‟an.
4. Pemikiran kalam K. H. Hasyim Asy‟ari: ada tiga tingkat ketauhidan atau
Keesaan Allah yang harus dipahami oleh seorang Muslim.
5. Pemikiran kalam Buya Hamka: manusia memiliki kebebasan berbuat dan
berkehendak.
6. Hasan Hanafi: kritik terhadap teologi tradisional, rekontruksi teologi.

B. Saran

Sebagai mahasiswa khusunya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam,


mengenal dan memahami ulama kalam modern. Dimana bahasan ini pasti akan
digunakan dan diperlukan di kemudian hari, apalagi dalam kegiatan berdakwah dan
berbagi ilmu. Tentu nantinya akan mempermudah mahasiswa menanggapi dan
menyelesaikan kegitan keagamaan dan menuntut ilmu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Yunan. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Prenadamedia


Group,
Nurcholis Madjid, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam, Paramadina: Jakarta.
2014)

9
1

Anda mungkin juga menyukai