Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 p.

ISSN 2303-212X
e. ISSN 2503-5398

PENGARUH ASAM SULFAT TERHADAP STABILITAS CAMPURAN


ASPAL LASTON WEARING COURSE (AC-WC)
DENGAN ALAT MARSHALL

Indra Syahrul Fuad16, Bazar Asmawi17, Harry Ananda18


email: indra.utp@gmail.com

Abstrak: Asam Sulfat merupakan merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam Sulfat sering digunakan
dalam mencetak hasil perkebunan karet. Dengan maraknya penggunaan Asam Sulfat untuk pengolahan karet, besar
kemungkinan ketika proses pengangkutan, Asam Sulfat tertumpah atau menetes ke atas permukaan jalan. Kondisi inilah
yang selanjutnya mendorong untuk melakukan penelitian kondisi stabilitas suatu perkerasan jalan akibat pengaruh
Asam Sulfat. Ada dua perlakuan yaitu pembuatan benda uji campuran normal, dan benda uji yang direndam Asam
Sulfat. Untuk perlakuan benda uji yang direndam Asam Sulfat dilakukan perendaman dengan variasi konsentrasi Asam
Sulfat 100 %, Asam Sulfat 75% + Air 25%, Asam Sulfat 50% + Air 50%, dan Asam Sulfat 25% + Air 75% serta variasi
watu perendaman 1, 3 dan 5 menit diangkat, dicuci dan didiamkan untuk pengeringan air selama 24 jam sebelum diuji
Marshall. Dari hasil pengujian campuran normal didapatkan nilai KAO 5,80 % dan nilai stabilitas 1610 kg. Secara
keseluruhan nilai stabilitas menurun akibat perendaman Asam Sulfat. Penurunan terbesar terjadi ketika direndam
dengan Asam Sulfat 100% dengan waktu 5 menit sebesar 555,31 kg. Penurunan stabilitas terkecil terjadi pada kondisi
benda uji dicelupkan ke dalam larutan 25 % Asam Sulfat + 75 % air dengan waktu 1 menit sebesar 1504,48 kg.
Semakin besar konsentrasi Asam Sulfat terhadap air dan semakin lama waktu pencelupan maka kondisi benda uji
semakin jelek dan hancur nilai stabilitasnya.
Kata kunci: campuran aspal, asam sulfat, marshall

Abstract: Sulfuric acid is a is a mineral acid (inorganic) are strong. Sulfuric acid is often used in forming the rubber
plantation crops. With the widespread use of sulfuric acid for rubber processing, most likely when the transport
process, sulfuric acid spilled or dripped onto the road surface. This condition is further pushed to do research
conditions of stability of a pavement due to the influence of sulfuric acid. There are two treatments, namely the
manufacture of a mixture of normal specimen, and the specimen is immersed Sulphuric Acid. For the treatment of
specimens immersed sulfuric acid soaking with varying concentrations Sulfuric Acid 100%, sulfuric acid 75% + water
25%, sulfuric acid 50% + water 50%, and Sulfuric Acid 25% + Water 75% and variations in immersion time 1 , 3 and
5 minutes removed, washed and allowed to stand for drying of water for 24 hours before being tested Marshall. Mixture
of normal test results obtained KAO value 5.80% and stability value is 1610 kg. Overall value decreased due to the
stability of Sulphuric Acid immersion. The largest decline occurred when soaked with sulfuric acid to 100% with 5
minutes of 555.31 kg. The smallest decrease in stability occurred in the conditions of the test specimen is dipped into a
solution of 25% sulfuric acid + 75% water with a time of 1 minute at 1504.48 kg. The greater the concentration of
sulfuric acid to water and the longer time of dipping the test specimen conditions got worse and destroyed the value of
stability.
Keywords: asphalt mixture, sulfuric acid, marshall

16,17
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang.
,18
Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang.

65
Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Stabilitas Campuran Aspal
Laston Wearing Course (AC-WC) dengan Alat Marshall

PENDAHULUAN Tujuan Penelitian

Di Sumatera Selatan, perkebunan karet Untuk mengetahui komposisi campuran


merupakan salah satu komoditas yang Laston Bearing Course (AC-BC) dan
berproduksi secara signifikan dibandingkan perbandingan stabilitas campuran Laston
komoditas perkebunan lainnya. Data statistik Bearing Course (AC-BC) normal dengan
pada tahun 2014 menunjukkan bahwa produksi stabilitas campuran Laston Bearing Course
karet di Sumatera Selatan pada tahun 2013 (AC-BC) akibat pengaruh Asam Sulfat dengan
sebesar 1.122.005 ton dengan penggunaan metode Marshall test yang telah dibuat sesuai
lahan seluas 1.300.340 Ha. dengan Spesifikasi Umum Bina Marga tahun
Pada Jalan Lettu Karim Kadir daerah 2010 revisi 2.
Gandus Palembang, sering dilewati oleh mobil
yang mengangkut hasil kebun karet. Hasil LANDASAN TEORI
perkebunan karet biasanya dibentuk atau
disatukan menggunaan Asam Sulfat. Asam Jenis Perkerasan
Sulfat (H2SO4) merupakan asam Pada umumnya pengklasifikasian
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut konstruksi perkerasan jalan dapat digolongkan
dalam air pada semua perbandingan. Asam menjadi tiga bagian, yaitu :
Sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri Konstruksi Perkerasan Lentur
kimia. Sebagian besar dari efek Asam Sulfat Perkerasan lentur merupakan suatu
menghasilkan keasaman yang kuat. Korosi perkerasan yang umumnya menggunakan bahan
logam oleh Asam Sulfat disebabkan oleh campuran aspal sebagai lapis permukaan serta
keasaman. Efek dari Asam Sulfat pada bahan bahan berbutir sebagai lapisan yang ada
organik, termasuk jaringan manusia. dibawahnya. Beberapa lapisan yang ada pada
Dengan maraknya penggunaan Asam perkerasan lentur dapat dilihat pada gambar 1.
Sulfat untuk pengolahan karet, besar
kemungkinan ketika proses pengangkutan,
Asam Sulfat tertumpah atau menetes ke atas
permukaan jalan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka Gambar 1 Struktur Lapisan Perkerasan Lentur


permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: Konstruksi Perkerasan Kaku
1. Bagaimana komposisi campuran Laston Perkerasan kaku merupakan struktur
Bearing Course (AC-BC) termasuk yang terdiri dari plat beton semen
penentuan kadar aspal optimum sesuai bersambung atau sambungan dengan tulangan
dengan Spesifikasi Umum Bina Marga yang terletak diatas pondasi bawah dengan atau
tahun 2010 revisi 2 tanpa pengaspalan sebagai lapisan aus.
2. Bagaimana mengetahui perbandingan Untuk dapat mempunyai fungsi yang
stabilitas campuran Laston Bearing Course baik, perkerasan kaku harus:
(AC-BC) normal dengan stabilitas 1. Direncanakan dan dibangun sedemikian
campuran Laston Bearing Course (AC-BC) rupa sehingga mampu mengatasi pengaruh
akibat pengaruh Asam Sulfat dengan kembang susut dan penurunan kekuatan
pengujian Marshall yang telah dibuat sesuai tanah dasar, dan pengaruh cuaca, serta
dengan Spesifikasi Umum Bina Marga kondisi lingkungan.
tahun 2010 revisi 2. 2. Mereduksi tegangan yang terjadi pada
tanah dasar (sebagai akibat beban lalu
lintas) sampai batas-batas yang masih
mampu dipikul tanah dasar tersebut, tanpa

66
Indra Syahrul Fuad, Bazar Asmawi, Harry Ananda

menimbulkan perbedaan lendutan atau berat atau 10-15% dari volume, namun
penurunan yang dapat merusak perkerasan merupakan komponen yang relatif mahal. Sifat
sendiri. aspal akan berubah akibat panas dan umur
Bentuk dan susunan perkerasan kaku sehingga menjadi kaku dan rapuh, akibatnya
dapat dilihat pada gambar 2. daya adhesinya terhadap partikel agregat akan
berkurang. Hal ini dapat diatasi jika sifatnya
dikuasai dan dilakukan pengambilan langkah
yang lebih baik dalam proses pelaksanaan.

3. Lapisan Beton Aspal


Lapis beton aspal adalah lapisan penutup
konstruksi jalan yang mempunyai nilai
struktural yang pertama kali dikembangkan di
Amerika oleh The Asphalt Institude dengan
nama Asphalt Concrete (AC). Menurut Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum,
Gambar 2 Struktur Lapisan Perkerasan Kaku campuran ini terdiri atas agregat menerus
dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan
Material Perkerasan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
1. Agregat tertentu. Suhu pencampuran ditentukan
Agregat atau disebut juga dengan batuan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan.
pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral Sedangkan yang dimaksud gradasi menerus
lainya didefinisikan secara umum sebagai adalah komposisi yang menunjukkan
formasi kulit bumi yang keras dan penyal pembagian butir yang merata mulai dari ukuran
(solid). Hasil pengelolaan yang terbesar sampai ukuran yang terkecil.
(artificial/manufacture aggregate) yang Beton aspal dengan campuran bergradasi
digunakan sebagai bahan penyusun utama menerus memiliki komposisi dari agregat
dalam campuran lapis perkerasan dan sangat kasar, agregat halus, mineral pengisi (filler)
menentukan kekuatan dan daya dukung dari dan aspal (bitumen) sebagai pengikat. Ciri
campuran perkerasan tersebut, komposisinya lainnya memiliki sedikit rongga dalam struktur
dalam campuran berkisar antara 90 persen agregatnya, saling mengunci satu dengan
sampai 95 persen berat campuran atau 75 persen yang lainnya, oleh karena itu beton aspal
sampai 85 persen agregat berdasarkan memiliki sifat stabilitas tinggi dan relatif kaku.
persentase volume. Dengan demikian daya Menurut spesifikasi campuran aspal
dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan Departemen Pekerjaan Umum 2010, Laston
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil (AC) terdiri dari tiga macam campuran,
campuran agregat dengan material lain. Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis
Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi
2. Aspal (AC-Base) dengan ukuran maksimum agregat
Aspal didefinisikan sebagai material masing-masing campuran adalah 19 mm, 25.4
berwarna hitam atau coklat tua, pada suhu ruang mm, 37.5 mm.
berbentuk padat sampai agak padat. Jika
dipanaskan sampai suhu tertentu aspal akan Karakteristik Beton Aspal
mencair sehingga dapat membungkus partikel Menurut Silvia Sukirman (2003), terdapat
agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau tujuh karakteristik campuran yang harus
masuk kedalam pori-pori yang ada pada waktu dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas,
penyiraman pada perkerasan macadam atau keawetan, kelenturan atau fleksibilitas,
pelaburan. Jika suhu mulai turun, aspal akan ketahanan terhadap kelelahan (fatique
mengeras dan mengikat agregat pada resistance), kekesatan permukaan atau
tempatnya. (sifat thermoplastis). ketahanan geser, kedap air dan kemudahan
Aspal merupakan komponen kecil pada pelaksanaan (workability). Di bawah ini adalah
perkerasan, umumnya hanya 4-10% berdasarkan penjelasan dari ketujuh karakteristik tersebut.

67
Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Stabilitas Campuran Aspal
Laston Wearing Course (AC-WC) dengan Alat Marshall

1. Stabilitas adalah kemampuan perkerasan mendapatkan kekesatan jalan sama dengan


jalan menerima beban lalulintas tanpa terjadi untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi,
perubahan bentuk tetap seperti gelombang, yaitu kekasaran permukaan dari butir-butir
alur dan bleeding. Kebutuhan akan stabilitas agregat, luas bidang kontak antar butir atau
sebanding dengan fungsi jalan dan beban bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan
lalu lintas yang dilayani. Jalan yang campuran dan tebal film aspal.
melayani volume lalu lintas tinggi dan 6. Kedap air adalah kemampuan beton aspal
mayoritas kendaraan berat membutuhkan untuk tidak dapat dimasuki air ataupun
perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi. udara lapisan beton aspal. Air dan udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai dapat mengakibatkan percepatan proses
stabilitas beton aspal adalah : penuaan asapal dan pengelupasan selimut
a. Gesekan internal yang dapat berasal dari aspal dari permukaan agregat.
kekasaran permukaan butir-butir 7. Workability adalah kemampuan campuran
agregat, luas bidang kontak antar butir beton aspal untuk mudah dihamparkan dan
atau bentuk butir, gradasi agregat, dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan
kepadatan campuran dan tebal film menentukan tingkat effisensi pekerjaan.
aspal. Faktor kemudahan dalam proses
b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal penghamparan dan pemadatan adalah
yang berasal dari daya lekatnya, viskositas aspal, kepekatan aspal terhadap
sehingga mampu memelihara tekanan perubahan temperatur dan gradasi serta
kontak antar butir agregat. kondisi agregat.
2. Keawetan atau durabilitas adalah Ketujuh sifat campuran beton aspal ini
kemampuan beton aspal menerima repetisi tidak mungkin dapat dipenuhi sekaligus oleh
beban lalulintas seperti berat kendaraan dan satu campuran. Sifat-sifat beton aspal mana
gesekan antara roda kendaraan dan yang dominan lebih diinginkan akan
permukaan jalan, serta menahan keausan menentukan jenis beton aspal yang dipilih. Hal
akibat penaruh cuaca dan iklim, seperti ini sangat perlu diperhatikan ketika merancang
udara, air, atau perubahan temperatur. tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani lalu
Durabilitas aspal dipengaruhi oleh tebalnya lintas ringan seperti mobil penumpang
film atau selimut aspal, banyaknya pori sepantasnya lebih memilih jenis beton aspal
dalam campuran, kepadatan dan kedap yang mempunyai sifat durabilitas dan
airnya campuran. fleksibilitas yang tinggi daripada memilih jenis
3. Kelenturan atau fleksibilitas adalah beton aspal dengan stabilitas tinggi.
kemampuan beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan Pengujian Beton Aspal Dengan alat
(konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari Marshall
pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak.
Penurunan terjadi akibat dari repetisi beban Kinerja dari campuran aspal panas aspal
lalu lintas ataupun akibat beban sendiri beton dapat diukur dengan pengujian Marshall
tanah timbunan yang dibuat di atas tanah Test
asli. Pengujian karakteristik campuran tersebut
4. Ketahanan terhadap kelelahan (Fatique dapat mengukur parameter-parameter sebagai
Resistance) adalah kemampuan beton aspal berikut :
untuk menerima lendutan berulang akibat 1. Stabilitas (stability), yang dinyatakan dalam
repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan kg
berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai Stabilitas adalah kemampuan lapis
jika menggunakan kadar aspal yang tinggi. perkerasan untuk menahan beban lalu lintas
5. Kekesatan/tahanan geser adalah kemampuan tanpa mengalami perubahan/deformasi
permukaan beton aspal terutama pada permanen (permanent deformation) seperti
kondisi basah, memberikan gaya esek pada gelombang (washboarding), alur (rutting)
roda kendaraan sehingga kendaraan tidak dan bleeding. Nilai stabilitas dipengaruhi
tergelincir ataupun slip. Faktor-faktor untuk oleh bentuk butir, kualitas, tekstur

68
Indra Syahrul Fuad, Bazar Asmawi, Harry Ananda

permukaan dan gradasi agregat yaitu pada dinyatakan dalam prosen terhadap volume
gesekan antar butiran agregat (internal campuran agregat aspal. VMA dinyatakan
friction) dan saling kunci antar butiran sebagai ruang yang tersedia untuk
agregat (interlocking), daya lekat dan kadar menampang volume aspal dan volume
aspal dalam campuran. rongga udara yang diperlukan dalam
2. Flow (kelelahan), yang dinyatakan dengan campuran. Faktor-faktor yang
mm atau 0,01 inch. mempengaruhi VMA antara lain adalah
Kelelehan adalah besarnya deformasi struktur/distribusi target gradasi (jumlah
vertikal yang terjadi mulai awal fraksi agregat dalam campuran), ukuran
pembebanan sampai kondisi stabilitas diameter butir terbesar, energi pemadat,
menurun, kelelehan dipengaruhi oleh kadar kadar aspal, tekstur permukaan, bentuk
aspal, viscositas aspal, gradasi agregat dan butiran dan serapan air oleh agregat.
temperatur pemadatan. 7. Marshall Quotient (MQ)
3. Kerapatan (density), dinyatakan dalam Marshall Quotient adalah perbandingan
(gram/cc) antara nilai stabilitas dengan nilai kelelehan
Density merupakan tingkat kerapatan (flow) dan digunakan sebagai pendekatan
campuran setelah campuran dipadatkan, terhadap tingkat kekakuan campuran, bila
nilai density biasanya digunakan untuk campuran aspal agregat mempunyai angka
membandingkan nilai kepadatan rata-rata kelelehan rendah dan stabilitas tinggi maka
lapisan yang telah selesai dilapangan dengan campuran menunjukkan sifat kaku dan getas
kepadatan dilaboratorium, kerapatan ini (brittle), dan sebaiknya jika nilai kelelehan
dipengaruhi oleh temperatur pemadatan, tinggi dan nilai stabilitas rendah maka
kadar dan jumlah aspal, kualitas dan jenis campuran cenderung plastis.
agregat bahan susun campuran.
4. VFA (Voids Filled with Asphalt), yang Asam Sulfat
dinyatakan dalam persen (%) Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam
VFA adalah prosentase rongga yang terisi mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
aspal pada campuran setelah proses dalam air pada semua perbandingan. Asam
pemadatan. Faktor-faktor yang sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
mempengaruhi VFA adalah kadar aspal, merupakan salah satu produk utama industri
gradasi agregat, energi pemadatan (jumlah kimia. Kegunaan utamanya termasuk
tumbukan) temperature pemadatan. pemrosesan biji mineral, sintesis kimia,
5. VIM (Voids In the Mix), yang dinyatakan pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
dalam persen (%) Sebagian besar dari efek asam sulfat
VIM adalah prosentase rongga udara dalam menghasilkan keasaman yang kuat. Korosi
campuran yang telah dipadatkan, nilai VIM logam oleh asam sulfat disebabkan oleh
yang semakin tinggi menunjukkan semakin keasaman. Efek dari asam sulfat pada bahan
besarnya rongga udara dalam campuran, organik, termasuk jaringan manusia, sebagian
sehingga campuran bersifat porous. Hal ini besar hasil dari menghidrasi sifat-sifatnya.
dapat menyebabkan air dan udara mudah Efek dari asam sulfat pada logam khas
memasuki campuran dan mengakibatkan dari asam kuat: ia akan bereaksi dengan logam
mudah terjadi oksidasi dan akan mengurangi tersebut yang lebih reaktif daripada hidrogen
keawetan campuran tersebut. Sebaiknya untuk membentuk garam logam sulfat dan
VIM yang terlalu rendah akan muncul melepaskan gas hidrogen. Ini akan bereaksi
deformasi plastis, sehingga nilai VIM perlu dengan cara ini dengan banyak logam biasa,
ditetapkan dalam rentang tertentu. termasuk zat besi, seng dan aluminium. Reaksi
6. VMA (Voids in Mineral Aggregate) yang ini lebih kuat dengan asam encer dibandingkan
dinyatakan dalam persen (%). dengan asam pekat. Ini membatasi bahan yang
VMA adalah rongga udara yang ada dapat digunakan untuk menyimpan asam,
diantara butiran agregat dalam campuran meskipun dalam bentuk terkonsentrasi dapat
agregat aspal yang sudah dipadatkan disimpan dalam tangki stainless steel. Pelepasan
termasuk ruang yang terisi aspal dan gas hidrogen menimbulkan risiko ledakan

69
Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Stabilitas Campuran Aspal
Laston Wearing Course (AC-WC) dengan Alat Marshall

potensial dalam hal terjadi tumpahan atau Berat Jenis


2,59 2,56
kebocoran, jika asam mengalami kontak dengan SSD
Berat Jenis
logam. 2,67 2,66
Semu
1,90 Maks.
METODOLOGI PENELITIAN Penyerapan Air 2,24 %
% 3%
Abrasi dengan
Maks.
Waktu dan Tempat Penelitian 2 mesin Los 18,14 %
30%
Waktu penelitian lebih kurang empat Angeles
Kelekatan
bulan, dilaksanakan dilaboratorium Dinas PU 3 agregat 95 %
Min.
Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan. 95%
terhadap Aspal
Material lolos Maks.
4 0,96 0,84
Bahan dan Alat # 200 1%
Bahan yang digunakan dalam penelitian Sumber : Pengujian laboratorium
ini adalah, agregat, aspal AC-WC dan asam
sulat (H2SO4). Penggunaan peralatan yang Tabel 2 Hasil Pengujian Agregat Halus
digunakan untuk pengujian sifat-sifat dasar Hasil Spek.
agregat, aspal, marshall. No Jenis Pengujian Bina
Dust Sand Marga
Pembuatan DMF dan JMF Berat Jenis Bulk 2,50 2,53
Desain Mix Formula (DMF) dibuat Berat Jenis SSD 2,55 2,59
dengan merangkum data komposisi agregat, 1 Berat Jenis
Kadar Aspal Optimum (KAO) dan hasil 2,64 2,70
Semu
pengujian Marshall. Maka didapatkan 2,08 Maks.
Penyerapan Air 2,51 %
persentase campuran aspal dengan % 3%
menggabungkan komposisi agregat dan Kadar Material lolos #
2 4,76 1,50
Aspal Optimum (KAO) dan hasil Marshall yang 200
masuk dalam spesifikasi. Sumber : Pengujian laboratorium
Job Mix Formula (JMF) merupakan
rencana campuran yang akan dibuat untuk Tabel 3 Hasil Pengujian Filler
Spek. Bina
melakukan pengujian campuran aspal di No Jenis Pengujian Hasil
Marga
laboratorium. Komposisi campuran aspal
1 Lolos saringan #200 100 % Min. 70
diambil dari DMF diatas, maka JMF didapatkan
dengan mengalikan komposisi tiap-tiap Sumber : Pengujian laboratorium
campuran dengan kebutuhan berat untuk 1 buah
benda uji yaitu 1100 gram. Hasil Pengujian Aspal

PEMBAHASAN DAN ANALISA Pengujian Aspal dilakukan di ruangan


dengan suhu 25 oC, hasil pengujian aspal dapat
Hasil Pengujian Agregat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Material agregat dilakukan pengujian sifat
dasar setelah dikeringkan selama 24 jam Tabel 4 Hasil Pengujian Aspal
didalam oven sehingga agregat tidak
mengandung kadar air. Hasil Pengujian agregat Spek. Bina
No Jenis Pengujian Hasil
Marga
yang dilakukan di laboratorium meliputi agregat
kasar, agregat halus dan filler yang dapat 1 Penetrasi 63 60 – 70
ditunjukkan pada tabel 1, 2 dan 3 berikut: 2 Berat jenis 1,033 ≥ 1,0
3 Titik lembek (oC) 54 ≥ 48
Tabel 1 Hasil Pengujian Agregat Kasar 4 Titik Nyala (oC) 344 ≥ 232
Hasil Spek. 5 Daktilitas (cm) > 140 ≥ 100
No Jenis Pengujian Split Screen Bina Sumber : Pengujian laboratorium
½“ 1/1 Marga
Berat Jenis Aspal memenuhi persyaratan spesifikasi
1 2,54 2,51
Bulk bina marga 2010 rev.2, sehingga aspal ini bisa

70
Indra Syahrul Fuad, Bazar Asmawi, Harry Ananda

digunakan sebagai bahan pengikat campuran (diatas saringan No. 8)


Laston Wearing Course (AC – WC). FA = Nilai persentase agregat halus
(dibawah saringan No. 8)
Perhitungan Komposis Agregat FF = Nilai persentase filler
K = Konstanta (untuk Laston 0,5 –
Hasil perhitungan tersebut didapatkan 1,0)
komposisi campuran yang sesuai dengan gradasi Hasil perhitungan Pb dibulatkan 0,5 %
campuran yang telah ditetapkan oleh spesifikasi ke atas terdekat dan nilai konstanta (K) diambil
Bina Marga. Komposisi campuran tersebut yaitu 0,5.
: Batas Bawah
1. Split (batu pecah ½) = 15 % Pbmin = 0,035 (72) + 0,045 (24) +
2. Screen (batu pecah 1/1) = 45 % 0,18 (4) + 0,5 = 4,82 %
3. Dust (abu batu) = 28 % Batas Atas
4. Sand (pasir) = 10 % Pbmaks = 0,035 (60,9) + 0,045 (29,1)
5. Filler (semen) = 2 % (diambil + 0,18 (10) + 0,5 = 5,74
maksimum) Rata – rata
Gradasi yang digunakan yaitu gradasi Pbmin  Pbmaks 4,82  5,74
kasar dikarenakan hasil pengujian analisa Pb = =
2 2
saringan dari agregat sangat sedikit persentase
Pb = 5,28 ≈ 5,5 %
lolos ayakan dibawah saringan No.4.
Setelah didapat nilai kadar aspal rencana
sebesar 5,5 %, selanjutnya dibuat rentang
Perhitungan Kadar Aspal
interval penurunan dan kenaikan 0,5%
sedikitnya lima variasi. Perhitungan dapat
Perhitungan kadar Aspal menggunakan
dilihat pada tabel dibawah ini:
metode California. Terlebih dahulu hitung
selisih antar saringan AC – WC, lihat Tabel 5.
Tabel 6 Variasi nilai kadar aspal
Pengurangan Kadar Aspal
Tabel 5 Selisih antar saringan (%) Rencana
Penambahan (%)

-1,0 -0,5 Pb +0,5 +1,0

4,5 5,0 5,5 6,0 6,5


Sumber : Perhitungan

Marshall Test
Pengujian Marshall dilakukan
berdasarkan kadar aspalnya yang terdiri dari 5
variasi kadar aspal. Dimana berat agregat untuk
setiap sample dibuat 1100 gram. Pengujian
Marshall ini dilakukan untuk mengetahui Kadar
Aspal Optimum (KAO). Setelah benda uji
dibuat, maka dilakukan pengujian persiapan
Marshall sebelum dilakukan pengujian
Marshall terhadap benda uji tersebut. Pengujian
persiapan Marshall yaitu benda uji ditimbang
Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat kering udara, timbang dalam air dan timbang
direncanakan sebagai berikut : dalam keadaa SSD.
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 Pengujian Marshall dilakukan dengan
(%FF) + K merendam benda uji selama 30 menit dengan
Keterangan : suhu 60 oC. Setelah itu benda uji di letakkan
Pb = Perkiraan kadar aspal optimum pada alat Marshall test untuk ditekan sehingga
CA = Nilai persentase agregat kasar mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan.

71
Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Stabilitas Campuran Aspal
Laston Wearing Course (AC-WC) dengan Alat Marshall

Adapun hasil pengujian Marshall campuran Penentuan Nilai KAO


aspal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Dari gambar 4.1 hasil pengujian Marshall
Tabel 7 Hasil Pengujian Marshall campuran normal (AC – WC) yang akan
diambil untuk perbandingan dalam menentukan
nilai kadar aspal optimum (KAO) adalah nilai
rata-rata dari masing-masing parameter
Marshall. Kemudian dibuat grafik batang untuk
menentukan kadar aspal optimumnya, dapat
dilihat pada gambar 4.
KAO Marshall 5,80 %

VIM

VMA

VFA

Stabilitas

Kelelehan
Dari data hasil pengujian Marshall
Marshall Quotient
diatas selanjutnya masing-masing parameter
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5
tersebut digambarkan dalam bentuk grafik yang
menghubungkan variabel kadar aspal dan Gambar 4 Penentuan Kadar Aspal Optimum
parameter-parameter tersebut. Grafik hasil pada Campuran Normal
pengujian Marshall disajikan pada gambar 3 (Sumber : Perhitungan)
sebagai berikut:
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa kadar aspal
10.00 20.00
9.00
8.00
19.00
dengan rentang 5,1 hingga 6,5 % yang
7.00
18.00 memenuhi semua parameter Marshall, lalu
V I M (%)

V M A (%)

6.00
5.00
4.00
3.00
17.00

16.00
rentang tersebut diambil nilai tengahnya dan
2.00
1.00
15.00 didapatlah kadar aspal optimumnya sebesar 5,80
0.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
14.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
%, maka dapat dianalisa nilai optimum tiap-tiap
Kadar aspal (%) Kadar aspal (%)
parameter Marshall yang ditampilkan pada
95.00
90.00
1800 gambar 5.
85.00 1700
Stabilitas (kg)

80.00
V F A (%)

1600
75.00
70.00 1500
65.00
1400
60.00
55.00 1300
50.00
1200
45.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
Kadar aspal (%) Kadar aspal (%)

4.00 500

480
3.75
Kelelehan (mm)

460
M Q (kg/mm)

3.50
440

3.25 420

400
3.00
380
2.75 360

2.50 340

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
Kadar aspal (%) Kadar aspal (%)

Grafik Pengujian
Spesifikasi Bina Marga 2010 rev.2
Kadar Aspal Optimum
17,00 %

Gambar 3 Grafik Hasil Pengujian Marshall


pada Campuran Normal
(Sumber : Pengujian laboratorium)

72
Indra Syahrul Fuad, Bazar Asmawi, Harry Ananda

10.00 20.00
Hasil Pengujian Marshall Perendaman
9.00
8.00
19.00 Benda Uji Campuran Laston Wearing Course
7.00
18.00
(AC-WC) ke dalam Asam Sulfat
V I M (%)

V M A (%)
6.00 17,00 %
5.00 17.00
4.00
3.00 4,00 % 16.00
2.00
1.00 K.A.O = 5,80 %
15.00 Benda uji direndam dengan Asam Sulfat,
K.A.O = 5,80 %
0.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
14.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
dicuci, dikeringkan lalu dilakukan pengujian
Kadar aspal (%) Kadar aspal (%)
Marshall.
95.00
90.00 1800

85.00
80.00 76,00 %
Stabilitas (kg)
1700 1610 kg Tabel 9 Hasil Pengujian Marshall Pengaruh
V F A (%)

1600
75.00
70.00 1500
Asam Sulfat
65.00
1400
60.00
55.00 1300
50.00 K.A.O = 5,80 % K.A.O = 5,80 %
1200
45.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
Kadar aspal (%) Kadar aspal (%)

4.00 500

480
3.75 3,60 mm
Kelelehan (mm)

460 447 kg/mm


M Q (kg/mm)

3.50
440

3.25 420

400
3.00
380
2.75
360
K.A.O = 5,80 % K.A.O = 5,80 %
2.50 340
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
Kadar aspal (%) Kadar aspal (%)

Grafik Pengujian
Spesifikasi Bina Marga 2010 rev.2
Kadar Aspal Optimum

Gambar 5 Grafik nilai Optimum Campuran


Normal pada KAO = 5,80 %
(Sumber : Pengujian laboratorium)

Dari grafik parameter Marshall pada gambar 4.3


diatas, didapatkan nilai optimum masing-masing Perbandingan Hasil Pengujian Marshall
parameter Marshall tersebut. Pada KAO 5,80 % Campuran Normal dan Pengaruh Asam
didapat nilai VIM sebesar 4,00 %, VMA 17,00 Sulfat
%, VFA 76,00 %, Stabilitas 1.610 kg, Kelelehan
3,60 mm, dan Marshall Quotient 447 kg/mm. Setelah didapat rata-rata dari parameter
Dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Marshall benda uji pengaruh Asam Sulfat,
Selanjutnya hasil rata-rata tersebut
Tabel 8 Rekapitulasi Nilai Optimum Parameter dibandingkan dengan parameter marshall
Marshall Campuran Normal campuran normal.
No. Parameter Hasil Spec.
3,0 % – Hasil perbandingan Marshall dapat dilihat
1 VIM 4,00 % pada tabel 10 dibawah ini.
5,0 %
2 VMA 17,00 % ≥ 15 %
3 VFA 76,00 % ≥ 65 %
1.610
4 Stabilitas ≥ 800 kg
kg
3,60
5 Kelelehan ≥ 3 mm
mm
447 ≥ 250
6 MQ
kg/mm kg/mm
(Sumber : Pengujian laboratorium)

73
Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Stabilitas Campuran Aspal
Laston Wearing Course (AC-WC) dengan Alat Marshall

Tabel 10 Perbandingan Hasil Parameter DAFTAR PUSTAKA


Marshall Benda Uji Campuran
Normal dan Benda Uji Pengaruh Artikel non-personal, 3 September 2009.
Tumpahan Asam Sulfat Sumber Daya Alam, Wikipedia Bahasa
Indonesia,http://id.wikipedia.org/wiki/Pe
mbicaraan:Sumber_daya_alam, diakses
23 Februari 2015

Badan Standarisasi Nasional 1996. SNI 03-


4142-1996: Metode Pengujian Jumlah
Bahan Dalam Agregat yang Lolos
Saringan No. 200 (0,075 mm)

Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-


2489-1991: Pengujian Campuran
Beraspal dengan Alat Marshall

SIMPULAN Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-


2456-1991: Metode Pengujian Penetrasi
Setelah dilakukan penelitian di Bahan-bahan Bitumen
laboratorium dan hasil analisa disimpulkan:
Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-
1. Komposisi campuran AC – WC yaitu batu 2441-1991: Metode Pengujian Berat
pecah ½ (split) sebanyak 14,13 %, Jenis Aspal
batu pecah 1/1 (screen) sebanyak 42,39 %,
abu batu (dust) sebanyak 26,38 %, pasir Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-
(sand) sebanyak 9,42 %, dan semen (filler) 2434-1991: Metode Pengujian Titik
sebanyak 1,88 % dengan Kadar Aspal Lembek Aspal dan Ter
Optimum (KAO) sebesar 5,80 %. Baik nilai
volumetik yaitu VIM, VMA dan VFA, Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-
maupun nilai hasil pengujian Marshall 2433-1991: Metode Pengujian Titik
yaitu stabilitas, kelelehan dan Marshall Nyala dan Titik Bakar Dengan Clevelan
Quotient (MQ) untuk campuran normal Cup
memenuhi persyaratan Spesifikasi Bina
Marga 2010 rev. 2. Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-
2. Nilai stabilitas benda uji menurun dari 2432-1991: Metode Pengujian Daktilitas
kondisi normal, nilai stabilitas sebesar 1610 Bahan Aspal
kg. Penurunan stabilitas terbesar terjadi pada
kondisi benda uji dicelupkan ke dalam Badan Standarisasi Nasional 1991. SNI 03-
larutan Asam Sulfat murni dengan waktu 5 2417-1991: Metode Pengujian Keausan
menit sebesar 555,31 kg. Penurunan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
stabilitas terkecil terjadi pada kondisi benda Angeles
uji dicelupkan ke dalam larutan 25 % Asam
Sulfat + 75 % air dengan waktu 1 menit Badan Standarisasi Nasional 1990. SNI 03-
sebesar 1504,48 kg. Variasi konsentrasi 1970-1990: Metode Pengujian Berat
Asam Sulfat dicampur air dan variasi waktu Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
pencelupan sangat mempengaruhi
penurunan nilai stabilitas, semakin besar Badan Standarisasi Nasional 1990. SNI 03-
konsentrasi Asam Sulfat terhadap air dan 1969-1990: Metode Pengujian Berat
semakin lama waktu pencelupan maka Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
kondisi benda uji semakin jelek dan hancur Badan Standarisasi Nasional 1990. SNI 03-
nilai stabilitasnya. 1968-1990: Metode Pengujian Tentang

74
Indra Syahrul Fuad, Bazar Asmawi, Harry Ananda

Analisis Saringan Agregat Halus dan


Kasar

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Sumsel,


2013, Dokumen Pengadaan, Dinas
Pekerjaan Umum, Palembang.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat


Jenderal Bina Marga, Manual
Pemeriksaan Bahan Jalan, Jakarta

Kementrian Pekerjaan Umum, 2010 rev 2 ,


Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
Jembatan , Kementrian Pekerjaan
Umum, Jakarta.

Oemar Bakrie, Bahan Perkerasan Jalan,


Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sriwijaya, Palembang

Shirley L. Hendarsin , 2000, Perencanaan


Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri
Bandung.

Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran


Panas. Granit, Jakarta.

Sukirman, Silvia. 1995. Perkerasan Lentur


Jalan Raya, Nova, Bandung.

Sridianti. 2014. Apakah dampak efek dari Asam


Sulfat?(online),http://sridianti.com/apak
ah-efek-asam-sulfat.html. Diakses 20
Februari 2015

75

Anda mungkin juga menyukai