SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD IRSYAD JAELANI
NIM : 40200118008
2023
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nim : 40200118008
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini
merupakan duplikat, tiruan, plagiary, atau dibuat oleh orang lain, keseluruhan tanpa
campur tangan penyusun maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum
Penulis
i
PENGESAHAN SKRIPSI
ii
KATA PENGANTAR
الرِحْي ِم
َّ ْح ِن َّ بِ ْس ِم ّٰالل ِه
ّٰ ْ الر
Segala puji bagi Allah swt., yang telah menciptakan dan mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. Terucap syukur atas nikmat dan keberkahan
yang dikaruniakan-NYA kepada kita sekalian, baik itu nikmat Islam dan iman
di dunia salah satunya yaitu penyelesaian penulisan skripsi dengan judul “Gerakan
Arabisasi Pada Masa Dinasti Umayyah (661-750 M)”. Salawat dan salam yang
manusia dan jin yang kedatangannya merupakan rahmat untuk seluruh alam, yaitu
baginda Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang
Tidak dapat dipungkiri bahwa selama penulisan skripsi ini terdapat beberapa
kendala namum dengan penuh kesabaran, usaha dan do‟a memohon petunjuk dan
pertolongan Allah swt. Penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang
diharapkan. Oleh sebab itu, penulis patut mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Hamdan Juhannis MA., Ph.D. yang menjabat sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar. Kepada para Wakil Rektor UIN Alauddin
Makassar, wakil Rektor I: Prof. Dr. Mardan, M.Ag., wakil Rektor II: Dr.
iii
iii
M.Ag.
2. Dr. Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora. Kepada para wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Wakil
Dekan I Bidang Akademik: Dr. A. Ibrahim, S.Ag., S.S., M.Pd. Wakil Dekan
II Bidang Administrasi Umum: Dr. Firdaus M.Ag., serta Wakil Dekan III
3. Dr. Abu Haif, M.Hum. sebagai Ketua Jurusan dan Dr. Syamhari, S.Pd., M.Pd.
5. Dr. Rahmat, M.Pd.I selaku Penguji I dan Muhammad Arif, M.Hum., selaku
Penguji II, yang telah meluangkan waktunya untuk menguji hasil penulisan
skripsi saya.
6. Seluruh Dosen, Bagian Tata Usaha dan Pegawai Staf Fakultas Adab dan
Humaniora yang telah memberikan bekal ilmu, bimbingan, arahan dan nasihat
UIN Alauddin Makassar dan segenap stafnya yang telah menyiapkan literatur
Islam angkatan 2018 yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu
persatu yang telah memberi banyak pengalaman yang berharga mulai dari
secara langsung maupun tidak langsung yang peneliti tidak sempat sebutkan
satu persatu.
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga segala
dukungan dan bantuan semua pihak mendapatkan pahala dari Allah swt. Akhir kata
semoga skripsi ini bermanfaat bagi agama, bangsa dan Negara. Wassalam.
Penulis
iv
BAB IV PENGARUH ARABISASI DINASTI UMAYYAH.............................. 46
BAGI GOLONGAN ISLAM ARAB DAN NON-ARAB MUSLIM ................... 46
A. Pengaruh Arabisasi di Bidang Sosial ............................................................. 46
B. Pengaruh Arabisasi di Bidang Budaya ............................................................ 55
C. Pengaruh Arabisasi di Bidang Pendidikan ...................................................... 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 68
A. Kesimpulan....................................................................................................... 68
B. Implikasi ........................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................................... 74
v
ABSTRAK
NIM : 40200118008
Skripsi ini berjudul Gerakan Arabisasi Pada Masa Dinasti Umayyah ( 661 –
750 M), tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mendiskripsikan dan menganalisis
profil dari dinasti Umayyah. 2) Untuk mengetahui bagaimana keberlangsungan
gerakan Arabisasi pada masa dinasti Umayyah 3) Untuk mendiskripiskan dan
menganalisis bagaimana pengaruh arabisasi bagi golongan Islam dan Non-Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yaitu penelitian yang berusaha
mengungkapkan peristiwa masa lalu berdasarkan fakta-fakta. Fakta-fakta
dideskripsikan dan dianalisis sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
Sumber diperoleh melalui proses library research (penelitian pustaka). Langkah-
langkah yang ditempuh penelitian ini adalah heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pemerintahan bani Umayyah
mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Perubahan yang signifikan dan
memiliki pengaruh besar di kemudian hari adalah diubahnya sistem demokrasi atau
syura (musyawarah untuk memilih khalifah) dengan sistem monarki. 2) Arabisasi
yang terjadi di masa Dinasti Umayyah merupakan arabisasi pertama kali yang
dilakukan secara komprehensif di seluruh wilayah taklukan. Arabisasi atau ta’rib
merupakan sebuah proses terhadap sesuatu untuk menjadi Arab. Adapun aspek-aspek
yang terdapat dalam gerakan Arabisasi adalah sosial,politik,ekonomi,keagamaan,dan
administrasi pemerintahan 3) Gerakan Arabisasi yang dilakukan di masa Dinasti
Umayyah, memberikan pengaruh terhadap beberapa golongan yang bertempat tinggal
di wilayah taklukan. Yaitu adanya golongan Muslim-Arab, golongan Non-Arab
(mawali) dan golongan non-Muslim (dzimmi). Mereka mendapatkan perlakuan sosial
yaitu adanya perbedaan strata sosial.
Implikasi penulisan ini diharapkan dapat membantu para sejarawan untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Arabisasi, serta pengaruh dari Arabisasi
tersebut
v
BAB I
PENDAHULUAN
Arabisasi atau ta’rib merupakan bentuk masdar dari kata kerja عربyang
penyerapan unsur-unsur baik berupa kata maupun istilah yang masuk ke dalam
bahasa Arab, yang menyebabkan muncul kosa kata baru1. Namun, secara konstektual
yang dimaksud Arab adalah budaya dari bangsa atau masyarakat Arab.
Arabisasi mulai tersebar di wilyah Jazirah Arab sejak abad ke-1 atau 7 M
dengan meliputi wilayah Bizantium (bagian Utara), Persia (bagian Timur), Afrika-
Andalusia (bagian Barat). Pada masa KhulafaurrasyidIn bahasa Arab sudah menjadi
bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan pengetahuan. Dan
Namun, selain Arabisasi dalam penggunaan bahasa Arab, terdapat pula Arabisasi
dalam budaya dan politik, dalam Arabisasi budaya dibuktikan dengan adanya
dalam proses Arabisasi ini berkaitan erat dengan adat istiadat, cara berpakaian serta
nilai-nilai Arab. Kondisi demikian menjadi bentuk lain dari Arabisasi yang telah
1
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h.5
1
2
Arabisasi politik, juga menjadi salah satu macamnya. Dalam Arabisasi politik
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW yaitu pada tahun 632 M, masalah
yang pertama timbul dalam Islam sesudah nabi wafat ialah politik, yaitu mengenai
pengganti nabi sebagai kepala negara. Sementara nabi tidak meninggalkan wasiat
Abu Bakar dan kepribadiannya yang mulia mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat Islam, sehingga umat Islam setuju untuk membai‟at Abu Bakar sebagai
pemimpin umat Islam pengganti Nabi Muhammad SAW. Sistem pemerintahan Abu
Dalam sistem pemerintahan ini ada empat orang yang menjabat sebagai
Khulafaur Rasyidin, mereka adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan, dan diakhiri dengan Ali bin Abi Thalib. Di akhir masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib, kondisi umat Islam pada masa itu sangat kacau yang dimana terbagi
Dalam posisi seperti ini tentu sangat merugikan bagi Ali dikarenakan posisi
Ali sebagai khalifah semakin melemah sedangkan disatu sisi, posisi Mu‟awiyah
semakin kuat. Hingga pada akhirnya dibulan Ramadhan pada tahun 40 H. Ali bin Abi
Thalib meninggal dunia dikarenakan dibunuh oleh salah satu seorang Khawarij yang
Hasan sebagai anak tertua Ali mengambil Alih kedudukan ayahnya sebagai
khalifah setelah kurang lebih lamanya. Hasan menjadi khalifah setelah para
2
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Islam, Pekanbaru : Asa Riau, Cet IV, 2017,
h. 50
3
kesadarannya dia angkat kaki dari kancah perpolitikan dan meninggalkan jabatan
kepada Muawiyah, hal itu dilakukan Hasan karena dia tidak rela melihat umat Islam
kesulitan menghadapi Muawiyah dan tidak dapat diatasi ayahnya apalagi dia. Oleh
sebab itu, dia ingin mencari jalan selamat bagi dirinya dan keluarganya karena
Muawiyah pun datang ke Kufah untuk menerima jabatan khalifah dari Hasan
dan penduduk Kufah. Tahun itu (661 M/40 H) disebut dengan Amul Jama’ah atau
biasa disebut dengan tahun persatuan. Umat Islam telah bersatu dibawah pimpinan
seorang khalifah.
pengenalan sistem pemerintahan yang baru yaitu “dinasti”, yang dimana sistem
musyawarah, berbeda dengan sistem dinasti yang dimana bentuk pemelihan khalifah
3
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Islam, Pekanbaru: Asa Riau, Cet IV, 2017, h.
91
4
Nama dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bib Abd Syams bin
Abdul Manaf. Ia adalah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa Jahiliah.
Ia dan pamannya Hasyim bin Abdul Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan
bergantung pada para pengunjung ka‟bah. Sementara bani Hasyim adalah orang-
orang yang berekonomi sederhana, akan tetapi Rasulullah adalah seorang dari Bani
Hasyim, ketika agama Islam mulai berkembang dan mendapat banyak pengikut, Bani
Umayyah merasa bahwa kekuasaan dan perekonomiannya terancam. Oleh sebab itu,
mereka menjadi penentang utama terhadap perjuangan Rasulullah, tetapi tidak pernah
berhasil melumpuhkannya.
pusat perkotaan dari Kufah ke Damaskus, tentu alasan dipilihnya Damasakus karena
Muawiyah pernah menjabat sebagai gubernur disana di masa khalifah Usman bin
Affan. Alasan yang kedua karena Muawiyah memiliki banyak pendukung disana.
timur, dan ke laut kaspia di bagian utara. Selain melakukan perluasan wilayah dinasti
oleh para da’I, agama Islam kemudian tersebar dan dianut oleh penduduk setempat.
Hal ini juga tak lepas dari perjuangan para khalifah dinasti tersebut.
4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Cet VI, Amzah, 2013, h. 118
5
dakwah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para nabi dan rasul serta sahabat.
Pada tahap ini, semangat tersebut tetap dijadikan sebagai patokan dalam bekerja,
meskipun telah bertransformasi menjadi lebih kompleks. Pada tahap ini pula ekspansi
Dengan demikian akan terus mengokohkan aspek sosial maupun politik dalam
kekuasaan5. Semangat dalam berdakwah juga didasari atas firman Allah dalam surat
Ali Imran ayat 104
Pada masa Abdul Malik Ibn Marwan terdapat tiga pembenahan yang mana
merupakan salah satu faktor kuatnya Arabisasi, yaitu penggunaan bahasa Arab
semua golongan yang bertempat di wilayah tersebut wajib menggunakan bahasa Arab
bahasa Arab.
5
Sahdin Hsb, Politik Arabisaso dan Dalwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umaiyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia. Medan : Perdana Publishing, Cet I,
2019 h. 24
6
tangannya bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa pergaulan di
seluruh wilayah kekuasaan Islam yang terbentang dari daratan Arab di kawasan teluk
Parsi di timur hingga ke samudera atlantik di barat. Bahasa Arab tidak sekedar
menjadi bahasa resmi dan bahasa pergaulan, juga merupakan bahasa peradaban di
seluruh penjuru dunia Islam6.
Rumawi dan Sasania menjadi bernuansa Arab Islam pada sejumlah bangunan
monumental. Bahkan dalam memperluas wilayah sebagai aspek penting dari gerakan
Arabisasi itu, oleh para ahli sejarah ia ditempatkan sejajar dengan khalifah Umar ibn
kekuasaan Islam sejajar dengan negara adi kuasa Romawi dan Persia pada saat itu
dan juga dengan Mu‟awiyah ibn Abi Sufyan yang merupakan penggagas berdirinya
dinasti ini. Berdasarkan uraian-uraian diatas, sudah jelas bahwa arabisasi mempunyai
peran yang begitu penting, khususnya dalam perluasan wilayah Islam karena
B. Rumusan Masalah
Umayyah dan pengaruh gerakan pada masa dinasti umayyah. Agar pembahasan lebih
6
Sahdin Hsb, Politik Arabisaso dan Dalwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umaiyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia. Medan : Perdana Publishing,Cet I,
2019 h. 24
7
terarah dan mengenai pada sasaran maka masalah pokok dijabarkan ke dalam sub
Umayyah ?
Fokus penelitian kali ini adalah gerakan Arabisasi pada masa dinasti
Arabisasi pada masa dinasti Umayyah serta pengaruh dari gerakan Arabisasi
2. Deskripsi Fokus
Penelitian ini terkait tentang Arabisasi politik dimasa dinasti umayyah, yang
dimana dinasti ini didirkan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan setelah mendapatkan
penyerahan kekuasaan dari Hasan, yang merupakan anak dari Ali bin Abi Thalib.
Penelitian ini berfokus pada Arabisasi pada masa dinasti Umayyah, sebelum
membahas tentang Arabisasi terlebih dahulu membahas tentang profil dari dinasti
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka merupakan pemaparan mengenai rujukan-rujukan yang
1. Buku dengan judul “Politik Arabisasi dan Dakwah” yang dikarang oleh Dr.
Sahdin Hsb, M.Ag. yang diterbitkan pada tahun 2019. Buku ini membahas
2. Buku dengan judul “Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban
Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini” yang dikarang oleh Dr.Raghib al-
cetakan ke II yang diterbitkan pada tahun 2014. Buku ini membahas tentang
sejarah Islam mulai dari kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga negara-
5. Buku dengan judul “History of the Arabs”. Yang dikarang oleh Philip K.Hitti
yang membahas tentang sejarah Arab dari zaman dahulu hingga zaman
kekuasaan Utsmani
9
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan metode sejarah, metode sejarah memiliki arti
langkah, cara atau petunjuk pelaksanaan atau teknis. Dalam penelitian kali ini metode
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
ini juga proses pengambilan datanya yaitu penelitian pustaka (library search).
Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
2. Pendekatan Penelitian
1) Pendekatan Historis
garis besar peristiwa dan hasil telaah dan sumber-sumber tentang informasi-
informasi mengenai masa lampau yang dilaksanakan secara sistematis
2) Pendekatan Sosial
kepentingan.
7
Raihan, Metodologi Penelitian, Jakarta:Universitas Islam Jakarta, Cet I, 2017, hal. 32
10
3) Pendekatan Politik
4) Pendekatan Agama
kehidupan.
F. Landasan Teori
1. Politik
Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti
orang-orang yang menekuni hal politik. Jika dilihat secara Etimologis yaitu kata
politik ini masih memiliki keterkaitan dengan kata-kata seperti "polisi" dan
"kebijakan". Politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana untuk membentuk
proses pembuatan keputusan, terkhusus pada negara. Pengertian Politik jika ditinjau
dari kepentingan penggunanya dimana pengertian politik terbagi atas dua yaitu
pengertian politik dalam arti kepentingan umum dan pengertian politik dalam arti
kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum adalah segala usaha
11
demi kepentingan umum baik itu yang ada dibawah kekuasaan negara maupun pada
daerah. Pengertian politik Secara Singkat atau sederhana adalah teori, metode atau
teknik dalam memengaruhi orang sipil atau individu. Politik merupakan tingkatan
suatu kelompok atau individu yang membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi
Seperti yang kita ketahui, istilah politik tidak pernah ada dalam Islam. Akan
tetapi, esensi politik ada dalam Islam yaitu memimpin dan dipimpin. Kata Yasusu
yang menjadi akar kata As-siyasah dalam hadist sahih dari Iman Bukhari dari Abu
Huraira r.a
Hadis ini menunjukkan bahwa politik atau As-siyasah dalam Islam berarti
jalan yang benar, dan membela yang teraniaya dari para pelanggar hukum.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota.
Secara etimologi kata politik masih berhubungan erat dengan kata politis yang bearti
hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata politisi berarti orang-orang yang
menekuni hal-hal yang berkaitan dengan politik. Para tokoh memiliki sudut pandang
yang beragam mengenai pengertian dari politik. berikut ini adalah beberapa definisi
institusi lainnya
12
2) Menurut Isjawara (1953) mencatat beberapa arti tentang politik dari sejumlah
kekuasaan).
science and to do with the practical conduct or guidance of the state” ( politik
tertentu.8
Dari definisi politik yang sudah dipaparkan di atas menurut para ahli politik
pada intinya, politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari
Negara, sejauh Negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan
gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat mempengaruhi Negara.
2. Budaya
Budaya berasal dari berbagai bahasa seperti bahasa Sanskerta dan Latin. Ini
pada dasarnya berarti hal-hal yang berhubungan dengan cara orang berpikir dan
menggunakan pikiran mereka. Itu juga bisa terkait dengan bertani atau mengolah
sesuatu. Dalam bahasa Indonesia, budaya kadang disebut "Kultur". Budaya berarti
hal-hal yang dipikirkan dan dilakukan orang yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Hal-hal ini menjadi bagian normal dari kehidupan dan sulit diubah.
8
Jurnal Ummul Qura Vol V, No 1, Maret 2015
13
kelangsungan hidupnya sesuai dengan tradisi yang terbaik. Dalam hal ini,
Kepribadian suatu bangsa akan tercermin melalui budaya suatu negara. Setiap
sampai lahirnya budaya baru yang diciptakan oleh kelompok masyarakat tertentu.
Setiap perbedaan yang ada baik perbedaan antara suku, perbedaan agama, perbedaan
9
Jurnal Cross-Burder Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2022, page 782-791
14
adat istiadat, dan bahasa pun bisa menghasilkan sebuah kebudaya yang baru dari
suatu budaya.
bisa lahir dari suatu kebiasaan yang dilakukan oleh individu yang dilakukan secara
turun temurun sehingga lama kelamaan menjadi sebuah budaya yang dilestarikan
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Heuristik
Merupakan tahapan pertama dalam suatu penelitian sejarah untuk menemukan
dan mengumpulkan sumber-sumber berupa data atau jejak sejarah agar dapat
2. Kritik Sumber
Setelah melakukan kritik sumber terhadap sumber sumber yang ada langkah
selanjutnya adalah interpretasi. Pada tahap ini dituntut kecermatan dan sikap
4. Historiografi
Non-Muslim
2) Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian skripsi ini, penulis berharap hasil dari
lanjut
mengangkat putranya, Hasan menjadi khalifah mereka walaupun sebenarnya dia tidak
berbakat menjadi khalifah karena lebih suka hidup bersenang-senang dan kawin
dengan banyak wanita. Pernah juga dia menantang Muawiyah dengan mengirim
12.000 orang pasukan untuk menyerang Muawiyah. Akan tetapi pasukannya kalah
dan dia mengajak Muawiyah berdamai. Sementara itu, penduduk Syam pun telah
dengan Hasan, dia didukung oleh tentara-tentara militan yang keperluan finansial
mereka ditanggung Muawiyah, apalagi tanah Syam yang kaya raya mendukung
Hasan ikut dalam ekspedisi penaklukan ke Afrika Utara dan Tabaristan pada
masa khalifah Utsman bin Affan. Ikut melindungi Khalifah dari serangan
pemberontak dan ikut dalam perang Jamal dan Shiffin bersama ayahnya. Hasan
meninggal dunia di Madinah pada tahun 49 H. Karena diracun oleh salah seorang
isterinya. Munurut orang Syi‟ah, sudah berulang kali suruhan Muawiyah hendak
meracun Hasan agar Muawiyah terbebas dari membayar kompensasi yang dipikulnya
terus menerus setiap tahun10. Hasan yang kemudian dibaiat oleh penduduk Kufah
10
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Islam, Pekanbaru:Asa Riau, Cet IV, 2017, h.
119
16
17
khalifah, yaitu di Kufah dan Syam, suatu hal yang tidak perlu terjadi apabila
tawaran Hasan untuk berdamai merupakan suatu hal yang tepat untuk mengatasi
tidak ada persoalan, asalkan jabatan khalifah diserahkan Hasan bin Ali kepadanya.
Muawiyah berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasul serta sirah
untuk memilihnya
d. Agar pajak tanah negeri Ahwaz di Persia diperuntukkan kepada Hasan dan
penyerahan jabatan khalifah dari Hasan dan mendapat baiat dari penduduk
Kufah11.
Hasan sadar bahwa ayahnya Ali dahulu pun banyak mengalami kesulitan
menghadapi Muawiyah dan tidak dapat diatasi ayahnya apalagi dia. Oleh sebab,
itu dia ingin mencari jalan selamat bagi dirinya dan keluarganya karena kekuatan
Muawiyah menyetujui syarat-syarat yang diajukan Hasan. Untuk itu dia datang ke
Kufah menerima bai‟at jabatan khalifah dari Hasan dan penduduk Kufah. Tahun
itu (661 M/41 H) disebut “tahun persatuan”, karena umat Islam telah bersatu di
Setelah itu Hasan pindah ke Madinah dan hidup tenang di sana sampai
Walaupun untuk itu dia telah melanggar janjinya dengan Hasan bin Ali.
mendapatkan kembali identitasnya sebagai negara berdaulat pada saat itu, dan
juga fase ketiga pemerintahan Islam yang berlangsung selama sekitar satu abad
(661 - 750). Perubahan yang dilakukan tidak hanya sistem pemerintahan Islam
dari era sebelumnya (zaman nabi dan khulafaurrasyidin), tetapi perubahan lain di
bin Abdu Manaf. Ia adalah seorang tokoh penting ditengah quraisy pada masa
11
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, Pekanbaru: Asa Riau,
Cet IV, h. 120-121
19
jahiliah. Ia dan Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperbutkan
yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang
imperium Arab.
tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyah bin
Abu Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.
sesuai dengan kehendak zamannya, sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut
12
Ahmad Al-Usyairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi hingga Abad XX, Jakarta : Akbar
Media, 2006, h.81
20
daerah, sehingga Madinah tidak cocok lagi untuk menjadi ibu kota negara pada
daerah yang sangat luas tersebut, karena ia terletak sangat jauh dari negeri-negeri
yang dibuka, sehingga susah untuk mengendalikan daerah-daerah yang jauh dari
Madinah, dengan demikian maka Damaskus lebih cocok sebagai ibu kota negara
pengumpulan harta rampasan perang dari negeri-negeri yang telah dibuka hingga
ia tidak mempunyai pengaruh secara ekonomi lagi, kecuali hanya menjadi pusat
dari hidup yang susah dan zuhud terutama pada awal-awal pemerintahan
Arab baduidan orang-orang murtad yang pada masa dua khalifah pertama
baru di masyarakat, mereka adalah bukan generasi Sahabat dan hidup tidak
13
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, Cet III, 2013, h. 121
21
bersama Sahabat sehingga sifat mereka tidak sama dengan sifat para Sahabat
terdahulu, mereka menjadi generasi anarkis dan frontal, dengan tidak rela dengan
cara berpikir yang baru dan jauh sekali dengan cara berpikir para sahabat yang
mendapat petunjuk, mereka tidak memahami lagi rasionalitas berpikir dan tidak
dengan tipe khusus pada masanya. Tipe tersebut terkenal dengan sistem Syura
juga mempunyai bentuk khusus yaitu dengan cara membagikan harta umat kepada
seluruh orang dalam masyarakat, baik mereka itu pejuang yang berperang dalam
medan pertempuran maupun orang yang mukim dan tidak dapat berperang karena
berbagai sebab dan alasan. Mereka pada waktu itu tidak terlalu mementingkan
dengan generasi dan pemikiran barunya baik Arab maupun bukan tidak dapat
14
Yusuf Al-Isy, Dinasti Umawiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, Cet I, 2007, h.164
22
diganti dengan corak modern beserta pemikiran dan cara pandang hidupnya
terhadap kehidupan.
dipimpin oleh raja-raja yang masih ada hubungan kekeluargaan seperti dahulu
pada masa jahiliyah. Hal itu sangat cocok menurut pikiran mereka dan kebutuhan
masyarakat baru. Muawiyah merupakan sosok yang tepat dan dapat mewakili
dimana perhatian tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang
tahun, banyak bangsa di penjuru empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara,
dengan kekerasaan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara
menggunakan istilah khalifah, namun dia menberikan interprestasi baru dari kata-
15
Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan, Jakarta: Logos. 1997 Hal. 81
23
kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutkan “khalifah Allah”
Kekuasaan Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota
adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik bin Marwan (685-
705 M), al-Walid bin Abd Malik (705-715), Umar bin Abdul Aziz (71720 M) dan
Ekspansi yang terhenti pada masa Usman dan Ali dilanjutkan oleh dinasti
dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan afganistan sampai
dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya
yang berlangsung kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer
dari Afrika utara menuju wliyah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M
setelah al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Thariq bin Ziyad, pemimpin
Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang
16
Badri Yatim, , Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1993,
Hal. 42
24
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.
Spanyol, Kordova, dengan cepat dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota
lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru
mudah karena mendapat dukungan rakyat setempat yang sejak lama menderita
akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abd Aziz, serangan dilakukan ke
Perancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd al-Rahman
bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana dia
menyerang Tours, namun peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi
tersebut di atas, pulau-pulau yang berada di laut tengah juga jatuh ke tangan Islam
barat, wilayah kekuasaan bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-
daerah ini meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak,
sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang ini disebut
bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim
spesialis dibidangnya. Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia
17
Jurnal el-Ghiroh. Vol. XI, No. 02. September 2016
25
18
yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak
uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
administrasi Islam. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh putranya al-
Walid bin Abdul Malik (705- 715 M) seorang yang berkemauan keras dan
orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji
oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang
politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di antaranya yang
paling spektakuler adalah bertambahnya pemeluk Agama Islam secara cepat dan
meluas. Semakin banyaknya jumlah kaum Muslimin ini terkait erat dengan makin
luasnya wilayah pemerintahan Islam pada waktu itu. Pemerintah memang tidak
yang dengan rela hati tertarik masuk Islam. Akibat dari makin banyaknya orang
masuk agama Islam tersebut maka pemerintah dengan gencar membuat program
Pada masa Khalifah Abdul Malik, masjid-masjid didirikan di berbagai kota besar.
Selain itu, beliau juga memperbaiki kembali tiga Masjid utama umat Islam, yaitu
18
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, Cet III, 2013, h. 133
19
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1993, Hal.
43-45
26
yang sekarang ada dimana-mana itu pada mulanya merupakan gagasan Al-Walid
ini. Perhatian pada Masjid ini juga dilakukan oleh Khalifah-Khalifah bani
Umayyah setelahnya20.
pendidikan agama Islam. Sebagai ajaran baru, Islam sungguh menarik minat
tempat yang utama untuk belajar agama. Bagi orang dewasa, biasanya mereka
belajar tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain itu,
filsafat juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-anak,
diajarkan baca tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu
sempurna. Jika pelajaran Al-Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena memang
ilmu yang pokok untuk memahami ajaran Islam, maka filsafat dipelajari sebagai
alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang waktu itu suka
berdebat menggunakan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu alam,
matematika, dan ilmu social belum berkembang. Ilmu-ilmu yang terakhir ini
muncul dan berkembang denga baik pada masa dinasti Bani Abbasiyah maupun
Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan
yang maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang
menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun lukis
manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni suara, seni
bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini sudah banyak
20
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
Jakarta: Prenada Media. 2004, Hal. 38-39
27
Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian
yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni patung maupun seni
arsitektur bangunan. Contoh dari perkembangan seni bangunan ini, antara lain
adalah berdirinya masjid Damaskus yang dindingnya penuh dengan ukiran halus
dan dihiasi dengan aneka warna-warni batu-batuan yang sangat indah. Perlu
yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut, prestasi yang paling
penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam.
Dengan wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal oleh
ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah
Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawa pasukan Abu Muslim al-
Khurasani pada tahun 748 M. pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis
terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Selain itu, pasukan Marwan bin
Muhammad yang ditawan dibunuh. Sementara yang tersisa dan masih hidup, terus
dikejar dan kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat
28
melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim
al-Khurasani
sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih
Umayyah tumbang.
dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang
dihadapi para penguasa dinasti ini. Diantaranya adalah masalah polotik, ekonomi,
berikut:
terganggu.
Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-
foya dan memboroskan uang Negara. Sifat-sifat inilah yang tidak disukai
21
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: Karya Toha Putra. 1987, Hal. 26
29
khalifah. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon
khalifah.
5) Pertentangan antara Arab utara (Arab Mudhariyah) dan Arab selatan (Arab
keutuhan Negara.
Dinasti Umayyah adalah karena kekuasaan wilayah yang sangat luas tidak
cakap, kuat, dan pandai dalam mengendalikan stabilitas negara. Selain itu, di
antara mereka pun hanya bisa mengurung diri di istana dengan hidup bersama
22
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: Karya Toha Putra.1987, Hal. 27-28
30
mengakibatkan munculnya konflik antar golongan, para wazir dan panglima yang
berawal pada saat Umar II berkuasa dengan kebijakan yang lunak, sehingga baik
Khawarij maupun Syiah tak ada yang memusuhinya. Namun, segala kelonggaran
tanah yang dilakukan oleh Bani Abbas mampu berjalan lancar dengan melakukan
berbagai konsolidasi dengan Khawarij dan Syiah yang tidak pernah mengakui
keberadaan dinasti Umayyah dari awal. Setelah Umar II wafat, barulah gerakan
untuk mendirikan pemerintahan bani Abbasyiah semakin kuat. Pada tahun 446 M
pemimpin gerakan diambil alih oleh seorang saudaranya bernama Abul Abbas as-
terakhir untuk kepentingan mereka sendiri. Koalisi ini di pimpin oleh Abu Abbas
23
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: Akbar, 2007, h. 211.
31
dengan menawarkan gagasan teokrasi, dan janji untuk kembali kepada tatanan
ortodoksi.24.
As-Saffah mengirim suatu angkatan tentara yang terdiri dari laskar pilihan
untuk menentang Marwan, dan mengangkat pamannya Abdullah bin Ali untuk
memimpin tentara tersebut. Antara pasukan Abdullah bin Ali dan Marwan pun
bertempur dengan begitu sengitnya di lembah Sungai Dzab, yang sampai akhirnya
diburu Abbasyiah pun tertuju kepada Yazid bin Umar yang berkududukan di
Wasit. Namun, pada saat itu Yazid mengambil sikap damai setelah mendengar
berita kematian Marwan. Di tengah pengambilan sikap damai itu lantas Yazid
ditawari jaminan keselamatan oleh Abu Ja‟far al-Mansur yang akhirnya Yazid
pun menerima baik tawaran tersebut dan disahkan oleh As-Saffah sebagai
pengikutnya.
berakhir. orang suriah sudah jauh terlambat untuk menyadari bahwa pusat
gravitasi Islam telah terlepas dari tangan mereka, dan berpindah ke timur, dan
24
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-
10, 2002, h. 354
32
lebih dari itu. Periode Arab murni dalam dalam sejarah Islam telah berakhir, dan
era kerajaan Arab murni kini sedang bergerak cepat menuju titik akhir.25
25
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-
10, 2002, h. 357
BAB III
Arabisasi muncul sekitar awal abad ke-7 Masehi yang mana ditandai dengan
Sasania yang mendominasi belahan dunia barat. Yang kemudian dilanjutkan dengan
Islam, mereka juga melakukan gerakan Arabisasi. Bahasa Arab termasuk ke dalam
bahasa Semit, yang mana merupakan rumpun bahasa yang banyak digunakan oleh
Arab dan Ethiopia, Bahasa Arab menjadi bahasa semit dikarenakan sangat fleksibel
untuk menerima kosa kata baru dari bahasa asing. Hal ini menjadi salah satu faktor
terjadinya arabisasi26.
ini kemudian merujuk pada kitab suci Al-Qur‟an yang mana menggunakan bahasa
Arab. Al-Qur‟an hanya digunakan dalam bahasa Arab, sehingga setiap orang yang
Arabisasi tentunya dipengaruhi oleh beberapa alasan yaitu adanya kontak atau
bersingguhan dengan bangsa yang berada di dekat wilayah Arab27. Secara otomatis
26
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h.23-24
27
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h.24
33
34
atau penggantian bahasa lain dengan sangat nampak pada aspek kata. Istilah ini
pada masa dinasti Umayyah. dinasti Umayyah merupakan pemerintahan setelah masa
khulafaurrasyidin. Dinasti ini didirikan oleh Mu‟awiyah bin abu sufyan yang pusat
kekuasaan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan dilanjutkan oleh putranya Al-
Walid. Dalam masa khalifah tersebut adanya perubahan bahasa resmi secara
konsisten, yang mana bahasa Arab digunakan sebagai bahasa administrasi. Berikut
adalah beberapa khalifah yang melakukan arabisasi pada masa dinasti umayyah :
Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abdul
„Ash. Ia dilantik sebagai khalifah setelah kematian ayahnya yaitu Marwan bin
Hakam, pada tahun 685 M. dibawah kekuasaan Abdul Malik, dinasti Umayyah
mencapai kekuasaan dan kemuliaan. Dia terpandang sebagai khalifah yang perkasa
dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kesatuan dunia Islam dari para
pemberontak28.
Latar belakang munculnya gerakan arabisasi pada masa Abdul Malik ibn
28
Ahmad Saufi & Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta : deePublish,Cet I,
2015, h. 132
35
kekuasaan Umaiyah, telah terjadi diskriminasi antar suku-bangsa Arab dengan non-
Arab, baik dalam hal beban pajak, hak menduduki jabatan pemerintahan, bahkan
dalam jabatan keagamaan, seperti imam shalat, hak mewarisi/ pernikahan dengan
ibn Marwan dikenal sebagai seorang ahli tata negara dan administrator yang ulung
susun, yaitu :
Pertama, bahasa Arab mulai digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan
kebijakan dan moneter serta semua pihak yang terlibat langsung di dalamnya, seperti
pegawai non-Arab dan non-muslim yang bertugas dalam kearsipan tetap bertahan di
pemerintahan Islam. Akibat lainnya, bahasa asing yang dipakai menjadi bahasa semi-
29
Sahdin Hsb, Politik Arabsisasi dan Dakwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umayyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia, Medan : Perdana Publishing, Cet I,
2019,. h. 91
36
resmi. Orang-orang pun mempelajarinya karena kebutuhan negara Islam. Keadaan ini
semua departemen.
Kedua, pada masa pra-Islam, uang romawi dan Persia digunakan di Hijaz,
disamping beberapa uang perak Himyar yang bergambar burung hantu Attic. „Umar,
Mu‟awiyah, dan para khalifah terdahulu lainnya merasa cukup dengan mata uang
asing yang sudah beredar30.
Hingga pada tahun 76 H, Abdul Malik mencetak mata uang baru dalam
mengirim surat ke Byzantium, Abdul Malik mencantumkan kalimat Qul Huwa Allah
Ahad di bagian atas surat, juga nama Nabi dan tanggal penulisan. Kaisar Byzantium
Hal ini mendapat perhatian serius dari Khalifah Abdul Malik. Khalifah
memanggil Khalid bin Yazid bin Mu‟awiyah dan meminta sarannya. Khalid berkata :
“Haramkan dinar-dinar mereka dan cetaklah mata uang baru yang bertuliskan
nama-nama Allah”
Abdul Malik menerima saran dari Khalid dan segera mewujudkannya. Begitu
pula al-Hajjaj yang mencetak dirham baru bertuliskan kalimat qul huwa allah ahad.
30
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 271
37
Bentuk mata uang baru ini menyebar sehingga negara Islam memiliki kebebasan
moneter sendiri31.
Keberadaan mata uang gaya baru yang dicetak dengan menggunakan bahasa
Arab keesaan Tuhan serta kebenaran agama juga memiliki arti penting juga
merupakan bukti dari adanya gerakan arabisasi. Urgensi mata uang gaya baru ini
dikarenakan mata uang merupakan simbol kekuasaan dan identitas. Mata uang ini
dinasti Umayyah. Abdul Malik bin Marwan juga membuat kebijakan yaitu
menghapus bahasa dari daerah yang dikuasai dan menetapkan bahasa Arab sebagai
bahasa administrasi dan wajib digunakan bagi seluruh masyarakat. Hal ini secara
otomatis membuat golongan non-Arab dan non-muslim belajar bahasa Arab. Akibat
dari penggunaan bahasa Arab golongan lain muncul beberapa kosa kata baru dalam
bahasa Arab. Hal ini dikarenakan bahasa Arab yang sifatnya fleksibel dalam
menerima kosa kata baru sehingga bahasa Arab menjadi kaya akan kosakata dan
istilah. Penduduk Mesir yang tadinya berbahasa koptik Mesir, mulai mempelajari
secara langsung bahasa Arab. Demikian juga penduduk Syam dan sebagian Irak yang
berbicara dengan bahasa Aramia, penduduk Maroko dan Afrika Utara yang
menggunakan bahasa Barbar, penduduk Iran dan sebagian Irak yang menggunakan
bahasa Iran (persia), semua mengalami masa-masa terjadinya sosialisasi bahasa Arab.
31
Qasim A Ibrahim “Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa
Nabi Hingga Masa Kini”, Jakarta : Zaman, Cet II, 2014, h. 263
38
Kebijakan ini dilakukan atas usulan dari gubernur Hajjaj bin Yusuf dengan
pembaca.
keempat poin tersebut yang bersinggungan langsung dengan gerakan Arabisasi yang
terjadi pada masa dinasti Umayyah. Kebijakan yang dibuat oleh khalifah Abdul
Malik bin Marwan menjadi perantara yang sangat kuat agar suksenya Arabisasi yang
di tetapkan. Pada masa kepimimpinan khalifah Abdul Malik, kondisi masyarakat
sekitara lebih terkoordinir dengan segala kebijakan baru yang ditetapkan nya.
Memberikan warna baru di kehidupan dinasti Umayyah, sehingga menjadi suatu awal
masa kemajuan.
Arabisasi yang dilakukan Abdul Malik adalah ialah keharusan, sebab benar-
benar tidak wajar sebuah negara Arab tetapi segala urusan perkantoran, keuangan
serta seluruh penghitungannya memakai bahasa asing Arabisasi yang dilakukan pada
bidang keuangan adalah sesuatu yang sangat utama, sebab bekerjasama langsung
memutuskan dirham dan dinar menjadi mata uang resmi, lalu mengadakan
pembayaran zakat bagi setiap warga. Hal ini bertujuan buat mewujudkan bangsa
menjadi satu kesatuan. Kemudian, bahasa Arab menjadi bahasa administrasi, menjadi
berbahasa Arab.
Arabisasi di beberapa bidang tersebut, Abdul Malik juga tak hanya terfokus pada
kondisi politik serta gerakan Arabisasi yang sedang dilakukan, namun disamping itu,
39
khalifah Abdul Malik juga banyak berkontribusi serta memakmurkan kondisi sosial
Nama lengkapnya adalah Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin
Abdul „Ash. Masa pemerintahan Walid bin Malik adalah masa ketentraman,
besar-besaran untuk memperluas wilayah Islam. Pada masa Al-Walid bisa dikatakan
dan timur. Menjadi salah satu wadah untuk memperdalam ajaran Islam di wilayah
bahasa Arab, dalam perkembangannya Al-Walid menebarkan tiga unsur bangsa Arab
ke daerah non-Arab, terdiri dari pimpinan atau staf militer yang sekaligus menjadi
pengelola birokrasi pemerintahan. Para ulama dan pedagang. Dengan adanya ketiga
unsur tersebut, tidak hanya memperkuat perjuangan Arabisasi pada daerah non-Arab,
32
Ahmad Saufi & Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta :deePublish, Cet I
2015, h.133-134
33
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 29
40
akan tetapi ditafsirkan menjadi Arabisasi politik. Arabisasi politik bukan hanya
Peristiwa Arabisasi sudah berlangsung sejak abad ke-7 M, yang mencakup banyak
sekali daerah yang di taklukkan. Arabisasi yang berkembang relatif pesat semenjak
masa kepemimpinan khalifah Abdul Malik bin Malik, memberikan dampak bagi
Dinasti Umayyah. Aspek-aspek yang terlibat dalam gerakan Arabisasi, yaitu sebagai
berikut :
1. Administrasi Pemerintahan
bahasa yang digunakan dalam catatan administrasi publik dari bahasa Yunani ke
bahasa Arab, dan dari bahasa Persia ke bahasa Arab. perubahan bahasa secara
menguasai bahasa Arab tetap dipertahankan , seperti halnya sistem yang lama.34
Pembenahan yang dilakukan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan menjadi
wilayah Bani Umayyah harus menggunakan bahasa Arab. Kelompok Muslim Arab
34
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 270 - 271
41
untuk tujuan administratif dan kemudian mata uang berubah menjadi dirham dan
menggunakan bahasa Arab juga, karena fakta bahwa sebelumnya bukan bahasa Arab
yang digunakan, dan kebijakan ini pertama kali diterapkan di Syiria, Irak, Mesir dan
Persia.
2. Sosial
Marwan, bahasa yang digunakan sebagai bahasa resmi adalah bahasa Yunani, bukan
yang berlandaskan Arabisasi, empat kelas sosial telah terbentuk terdiri dari kaum elit
3. Politik
selain umat Islam, yaitu kaum mawali dan dzimmi. Arabisasi ini bisa juga disebut
Arabisasi politik, karena dampak Arabisasi terhadap sektor politik pada masa Bani
Umayyah sangat signifikan. Sebenarnya, telah terjadi pembauran antara orang Arab
dan non-Arab pada masa khalifah Abdul Malik dan Al-Walid, tetapi tidak benar-
benar berkembang bahkan menghasilkan empat kelas sosial yang terdiri dari elit Arab
mawali,dzammi dan budak. Dengan adanya pembagian kelas sosial, telah terjadi
diskriminasi terhadap etnis minoritas, yang berdampak besar pada dunia politik.
Kondisi sosial pada saat itu menonjol karena terbatasnya posisi kelompok mawali
35
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 273
42
(non-Arab) dan Dzimmi (non-Muslim). Di antara mereka, kedua kelompok ini tidak
muslim-Arab saja. Dan juga di dukung oleh sistem monarchi heridetis, kekuasaan
untuk menerima Islam sebagai agama baru di wilayahnya. Perpindahan agama bukan
sekedar keinginan untuk berpindah agama, tetapi menjadi bentuk kesetiaan kepada
penguasa Umayyah. Arabisasi ini menjadi peran penting untuk menarik sebagian
4. Keagamaan
tersebut berbeda secara detail. Namun, pada masa khalifah Al-Walid, Islam meluas
ke berbagai daerah. Gerakan ini merupakan perantara bagi Islamisasi wilayah yang
telah ditaklukkan. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di daerah tersebut
memutuskan ntuk memeluk agama Islam. Penyebaran ajaran Islam dihadirkan tidak
hanya kepada kelompok homogen atau golongan Arab, tetapi juga kepada mereka
karena heterogenitas masyarakat dan latar belakang sosial budaya yang semakin
beragam. Kehadiran Arabisasi ini berdampak besar agar kelancaran dakwah Islam
36
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 35
37
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 36
43
keterbatasan kontribusi mereka dalam politik umayyah, pada masa khalifah Abdul
Malik dan Al-Walid ruang gerak begitu dibatasi, saking terbatasnya sistem kasta
masih sering terjadi. Kelompok mawali sangat antusias dalam hal keagamaan
semangat belajar dan antusiasnya untuk mempelajari bahasa Arab bisa dibilang
lancar, bahkan dalam urusan keagamaan mereka memiliki banyak orang dengan gelar
ulama. Akibat dari Arabisasi dari yang terjadi memicu lahirnya golongan mawali
untuk menciptakan generasi yang lebih baik untuk memperdalam ilmu bahasa dan
5. Ekonomi
suatu negara akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pembangunan yang akan
dilakukan.
Pada tahun 693 M, Khalifah Abdul Malik dengan suara bulat memutuskan
untuk mencetak uangnya sendiri di Damaskus. Sementara itu, haji melakukan hal
yang sama pada tahun berikutnya. Alhasil, masyarakat Arab mulai mengenal sistem
Karena kita melihat bahwa sebelum diberlakukannya kebijakan ini, mata uang yang
38
Qasim A Ibrahim Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa
Nabi Hingga Masa Kini”, Jakarta : Zaman, Cet II, 2014, hal. 263
44
beredar sebagai alat tukar adalah mata uang Roma dan Persia yaitu dirham dan dinar.
Kekurangan mata uang sendiri pasti akan menurunkan nilai trading forex. persatuan
dan kesatuan umat Islam di wilayah yang begitu luas. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kearifan khalifah secara implisit memiliki nilai-nilai esensial untuk
memahami persatuan dan kesatuan ummat Islam di wilayah yang luas ini.
hanya orang-orang dari bangsa Arab saja yang berhak memegang kekuasaan Dinasti
Umayyah. Sistem kekuasaan yang turuntemurun ini pada akhirnya menjadi sebuah
budaya, yang mana diterapkan secara turun-temurun dari awal masa pemerintahan
Kondisi ini tentunya tidak hanya berdampak pada masalah sosial, namun
dan Persia. Mereka begitu leluasa dalam penggunaan bahasa asli mereka. Namun,
budaya menggunakan bahasa Arab di seluruh wilayah taklukan. Mereka yang tidak
menggunakan bahasa arab akan mendapatkan sanksi sosial, yaitu adanya pengucilan.
karena tidak bisa lihai dalam berbahasa Arab. Dan kondisi demikian merupakan sikap
yang begitu kuat. Gerakan syu’ubiyah merupakan gerakan kebangsaan atau fanatisme
45
Gerakan syu’ubiyah ini yang menjadi faktor tindakan diskiminatif terhadap golongan
mawali. Namun, di samping itu dari golongan mawali Persia sendiri juga melakukan
gerakan syu’ubiyah yang tidak kalah kuat, golongan Persia merasa bahwa
kebudayaan dan peradaban mereka lebih maju serta berkembang sebelum bangsa
Arab. Segala cara yang telah dilakukan golongan mawali untuk melakukan
pembelaan terhadap status sosialnya berbuah manis, kondisi ini ditandai dengan
Abbasiyah memberikan kebijakan yang lebih leluasa antara golongan Arab dan
golongan non-Arab. Seluruh masyarakat mempunyai hak yang sama tanpa adanya
perbedaan sekalipun. Mawali Persia merupakan golongan yang banyak berjasa bagi
menegakkan Dinasti Abbasiyah, yaitu salah seorang mawali yang bernama Abu
Muslim Al-Khurasani Dan, mulai dari saat itu Dinasti Umayyah mengalami
kemunduran.
39
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 68
BAB IV
Arabisasi yang berlangsung pada masa dinasti Umayyah tidak diragukan lagi
berdampak pada semua bidang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah bidang
hedonism, yaitu gaya hidup yang mengutamakan kemewahan atau pandangan hidup
yang ditujukan pada kesenangan dan kenikmatan duniawi. Struktur sosial Damaskus
Damaskus. Mereka adalah elit penguasa dinasti umayyah baik anggota keluarga
banyak berubah sejak menjadi ibukota Dinasti Umayyah. Dulu, seperti sekarang, di
jalan-jalan sempit dan padat, banyak ditemui orang Damaskus, yang mengenakan
celana lebar, sepatu dengan ujung berwarna merah, dan sorban besar, terlihat
(tutup kepala) dan iqal (ikat kepala), atau ada juga orang ifrandi yang berpakaian
Eropa.40
40
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 287
46
47
tertinggi biasanya diisi oleh para penguasa Islam, dipimpin oleh keluarga kerajaan,
dan kaum aristocrat Arab. berapa banyak jumlah mereka, tidak bisa diketahui dengan
pasti. Berikut ini adalah kelompok sosial yang ada pada masa Dinasti Umayyah :.
Hal ini membuat para elit Arab muslim juga menganggap diri mereka sebagai
kelompok yang lebih baik dibandingkan kelompok yang lain, yang membuat mereka
menamai diri sendiri dengan Al-Hamra berarti punya kuasa maupun kepercayadirian.
negara kepada negara-negara yang ditaklukkan. Efek sosial dari Arabisasi pada
Khalifah Abdul Malik bin Marwan, nanun dilanjutkan dan dipertahankan oleh
khalifah-khalifah selanjutnya.
41
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 42
48
sosial sekitar. Disamping hal demikian, aksi kepedulian untuk naiknya penduduk
yang sejahtera selalu dilaksanakan khalifah. Kemudian Abdul Malik sudah selesai
menghimpun anak yatim lalu menjamin dihidupi yang tersedia oleh pengurus. Situasi
dibilang tentram memlalui fasilitas yang ada, walaupun masih didapati pengasingan
para mualaf, yang masuk Islam melalui pemaksaan sehingga, secara teoritis negara
mengakui hak penuh mereka sebagai warga muslim. Dalam hal ini, chauvinisme Arab
sosial,meskipun selama periode Umayyah, pemilik tanah, baik muslim ataupun non-
berketurunan arab. Mawali menurut bahasa Arab maula, berarti penolong, tuan,
jenis, salah satunya adalah mawali, yaitu jenis budak atau budak yang dibebaskan
42
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 289
49
atau tidak dibebaskan. Kedua, mawali pra-Islam, sekelompok budak yang dibebaskan
dari non-Arab. Ketiga, mawali periode khulafa rasyidin adalah seseorang beragama
Islam tapi tidak berdarah Arab. Terbiasanya sebutan tersebut bertahan sampai bani
Umayyah. Kelas mawali ini memiliki asal di daerah Armenia juga Persia yang
menetap pada daerah taklukkan. Oleh karena itu, struktur sosial Islam dinasti
Umayyah dibagi menjadi dua bagian menurut 2 ciri, kesatu mengarah ke kegiatan
bersifat sehari-hari dan praktis berlaku untuk masyarakat guna pengaturan solat juga
zakat, kedua wajib dari kelompok Arab, akan tetapi kelompok bukan arab berperan
Pada masa Dinasti Bani Umayyah, kelompok mawali ini diperlakukan tidak
baik oleh pemerintah Arab muslim dimana kelompok mawali sulit mendapat jabatan
maupun jizyah sama seperti kelompok bukan muslim, meskipun teorinya adalah
bahwa hanya kelompok non-muslim yang dikenai jizyah. Pajak ini digunakan sebagai
sumber pendanaan pemerintah. Kaum Mawali yang tinggal di daerah Bani Umayyah
adalah golongan non muslim yang masuk Islam untuk menghindari pembayaran
pajak sebab dipungut sangat tinggi untuk mereka.43 Akan tetapi, sesudah mereka
masuk Islam, pajak sama dikumpulkan melalui cara sama layaknya bukan muslim
pada prakteknya mereka tetap diperlakukan sebagai budak dengan kewajiban bayar
pajak juga status sosial mereka dibedakan kelompok Arab lainnya .44
43
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2022, h. 244
44
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 55
50
menampati strata sosial paling rendah dalam komunitas Islam, satu status sosial yang
sangat mereka tantang. Hal ini menjelaskan temuan kita bahwa dalam beberapa kasus
Persia. Namun, sebagian mereka seperti yang sering terjadi secara keagamaan lebih
unggul daripada raja, dan gairah keagamaan mereka yang mirip dengan fanatisme,
generasi yang dibawa khalifah, tentu mengubahsituasi yang besar di daerah bani
Umayah. Kefanatikan ini menyebabkan kelompok Arab sendiri bersikap arogan dan
kelompok muslim-Arab. Perilaku rasis memberikan rasa amat sakit hati untuk
kelompok bukan Arab, sebab meski dia Islam, mereka tetap diperlakukan beda.
pemerintah jauh dari kata demokrasi, akan tetapi situasi kependudukannya amat
tentram, juga kelompok bukan muslim jauh dari kata susah dengan tersedianya
fasilitas.
45
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 290
51
kelompok Islam. Arabisasi berat dicari, dengan generasi baru lahir pada daerah
jajahan dipaksa untuk membuat akta lahir komunal di lembaga pendaftaran Arab
untuk menjaga keasliannya. Selain itu, bahasa Arab digunakan di tempat-tempat Bani
Umayah juga daerah jajahan sebagai sebab saat penjajahan skala besar di bawah
Khalifah al-Walid ibn Abdul Malik, yang berfokus pada perluasan untuk memperluas
wilayah taklukan, yang merupakan fungsi dari Arabisasi yang intensif. Para khalifah
Umar bin Abdul Aziz (Umar II). Umar II adalah pemuda cerdas, sangat religius juga
mengutamakan penduduknya.
dihilangkan. Umar II pun sudah memberi kebebasan kepada kelompok mawali guna
mawali tampil. Kelompok mawali memulai kancah pejabat pemerintah ketika mereka
maupun gubernur.46
46
Wilsta Quinta Ashara. “Sejarah Arabisasi dan Dampak Sosiokultural Pada Masa Dinasti
Umayyah (661-750 M).” Skripsi (Purwokerto: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut
Agama Islam Purwokerto, 2021) h. 67
52
tetapi, tidak menutupi posisinya sejajar kelompok Arab Muslim. Status Anda berasal
dari kesetiaandan komitmen linguistik dan Islam dari kelompok Mawali Arab Kecuali
peraturan penghapusan pajak wajib dari semua kelompok Islam juga diringankan
tekanan pajak wajib pada kelompok bukan muslim. Saat itu, kelompok mawali
mendapatkan hak atas lindungan juga keamanan pihak berwenang. Kelompok ini
kebanyakan merupakan kristen juga yahudi. Dzimmi berada dikategori ketiga sehabis
kelompok Mawali. Kelompok ini menikmati hak bebas memeluk agama selama
mereka bayar pajak. Pajaknya untuk lindungan kelompok bukan muslim tersebut,
perlindungan yang ditawarkan sama dengan perlindungan kelompok lain yang tidak
mampu di negara Arab sendirian, padahal pribumi di daerah tersebut, akan tetapi
berhasilnya Islam menguasai wilayah itu, adanya kelompok tersebut berubah jadi
minoritas. akan tetapi, kelompok ini terus diperlakukan dengan layak atas kekuasaan
sebelumnya, berarti bukan muslim sebagai generasi murni daerah jajahan tapi relatif
47
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2022,h. 246
53
gagap teknologi. Akan tetapi, tetap guna bukan Arab dengan fasih berbahasa Arab.
pemindahan itu tentu panjang dan bertahap, berlangsung atas dasar perluasan
Arabisasi yang dimulai pada pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan
berlanjut setelahnya.
permasalahan pajak. Pajak amat pengaruh pada situasi sosial kelompok. Adz-Dzimmi,
ketika gilirannya mempengaruhi sektor sosial mereka. Secara teori, pembayaran pajak
property (kharaj) cuma berlaku guna bukan muslim. Situasi tersebut menyebabkan
mayoritas kelompok bukan muslim memilih guna berpindah agama tujuannya bebas
atas berbagai persoalan. Kelompok tersebut dinamai kelompok muslim baru ataupun
neo-Muslim (mawali).
Status dzimmi yang berada di bawah perlindungan Islam pada awalnya hanya
terbatas pada kalangan Ahlul Kitab sebagaimana tertera dalam Alquran48 kemudian
status itu diperluas sehingga mencakup juga para penyembah api atau para pemeluk
Zoroaster (Majusi), serta para penyembah berhala di Harran, dan pagan. Meskipun
bukan termasuk pemeluk agama samawi, sehingga secara teknis berada di luar
perlindungan Islam, para penganut Zoroaster Persia dan orang Berber Afrika Utara
diberi tiga pilihan oleh orang Islam: memeluk Islam, diperangi, atau membayar upeti.
Saat zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik, hal tersebut tidak dijalankan
tanah dengan keimanan maupun tanpanya kena pajak juga. Apalagi, para dzimmi
dilarang diperbolehkan guna ikut serta juga berperang, aturan tersebut ada saat jaman
Nabi Muhammad SAW. Kelompok itu tidak ikut militer, tetapi pajak mereka
48
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 291
54
bayarkan sebagai imbalan atas lindungan pihak berwenang Bani Umayah. Situasi ini
pada saat itu Islam melestarikan perbudakan yang telah lama dianut oleh Semit Kuno
dan yang legalitasnya diakui oleh Perjanjian Lama, namun Islam memperbaiki
kondisi para budak. Hukum Islam melarang seorang muslim untuk memperbudak
kerabatnya yang seagama, tapi tidak pula menjanjikan kebebasan bagi budak
nonmuslin yang menjadi muslim. Pada masa awal Islam, para budak berasal dari
tawanan perang termasuk wanita dan anak-anak dan didapatkan dengan cara membeli
satu bisnis yang berkembang luas dan menguntungkan di seluruh negara Islam.49
seperti berikut ini: Musa bin Nushayr menawan sekitar 300.000 orang di Afrika kecil,
yang sekitar 60.000 diserahkan kepada Al-Walid50. Bagi seorang bangsawan keluarga
Umayyah memiliki seribu budak bukanlah hal yang luarbiasa. Bahkan sepuluh orang
prajurit pada pertempuran Shiffin juga memiliki satu hingga sepuluh budak yang
melayaninya.
Bagi seorang tuan dan budak perempuannya, praktik selir meskipun bukan
pernikahan yang sah, merupakan hal yang lazim. Anak-anak yang lahir dari hubungan
49
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 294
50
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 294
55
merdeka. Karena hubungan itu, status budak perempuan itu sedikit meningkat
menjadi umm al-walad (ibu anak-anak), yang tidak boleh dijual oleh suami
majikannya itu dan jika majikannya meninggal ia menjadi orang merdeka. Dalam
proses peleburan antara orang Arab dengan orang asing, perdangangan budak jelas
dimerdekakan, seorang budak akan menjadi klien (mawali) mantan tuannya, yang
kini menjadi rekanan. Ketika tuannya meninggal tanpa meninggalkan pewaris, maka
perluasan dipakainya bahasa Arab ke daerah Islam di Bani Umayah pada waktu
keduanya berbeda dalam banyak hal. Hal ini dibuktikan dengan beberapa golongan,
seperti Kristen juga Yahudi, selalu jadi unsur wajib pada Damaskus saat kekuasaan
kemudian mengubahnya.
51
Philip K. Hitti, History of The Arabs, New York : Palgrove Macmillan, edisis revisi ke-10,
2002, h. 295
56
dengan budaya lainnya saat Islam mulai menyebar ke wilayah-wilayah bukan Arab.
Maka dari itu, penduduk bukan Arab memakai bahasa Arab untuk keseharian yang
menyebabkan berubahnya ucapan juga aksen bahasa Arab dengan siginifikan. Bahasa
arab yang sudah tercampur oleh aksen penduduk bukan arab dinamai Middle Arabic,
guna pembeda pada Classical Arabic, yang merupakan bahasa arab dari Al-Qur‟an
juga menulis sair Arab sebelum Islam. Munculnya Classical Arabic selalu menjadi
bahan debat ahli sejarah. Unsur pendorong diterima juga ditolaknya pada bahasa arab
pada masyarakat bukan Arab adalah sesuatu yang kompleks. Karena, terlibatnya
Pada masa Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz atau semacam bordiran
yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
bangunan seperti pabrik senjata dan kapal perang di Tunisia. Ia juga membangun
Masjid Umar atau Qubbatush Shakra‟ di Yerusalem dan memperluas Masjidil Haram
di Makkah53
Selain itu, Perkembangan arsitektur saat ini dapat dilihat dengan tak
terhitungnya jumlah masjid. Al-Walid juga Abdul Malik mendirikan banyak masjid
baru juga renovasi masjid tua. Contoh pendirian masjid Batu dipengaruhi ilmu arsitek
52
Dudung Abdurrahman, Komunitas Multikultural Dalam Sejarah Islam Periode Klasik,
Yogyakarta : Ombak, 2014, h. 52
53
Yusuf Al-Isy, Dinasti Umawiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, Cet I, 2007, h.270
57
masjid tersebut tidak mengubah bentuk asli bangunan persegi panjang awal mula
mengadopsi tulisan, upaya penciptaan gaya kaligrafi baru terus berlanjut di beberapa
daerah. Kaligrafi kufi dengan karakteristik kaku memiliki sudut di zaman Bani
Umayah ketika muncul tulisan kursif (fleksibel lengkungan huruf fleksibel). Qutbah
al-Muharrir merupakan penemu juga pengembang tulis kursif. Beliau penemu utama
tulisan di zamannya, yaitu sulus, nisf, jalil, juga tumar. Beliau melakukan
lacakan dengan jelas pada pewarisan karya kaligrafi zaman umayah sulit
bertumbuh cepat pada wilayah Hijaz. Layaknya dalam literatur periode sebelumnya
Umayyah tetap mengandalkan puisi juga prosa untuk alat ibadah. Model kreatif
perkembangan saat itu maerupakan Gazal (lirik cinta), banyak ahli sair berperan
dalam pengembangan model puisi tersebut. Lebih cenderung pada puisi gazal, ahli
sejarah Arab menuturkan penyebab tingginya angka kekayaan, layaknya Umar bin
Abu Rabiah, jahsir, juga Qays bin al-Mulawwah (penulis Laila Majnun).55
54
Sahdin Hsb, Politik Arabsisasi dan Dakwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umayyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia,.Medan: Perdama Publishing, Cet I,
2019, h. 86-87.
55
Sahdin Hsb, Politik Arabsisasi dan Dakwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umayyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia., Medan: Perdama Publishing, Cet I,
2019, h. 92
58
naturalistik, dengan citra manusia dan hewan) dan Sasana Persia (abstrak dan
simetris) terlihat nyata. Dipengaruhi kultur sebelum Islam adalah aspek integral dari
dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik yang menjadikan baju kekuasaan
pemimpin juga pengurus pemerintah. Model tiraz mulanya berasal kultur kristen,
yang berikutnya di zaman Umayah diganti kultur Islam.
pemerintah layaknya keraton juga pusat keagamaan. Damaskus adalah ibu kota
Kekaisaran Romawi, tapi saat Islam menaklukkan Damaskus, daerah itu dirapihkan
lagi juga diluaskan menjadi ibu kota pemerintahan Umayyah, dan bangunan-
bangunan indah bernilai seni tinggi didirikan di kota tersebut. Salah satu kota yang
dirapihkan kembali adalah Kota Qairawan didirikan Uqbah bin Nafi saat menjabat
gubernur. layaknya daerah lainya, kota ini memiliki banyak taman, masjid, pangkalan
militer, masih banyak lagi. Daerah ini dihuni oleh orang Romawi, Persia, Berber,
Bangunan didirikan ketika zaman Mu'awiyah ini direnovasi Walid bin Abdul
Malik. Ketika zaman umayah dilaksanakan pemugaran masjid tua. Abdul Malik
memperluas ukuran Masjid Agung juga ketika zaman Walid bin Abdul Malik dia
Basilika Santo Yohanes, Damaskus berubah ke masjid, selain itu katedral di Hims
digunakan sebagai gereja juga masjid. Pada kota suci itu, Abdul Malik mendirikan
Masjid Al-Aqsa. Monumen paling baik tersisa untuk generasi mendatang saat itu
adalah Kuba Sahr (dome of rock) di al-Quds. Masjid Cordoba saat ini pembangunan.
Masjidil Haram juga masjid Nabawi peremajaan juga perbesaran dilakukan Al-Walid
juga Abdul Malik. Tidak hanya masjid, pemerintahan umayah pun mendirikan
Amrah.
tinggi mereka dalam arsitek membuahkan hasil bangunan yang indah, salah satunya
adalah Baitul Maqdis. Abdul Malik bin Walid adalah pemimpin pemerintahan
umayah dengan konsentrasi tinggi pada Yerussalem menjadikan kota tersebut sebagai
pusat pengembangan Islam. Beliau mendirikan masjid khusus untuk penampung juga
acara keagamaan.57
Mulanya beliau memperbaiki masjid tua disekitar. Beliau diberi julukan sebagai
tokoh pembagunan masjid. Konsep menara pertama kali dikenalkan pada zamannya.
Istana Qusayr Amrah merupakan salah satu sejarah adanya pemerintahan umayah
56
Sahdin Hsb, Politik Arabsisasi dan Dakwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umayyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia. Medan: Perdama Publishing, Cet I,
2019, h. 93
57
Sahdin Hsb Politik Arabisasi dan Dakwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umaiyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia, Medan: Perdama Publishing, Cet I,
2019, h. 89
60
yang berbahan dasar batu kapur bening merah. Banyak lagi contoh yang dapat di
tampilkan, akan tetapi tanpa adanya karakter arsitek, layaknya masjid yang berada di
Andalusia.58
negara-negara Arab saja memiliki hak menguasai kuasa pemerintahan Bani Umayah.
Mawali. Sebelumnya kelompok ini memakai bahasa asli mereka, Persia juga Yunani.
Kelompok ini sangat fleksibel tentang bahasa ibu mereka. Namun, setelah
dari waktu ke waktu. Peraturan kultur penggunaan bahasa Arab pada semua daerah
jajahan. kelompok itu tidak fasih berbahasa Arab menghadapi hukuman dengan
dikucilkan sebab belum fasih berbahasa Arab. Keadaan ini bagi mereka adalah sikap
diskriminatif.
diskriminatif terhadap kelompok mawali. Namun selain itu, kelompok mawali Persia
budaya dan peradabannya lebih maju dan maju penjajah. Seluruh upaya dilaksanakan
58
Sahdin Hsb Politik Arabisasi dan Dakwah Refleksi Perkembangan Dakwah Era Umaiyah
dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia, Medan: Perdama Publishing, Cet I,
2019, h. 89
61
menggunakan bahasa sendiri. Bukan muslim adalah Berber Putih di zaman sebelum
Islam, ialah generasi Semit, Sebelum penaklukan Islam, orang Berber merupakan
orang Kristen murni. Kelompok ini merupakan kelompok kurang rentan terhadap
kultur bizantium juga romawi. kelompok ini memiliki pendeta sebagai panutan.
tetapi, pasca kedatangan Islam, muncul para penakluk Islam Seruan kepada kelompok
bani Umayyah, sebab didasarkan pada pemerintah monarki turun-temurun. Hal ini
juga dibuktikan dengan adanya regulasi kaki depan mereka dipotong, kewajiban
mengenakan kerudung, pakaian khusus berupa ikat pinggang dianjurkan, dan tidak
boleh meninggikan suara saat melakukan shalat. Diluar itu, hak yang diberikan jauh
berbeda, sebagaimana dirujuk Juga di buku yang sama, saat kelompok muslim
menghabisi kelompok nasrani, mereka cuma didenda dan tidak mendapat bantahan
Islamisasi, tapi maksud dasarnya ini memiliki arti beda. mengapa beda, sebab
disaksikan oleh Yahudi dan Nasrani, yang merupakan kelompok dhimmi yang
hari mereka menjadi Arab, menjauhkan kebiasaaan bahasa dahulu saat Islam belum
datang.
sesuai mayoritas penduduknya adalah Muslim dan bahkan setuju dengan agama
mereka sendiri. Karena ada budaya Islam yang menyebar di daerah non-Arab selama
ekspansi dan kemudian mengarah pada akulturasi budaya. Keadaan ini lalu
menyebabkan aksen wilayah tersendiri menjadi bahasa Arab.
Dalam konteks pengembangan kebudayaan dan seni, para mawali ini juga
menjadi salah satu aktor penting. Hal ini didorong oleh kesadaran historis mereka
sebagai pewaris kebudayaan yang lebih tua dari kebudayaan Islam-Arab itu sendiri.
Di sisi ain, hal ini juga sebagai simbol kompensasi atas posisi kurang menguntungkan
yang mereka peroleh dalam struktur sosial di Damaskus. Tidak menjadi elit dalam
bidang politik, maka mereka berusaha melakukan mobilisasi vertikal untuk menjadi
pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, sastra, dan filsafat. Pada masa dinasti ini,
dalam sistem pendidikan Arab. Diajarkanlah cabang-cabang ilmu baru, seperti tata-
bahasa, sejarah, geografi, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain. Meskipun demikian,
59
Dudung Abdurrahman, Komunitas Multikultural Dalam Sejarah Islam Periode Klasik,
Yogyakarta : Ombak, 2014, h. 56
63
Umayyah dan tidak pada awal dinasti ini. Badira, sebuah kota dekat Madinah, pada
awalnya hanyalah merupakan tempat belajar dan berkumpulnya para murid untuk
belajar bahasa Arab dan pembacaan sastra. Pada waktu itu, bila ada orang yang
menguasai dan memiliki pengetahuan tentang bahasa ibu dan mengetahui bagaimana
berenang dan menggunakan busur serta anak panah, maka orang itu dipandang
pengetahuan, yaitu filologi dan leksikografi mendapat perhatian banyak orang. Sejak
saat itulah di kalangan masyarakat muslim Arab mulai berkembang. Di bawah ini
ungkapan Langulung:
1) Bersifat Arab
Ciri terpenting dari gaya pendidikan bani Umayyah adalah benar-benar Arab
dan Islami. Artinya bangsa Arab masih mendominasi dunia pendidikan karena
unsur-unsur Islam yang baru belum tercampur pada masa itu. Hal ini juga
karena pada saat itu unsur-unsur Arab memegang peran utam dan secara
60
Muchlis, Perkembangan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah, Jurnal Kebudayaan dan
Sejarah Islam Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2020
64
lingkupnya ilmu agama seputar bacaan al-Qur'an dan tafsirnya, fiqh juga
hadits, serta terkait ilmu tersebut, adalah kebahasaan. seperti nahwu, bahasa
dan sastra.
Ilmu Hadis, pada masa dinasti umayyah Selama ini hadits-hadits Nabi
dikumpulkan, kemudian dipelajari asal-usulnya, kemudian menjadi ilmu
tersendiri yang disebut ilmu hadits. Ahli hadits yang terkenal saat ini adalah
Ilmu Fiqih, Pada awalnya perkembangan ilmu fikih dilandasi oleh kebutuhan
dan Hadits dijadikan sebagai landasan fikih Islam. Pakar fiqih yang terkenal
adalah Sa'ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurahman, Qasim Ubaidillah,
Ilmu Nahwu, Dengan meluasnya ranah Islam dan dibantu dengan upaya
ilmu Nahwu dicatat dan menjadi salah satu ilmu penting untuk dipelajari.
Salah satu tokoh legendaris adalah Abu al-Aswad al-Du'ali dari Bagdad. Salah
satu layanan Al-Du'ail adalah penyusunan tata bahasa Arab dengan memberi
fondasi agama.
Kepentingan guna belajar baha asing sudah dianggap penting, meski dalam
luar Arab. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi Muhammad SAW mengajak
para sahabatnya untuk mempelajari bahasa asing selain bahasa Arab hingga
beliau bersabda: "Barang siapa yang mempelajari bahasa suatu kaum, niscara
menyebar ke Afrika Utara dan Cina dan negara-negara lain di mana jauh dari
bahasa arab. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa asing perlu tentang
'alamin).
Wajar jika pada tahap awal kehidupan Muslim ini, pendidikan Muslim harus
periode ini. Menurutnya, Islam merupakan negara juga agama. Juga dalam
juga agama.
berkomunikasi
menurunkan ayat. Berangkat dari situ dia menunjuk seseorang guna posisi
tersebut. Ibrahim bin al-Ibyari mencatat setidaknya dua puluh empat penulis
'Umar bi Khatab, 'Utsman bin 'Affan 'Ali bin Abi Thalib, Sa'd bin Abi
Waqqas, Mu'awiyahbin Abi Sufyan, Zaid bin Tsabit, Khalid bin al-Walid dan
'Amr bin al-'Ash. Pada masa Bani Umayyah, tugas menulis meningkat dan
dibagi menjadi lima bidang, yaitu: Penulis surat, juru tulis Bendahara, juru
tulis militer, juru tulis polisi dan hakim. Penulis surat merupakan pekerjaan
paling berpangkat, maka dari itu status tersebut hanya diberi ke sanak famili.
Tulisan Arab menjadi lebih istimewa saat jabatan itu diadakan ke negara-
ayahnya Abdul Malik juga mengubah naskah Dewan Mesir menjadi bahasa
Arab, sebelumnya menjadi bahasa resmi Mesir. Maka dari itu didapati bahwa
zaman itu terjadi Arabisasi pada segala aspek hidup juga bahasa Arab
61
Muh Anis,Potret Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah, Jurnal Al-Qalam, Vol 7 No 1,
2015
67
hingga 96 H, adalah universitas paling besar ketika itu pembelajaran Islam tumbuh
maraknya aktifvitas keilmuan pada masjid juga tumbuhnya kitab dan sastra.
mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan
bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis
mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita nabi, hadits, dan pokok agama
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama dinasti umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abdul Syams bin
Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah quraisy pada masa
jahiliah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam
Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah disamping sebagai pendiri bani
Arabisasi yang terjadi pada awal periode Bani Umayyah, termasuk Kebijakan-
kebijakan yang bernuansa Arabisasi, dan al-walid bin Abdul Malik (705-715 M.)
memiliki pengaruh yang besar pada orde kedua. masyarakat, gerakan Arabisasi
Dalam pembahasan ini, dipaparkan awal mula kampanye Arabisasi yang dilakukan
oleh pemerintahan Abdul Malik bin Marwan yang menjadi awal perubahan besar
pada Dinasti Bani Umayyah dengan menggunakan bahasa Arab yang digunakan
Arabisasi yang terjadi pada masa bani Umayyah berdampak besar pada
kelompok muslim Arab yang pengaruh sosialnya dilatarbelakangi oleh adanya gaya
68
69
yang dicontohkan oleh karakter, sikap dan kehidupan para khalifah yang berkuasa
sosial wilayah Arabisasi bani Umayyah dan kelompok Arab Muslim yang
menduduki tingkatan paling atas dalam lapisan ini. Hal demikian juga menjadikan
mereka merasa mendapatkan kedudukan yang jauh lebih mulia dibandingkan dengan
Dampak budaya yang terjadi adalah adanya syu’ubiyah atau fanatisme Arab
golongan dari keturunan Arab yang berhak menjadi pengganti khalifah dan jabatan-
jabatan penting lain. Kondisi demikian menjadikan golongan non-Arab (mawali) dan
cenderung menghadapi diskriminasi dari kelompok muslim Arab. Hal ini disebabkan
adanya stratifikasi sosial yang terjadi di wilayah bani Umayyah, dimana golongan
mengambil alih. Dampak sosial yang terjadi adalah adanya perlakuan diskriminatif
terhadap mereka di bidang pemerintahan dan perpajakan. Kedua golongan ini tidak
Karena semuanya diatur oleh kelompok Arab muslim yang lebih berkuasa. Dalam
,namun kondisi ini dicabut dan diperbaiki pada masa pemerintahan Khalifah Umar II.
B. Implikasi
saat ini, memang diperlukan pendekatan yang toleran dan egaliter untuk
kelompok itu salah. Jika kecenderungan ini terus berakar pada persaingan
tidak sehat di antara umat Islam itu sendiri, maka kita tidak boleh lupa bahwa
perbedaan merupakan suatu rahmat daru Allah). perbedaan suku, bangsa dan
agama tidak dijadikan sebagai penghalang. Betapa ironisnya jika umat Islam
Adnan, Sejarah Peradaban Islam dan Barat Periode Klasik. Cet I; Jakarta: Sedaun
Publishing, 2011
Al-„Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Cet. I;
Jakarta: Akbar Media 2017.
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Cet III; Jakarta: Amzah, 2013.
Anis, Muhammad. Pola Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah. Jurnal Kajian
Islam dan Pendidikan. Vol 7, No.1, 2015
Hadi, Syamsul. Pembentukan Kata dan Istilah Baru Dalam Bahasa Arab Modern.
Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol.4, No.2.
(Desember-2017).
Hamid, Abd Rahman dan Madjid, Muhammad Saleh. Pengantar Ilmu Sejarah. Cet. II;
Yogyakarta: Ombak, 2011.
Hayani, Surma dan Bakhtiar, Nurhasanah. Arabisasi Pemerintahan Islam Pada Masa
Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol 3,
No.2 2020
Hasan, Tarikuddin Bin Haji. Pemerintahan Kerajaan Bani Umayyah : 41- 132 H =
661-750 M. Johor Bahru Malaysia: Perniagaan Jahabersa. 2012
Hitti, K, Philip. Terj. History Of The Arabs Cet. I; Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2005.
Ibrahim, A Qashim dan Saleh, A Muhammad. Buku Pintar Sejarah Islam (Jejak
Langkah Peradaban Islam dari masa Nabi Hingga Masa Kini). Cet. I;
Jakarta: Zaman, 1989.
71
72
Rachman, Taufik. Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk, Kejayaan
dan Kemunduran). JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 2 No. 1
Tahun 2018
Sahdin, Politik Arabisasi dan Dakwah. Cet I; Medan: Perdana Publishing, 2019
Ubaidilah, Ismail. Kata Serapan Bahasa Asing Dalam Al-Qur‟an Dalam Pemikiran
At-Thobari. Jurnal At-Ta‟dib, Vol.8, No.1. Juni 2013
Zainuddin, Ely. Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah. Jurnal Intelegensia,
Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015
Zaky, Ahmad. Ta‟rib Bahasa Arab dan Mu‟arrab dalam AlQur‟an. Jurnal
WARAQAT, Vol.5 (Januari-Juni 2020).
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Model Makassar penulis aktif di organisasi intra sekolah yaitu Pramuka. Dan lulus
pada tahun 2015. Setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
MAKASSAR penulis juga aktif organisasi intra sekolah yaitu Pramuka. Pada tahun
2018 penulis lulus dan diterima serta terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas
dapat mengenyam pendidikan yang merupakan bekal untuk masa depan dan telah
74
75
ilmu yang telah diperoleh dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan kontribusi
positif bagi dunia Pendidikan, membahagiakan kedua orang tua serta berusaha
menjadi manusia yang berguna bagi sesama manusia, agama, bangsa dan negara.
Aamiin.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur dan banyak terima kasih atas
selanjutnya.