Anda di halaman 1dari 28

BAHAN BANGUNAN 2

2.1 ASPAL / BITUMEN UNTUK KONSTRUKSI JALAN


2.1.1 Campuran Aspal yang dilakukan dengan Alat Pengolah
Alat pengolah dapat berupa suatu unit pengolahan yang tetap atau unit
yang berjalan (dipakai setempat, sewaktu jalan dibuat) atau diolah langsung diatas
jalan yang akan dibuat.
Berdasarkan cara kerja alat pengolah dan suhu kerja yang dipakai untuk
mencampur aspal, maka dalam kelompok ini, mesin dapat dibagi lagi menjadi sub
kelompok atau sub klas pengerjaan, yaitu :
1. Aspal beton campuran panas (Hot mix)
2. Aspal beton campuran dingin (cold mix)
3. Aspal beton yang dicampur sambil berjalan (Travel mixing plant)
4. Campuran aspal yang dikerjakan langsung di atas jalan yang dibuat
(road mix methode)

2.1.1.1 Aspal Beton Campuran Panas (Hot Mix Asphaltic Concrete)


Campuran aspal ini merupakan jenis campuran hamparan untuk dengan lalu
lintas berat, jalan tol dan landasan pacu pesawat terbang, campuran ini dibuat dari
jenis aspal untuk hamparan jalan dengan agregat dengan butirannnya tersusun
baik, menjadi suatu campuran padat, dimana aspal berfungsi sebagai perekat,
campuran aspal beton ini dibuat dalam suatu unit pengolahan tertentu (biasanya
stasioner). Meski pun unit ini juga dapat berpindah – pindah, dimana aspalnya
biasanya dicairkan sampai suhu k.1. 135⁰C (275⁰F) dan agregat dipanasi sampai
pada suhu k.1. 150⁰C (300⁰F), kemudian kedua bahan ini dicampur menjadi satu,
lalu diangkut ke tempat pekerjaan, dihamparkan sewaktu mesin dalam keadaan
panas, lalu dipadatkan / digilas dan pada waktu pengilasan sebaiknya minimal
107⁰C (225⁰F).

2.1.1.2 Aspal Beton Campuran Dingin (Cold Mix)


Aspal beton campuran dingin memiliki mutu yang lebih rendah dari pada
aspal beton campuran beton panas, biasanya dipakai untuk pekerjaan perbaikan –
perbaikan permukaan jalan apabila dipandang bahwa pemakaian aspal beton

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 1


BAHAN BANGUNAN 2

campuran panas beton kurang ekonomis atau terlalu mahal. Dibuat dengan
campuran agregat dan aspal cair (cut-back) yang diadakan dalam keadaaan dingin.
Cara pembuatan / pencampuran dilakukan setempat dimana perbaikan jalan akan
dilakukan dan biasanya dilakukan pula dalam suasana cuaca yang kering dan
panas. Pengolahan juga dapat dilakukan dengan unit yang stasioner , unit yang
berjalan atau unit yang setempat.

2.1.1.3 Aspal Beton yang Dicampur Sambil Jalan (Travel Mixing Plant)
Cara ini dengan menggunakan suatu alat pencampur yang dapat berjalan,
agregat yang dipakai dalam keadaan kering dan suhu udara biasa. Sedangkan
aspalnya biasanya aspal cair atau aspal AC yang dipanasi terlebih dahulu di dekat
tempat kerja. Agregat yang akan dipakai (setelah susunan butirnya diatur menurut
susunan butir yang baik) diisikan dalam mesin pengaduk yang berjalan itu,
kemudian aspal cair dicampurkan dalam jumlah yang tertentu, dan diaduk dalam
mesin tersebut, setelah selesai pengadukan campuran aspal + agregat itu langsung
dihamparkan dalam tebal yang tertentu.

2.1.1.4 Campuran Aspal Beton Dikerjakan Langsung di atas Jalan (Road Mix
Methode)
Cara ini hampir sama dengan cara Travel Mixing Plant tetapi alatnya lebih
sederhana, agregatnya juga harus kering, aspalnya berbentuk cair baik cut-back
maupun aspal panas) dan pekerjaan dilakukan pada suasana kering atau panas.
Agregat yang akan dipakai dihamparkan di atas jalan atau ditimbun dalam bentuk
jalur kemudian pada timbunan agregat ini disiram aspal cair dalam jumlah yang
diperkirakan, dibelakang alat penyiram aspal ini bergerak mengikuti mesin
pengaduk dapat dipakai disisi mesin grader, yang bertugas mengaduk campuran
agregat dan aspal itu sampai homogen dan dengan alat grader ini campuran yang
telah homogen tadi dihamparkan rata di atas jalan, lalu digilas atau dipadatkan.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2


BAHAN BANGUNAN 2

2.1.2 Campuran yang Dikerjakan Langsung di tempat


Secara garis besar, jenis pekerjaan campuran aspal dalam kelompok ini ada
2 macam, yaitu :
1. Berupa pelapisan / perbaikan permukaan jalan (surface treatment)
2. Konstruksi penetrasi macadam.

2.1.2.1 Pelapisan Atau Perbaikan Permukaan Jalan Aspal


Tujuan utama dari pekerjaan pelapisan dengan campuran aspal + agregat yaitu :
a. Untuk mendapatkan lapisan gesek pada permukaan jalan.
Jalan yang dikonstruksi dengan biaya murah / rendah dibuat dengan
beberapa cara yang menggunakan lapisan pondasi jalan dengan bahan-bahan
yang dimantapkan / distabilisasi. Bahan yang distabilisasi itu dapat berupa
susunan batu yang diisi pasir atau tanah, stabilisasi tanah dengan batu kapur
atau dengan semen dll.
Bentuk stabilisasi ini pada umumnya tidak akan tahan lama, berhubung
dengan terjadinya perubahan beban yang selalu berganti padanya, gangguan
air, gesekan roda kendaraan dan lainnya. Oleh karena itu, lapisan pondasi tadi
perlu dilindungi, terutama dari pengaruh air dan gesekan.
Perbaikan terhadap lapisan permukaan ini, biasanya dengan melekatkan
dua lapisan yaitu, pertama dengan menghamparkan lapisan aspal pada
permukaan pondasi, kemudian ditaburkan agregat batu pecah yang kadang-
kadang disusul dengan taburan butir batu yang lebih halus atau pasir, agar
permukaan jalan itu lebih merata dan agak halus.
b. Untuk mempertinggi daya tahan gelincir ( mengurangi slip )
Pekerjaan permukaan semacam ini dapat dikerjakan langsung pada waktu
pekerjaan jalan berlangsung atau berupa perbaikan bagi permukaan jalan yang
telah rusak, atau pekerjaan penambalan permukaan jalan. Caranya adalah
bagian permukaan dilapisi aspal, lalu diberi agregat halus kemudian ditumbuk
atau digilas.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 3


BAHAN BANGUNAN 2

Jenis pekerjaan seperti pada point a dan b sering dijumpai di Indonesia


ini dilakukan oleh petugas perawat jalan raya yang dibuat dengan cara yang
murah, misalnya jalan kabupaten atau sering disebut dengan jalan kelas III
sampai dengan kelas yang lebih rendah lagi.
c. Untuk memperbaiki sifat pembiasan cahaya pada jalan
Jalan raya yang dibuat dari aspal dan agregat yang berwarna tua, bila
pada waktu malam hari sering kurang dapat terlihat jelas oleh pengendara,
karena tidak memberikan pembiasan cahaya yang baik, sehingga batas jalan
agak kurang jelas. Seringkali untuk membantu hal ini dipergunakan jenis
agregat yang lebih cerah lagi warnanya, dipakai sebagai lapisan permukaan,
misalnya jenis batuan yang berwarna putih (rhyolit, batu kapur atau dolomit).
d. Untuk membuat batas jalan atau bahu jalan lebih jelas bedanya, dengan
melapiskan campuran aspal sebagai konstruksi batas.
e. Perbaikan lapisan permukaan jalan lama yang retak-retak, misalnya dengan
menyiramkan aspal panas yang cair atau cut-back aspal kebagian yang retak-
retak tadi. Aspal cair ini akan meresap ke lubang yang retak lalu membeku di
situ sehingga mencegah masuknya air dari pemukaan jalan. Cara ini juga
dilakukan guna lebih memperkuat permukaan jalan, apabila pelaburan dengan
aspal panas atau cair ini dilakukan secara berkala dan teratur sehingga umur
jalan akan lebih lama.

2.1.2.2 Konstruksi Penetrasi Macadam


Konstruksi penetrasi macadam merupakan suatu perlakuan terhadap lapisan
permukaan jalan untuk dapat menahan beban lalu lintas yang lebih berat. Di atas
badan jalan yang telah dibuat baik dan kuat / stabil, dihamparkan butiran agregat
yang seragam ukurannya, biasanya antara 2 sampai 4 cm. Aspal cair atau aspal
panas jenis AC disiramkan di atas hamparan ini agar meresap di antara butiran
agregat tersebut. Setelah itu agregat dengan butiran yang lebih kecil ditaburkan,
berfungsi sebagai pengisi / pengunci rongga antara butiran yang kasar, sambil
diikuti dengan penyiraman sedikit aspal cair / panas.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 4


BAHAN BANGUNAN 2

Kemudian taburan pasir dilakukan dan permukaan jalan digilas. Ada


kalanya, di atas lapisan ini diberi lagi lapisan campuran aspal dengan pasir /
agregat halus, sebagai lapisan aus atau dengan lapisan hot mix. Konstruksi jalan
semacam ini masih umum dilakukan di Indonesia meskipun kenyataannya mutu
jalan kurang baik dibanding dengan jalan-jalan yang dibuat dengan cara baru.
Tetapi konstruksi maccadam ini, memang akan lebih murah daripada
jalan raya model baru sekarang ini ditinjau dari pembiayaan jangka pendek.
Kerusakan yang sering terjadi pada umumnya terletak pada penyiapan badan jalan
serta meningkatnya lalu lintas yang melampaui batas kekuatan jalan itu sendiri.

2.2 Perencanaan Pembuatan Aspal Beton Panas


2.2.1 Pengertian dan batasan mengenai aspal beton
Beton adalah susunan butir agregat yang direkat menjadi suatu massa yang
padat. Macam-macam beton dibedakan terutama oleh jenis bahan perekat yang
dipergunakan.
Dua pembagian macam beton yang umum dikenal ialah aspal beton dan
beton semen Portland, atau jenis semen hidrolis lainnya ditinjau dari jenis bahan
perekat yang dipakai. Bagi aspal beton, pembuatannya dapat dipakai 2 macam
bahan perekat yaitu bahan perekat berupa aspal/bitumen, atau dengan bahan
perekat ter.
Dalam uraian berikut ini, akan dikemukakan aspal beton dengan bahan
perekat aspal/bitumen saja, yang terutama aspal bitumen berasal dari pemurnian
minyak bumi.
Secara garis besarnya, aspal beton dibuat dengan cara mencampur agregat
yang telah disusun besar butirnya secara baik, dan dikeringkan dengan suhu yang
relatif tinggi, kemudian dicampur dengan aspal panas, menghasilkan aspal beton
panas. Campuran agregat dan aspal yang masih dalam keadaan panas yang
kemudian diangkut ke tempat dimana aspal beton itu akan dipakai sebagai lapisan
permukaan jalan. Kemudian dihamparkan dengan alat tertentu, lalu digilas dengan
alat penggilas, sehingga memiliki kepadatan yang baik.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 5


BAHAN BANGUNAN 2

2.2.2 Sifat aspal beton yang diperlukan


Suatu hamparan aspal beton harus :
a. Stabil atau mantap, dimana ia harus tahan terhadap pengaruh perobahan
bentuk akibat beban yang dikenakan kepadanya. Hamparan aspal beton
yang tidak stabil akan terlihat perobahan bentuknya, misalnya terlihat
adanya bekas roda kendaraan, permukaan jalan menjadi bergelombang,
atau permukaan itu akan berobah, bila ada kendaraan yang berhenti di
atasnya.
b. Tahan lama, dimana lapisan aspal beton itu tidak boleh lepas akibat
adanya beban lalu lintas.
c. Tidak slip, atau tidak licin, dimana permukaan aspal beton harus dapat
melekat dengan baik dengan ban kendaraan, meskipun misalnya dalam
keadaan basah/hujan.
d. Ekonomis, dimana aspal beton ini dapat dibuat dari bahan-bahan yang
tidak mahal, tetapi dapat memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas.

Keberhasilan suatu lapisan aspal beton (dapat memenuhi syarat banyak)


tergantung dari cara merencanakannya, dan faktor-faktor yang terkait dalam
perencanaan itu adalah :
1. Susunan butir aggregat.
Sesungguhnya agregat yang dipakai dalam aspal beton pada waktu ini,
adalah agregat padat. Stabilitas aspal beton akan meningkat, bila
maksimum besar butir agregat jumlahnya naik.
2. Mutu agregat.
Butir agregat yang lunak, akan hancur akibat adanya benturan beban
dari kendaraan dengan akibat terjadinya lobang-lobang di permukaan
jalan atau lapisan terlepas. Butir yang tidak kekal, akibat pengaruh basah
akan hancur menjadi butir yang lebih kecil, akibat beban yang
mempengaruhnya atau akibat pengaruh cuaca. Agregat yang kotor
terutama yang diselaputi lempung, akan memepermudah terjadinya
lapisan terlepas.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 6


BAHAN BANGUNAN 2

3. Kadar aspal.
Kadar aspal yang rendah memudahkan terlepasnya lapisan sedang
kebanyakan aspal, lapisan aspal beton kurang stabil.
4. Mutu aspal sebagai perekat
Aspal yang dihasilkan tanpa proses cracking akan memenuhi standar
sebagai aspal perekat. Aspal bermutu rendah, seringkali menghasilkan
lapisan aspal beton yang regas.

2.2.3. Agregat untuk pembuatan aspal beton


Kecocokan aggregat untuk dipakai dalam pembuatan aspal beton ditentukan oleh :
a. susunan butir
b. ketahanan terhadap gesekan/ausan
c. kekekalan
d. kemurnian dan kebersihan
e. gesekan internal
f. sifat permukaannya

a. Susunan butir
Susunan butir agregat menunjukkan pembagian besar butirnya.
Untuk menentukan susunan butir ini dipergunakan ayakan, dengan melakukan
analisa ayak. Cara penentuan analisa ayak ini sama seperti yang dilakukan dalam
penentuan besar butir agregat untuk pembuatan beton dengan semen. Ayakan
yang dipakai untuk menyusun besar butir agregat aspal beton sedikit berbeda,
yaitu dipakai susunan ayakan mulai dari 2 ½, 2, 1 ½ , ¾ , 5/8, ½ dan 3/8 inchi.
Untuk ayakan yang lebih halus dipakai ayakan no 4, 8, 16, 30, 50, 100 dan 200
(mesh).
Untuk ayakan dengan ukuran 2 ½ sampai dengan 3/8 inchi, kadang-kadang
ada juga yang berlobang bulat. Dalam pemakaian ayakan bulat ini perlu diketahui
juga bahwa bila partikel dari agregatnya bentuknya pipih atau panjang, bila
diayak dengan ayakan bulat, jumlah yang tembus akan lebih kecil dibandingkan
bila dipakai ayakan berlobang bujur sangkar.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 7


BAHAN BANGUNAN 2

Dalam pembuatan aspal beton, pembedaan susunan butir agregat dilakukan


sbb :
1. Agregat kasar : adalah agregat yang butirnya tertinggal di atas ayakan 10
mesh
2. Agregat halus : yang butirnya tembus ayakan 10 mesh
3. Bahan pengisi mineral : abu mineral tembus ayakan 200 mesh.
Penyusunan butir agregat untuk aspal beton, disamping menggunakan
ayakan dengan ukuran seperti tersebut di atas, juga memungkinkan digunakannya
ayakan ukuran yang lain, di antara ukuran-ukuran ayakan tersebut.
Kadang-kadang pula untuk suatu tujuan campuran aspal beton tertentu,
pemakaian ayakan tidak secara keseluruhan, melainkan hanya beberapa saja yang
jarak ukurannya dekat. Susunan agregat sedemikian disebut juga “susunan agregat
tunggal”.
Mengenai penyusunan butir agregat untuk aspal beton ini, bergantung sekali
kepada konstruksi yang dikerjakan, yang pada pokoknya bertujuan untuk
mendapatkan susunan butir yang memberikan sifat stabil yang sebaik-baiknya
atau juga bila susunan butir itu tersusun, memberikan kepadatan yang maksimum,
serta memberikan rongga (void) yang minimum, sehingga penggunaan aspal
sebagai perekat minimum, tetapi campuran memiliki kestabilan, ketahanan lama,
serta ekonomis.
Berdasarkan konstruksi yang dikerjakan (dibuat), The Asphalt Institute
memberikan saran susunan butir, antara agregat kasar (lebih besar dari 8 mesh),
agregat halus (8 – 200 mesh) dan filler, seperti grafik berikut ini
lain daripada itu untuk berbagai konstruksi aspal beton, susunan besar butir
agregat, aspal dibuat menurut tabel 1.1
b. Ketahanan terhadap gesekan / ausan
Agregat kasar harus keras, padat dan liat sehingga tahan terhadap pengaruh
gesekan terutama bila dipakai untuk lapisan permukaan jalan. Ketahanan terhadap
ausan ini dilakukan dengan pengujian memakai alat pengaus Los Angeles (lihat
syarat agregat bagi beton biasa). Syarat ketahanan aus agregat untuk jalan raya,
terutama menurut standar AASHTO 96 ( ASTM C 131 ). Bagian yang aus karena

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 8


BAHAN BANGUNAN 2

diuji dengan alat Los Angeles tidak boleh lebih besar dari 50 % bagi agregat untuk
lapisan-lapisan base binder dan leveling course dan tidak boleh lebih dari 40 %
untuk lapisan aus. Beberapa persyaratan untuk lapisan ini ada yang lebih ketat
yaitu 35 % atau 27,5 %.
c. Kekekalan
Agregat butirannya harus kekal, dalam arti tidak akan berubah akibat
pengaruh cuaca basah atau kering serta kemungkinan adanya zat kimia yang dapat
merusaknya. Uji kekekalan ini, dilakukan dengan merendamnya dan
mengeringkannya secara bergantian (tiap 24 jam) dalam larutan jenuh Natrium
atau Magnesium sulfat sebanyak 5 kali. Bila di uji dengan cara itu, jumlah yang
hancur biasanya disyaratkan tidak boleh lebih dari 15 % ( Asphalt Institute ).

d. Agregat harus bersih dari lumpur atau tanah


Kadar lumpur tidak boleh ada atau juga tidak boleh mengandung butiran
tanah yang mengeras (misalnya, butiran serpih / shale). Cara uji untuk kadar
lumpur ini disebut dengan ” Sand Equivalent Test ” seperti tercantum dalam
AASHO T 176.
Agregat gabungan untuk berbagai tujuan campuran dengan perekat aspal
menurut The Asphalt Institute harus memiliki angka Sand Equivalent test sebagai
berikut :
 Aggregat gabungan untuk aspal beton untuk surface
binder course 50 +
 Aggregat gabungan untuk aspal beton yang di olah oleh unit
pengolahan ( plant mix )untuk lapisan surface and
binder course 45 +
 Aggregat yang dicampur dengan aspal ( campuran setempat )
untuk lapisan surface and binder couse 35 +
 Aggregat gabungan untuk dicampur dengan aspal
emulsi untuk campuran penutup ( seal mix ) 40 +
 Aggregat untuk campuran dengan aspal atau tanpa
aspal bagi lapisan base course 30 +

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 9


BAHAN BANGUNAN 2

 Untuk lapisan subbase tanpa aspal 25 +


e. Gesekan Internal
Gesekan internal dalam aggregat adalah sifat yang menahan terjadinya
gerakan yang terjadi antara butir agregat akibat pengaruh gaya luar. Tahanan
gesekan ini terjadi akibat adanya sifat mengunci satu sama lain antara butir. Hal
ini terjadi apabila bentuk butir agregat itu sedemikian, sehingga bila butir-butir itu
terkumpul akan terjadi saling mengunci. Tetapi bila permukaan agregat itu halus
atau licin sifat ini menjadi mengecil. Pengujian untuk sifat ini memang sukar
dilakukan, tetapi dengan pengujian sifat stabilitas pada suatu campuran aspal
beton akan terlihat adanya sifat tersebut.
f. Sifat Permukaan Butir
Sifat permukaan agregat berbeda-beda, terhadap daya gabungnya terhadap
aspal. Agregat yang memiliki daya gabung yang besar dengan aspal disebut
agregat yang bersifat ” hydrophobi ” dan umumnya terdiri dari agregat yang
berdasar unsur kapur ( agregat basa ) misalnya basalt, kapur atau dolomit. Agregat
yang kurang atau kecil daya gabungnya (affiniet) dengan aspal disebut ”
hydrophilly ”. Jenis agregat semacam ini antara lain : batuan silikat, atau batuan
asam misalnya, kwarsa.
Cara uji yang mudah untuk hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
Campur 500 gram agregat dengan butir tembus ayakan 3/8” serta tertinggal di atas
ayakan no. 4 ( 4,8 mm ) dengan + 25 gram aspal. Agregat yang dipakai itu,
diketahui telah memiliki daya lekat yang baik dengan aspal. Disamping itu, dibuat
lagi satu percobaan dengan agregat yang akan diuji dengan campuran seperti
tersebut. Keduanya masing-masing diaduk dengan aspalnya lalu masing-masing
tempatkan dalam wadah dan direndam dalam wadah itu dengan air suling. Kocok
wadah itu, masing-masing dengan waktu yang sama. Bandingkan hasilnya berapa
bagian batu yang aspalnya terlepas.
Aspal yang dipakai untuk percobaan tersebut harus dari jenis aspal yang
sama seperti dipakai dalam pekerjaan nanti. Bila jenis yang dipakai berupa aspal
AC, maka percobaan dilakukan pada suhu + 121OC 250OF). Bila yang dipakai

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 10


BAHAN BANGUNAN 2

aspal cair, percobaan dilakukan pada suhu + 60OC selama 24 jam. Kemudian
sebelum diberi air, dibiarkan dulu dalam suhu ruang.

Cara ini memang agak terbatas dan tidak kuantitatif.


Cara lain dapat dilakukan dengan cara di lapangan, dengan membuat silinder dari
campuran aspal diameter 4 inchi dan tinggi 4 inchi sebanyak 6 buah. Setelah
silinder dikeraskan 3 buah benda diuji kuat tekannya dalam keadaan kering dan 3
buah lainnya diuji dalam keadaan setelah direndam air. Perbedaan kuat tekan dari
keduanya menunjukkan adanya perbedaan sifat daya lekat aspal pada agregat.
Di dalam praktek, biasanya tidak selalu ada atau tidak tersedia agregat yang
telah tersusun butirnya menurut keperluan melainkan aggregat yang ada masih
harus diolah sehingga memenuhi syarat sehingga untuk pekerjaan yang besar,
sering diperlukan suatu unit pengolahan agregat khusus untuk melayani unit
pengolah aspal beton.
Dengan aggregat yang tersedia di pasaran, yang pada umumnya susunan
butirnya tertentu, maka untuk mendapat suatu susunan butir yang memenuhi
syarat guna suatu konstruksi aspal beton, seringkali kita harus menggabung
beberapa macam susunan butir, mungkin hanya dari dua macam ( misalnya,
aggregat halus dan filler ) atau mungkin 3 macam (agregat kasar + aggregat halus
+ filler).
Cara menghitung gabungan aggregat dari beberapa macam susunan butir
sehingga mendapat suatu susunan butir yang dikehendaki, sama seperti cara
penggabungan aggregat untuk beton biasa.
Perbedaan yang tidak terlalu besar ialah, bila dalam beton biasa, butir yang
terkecil biasanya sampai ayakan 100 mesh, sedang dalam aspal beton, ukuran
ayakan sampai 200 mesh dan masih di perlukan butir yang tembus 200 mesh
sebagai filler. Dengan adanya sedikit perbedaan ini, maka batasan untuk jumlah
tiap fraksi aggregatnya juga berbeda

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 11


BAHAN BANGUNAN 2

Pengertian istilah :
a. Maccadam : susunan agregat kasar yang seragam
b. Open graded : susunan agregat yang mengandung sedikit atau tanpa filler,
sehingga hasil pemadatan menghasilkan rongga yang relatif besar.
c. Coarse graded : menggunakan aggregat yang tertinggal di atas 8 mesh
d. Dense graded : susunan agregat yang terdiri dari butir-butir melalui
ukuran yang maksimum sampai ukuran terkecil termasuk butir filler, yang
cukup jumlahnya sehingga rongga pada susunan butir padat itu, besarnya
sama dengan besar butir filler.
e. Fine graded : menggunakan agregat yang tembus ayakan 8 mesh
f. Stone sheet : lapisan yang mengandung 25 % agregat kasar
g. Sand sheet : lapisan terbuat dari pasir, pakai atau tanpa butir filler, yang
susunan butir pasirnya tanpa diatur atau dikontrol. Sand sheet asphalt =
campuran aspal dengan pasir dibuat di unit pengolahan atau di tempat.
Pemakaiannya untuk dasar atau lapisan muka jalan.
h. Fine sheet : lapisan terbuat dari agregat butiran tembus 8 mesh
i. Asphalt base course : pondasi jalan yang dibuat dari agregat, dengan
perekat aspal
j. Asphalt binder course : lapisan antara base course dan surface course,
biasanya terbuat dari aspal beton dengan agregat kasar mengandung
sedikit atau tanpa butir filler
k. Leveling course : lapisan dengan berbagai ketebalan, dibuat untuk
meratakan permukaan jalan atau dapat disebut juga lapisan perata
l. Surface course : lapisan bagian paling atas dari suatu jalan. Disebut juga
lapisan aus
m. Asphalt mastic : campuran aspal dan mineral dengan perbandingan
sedemikian rupa sehingga masih dapat dituang baik dalam keadaan panas
atau dingin, yang kemudian dapat dipadatkan dengan cara pakai sendok
atau alat semacam, agar permukaannya rata.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 12


BAHAN BANGUNAN 2

n. Subbase course : lapisan yang berada di bawah asphalt base course. Bila
lapisan ini merupakan lapisan tanah yang telah padat, dapat juga disebut
subbase course.

2.3. Langkah-langkah Perencanaan Campuran Aspal Beton


Sebelum uraian lebih lanjut mengenai langkah-langkah perencanaan
campuran aspal beton, sebelumnya perlu diketahui sebagai dasar pertimbangan
selanjutnya untuk membuat campuran aspal beton beberapa hal sebagai berikut :
Suatu aspal beton, terutama tersusun dari butiran agregat dari butir yang
kecil sampai yang terbesar menurut kebutuhan konstruksinya. Agregat itu dapat
dibuat dari batu pecah, dimana bentuk pecahannya tidak teratur dan juga tidak
seragam. Dapat juga dibuat dari susunan butir kerikil alam yang biasanya agak
bulat-bulat butirnya.
Bila susunan butiran itu dibuat sedemikian rupa, sehingga butir-butir yang
kecil dapat mengisi rongga-rongga diantara butiran yang besar, maka untuk suatu
volume susunan agregat, akan memilki jumlah rongga yang terkecil, dibanding
bila butiran itu terdiri dari besar butir yang hampir sama.
Lain daripada itu, bila jaringan butir tadi terdiri dari butir-butir yang tidak
bulat ( misalnya batu pecah ), dan butir satu dan lainnya dapat saling mengunci,
maka susunan butir tadi, akan lebih stabil terhadap pengaruh beban dari luar.
Sebaliknya, bila susunan butiran terdiri dari butiran yang bulat atau membulat
apalagi permukaan butirannya licin, meskipun padat jaringannya, masih akan
lebih mudah bergerak butirannya bila ada beban dari luar.
Dengan demikian, maka susunan butir batu pecah akan lebih stabil
dibanding dengan susunan batu bulat. Didalam pemilihan jenis butiran ini,
pertimbangan yang utama adalah batu yang bagaimanakah yang akan memberikan
rongga yang terkecil, sehingga menggunakan aspal yang minimum, tetapi
mendapat kestabilan yang baik.
Bila kita tinjau dari susunan suatu aspal beton, dengan susunan butir yang
baik, maka rongga diantara butir-butir tadi akan diiisi oleh aspal. Dengan adanya
perekat yang mengisi rongga tadi maka gerakan yang sebelumnya telah kecil,

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 13


BAHAN BANGUNAN 2

menjadi semakin baik, sehingga campuran aspal beton sedemikian itu stabil (
kokoh ). Meskipun demikian, kenyataan didalam praktek, bahwa rongga-rongga
antara batuan tadi, akan tetap tidak dapat padat mutlak, sebab masih akan ada
sedikit mengandung gelembung udara diantara aspal tersebut. Biasanya terdapat
antara 2 – 6 % rongga udara.
Apabila susunan butir batu lebih longgar ( Gb 1.5e ) dan diberi aspal yang
lebih banyak, maka seolah-olah butir batu tadi mengapung didalam aspal.
Konstruksi aspal beton yang demikian kurang stabil, sebab karena perubahan suhu
dan tekanan, campuran akan mudah berubah bentuknya. Konstruksi yang
demikian ternyata juga masih mengandung udara, biasanya 2 % yang terdapat
terjebak didalam aspalnya.
Apabila sekarang jumlah aspalnya dikurangi, sehingga seolah-olah hanya
merekat antara butir agregat, memang kestabilan aspal betonnya juga cukup baik,
tetapi kadar udara menjadi lebih besar. Udara yang terlalu besar ini didalam
konstruksi akan membantu pengerasan aspal akibat pengaruh cuaca, sehingga
dapat mempercepat keregasan aspalnya dan konstruksi mudah pecah atau terlepas,
akibat beban lalu lintas.
Dari pengalaman memberikan secara teori, agar jumlah rongga udara yang
ada itu tidak lebih dari 6 % : Dalam terminologi aspal beton, jumlah udara
didalam aspal beton, biasanya dinyatakan dalam “persen kepadatan”. Sebagai
contoh, misalnya aspal beton dengan 96 % kepadatan berarti bahwa aspal beton
itu mengandung 4 % rongga udara. Rentang dari “persen kepadatan” aspal beton
biasanya berada diantara 94%-98 % yang berarti bahwa kandungan rongga udara
(voids) berkisar antara 6 sampai sekecilnya 2%.
Dari pengertian di atas, maka jelas bahwa jumlah rongga udara dalam aspal
beton mempengaruhi sifat ketahanan lama dari aspal beton dalam pemakainnya,
sehingga perlu diusahakan agar kadar udara tersebut sekecil mungkin, sampai
batas yang memungkinkan dalam praktek yaitu 2%. Tetapi pada kenyataannya, di
dalam pelaksanaan pembuatan aspal beton, dengan kepadatan 98 % ini
memerlukan pekerjaan yang amat teliti, atau cukup sukar pelaksanaannya, dan ada
kemungkinan aspal beton menjadi kebanyakan aspal, sehingga konstruksi tidak

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 14


BAHAN BANGUNAN 2

stabil. Biasanya, perencanaan pembuatan aspal beton, dengan rencana kepadatan


antara 96 sampai 97,5 %

Rongga diantara butir agregat (voids in mineral aggregat atau VMA)


berkisar antara + 35 % atau lebih untuk agregat yang tidak padat. Bila pengisian
padat, VMA dapat mencapai kurang dari 20 %. Perlu diusahakan agar VMA
sekecil mungkin, dengan mengatur besar butir yang baik, sehingga tidak
memerlukan jumlah butir filler (butir yang lebih kecil dari 200 mesh yang terlalu
banyak. Bila butir tersusun baik tanpa memerlukan jumlah butir filler yang
berlebihan, memiliki VMA + 15 % jarang sekali dapat VMA kurang dari angka
tersebut sampai 10 %. Meskipun angka mutlak dari VMA biasanya tidak dipakai
sebagai pengawasan dalam perencanaan aspal beton, dengan menggunakan cara
menurut Marshall. Penentuan VMA ini dipakai sebagai perencanaan jumlah aspal
yang dipakai. Biasanya batasan angka VMA dipakai antara 75 sampai 85 %.
Jumlah aspal yang perlu mengisi bagi jumlah rongga diantara aggregat,
merupakan fungsi dari luas permukaan butir aggregat atau fungsi dari ukuran
butir-butir aggregat. Makin kecil butir aggregatnya, akan makin luas
permukaannya. Untuk suatu volume/berat tertentu. Oleh karena itu, apabila dalam
campuran dipergunakan besar butir maksimum yang kecil ukurannya, pemakaian
aspal yang optimum akan naik ( lebih tinggi ) dibandingkan jika dipakai besar
butir maksimum yang lebih besar ukurannya.
Disamping itu juga, kekerasan permukaan agregat juga akan mempengaruhi
jumlah aspal yang dipakai. Permukaan agregat yang kasar atau berlekuk-lekuk,
akan memerlukan aspal yang lebih banyak dibanding bila permukaan butir agregat
rata atau halus.

2.3.1 Langkah-langkah perencanaan campuran aspal beton.


Dalam merencanakan campuran aspal beton perlu ditempuh langkah sebagai
berikut :
1. Pilih susunan butir agregat yang akan dipakai
2. Pilih jenis agregat yang akan dipakai dalam campuran

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 15


BAHAN BANGUNAN 2

3. Tentukan berat jenis dari agregat gabungan dan berat jenis aspal
4. Tentukan perbandingan dari tiap agregat yang akan dicampur sehingga
memenuhi susunan besar butir yang baik
5. Buat benda uji dengan jumlah aspal yang berbeda-beda.
6. Tentukan berat jenis dari benda uji campuran aspal dan agregat yang
telah dipadatkan.
7. Uji sifat stabilitas dari campuran yang telah dipadatkan itu
8. Hitung jumlah persen rongga ( void ) dari tiap benda uji, dan bila cara
perhitungan menghendaki, hitung VMA dan persen rongga yang terisi
aspal
9. Pilih jumlah aspal yang optimum dari data yang didapat. Bila fasilitas
laboratorium tidak mencukupi untuk penentuan hal tersebut, tentukan
kadar aspal dengan menggunakan hasil uji CKE (Centrifuge Kerosene
Equivalent)

1. Pemilihan susunan Butir


Dalam pemilihan besar butir ini, besar butir maksimum perlu ditentukan,
karena makin besar butir maksimumnya akan makin irit pemakaian aspal. Besar
butir maksimum, ditentukan oleh ketebalan lapisan konstruksi hamparan jalan
yang akan dipakai.
Untuk lapisan Base-Course biasanya seperti lapisan binder course dengan
menggunakan maksimum butir 1 a 2 inchi. Untuk surface course, biasanya
dipakai maksimum butir ¾ sampai ½ inchi.
Suatu contoh mengenai susunan butir untuk beberapa macam konstruksi
hamparan jalan. Dan jumlah aspal yang diperlukan, sebagai berikut :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 16


BAHAN BANGUNAN 2

2. Pemilihan Jenis Agregat


Dengan sendirinya, dalam memilih jenis aggregat yang dipakai,
pertimbangan utama yang diambil adalah yang paling menguntungkan, dalam
artian ; murah harganya, baik mutunya, mudah dalam pengerjaannya, serta
memberikan hasil yang sebaik-baiknya.
Untuk mendapat susunan butir yang baik sering harus dicampur beberapa
macam agregat. Dengan sendirinya, agar ongkos lebih rendah, perlu diusahakan
pencampuran sesedikit mungkin macam agregat. Jangan mencampur 5 macam,
bila mungkin dikerjakan dengan 2 atau 3 macam saja.
Untuk mengadakan pengolahan setempat, atau pengolahan agregat jauh dari
tempat pengerjaan jalan perlu dipertimbangkan. Biasanya pengolahan agregat
ditempat akan lebih menguntungkan, bila produksi yang diperlukan mencapai
40.000 ton atau lebih, karena untuk menempatkan dan atau memindahkan unit
pengolahan, memerlukan biaya yang cukup besar.
3. Berat Jenis
Penentuan berat jenis aspal jarang dilakukan di lapangan, umumnya datanya
telah didapat dari produsen aspal. Yang dapat dilakukan di lapangan adalah
menentukan berat jenis dari agregat atau gabungan susunan butir agregat.
Ada 3 macam berat jenis, yaitu :
a. Berat jenis semu (Bulk SG)
b. Berat jenis luar (Apparent S.G)
c. Berat jenis masif
Antara berat jenis semu (bulk) dan berat jenis luar, hampir sama, hanya
pengertiannya ialah Bulk S.G ialah berat jenis, dimana termasuk semua lubang
kapiler yang mungkin ada dalam agregat dihitung; Berat jenis luar, dengan
menghitung atas dasar volume sampai bagian yang tidak lagi ditembus air, dimana
pori-pori yang terselubung dibagian dalam termasuk; sedang berat jenis
sesungguhnya, dihitung atas dasar bahan yang betul-betul mutlak.
Kapankah atau berat jenis manakah yang akan dipakai, penentuannya
tergantung daripada perencanaan (yang mengerjakannya), yang penting ialah,

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 17


BAHAN BANGUNAN 2

bahwa apabila agregatnya merupakan agregat gabungan, maka perlu dicari berat
jenis rata-rata dari agregat gabungan itu.
4. Mencampur Agregat dari Beberapa Macam Untuk Mendapat Susunan
Butir yang Tertentu
Cara pengabungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, baik gradafis atau
matematis, seperti telah diuraikan terdahulu. Dengan sendirinya akan lebih mudah
melakukan gabungan, apabila butir agregat masing-masing telah
dibuat/disediakan menurut fraksi butirnya.
5. Menyiapkan Benda Uji Untuk Menentukan kepadatan dan Stabilitas
Semua cara yang rasional ialah memerlukan benda uji untuk diuji sifat
stabilitasnya di laboratorium. Jumlah benda uji yang dibuat dengan campuran
agregat yang telah ditentukan susunan butirnya seperti yang akan dipakai di
lapangan, ditambah aspal dalam jumlah yang berbeda, perlu dipersiapkan
dilaboratorium dan dicoba sifat kepadatan serta stabilitasnya.
Percobaan ini ada beberapa cara, dimana cara yang satu dengan yang
lainnya agak berbeda. Biasanya ada 4 cara yang dipakai, meskipun dari 4 cara itu,
ada satu yang paling umum yang juga dipakai di Indonesia oleh Dit Jen Bina
Marga Dept PU.
Keempat cara tsb adalah sebagai berikut :
a. Cara menurut Marshall
b. Cara menurut Hubbart Field
c. Cara menurut Hveem
d. Cara menurut Smith dengan uji triaxial
6. Berat jenis dari benda Uji yang dipadatkan
Benda uji campuran aspal beton yang telah dibuat ( menurut salah satu cara
tersebut diatas ), perlu ditentukan berat jenisnya.
7. Tentukan sifat stabilitas dari Benda uji yang telah dibuat menurut
masing masing cara pada point 5
8. Hitung persen maksimum kepadatan ( density ), persen rongga ( void )
dan rongga diantara butir agregat ( VMA ).

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 18


BAHAN BANGUNAN 2

Bila berat jenis dari aggregat dan aspalnya diketahui, berat jenis yang
didapat secara teori dapat dihitung. Hasilnya disebut ‘Berat jenis maksimum
teoritis’, yang dapat dihitung sebagai berikut :

100
Go =
( 100  Wb ) / ga  Wb / gb

Go = Berat jenis maksimum teoritis pada suhu 25oC


Wb = Jumlah aspal dalam % berat
gb = Berat jenis aspal pada suhu 25oC
ga = Berat jenis agregat pada suhu 25oC
Persen kepadatan teoritis ( Persen bahan padat dalam volume ) dapat
dihitung sebagai berikut :

G
= x 100 = R
Go

Dimana :
G = Berat jenis nyata dari benda uji pada 25oC
Go = Berat jenis maksimum teoritis
R = Persen maksimum kepadatan pada suhu 25oC

Jumlah persen rongga ( void ) dapat dihitung dari :

% voi d = 100 – R

VMA dihitung dari :

G
VMA = 100  Wa
Ga

Dimana Wa = Jumlah agregat dalam % berat

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 19


BAHAN BANGUNAN 2

VMA  (100  R )
Persen Rongga ( void ) berisi aspal = =
VMA

10. Memilih Jumlah Aspal yang Optimum


Pilih jumlah kadar aspal yang optimum dari hasil percobaan tersebut di atas
itu. Bila cara ini tidak memungkinkan karena tidak ada fasilitas laboratorium,
maka jumlah aspal ini dapat diduga dengan menggunkan uji Centrifuge
Kerosene ( CKE ). Tetapi, cara ini biasanya hanya dipakai unutk pekerjaan
yang kecil.
Lain daripada hal-hal tersebut diatas, pelaksana pekerjaan harus yakin
bahwa bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan aspal beton itu akan
memberikan sifat stabilitas yang baik.

Beberapa catatan mengenai pelaksana rencana campuran aspal beton.


1. Hasil rencana campuran aspal beton akan tidak berarti/berguna, apabila cara
pengambilan contoh aggregat yang akan dipakai, tidak sesuai dan tidak
mewakili dengan keadaan aggregat dilapangan, sebab hasil pelaksanaan
dilapangan akan berbeda sekali dengan hasil percobaan. Oleh karena itu, hati-
hatilah dalam mengambil contoh agregat ini, dan usahakan bahwa contoh
aggregat yang dipakai untuk percobaan itu sesuai dengan keadaan sebenarnya.

2. Dalam melakukan analisa ayak aggregat dapat dilakukan kering dan atau
basah. Analisa basah biasanya akan memberikan hasil yang berbeda dengan
analisa kering, terutama mengenai jumlah butir yang kecil (tembus 200 mesh ).
Sesuaikan analisa ayak ini dengan cara uji penentuan kadar aspal. kadar aspal
dilakukan dengan extraksi dan mencuci aggregatnya, maka analisa ayak ini
dilakukan dengan cara analisa basah.
Lain daripada hal tersebut di atas, The Asphalt Institude memberikan catatan
pula sebagai berikut :
1. Sifat Stabilitas dianggap cukup baik
A. Void kadarnya kurang dari 2%

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 20


BAHAN BANGUNAN 2

 Kurangi persen filler, aspal atau keduanya


 Ubah perbandingan campuran aggregat kasar dan halus agar
harga VMA naik

B. Void lebih besar dari 6 %


 Naikkan kadar fillernya, aspal atau keduanya. Aggregat yang
berpori, seperti terak atau batu kapur, memerlukan jumlah %
aspal yang tertentu
 Ubah perbandingan antara agregat kasar dan halus agar harga
VMA turun

2. Sifat Stabilitas Terlalu Rendah


A. Void kurang dari 2 %
 Naikkan persentasi filler dan kurangi persentasi aspalnya.
 Naikkan persentasi agregat kasarnya.
B. Void Lebih Besar dari 6 %
 Naikkan persentasi filler
 Ubah perbandingan antara aggregat halus + aggregat kasar agar
VMA turun.
C. Void antara 2 sampai 6 %
1. Bila jumlah persen aspal mendekati batas tertinggi, dicoba
menaikkan jumlah persen aggregat kasar dan kurangi persentasi
aspalnya.
2. Bila persentasi aspalnya mendekati batas terendah, kemungkinan
bahwa aggregatnya tidak kekal, mungkin perlu dicoba dengan jenis
aggregat dari sumber lain. Bila aggregat kasar terdiri dari batu-batu
pecah, maka kerusakannya terletak pada aggregat halus. Bila
aggregat kasarnya berupa kerikil alam, maka bentuk kerikil inilah
yang menyebabkan stabilitas rendah. Sebelum melakukan
penolakan atas aggregat itu, sebaiknya dilakukan percobaan-
percobaan dengan perbandingan aggregat halus dan kasar yang

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 21


BAHAN BANGUNAN 2

berbeda, yang masih mungkin diizinkan menurut syarat


pelaksanaan.

2.3.2 Perencanaan Campuran Aspal Beton Menurut Marshall


2.3.2.1 Pengembangan dan Pemakaian
Cara perencanaan campuran aspal menurut Marshall dikembangkan oleh
Bruce Marshall yang pernah menjadi insinyur untuk jalan aspal di
Departemen Jalan Raya Negara di Negara Bagian Mississippi A.S Corps
Engineer dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat kemudian membuat
beberapa koreksi atas pengembangan tersebut yang kemudian cara ini
dikembangkan selanjutnya oleh Corps Engineer tadi dipakai untuk
pembuatan aspal beton panas guna lapisan hamparan jalan raya, dengan
menggunakan aspal jenis penetrasi yang mengndung besar butir aggregat
sampai 2 ½ mm ( 1 inchi ). Cara ini dapat dipakai untuk perencanaan aspal
beton dilaboratorium dan pengawasan dilapangan pekerjaan.

2.3.2.2 Garis Besar dari Marshall


Cara ini dimulai dengan penyiapan benda uji, dan untuk itu diperlukan :
 Bahan-bahan yang dipakai perlu memenuhi syarat-syarat dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
 Campuran agregat (kasar dan halus) perlu memnuhi susunan butir
sebagai disyaratkan dalam pekerjaan.
 Aggregat yang akan dipakai, dikeringkan dan diayak menurut
fraksi-fraksi yang diperlukan.
 Berat jenis agregat dan berat jenis aspal perlu ditentukan lebih dulu
untuk menghitung kepadatan dan rongga (void) diantara butir
aggregat. Berat jenis agregat dihitung sebagai berat jenis semu
(apparent s.g)
Cara Marshall ini menggunakan benda uji standar dengan ukuran 2
½ inch tinggi, dan 4 inch diameter. Benda uji ini dibuat dengan
suatu cara memanasi, mencampur dan memadatkan campuran dari

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 22


BAHAN BANGUNAN 2

agregat dan aspal. Dua hal yang menonjol dari pada cara Marshall
ini ialah menganalisa dari campuran yang telah dipadatkan itu, sifat
stabilitas dan kelembekannya (stability-flow), serta kepadatan dan
kadar rongga nya (density-void). Stabilitas dari benda coba adalah
beban maksimum yang dapat ditanggung oleh benda coba itu pada
suhu 60˚c (140˚F) dalam pound (1b). Harga kelembekan atau flow,
adalah jumlah gerakan atau deformasi/penurunan akibat
pembebanan, dihitung dalam unit = 1/100 in, pada pembebanan
maksimum untuk menentukan stabilitas.

2.3.2.3 Menyiapkan Benda Uji


a. Umum
Dalam menentukan jumlah aspal untuk suatu campuran aggregat yang
tertentu, untuk cara perencanaan Marshall, satu rangkaian (seri)
pengujian harus dilakukan sehingga dihasilkan data untuk membuat
kurva guna menentukan kadar aspal yang optimum.
Pengujian dengan membuat benda uji dengan kadar aspal yang berbeda-
beda, ½ % satu dengan lainnya, sehingga nanti didapat paling sedikit
benda uji dengan kadar aspal diatas angka optimum dan 2 benda uji
dengan kadar aspal di bawah optimum. Untuk mendapat data yang baik,
biasanya tiap kadar aspal, dibuat sedikitnya 2 buah benda uji. Jadi untuk
penelitian pembuatan aspal beton panas, dibuat 6 serie benda uji
(dengan perbedaan kadar aspal ½ % sehingga seluruhnya perlu dibuat 3
x 6 benda uji = 18 benda uji. Tiap benda uji biasanya membutuhkan ±
1200 g aggregat. Sehingga untuk 18 benda uji akan diperlukan ± 22 kg
aggregat (yang telah digabungkan dengan baik) dan ± diperlukan semen
aspal (aspal AC) sebanyak 4 liter.

b. Alat-alat yang diperlukan :


1. Bejana datar dari logam (plat besi digalvanis) ukuran 12 x 18 x 4
inchi, untuk memanaskan agregat.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 23


BAHAN BANGUNAN 2

2. Bejana datar dari plat baja, bentuk lingkaran dengan isi ± 1,2 liter
untuk mengaduk aspal dan aggregat.
3. Pemanas listrik, untuk memanasi aggregat, aspal atau alat lainnya.
4. Sendok atau sekup kecil untuk mengaduk aggregat yang panas, isi ±
300 - 600 ml.
5. Wadah untuk menuangkan aspal panas isi ± 3000 - 4000 ml.
6. Termometer logam sampai 250˚C.
7. Timbangan kapasitas 20 kg, dapat menimbang teliti 1 gram.
8. Sendok besar untuk mengaduk
9. Spatel yang besar, untuk mengaduk dll.
10. Pengaduk mekanis, bentuk Horbart mixer untuk semen, kapasitas 5
atau 10 liter, lengkap dengan pengaduk dari kawat.
11. Pemanas air, atau untuk waterbath, guna memanasi alat-alat yang
diperlukan (misalnya palu penumbuk dll)
12. Alat pemadat benda uji lengkap.
13. Cetakan benda uji lengkap dengan tabung penolong untuk
mengisi, serta plat dasar, dan pemegang cetakannya.
14. Alat extrusi untuk melepas benda uji dari cetakan.
15. Kranjang kawat untuk meredam/mendinginkan benda uji
16. Sarung tangan (sebaiknya dari asbes) untuk bekerja dengan panas.
17. Mesin uji untuk menentukan stabilitas benda uji.

c. Menyiapkan perbandingan campuran


Hitung perbandingan bahan-bahan untuk pembuatan benda uji.
Pertama coba dengan berat bahan-bahan sebanyak 1300 g untuk 1 benda
uji, sehingga dapat dibuat benda uji padat setebal 2½ inchi dengan
diameter 4 inchi. Kemudian setelah ada pengalaman (karena 1300 gram
ini akan ada kelebihan sedikit), bary diatur berat yang sebaiknya,
sehingga dapat membuat benda uji dengan ukuran yang lebih tepat.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 24


BAHAN BANGUNAN 2

d. Mencampur bahan-bahan untuk benda uji


 Tempatkan fraksi filler (halus) dan susunan butir aggregat, diatas pan
masing-masing yang trepisah, kemudian panasi diatas hot plate pada
suhu ± 177 - 190˚C
 Panasi aspalnya diatas bejana (yang mudah untuk menuangkan nanti)
di atas hot plate pada suuhu ± 120˚ - 138˚C. Pemanasan aspal pada
suhu ini jangan sampai melebihi 1 jam sebelum dipakai dan jangan
menggunakan aspal yang telah pernah dipanasi. Aspal yang cair itu
kadang-kadang perlu diaduk, untuk menghindari pemanasan yang
berlebihan.
 Sediakan bejana untuk mengaduk (bentuk lingkaran) dan timbang
kosong. Kemudian timbnag fraksi aggregat dan filler masing-masing,
menurut perbandingan fraksi yang telah ditentukan. Kemudian
aduklah cepat-cepat sehingga campuran homogen. Bentuklah
semacam cekungan diantara campuran aggregat itu.
 Tuangkan aspal cair (panas), sebanyak yang diperlukan untuk
percobaan itu (beratnya ditimbang) sewaktu bejana berisi agregat itu
masih ada di atas timbangan.
 Aduk cepat-cepat agregat filler dan aspal panas dengan sendok aduk,
kemudian pindahkan bejana dengan isinya itu dibawah mesin aduk,
dan aduk terus sampai rata.
 Pada waktu selesai mengaduk ini, suhu campuran harus tidak kurang
dari 10. Bila suhunya lebih rendah harus diulang dengan yang baru,
sebab adukan tidak boleh dipanasi. Oleh karena itu pekerjaan
mencampur bahan-bahan ini harus betul siap sebelumnya dan harus
cepat, agar suhu campuran tidak segera turun.

e. Mencetak/memadatkan benda uji


Sebelum mencetak campuran tersebut diatas, siapkan dulu alat untuk
mencetaknya sbb :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 25


BAHAN BANGUNAN 2

 Panaskan terlebih dulu palu pemadat dan cetakan benda uji, sehingga
suhunya lebih dari 90˚C (200˚F) dan hal ini dilakukan dengan
memanaskannya pakai air mendidih, atau dalam oven listrik pada
suhu antara 90 - 150˚C.
 Dibagian dasar cetakan dipasang kertas saring ukuran diameter 4
inchi. Dan palu pemadat dipasangkan pada alat pemadatnya.
 Setelah siap, campuran agregat + aspal yang masih panas (diatas
110˚C) segera dimasukkan ke dalam cetakan, dan bagian atasnya
dicembungkan sedikit berat campuran ± 1200 gram. Pasang cetakan
bersama isinya dibawah alat/palu pemadat yang juga dalam kondisi
panas.
 Tumbuk cepat, sebanyak 50 kali tumbukan (untuk rencana jalan
dengan tekanan roda 100 psi), atau sebanyak 75 kali tumbukan
(untuk rencana jalan dengan 200 psi).
 Setelah tumbukan selesai, lepaskan cetakannya dari alat pemadat lalu
dinginkan dalam air dingin ± 2 menit.
 Lepaskan benda uji dari cetakannya, misalnya dengan alat extrusi ,
dan kemudian dengan hati-hati letakkan benda uji diatas alas yang
datar, ± 1 malam, sebelum pengujian. Beri tanda yang diperlukan
pada benda uji ini.
** Hasil benda uji yang padat itu, harus punya ukuran tinggi 2½
inchi ± 1/8 inchi. Bila ukuran benda uji ini diluar batas tersebut,
jumlah bahan campuran yang panas, dapat dihitung/diatur sbb :
2 , 5 x berat campuran yang dipakai
jumlah bahan panas 
ukuran benda uji yang didapat

2.3.2.4 Menguji Benda Uji


a. Umum
Dalam cara Marshall ini, tiap benda uji harus diuji dan dianalisa
mengenai :
- berat jenisnya,

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 26


BAHAN BANGUNAN 2

- Stabilitas dan kelembekan (Flow)


- Kepadatan dan rongga (void)
b. Alat untuk menguji terdiri dari :
- Mesin uji stabilitas, dan pengukuran kelelehan (Flow)
Kecepatan pembebanan adalah 2 inch deformasi tiap menit yang
ditujukkan dengan proving ring.
- Water-bath, yang suhu airnya dapat diatur secara otomatis pada suhu
60˚C (140˚F ± 1˚F)
c. Penentuan berat jenis
Berat jenis dapat juga ditentukan setelah benda coba dicetak dan
didinginkan diudara ruangan, dengan menentukan berat dan volumenya.
d. Menguji Stabilitas dan Flow
- Mesin uji untuk stabilitas dan flow telah disiapkan, dimana pada
ukuran benda uji 4 inchi (diameter), penunjukkan beban pada 0
(nol). Demikian pula pada ukuran itu, micrometer untuk untuk
menguji Flow, juga ada pada angka nol (0). Batang luncur alat
dilumas dengan minyak lumas.
- Benda uji dipanasi dalam waterbath pada suhu 60˚C selama tidak
kurang dari 20 menit dan tidak lebih dari 30 menit. Setelah itu
benda uji di seka dengan lap agar airnya kering.
- Masukkan benda uji diantara dua segmen penekan, setel
micrometer pengukur deformasi, setel pula micrometer pada
prooving ring, semuanya pada titik nol.
- Tekan benda uji dengan menjalankan mesin uji ini, dengan
kecepatan penekanan 2 meter permenit. Selama penekanan
AMATI :
1. Gerakan micrometer pada prooving ring, yang menunjukkan beban
(kg).
2. Gerakkan micrometer untuk mengukur deformasi benda uji. Untuk
menunjukkan Flow, yang dinyatakan dalam 1/100 inchi untuk 1

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 27


BAHAN BANGUNAN 2

unit flow. Jadi misalnya deformasi mendapat 10/100 inchi, berarti


flow = 10.
Tekan benda uji sampai pecah, dan catat beban maksimumnya,
serta catat pula besarnya deformasi pada saat itu.
- Catat semua angka yang didapat, pada suatu tabel uji, seperti
contoh berikut ini. Dari tabel hasil uji, (dalam contoh ada 18
benda uji, untuk 6 seri kadar aspal), akan dapat dianalisa dan
dibuat kurva, hubungan antara :
1. Berat dan % aspal dalam campuran
2. Persen void vs % aspal dalam campuran
3. Stabilitas vs % aspal dalam campuran
4. VMA vs % aspal dalam campuran
5. Flow (dalam tiap unit 1/100 in) vs % aspal
e.Tentukan kadar aspal optimum yang dipilih dari hasil percobaan.

Catatan : Apabila ukuran benda uji stabilitas, tingginya tidak sama


dengan 2½ inchi, maka hasil uji dapat dikalikan dengan suatu
faktor,

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 28

Anda mungkin juga menyukai