BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sistem jaringan jalan. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk membangun jalan
sangat mempengaruhi keputusan dalam merencanakan sistem jaringan jalan. Hal ini
pula turut mempengaruhi pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan yang akan
digunakan.
Salah satu jenis konstruksi perkerasan jalan adalah konstruksi perkerasan lentur
lalu lintas ke tanah dasar. Berbeda dengan konstruksi perkerasan kaku (rigid
avement) yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat
beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh plat beton.
b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya
ke tanah dasar
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Pengaruhnya terhadap repitisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan pada
jalur roda)
settlement) terbatas
b. Mudah diperbaiki
Standar Nasional Indoesia (SNI) yang digunakan sebagai acuan antara lain
: SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
Komis Pasir
II-3
SNI 19-6426-2000 : Metoda Pengujian Pengukuran pH Pasta Tanah Semen
untuk Stabilisasi
SNI 03-6798-2002 : Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Kuat
Standard Test Method for Repetitive Static Plate Load (ASTM) yang digunakan
British Standard :
Strength
II-4
Lain-Lain :
Lapis permukaan merupakan lapis paling atas dari struktur perkerasan jalan, yang
a. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisan harus
b. Lapis aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran roda dari
c. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atas lapis permukaan tidak
menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya tahan
selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan roda
kendaraan, hujan, dingin, dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan rusak,
sehingga disebut lapis aus. Lapisan di bawah lapis aus yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat disebut dengan lapis permukaan antara (binder course),
b. Lapis permukaan antar (binder course), merupakan lapis permukaan yang terletak
Lapis perkerasan yang terletak di atara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan
dinamakan lapis pondasi (base course). Jika tidak digunakan lapis pondasi bawah,
a. Bagian struktur perkerasan yang menahan gaya vertikal dari beban kendaraan
dan awet sesuai syarat teknik dalama spesifikasi pekerjaan. Lapis pondasi dapat
dipilih lapis berbutir tanpa pengikat atau lapis aspal sebagai pengikat.
Lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dan tanah dasar dinamakan
kendaraan ke lapis tanah dasar. Lapis ini harus cukup stabil dan mempunyai CBR
sama atau lebih besar dari 20%, serta Indeks Plastis sama atau lebih kecil dari
10%.
b. Efisiensi penggunaan material yang relative murah, agar lapis diatasnya dapat
dikurangi tebalnnya.
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus menutup tanah dasar dari pengaruh
cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda alat berat
e. Lapis filter untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapisan pondasi. Untuk itu lapis pondasi bawah haruslah memenuhi syarat :
II-7
(2.1)
Dengan :
Jenis lapis pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah lapis pondasi
agregat kelas C dengan gradasi pada table 2.1 dan ketentuan sifat campuran seperti
pada table 2.2. Lapis pondasi agregat kelas C ini dapat pula digunakan sebagai lapis
II-8
Tabel 2.2 Ketentuan sifat lapis pondasi agregat kelas C
2.1.7 Agregat
Agregat adalah material granural, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak
tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran
secara alamiah melalui proses pelapukan dan abrasi yang berlangsung lama, atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat dibedakan menjadi 2 jenis sesuai dengan ukuran butiran yaitu sebagai
berikut :
a. Agregat kasar
Agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dan mempunyai ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada
maksud pemakaian. Agregat kasar adalah salah satu material yang digunakan
menunjukan kualitas serta besar butiran dari agregat tersebut juga kelas agregat
onstruksi agregat pada lapis pondasi atas tidak boleh memiliki kerusakan yang bisa membuat agregat tidak bisa menahan ke
uk ketebalan minimum agregat kelas A yang digunakan untuk
lapis pondasi tidak boleh kurang dari 1 cm. Ukuran butiran yang lolos saringan untuk
II-10
Tabel 2.4 Tabel presentasi agregat lolos saringan
2.1.8 Semen
Sejarah semen sama tuanya dengan sejarah konstruksi bangunan. Beberapa jenis
semen telah digunakan oleh bangsa Mesir maupun Romawi pada bangunan-bangunan
kuno mereka. Semen yang digunakan diperoleh dengan cara membakar batu kapur.
Semen modern mulai diteliti pada tahun 1756 oleh John Smeaton yaitu dengan
sifat-sifat hidraulik pada semen. Semen jenis ini mulai diproduksi pada tahun 1800
dan selanjutnya menjadi cikal bakal semen portland. Semen portland sendiri telah
dipatenkan oleh Joseph Aspdin pada 21 Oktober 1824. Pada awalnya semen portland
II-11
hanya digunakan untuk pembuatan mortar dan selanjutnya dikembangan ke
pembuatan beton.
beton, maka dibuatlah spesifikasi standar tentang semen. Negara Jerman telah
membuat spesifikasi standar semen sejak tahun 1877, Inggris dengan British
Standarnya sejak tahun 1904 dan Amerika serikat dengan ASTM sejak tahun 1904.
Pada awalnya penelitian tentang semen masih jarang dilakukan, namun sejak tahun
1921 di Inggris telah dibentuk suatu pusat penelitian semen yang 18 terprogram.
Beberapa ahli teknologi semen seperti Vicat, Le Chatelier, dan Michaelis merupakan
Inggris 244 kg
Italy 678 kg
Sedangkan Indonesia pada tahun 1998 memproduksi semen sekitar 28 juta ton
a. Definisi Semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesive dan kohesif yang
yang padat. Pengertian ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan semen
II-12
yang biasa digunakan untuk konstruksi beton untuk bangunan. Secara kimia
semen dicampur dengan air untuk dapat membentuk massa yang mengeras,
semen semacam ini disebut semen hidrolis. Adapun beberapa jenis semen
sebagai berikut :
Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di
Mixed and Fly Ash Cement adalah campuran semen abu Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
oksida dan oksida lainnya dalam variasi jumlah. Semen ini digunakan
3. Semen Putih
Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit(calcite) limestone murni.
4. Semen Portland
2. Semen Portland jika dicampur dengan air akan memakan waktu 30 menit
untuk proses ikatan dan mencapai kekuatan cukup besar dalam waktu 1-2
4. Kapur tidak diperbolehkan kontak langsung dengan besi, besi karena baja
dari pengkaratan
Material yang mengandung kapur (misalnya batu kapur), silika dan alumina
berat.
Pembuatan semen terdiri dari dua proses yaitu proses basah dan proses kering.
dianggap lebih akurat dalam proses pencampuran bahan baku. Bahan baku
II-14
dicampur dengan air sebesar 35-50 % dan kemudian dihaluskan. Namun
Senyawa C3S (trikalsium silikat) dan C2S (dikalsium silikat) merupakan bagian
yang paling dominan dalam memberikan sifat semen, kedua senyawa ini
berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah umur lebih dari 7 hari dan
memberikan kekuatan akhir. Senyawa C2S juga membuat semen tahan terhadap
II-15
Senyawa C3A (trikalsium aluminat) berhidrasi secara eksotermik dan sangat
cepat, senyawa C3A menyebabkan panas hidrasi yang tinggi. Semen yang
mengandung senyawa C3A yang lebih banyak akan kurang tahan terhadap
A. Hidrasi Semen
Dengan adanya air, senyawa silikat dan aluminat membentuk produk hidrasi
yang berupa mikrokristal dan kapur mati (padam) yang kemudian membentuk
massa yang kuat dan keras. Kapur mati merupakan bagian yang lemah pada
oleh sebab itu pada proses pembuatan semen ditambahkan gips sebagai bahan
additive.
Reaksi Hidrasi
Untuk C3S
2 C3S + 6 H C3 S2 H6 + 3 Ca (OH)2
Untuk C2S
2 C2S + 4 H C3 S2 H6 + Ca (OH)2
Untuk C3A
C3A + 6 H C3AH6
H = H2O
II-16
b. Panas Hidrasi
Reaksi senyawa semen dengan air bersifat eksotermik merupakan reaksi yang
terjadi melepaskan sejumlah panas, panas yang dilepaskan ini disebut panas
hidrasi. Panas hidrasi adalah jumlah panas (dalam kalori) yang dikeluarkan per
gram semen yang belum terhidrasi sampai terjadi hidrasi komplit. Dibutuhkan air
sekitar 23 % dari berat semen untuk keperluan reaksi (proses hidrasi) dengan
semen. Untuk semen portland biasa, 25 1/2 dari panas total dikeluarkan antara 1-
Studi dan pengontrolan pengecoran struktur beton terhadap panas hidrasi sangat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bagian dalam beton massa, maka
temperatur puncaknya kira-kira 70 °C. Akibat penurunan suhu yang tidak sama
pada bagian luar dan pada bagian dalam beton, dapat mengakibatkan retak pada
struktur beton. Untuk mencegah agar tidak terjadi retak maka dapat digunakan
tipe semen yang menimbulkan panas hidrasi yang rendah atau digunakan bahan
II-17
c. Kekuatan semen
Pengujian kekuatan semen dilakukan dengan menekan benda uji kubus mortar ukuran
sisi 50 mm. Campuran mortar dengan perbandingan berat adalah semen : pasir = 1:
2,75 dengan faktor air semen 0,485. Hasil pengujian ini harus lebih besar atau sama
2.1.9 Air
Air merupakan bahan yang penting pada beton yang menyebabkan terjadinya reaksi
kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak diminum, dapat dipakai untuk
campuran beton. Akan tetapi dalam pelaksanaan banyak air yang tidak layak untuk
diminum memuaskan dipakai untuk campuran beton. Apabila terjadi keraguan akan
II-18
kualitas air untuk campuran beton sebaiknya dilakukan pengujian kualitas air atau
Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus memenuhi
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda-benda merusak lainnya yang dapat
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-
asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter. Kandungan khlorida (Cl),
tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m
5. Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling, maka
penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang diperiksa tidak boleh
lebih dari 10 %
6. Air yang mutunya diragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya.
7. Khusus untuk beton prategang, kecuali syarat-syarat tersebut diatas, air tidak boleh
CBR dinyatakan dalam persen, adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan
untuk penetrasi sedalam 0,1 inci atau 0,2 inci antara contoh tanah dengan batu pecah
standar. Nilai CBR adalah nilai empiris dari mutu tanah dasar dibandingkan dengan
II-19
mutu batu pecah standar yang memiliki nilai CBR 100%. Pengujian CBR
laboratorium mengikuti SNI 03-1744 atau AASHTO T193. Alat pengujian terdiri dari
piston dengan luas 3 inchi2 yang digerakkan dengan kecepatan 0,05 inc/menit,
vertikal ke bawah. Proving ring digunakan untuk mengukur beban yang dibutuhkan
pada penetrasi tertentu, sedangkan untuk mengukur beban yang dibutuhkan pada
Jenis CBR
1. CBR rencana
CBR rencana disebut juga CBR laboratorium atau design CBR, adalah pengujian
CBR dimana benda uji disiapkan dan diuji mengikuti SNI 03-1744 atau ASSHTO
tanah dasar, dimana pada saat perencanaan lokasi tanah dasar belum disiapkan
II-20
sebagai lapis tanah dasar struktur perkerasan. Perencanaan tebal perkerasan jalan
baru pada umunya menggunakan jenis CBR ini sebagai petunjuk daya dukung
tanah dasar. Jenis CBR ini digunakan untuk menentukan daya dukung tanah dasar
pada kondisi tanah dasar akan dipadatkan lagi sebelum struktur perkerasan
dilaksanakan.
2. CBR lapangan
CBR lapangan juga dikenal dengan nama CBR inplace atau field CBR, adalah
rencana. Prosedur pengujian mengikuti SNI 03 -1738 atau ASTM D 4492. CBR
lapangan digunakan untuk menyatakan daya dukung tanah dasar dimana tanah
daya dukung tanah sebelum lapis pondasi dihampar dan pada saat pengujian tanah
dasar dalam kondisi jenuh. Dengan kata lain perencanaan tebal perkerasan
dilakukan berdasarkan kondisi daya dukung tanah pada saat pengujian CBR
lapangan itu.
Pengujian dilakukan dengan meletakkan piston pada elevasi dimana nilai CBR
melalui gandar truk maupun alat lainnya dengan kecepatan 0,05 inci/menit. CBR
penetrasi 0,1 atau 0,2 inci benda uji dengan beban standar.
II-21
3. CBR lapangan rendaman
CBR rendaman disebut juga undisturbed soaked CBR, adalah pengujian CBR
laboratorium tetapi benda uji diambil dalam keadaan “undisturbed” dari lokasi
tanah dasar dilapangan. CBR lapangan rendaman diperlukan jika dibuthkan nilai
CBR pada kondisi kepadatan dilapangan, tetapi dalam keadaan jenuh air, dan
dilakukan pada saat kondisi tidak jenuh air, sperti pada musim kemarau.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan asal tanah untuk benda uji
1. Jenis lapisan tanah dasar, apakah tanah berbutir halus dengan plastisitas rendah,
tanah berplastisitas tinggi, atau tanah berbutir kasar. Hal ini sangat berkaitan
pengembangan.
2 . Elevasi rencana dari lapis tanah dasar, apakah elevasi tanah galian, tanah urug,
atau sesuai dengan muka tanah asli. Benda uji harus disiapkan dari tanah yang
Daya dukung tanah dasar dinyatakan dengan nilai CBR yang menunjukan daya
dukung tanah sedalam 100 cm. Kadangkala lapis tanah dasar sedalam 100 cm itu
memiliki nilai CBR yang berbeda-beda . Untuk itu perlu ditentukan nilai CBR yang
perkerasan dengan menggunakan metode ini dimulai dengan mencatat lalu lintas
Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang
(2.3)
Dan angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu disajikan dalam table
2.9
Tabel 2.9 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan (sumber :SKBI, 1987)
II-24
4000 8818 0.0057 0.0050
Koefisien ini tergantung pada jumlah jalur dan jenis kendaraan yang akan
melewati jalur rencana tersebut. Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu
lintas dari suatu ruas jalan raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Jika
jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar
II-25
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang
*) berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) berat total ≥ 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailer, trailer.
Lalu lintas harian rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang dicatat selama 24 jam
untuk kedua jurusan. LHR ini ditentukan pada awal umur rencana yang
dihitung untuk dua arah pada jalur tanpa median atau masing-masing arah
pada jalan dengan median. LHR pada tahun pertama ditentukan dengan
II-26
LHR1= LHR x ( 1 + i ) 1 (2.4)
dimana:
berikut :
LHRUR = LHR1 x (1 + i ) UR
dengan
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-
rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton pada jalur rencana yang diduga
dimana :
II-27
e. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal sebesar 8,16 ton pada jalur rencana yang diduga terjadi pada
(2.6)
Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-
rata dari sumbu tunggal sebesar 8,16 ton pada jalur rencana pada
(2.7)
Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam
ekivalen sumbu tunggal seberat 8.16 ton pada Jalur rencana. LER ini
dihitung dan tergantung pada Faktor Penyesuaian (FP) yang besarnya 1/10
= LET x UR/10
II-28
2. Menetapkan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Yang dimaksud dengan tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau
terhadap nilai CBR dari tanah dasar (%). Kemudian dari nilai CBR yang
korelasi DDT dan CBR. Dalam menentukan harga rata-rata nilai CBR dari
sejumlah harga CBR yang dilaporkan, maka harga CBR rata-rata ditentukan
sebagai berikut:
- Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-
- Nilai CBR rata-rata adalah yang didapat dari angka presentase 90%.
segmen-segmen dimana beda atau variasi CBR dari suatu segmen tidak
besar.
Hubungan antara daya dukung tanah dan CBR dinyatakan dalam gambar 2.12
berikut :
II-29
Tabel 2.12 Hubungan antara DDT dengan CBR tanah
Catatan :
Hubungan nilai CBR dengan garis mendatar ke sebelah kiri diperoleh nilai DDT
Indeks Permukaan ini menyatakan nilai dari kerataan atau kehalusan serta
lintas yang lewat. Dalam enentukan Indeks Permukaan pada akhir umur
bawah ini :
II-30
IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat
tidak terputus).
IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.
baik.
Ekivalen
Rencana*)
Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang
distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk lapis pondasi bawah)
Cement Treated Base sering juga digunakan sebagai palis pondasi, koefisien
relatif untuk CTB sesuai dengan kuat tekannya adalah sebagai berikut :
(2.9)
(2.11)
II-32
Tabel 2.14 Koefisien kekuatan Relatif (a)
Catatan :
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen diperiksa pada hari ke 7. kuat tekan
II-33
b. Batas minimum tebal lapisan perkerasan
II-34
Lapis Pondasi Bawah Tebal minimal adalah 10cm
Setelah harga-harga ITP, a dan Dmin diketahui, maka tebal lapisan perkerasan
ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3 (2.12)
dimana
Difa adalah bahan aditif yang berfungsi untuk memadatkan (solidifikasi) dan
menstabilkan (stabilizer) tanah secara fisik - kimia. Difa berupa material serbuk halus
b. Jalan menjadi tidak lembek/becek saat musim hujan dan tidak berdebu di musim
kering.
c. Jalan dapat dilalui pada hari ke 4 (curring time 4 – 14 hari), tergantung tanah dan
cuaca.
d. Sesudah curring time, semakin sering terendam air semakin baik, tanah yang
e. Meminimalkan settlement karena elastisitas (E) Difa antara E tanah dan E beton.
f. Ramah lingkungan.
a. Biaya peralatan
a. Pembuatan jalan tanah, penganti LPA dan LPB, sebagai bahan konstruksi Lapis
Pondasi Atas (LPA- base course) dan Lapis Pondasi Bawah (LPB – subbase
e. Pembuatan Helipad.
bangunan.
II-37
c. Perbaikan tanah ekspansif dan gambut.
g. Dapat dikombinasikan dengan bahan lain seperti limbah abu pembakaran batu
yang berdebu.
II-38
d. Pengolahan lumpur hasil pengolahan limbah.
Untuk metode pelaksanaan Difa Soil Stabilizer ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
Pengukuran lebar jalan dan pematokan dilakukan untuk setiap jarak 5 meter.Patok
yang digunakan adalah patok sementara berupa potongan bambu lebar 3 cm dan
Pembentukan badan jalan disesuaikan dengan jalan rencana. Badan jalan yang
terbentuk harus sudah memiliki kemiringan sesuai dengan desain (2 atau 3%). CBR
tanah dasar harus tercapai sesuai desain. Pada jalan konvensional desain menurut
Departemen P minimal 5%. Jika ada bagian tanah dasar yang tidak tercapai nilai CBR
minimal maka harus dilakukan pemadatan untuk mencapai nilai CBR tersebut.
Depertemen Pekerjaan Umum mensyaratkan bahwa nilai Ratio (CBR) pada kondisi
terendam air dari senilai indeks plastisitas tanah harus kurang dari 15 %
Pada jalan dengan konstruksi Difa, nilai CBR tanah dapat diperbaiki dengan
menggunakan Difa pada stabilizer tanah dasar. Sehingga syarat minimal yang
II-39
diberikan dapat dipenuhi atau konstruksi jalan Difa berlaku sekaligus sebagai
Tanah yang akan digunakan untuk konstruksi jalan Difa diletakan diatas badan jalan
yang sudah disiapkan. Tinggi tanah yang disediakan adalah 30% lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi desain rencana. Tinggi tanah tersebut adalah tinggi
mutlak, dengan kemiringan yang sesuai dengan desain. Tanah yang disebarkan
adalah tanah yang berupa butiran lepas, sehingga tidak perlu dipadatkan terlebih
dahulu. Metode ini jika tanah untuk konstruksi badan jalan diambil dari luar badan
jalan. Jika tanah yang akan digunakan adalah tanah setempat maka, dapat digunakan
dozer atau grader untuk tanah konstruksi badan jalan. Tinggi tanah yang dihaluskan
adalah sesuai dengan tinggi rencana. Sebelum menyiapkan badan jalan, diharuskan
II-40
2.3.4 Penghalusan tanah untuk perbaikan gradasi
Rotary Mixer type Rotavator. Traktor yang digunakan minimal memiliki tenaga 90
Hp, dengan Rotavator yang dikhusukan untuk proses stabilisasi tanah. Jumlah
lintasan yang dilakukan tergantung pada kondisi tanah awal yaitu pada besarnya
butiran tanah dan kadar air tanah. Kadar air tanah yang diharapkan pada proses ini
adalah 10% di bawah kadar air optimum. Untuk jenis tanah Sandy-clay dibutuhkan
empat kali lintasan guna menghaluskan butiran tanah dengan diameter terbesar 1 cm.
Kadar air tanah secara visual dapat dilihat pada saat mulai berdebu, kadar air tanah
mencapai 10 – 14%.
Penaburan semen dilakukan dengan meletakan sak semen secara merata. Grid yang
dibuat disesuaikan dengan jumlah yang dibutuhkan. Luas setiap grid menyatakan
II-41
setiap zak semen disebarkan untuk satu satuan luas. Cara perhitungan adalah dengan
membagi jumlah sak semen (PC) yang dibutuhkan dengan luas permukaan (A) jalan
atau = PC/A. Tahap pekerjaan yang dilakukan pada penaburan semen adalah:
b. Semen kemudian dibuka dan bungkus semen dikumpulkan pada satu tempat.
kayu adalah selebar 50 cm dan panjang 1,5 m. Perlu diperhatikan perata kayu
Menurut buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil proyek
mempunyai arti sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal
II-42
dan titik akhir serta hasil tertentu. Atau arti lain berdasar buku ajar Manajemen
Konstruksi Teknik Sipil menyebutkan bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan
yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu
dan sumber daya yang terbatas. Sifat khusus ini memiliki makna bahwa apabila hasil
yang diinginkan telah tercapai maka rangkaian kegiatan juga dihentikan sehingga
dalam jangka pendek kegiatan itu tidak tidak akan dilakukan lagi.
Sebagai contoh pada proyek pembuatan jalan raya, maka proyek ini akan berakhir
dengan tersedianya jalan raya untuk kepentingan lalu lintas yang telah siap
dipergunakan. Bisa dikatakan bahwa setiap proyek memiliki tujuan khusus, dimana
didalamnya memiliki batasan yang mendasar yaitu besar biaya (anggaran) yang
dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan ini sering disebut
dengan istilah Triple Constraint dan dapat digambarkan dengan ilustrasi sebagai
berikut :
II-43
Dari ilustrasi ini, dapat diambil beberapa hubungan atau keterkaitan antara bagian
a. Anggaran proyek harus disesuaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran
b. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir
yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya
keuangan ini mencakup biaya dan pendapatan proyek serta penerimaan dan
pengeluaran kas, secara umum biaya proyek dapat dikelompokan menjadi biaya tetap
(modal tetap) dan biaya tidak tetap (modal kerja). Modal tetap merupakan bagian dari
biaya proyek yang digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan, mulai
dari studi kelayakan sampai konstruksi atau instalasi tersebut berjalan penuh.
Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk menutupi kebutuhan
pada tahab awal operasi. Secara lebih jelas, total biaya yang dikeluarkan pada suatu
II-44
Total Biaya Proyek
diperlukan pemahaman akan disiplin ilmu teknik dan engineering bagi tim proyek
II-45
Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan dana untuk melaksanakan
anggaran yang disusun rapi yaitu anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal
kegiatan pengendalian. Anggaran dapat menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bila
perbedaan sudah terlalu besar maka penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan
dan pengendalian menjadi tidak ampuh lagi. Oleh karenanya anggaran perlu
disesuaikan, bila hal ini memang diperlukan dari segi pengendalian dan perencanaan.
Jadi penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap terhadap situasi akhir.
Dengan demikian sifat-sifat ketat dan realistik dari suatu anggaran tetap terjaga
2.5 Hipotesa
Difa Soil Stabilizer bertujuan untuk meningkatkan kualitas bahan yang tersedia dan
II-46
Bab II Tinjauan Pustaka
Tidak
Indeks permukaan(IP) Indeks Permukaan Awal IP0
Indeks Permukaan Akhir IPt
II-47
http://digilib.mercubuana.ac.id/