TINJAU AN PUSTAKA
12
11
setelah dipadatkan. Jenis campuran aspal panas dengan gradasi menerus ini
yang lebih besar dan diterapkan pada perkerasan Hot Rolled Sheet (HRS).
agregat senjang) telah dilakukan untuk mendapatkan suatu lapis pemukaan pada
perkerasanjalan yang mampu mendukung beban pada tingkat tertentu dan lapis
penutup meskipun kenyang akan kadar aspal sebagai altematif lain dari
menggunakan jenis Lataston (HRS) adalah sama yakni agregat (agregat kasar,
agregat halus), filler, aspal keras dengan penetrasi 60 atau penetrasi. Tabel 2.1
dan Tabel 2.2 dibawah ini memperlihatkan persyaratan agregat kasar dan halus
Inch# mm (%)
3/4 19.10 100
Inch# mm (%)
3/8 9.54 100
1Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, Jakarta, 24
Dr^KemasA Zamhari Dr. A. RSterling. T. Toole, Journal Penyempurnaan Spesifikasi Campuran
Aspal Panas, Transport Research Laboratory United Kingdom, PT. Ayodya Karya Indonesia,
September 1997, Yogyakarta, Indonesia.
15
2. campuran aspal bergradasi senjang atau hot rolled Asphalt yang bersumber
pada BS 594 Inggris, dan dikembangkan oleh CQCMU (Central Quality
Control & Monitoring Unit), Bina Marga, Indonesia.
bam2 yaitu:
- Hot Rolled Sand Sheet Class A (HRSS A)
2Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Teknik,
Jakarta, September 1999
17
aspal yang umum seperti HRS kelas A dan HRS kelas B yang diterapkan di
Indonesia pada periode 1986 - 1992 bagi paramix designer dalam merencanakan
Spesifikasi hotmix asphalt design yang disyaratkan tertera pada Tabel 2.3
dibawah ini:
Property HRS
Class A Class B
Coarse Aggregate, % 20-40 30-50
Filler Fraction, % 5.0-9.0 4.5-7.5
merupakan jenis kemsakan yang paling utama yang terjadi relatif dini. Periode
ini adalah periode aspal beton pada tahun 1970an yang berlanjut hingga saat ini.
Untuk mencegah retak lelah yang terialu dini maka campuran hams direncanakan
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih awet.
Hasil dari penelitian Puslitbang dan TRL (1992) mengindikasikan bahwa untuk
lalu lintas berat diperlukan VFB awal minimum tertentu untuk mendapatkan
campuran dengan keawetan yang memadai.
19
5) pembuatan benda uji AC dan HRS disyaratkan dengan dua kali 75 tumbukan,
tidak terganrung pada volume lalu lintas. Kebutuhan akan film bitumen yang
lebih tebal bagi lalu lintas rendah yang biasanya diwakili oleh jumlah
tumbukan yang lebih kecil diakomodasi oleh batas rongga udara dalam
campuran yang lebih rendah
21
kontrol
Ketujuh butir tersebut diatas pada dasamya mempunyai satu sasaran yaitu
dengan prosedur Marshall dua kali 75 tumbukan, dan persyaratan rongga udara
jenis Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS WC) sesuai dengan judul Tugas
Akhir yang penulis susun. Penjabaran tentang Hot Rolled Sheet Weaing Course
Hot Rolled Sheet Wearing Course adalah salah satu jenis lapisan
Wearing Coarse merupakan bagian dari jenis perkerasan jalan HRS (Hot
Rolled Sheet) dengan kata lain HRS WC namun umumnya sering disebut dengan
nama Wearing Coarse saja. Perkerasan ini ditujukan untuk digunakan pada jalan-
jalan yang memikul beban lalu lintas berat. Hal-hal karakteristik yang paling
penting adalah keawetan, fleksibilitas dan ketahanan kelelehan yang tinggi. Hot
22
yaitu perkerasan dapat melendut secara pemanen dalam batas-batas tertentu tanpa
skala penuh yang akan dilakukan di Bagian Proyek Peningkatan Jalan Cileunyi
b. Kedap air
material permukaan hams lebih besar atau sama dengan yang disyaratkan dan
keawetan dan keretakan perkerasan jalan terjadi pada waktu relatif dini dan
ljutaESA
Lalulintas
Ronggadalam
Campuran (VIM) % >5jutaESAdan
: ljutaESA
Lalulintas Min
<5jutaESA Max
Min
Min
68
Lalulintas Min
kg
5 Flow 2 -
mm
Catatan: Jumlah tumbukan dalam setiap muka pemadatan pada benda uji
Briket Marshall 75 x 2 per-benda uji.
Sumber: Buku 3 Spesifikasi Umum, Pelaksanaan HRS-WC, Dirjen Bina Marga,
DPU, Agustus 1999
boleh menyimpang dari spesifikasi yang disyaratkan yaitu seperti pada tabel
2.6.2 berikut ini:
2.3.1 Bahan
dari agregat kasar (Course Aggregat), agregat halus (Fine Aggregat), Filler
2.3.1.1 Agregat
baik berupa hasil alam maupun hasil pemecahan dari stone crusher, yang
aspal dan kebersihan agregat dari kandungan lumpur (Kerb and Walker,
1971).
yang tinggi. (Kerb and Walker, 1971). Agregat yang digunakan diharapkan
kontaknya lebih luas dan sifat saling mengunci (Interlocking) akan lebih
besar.
bahan jalan meliputi batuan dan bahan sisa/bekas, beberapa hal yang perlu di
perhatikan yaitu :
26
a. Kriteria Penggunaannya
c. Persyaratan Khusus
2. Tidak terjadi kembang susut yang besar (swelling) dengan adanya air
Agregat untuk campuran beton aspal terdiri dari agregat yang bemkuran
besar sampai kecil yang sering kali disebut sebagai; agregat kasar, agregat
penelitian penulis, terdiri atas 2 (dua) macam yaitu agregat kasar dan pasir
maksimum 12%.
e. Agregat kasar haras terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
mortar terbentuk dari campuran aggregat halus, bahan pengisi dan aspal
diproduksi oleh alat pemecah batu tetapi quary material (pasir) yang
tersedia berlimpah pada setiap sungai sehingga biaya yang dibutuhkan
untuk campuran cukup kecil, maka untuk efisiensi dan ekonomis
kebutuhan akan bahan susun akhirnya diupayakan bahan lokal (pasir
halus) sungai.
pasir dan batu yang mungkin fungsinya sebagai bahan bangunan atau
konstruksi jalan atau fungsi yang lain seperti pasir dari sumber material
lainnya. Pasir alam yang dijumpai tersebut khususnya dari Kali Buntung
sebagai agregat halus sangatlah cocok dan tidak jauh berbeda bila
menambang baik material pasir atau batu koral yang dipecah menjadi
butiran-butiran tanah > 50% lolos saringan No. 4 (4,75 mm)dan < 50%
lolos saringan No. 200 (0,074 mm). Pasirpun dapat dibedakan atas:
1) Pasir "bersih"
Terdiri dari Pasir Bergradasi Baik (SW) jika ?Cu > 6 dan 4Cz antara 1
dan 3; Pasir Bergradasi Buruk (SP)" jika nilai Cu dan Cz
2) Pasir bercampur cukup banyak butiran halus ( > 12% lolos saringan
3) Pasir yang bercampur sedikit butiran halus ( >5% tapi < 12% lolos
8B Indrianto Gunawan, Eko Yulianto, (Skripsi, Jurusan Teknik Sip,I, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, UniversitasIslam Indonesia. Yogyakarta, 2000), Studi Komparas. antara Semen da*
Keramik Lantai sebagai Filler dalam Campuran HRS B.
9Adri Jond Hendri, Agus Dwi Nugroho, (Skripsi, Jurusan Tekmk Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
PenZaZ^Ut^Jas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1996), Penelitian Laboratonum Pengaruh
Penaeunaan Pasir Kali Krasak pada Campuran Beton Aspal
»SSs, (Skripsi, Jurusan?Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipildan Perencanaan Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, 2001), Perbandingan Pengaruh Penggunaan Semen Portland dan
Limbah Padat Industri Tekstil (Sludge) sebagai Filler pada Campuran HRS B
32
No. 200 (0,074 mm) tidak kurang dari 75% yang bisa berupa debu batu,
debu kapur, debu dolomit, debu semen, atau debu pasir. Filler atau bahan
pengisi ini akan mengisi rongga di antara partikel agregat kasar dalam
rangka mengurangi besarnya rongga, meningkatkan kerapatan dan stabilitas
dari massa tersebut. Rongga udara pada agregat kasar diisi dengan partikel
yang lolos saringan No. 200 sehingga membuat rongga udara lebih kecil dan
kerapatan massanya lebih besar (David G. Tunniccliff, 1962 dalam shell
1990). Bina Marga (1987) mendefmisikan bahwa bahan pengisi adalah
bahan bebutir halus yang lolos saringan no. 30 (0,600), dimana prosentase
berat butiryang lolos saringan No. 200 (0,074 mm) minimum 65%.
mastik, yaitu campuran antar aspal dengan filler. Mastik akan menambah
atau mempengaruhi viskositas (kekentalan) dari aspal. Filler akan
kekentalan aspal)
2) Kimiawi
penyelimutan dan pembahasan aspal dalam fase pelapisan. Pada kasus lain,
pada saat penyelimutan dan pembasahan awal yang baik tercapai, daya tahan
mempunyai partikel dengan diameter lebih besar dari ketebalan selaput aspal
mempunyai partikel dengan diamter lebih kecil dari selaput aspal, akan
2.3.1.3 Aspal
yang berfungsi sebagai bahan ikat antar agregat untuk membentuk suatu
didasarkan pada daya tahan terhadap perubahan sifat bila mengalami proses
berwarna coklat gelap agak hitam pekat terbentuk dari Asphaltenses, Resin
dan Oils. Asphaltenses adalah bagian yang mempunyai berat jenis terbesar,
sedangkan Resin berat jenisnya sedang dan Oils berat jenisnya paling kecil.
Aspal keras atau Asphalt Cement (AC) yang umum disebut bitumen adalah
berikut:
masing-masing
1. kepadatan/kekentalan
4. tingkat keawetan
berikut:
35
1. Flow (kelelahan)
perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai flow
campuran menjadi kaku dan mudah retak jika beban melampaui daya
dukungnya.
2. Stability (stabilitas)
beban lalu lintas. Stabilitas akan naik jika kadar aspal bertambah
(ada kadar aspal optimum). Kondisi ini terjadi karena bila terialu
Sebaliknya jika terialu banyak maka fungsi aspal sebagai bahan ikat
3. Density (kepadatan)
Jika nilai VFWA besar maka campuran semakin kedap air sehingga
meningkat.
6. Marshall Quotient
pengujian benda uji non standard dan standard serta melakukan uji
perendaman.
benda uji menjadi besar, nilai density lebih kecil, nilai stabilitas lebih
nilai Voids In The Mix (VITM) besar, nilai flow kecil, nilai Marshall
Quotient (MQ) kecil. Nilai kadar aspal optimum, yaitu porsi 100/0 pada