Perkerasan Jalan Lentur a. Konstruksi Macadam dipakai sebagai lapis pondasi. b. Konstruksi Telford Konstruksi ini terdiri dari batu pecah berukuran 15/20 sampai 25/30 yang disusun tegak. Batu-batu kecil diletakkan diatasnya untuk menutup pori-pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Konstruksi Telford dipakai sebagai lapisan pondasi. c. Japat Jalan agregat padat tahan cuaca. Semua jenis jalan tanah (dapat menggunakan kerikil) yang dipadatkan. d. Soil Cement Campuran antara tanah setempat dengan semen dengan perbandingan berat 6% yang dipadatkan ditempat dengan tebal padat 15-20 cm. e. Burtu (taburan aspal satu lapis) Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2cm. Lapisan ini biasanya dipakai sebagai lapisan non structural. f. Burda (taburan aspal dua lapis) Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi dengan agregat yang dikerjakan dua lapis secara berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm lapisan ini dipakai sebagai non structural. g. Latasir (lapis tipis aspal pasir) Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur , dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm. Lapisan ini dipakai sebagai non structural. h. Buras (taburan aspal) Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8. Lapisan ini dipakai lapisan non structural. i. Lapen (lapis penetrasi Macadam) Lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan lapis diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen ini diberi taburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu 4-10 cm. lapisan ini dipakai sebagai lapisan permukaan structural. j. Lasbutag Lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisan 3-5 cm. Lapisan ini dipakai sebagai lapisan permukaan yang bersifat structural. k. Latasbun Lapis tipis asbuton dan bahan pelunak dengan perbandinagan tertentu yang dicampur secara dingin. Tebal padat maksimum 1cm. lapisan ini dipakai sebagai lapisan non structural (lapis permukaan). l. Lataston (lapis tipis aspal beton “Hot Rolled Sheets” HRS) Lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi menerus. Material pengisi (filter) dan aspal panas dengan perbandingan tertentu yang dicampurkan dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat 2,5-3 cm. Lapis ini digunakan sebagai lapis permukaan structural. m. Laston (lapis aspal beton) Lapis yang terdiri dari campuran aspal keras (AC) dan agregat yang mempunyai gradasi menerus dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu. Lapis ini digunakan sebagai lapis permukaan yang structural dan lapis pondasi , (asphalt concrete base/ asphalt trade base). n. Concrete block (con blok) Blok-blok beton misalnya berbentuk segi enam disusun diatas lapisan pasir yang diratakan dengan maksud supaya air tidak tergenang diatas blok beton.
B. Macam-macam Perkerasan Jalan Raya 1. Jenis Konstruksi Perkerasan Lentur atau Flexible Pavement Jenis perkerasan jalan raya ini menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Aspal merupakan material semen yang berwarna hitam, memiliki tekstur padat atau setengah padat. Unsur pokok yang menonjol di dalam aspal disebut bitumen. Bitumen bisa terjadi secara alami atau bisa juga dihasilkan dari penyulingan minyak. Dalam penggunaannya, aspal dipanaskan terlebih dahulu sampai pada temperatur tertentu hingga aspal menjadi cair. Dalam keadaan cair, aspal bisa membungkus partikel agregat dan dapat masuk ke pori-pori lapisan jalan. Saat temperaturnya sudah mulai turun, aspal akan menjadi keras lalu mengikat agregat di tempatnya. Jenis perkerasan jalan raya ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai jalan di Indonesia. Jalan-jalan di perkotaan hingga jalan- jalan di pedesaan menggunakan jenis perkerasan ini. Umumnya, jenis aspal yang digunakan di Indonesia adalah jenis aspal dengan penetrasi 60/70 atau dengan penetrasi 80/100. Jenis ini lebih cocok dengan iklim di Indonesia. Sedangkan untuk jalan di daerah beriklim dingin dengan volume lalu lintas rendah, jenis aspal yang digunakan adalah aspal dengan penetrasi tinggi 100/110. Jenis perkerasan jalan raya dengan aspal ini memiliki sifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke bagian tanah dasar. Jika menggunakan jenis perkerasan ini, maka akan muncul rutting atau alur bekas roda, saat terjadi pengulangan beban. Selain itu, pengaruh lainnya adalah terjadinya jalan yang bergelombang sebagai akibat penurunan tanah bagian dasar. 2. Jenis Konstruksi Perkerasan Kaku atau Rigid Pavement Pada jenis perkerasan jalan raya ini, bahan pengikat yang digunakan adalah semen portland atau PC. Di Indonesia, jalan raya dengan jenis konstruksi perkerasan kaku ini lebih populer dengan sebutan jalan beton. Pada konstruksi ini, lapisan atas adalah pelat beton yang diposisikan di atas tanah dasar atau pondasi. Adapun sifat lapisan utama yang berupa plat beton adalah memikul sebagian besar beban lalu lintas di atasnya. Jika terjadi pengulangan beban, maka akibatnya akan timbul retak-retak di permukaan jalan. Konstruksi perkerasan kaku atau jalan beton biasanya diterapkan untuk jalan dengan beban lalu lintas yang tinggi seperti pada jalan tol. Konstruksi jalan dengan perkerasan kaku ini memiliki kelebihan yakni lebih tahan lama dan biaya perbaikannya terbilang lebih rendah. Tetapi memang para pengguna jalan merasa lebih nyaman menggunakan jalan beraspal dibandingkan dengan jalan beton ini. 3. Jenis Konstruksi Komposit atau Composite Pavement Jenis konstruksi perkerasan jalan raya ini memadukan antara jenis konstruksi perkerasan kaku dan jenis konstruksi perkerasan lentur. Konstruksi perkerasan lentur diposisikan di atas konstruksi perkerasan kaku atau bisa juga sebaliknya. C. Macam-macam Kerusakan pada Perkerasan Jalan dan cara mengatasinya 1. Retak lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua lapisan jalan ini terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat mengakibatkan di setiap lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang terus melintas pada akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi. Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka ketika musim hujan bisa dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan mengubah retakan menjadi lubang yang semakin lama semakin besar. Karena itu sebaiknya begitu terjadi retak lelah dan deformasi, perbaikan harus segera dilakukan dengan penambalan-penambalan. Jalan-jalan dengan perkerasan aspal sesungguhnya tidak cocok dilalui oleh jenis-jenis kendaraan berat. Kendaraan berat sebaiknya diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton yang memiliki struktur lebih kuat dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal. 2. Retak Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip. Salah satu faktor terbesar penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan. Karena itu, solusinya tak cukup hanya dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi. Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa mengalirkan air dengan lancar. Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai pula dengan pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun sistem drainase jalan, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam satu tahun pada daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase agar tidak mengganggu drainase yang telah ada. 3. Distorsi Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur. Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan penambahan lapisan permukaan baru. Tahap pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan cermat. Pemadatan wajib dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tanah, memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan memperkecil daya rembesan air pada tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan sehingga diperoleh kepadatan yang ideal.Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya saja penggilas three wheel roller atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6 ton hingga 12 ton yang digunakan untuk memadatkan material berbutir kasar, tandem roller dengan bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi untuk mendapatkan permukaan lapisan yang agak halus, dan pneumatik tired roller yang cocok dipakai untuk penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang granular. 4. Kegemukan Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime coat. Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup. 5. Lubang-lubang Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan- lapisan jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang menjadi lubang- lubang berukuran besar yang dapat membahayakan pengguna jalan. Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan lubang- lubang terlebih dahulu dari air serta dari material-material yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat. Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan jalan lainnya. Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang kembali terjadi hanya beberapa saat setelah penambalan dilakukan. 6. Pengausan Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah tergelincir pada kondisi jalan seperti ini. Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat berbentuk bulat dan licin. Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau latasbun. 7. Stripping Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan yang terlampau tipis. Untuk kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang rusak terlebih dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan buras.
makalah tentang perkerasan jalana. Jenis konstruksi perkerasan jalan dan komponen penyusunnya b. Contoh gambar masing-masing jenis perkerasan jalan (dengan mencantumkan lokasi) c. Kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis konstruksi perkerasan d. Perbedaan mendasar Flexible Pavement dan Rigid Pavement