Anda di halaman 1dari 13

SNVT : PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II

PEKERJAAN : PENINGKATAN STRUKTUR JALAN BULA – DAWANG


KONTRAK NO. :
TANGGAL :
KONTRAKTOR : PT. CAHAYAMAS PERKASA

KRITERIA KEBERTERIMAAN DAN DAFTAR SIMAK


NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
2.1. Galian untuk selokan, drainase 1. Lokasi, dimensi, macam konstruksi sesuai dengan persetujuan direksi. Spesifikasi teknik hal. 2-3 (2.1.3(1) dan (2))
dan saluran air 2. Pengukuran dan shop drawing untuk interval 25 m pada arah longitudinal. Spesifikasi teknik hal. 2-2 (2.1.1(5) c)
3. Toleransi elevasi galian dasar selokan max ± 3 cm dari gambar. Spesifikasi teknik hal. 2-1 (2.1.1(4) a)
4. Toleransi alignement selokan dan profil penampang melintang ± 5 cm dari gambar rencana. Spesifikasi teknik hal. 2-1 (2.1.1(4) b)
5. Perhitungan volume pekerjaan dalam m3, sesuai dengan gambar rencana atau
perubahannya yang disetujui oleh direksi. Spesifikasi teknik hal. 2-4 (2.1.4)
6. Perbaikan pekerjaan yg tidak sesuai, kemungkinan perlu dilakukan timbunan dan galian, Spesifikasi teknik hal. 2-2 (2.1.1)
baru dilakukan galian saluran sesuai gambar.
7. Pengukuran untuk pembayaran dalam meter kubik yang telah dikerjakan di lapangan sesuai Spesifikasi teknik hal. 2-5 (2.1.4)
gambar rencana, yang telah disetujui direksi
2.2. Pasangan batu dengan mortar 1. Lokasi, dimensi, macam konstruksi sesuai dengan persetujuan direksi. Spesifikasi teknik hal. 2-7 (2.2.1(f))
2. Pengajuan sample batu, 2 sample, masing-masing 50 kg. Spesifikasi teknik hal. 2-7 (2.2.1(f))
3. Jenis batu :
a. Batu alam, utuh, keras, awet, padat, tahan cuaca.
b. Mutu, ukuran batu disetujui direksi.
c. Semua batu yang digunakan tertahan ayakan 10 cm. Spesifikasi teknik hal. 2-8 (2.2.2(1))
4. Mortar sesuai dengan spesifikasi 7.8. Spesifikasi teknik hal. 2-8 (2.2.2(2))
5. Toleransi dimensi :
a. Sisi muka batu dari permukaan pasangan batu maksimal ± 1 cm dari permukaan
sekitarnya.
b. Dasar saluran pasangan batu dengan mortar maksimal ± 3 cm dari rencana.
c. Profil penampang melintang bergeser maksimal 5 cm dari rencana.
d. Tebal minimum setiap pasangan batu dengan mortar 20 cm. Spesifikasi teknik hal. 2-7 (2.2.1(4))
6. Landasan adukan semen min. 3 cm pada dasar saluran. Spesifikasi teknik hal. 2-9 (2.2.3(3))

7. Perhitungan volume pekerjaan dalam m3, sesuai dengan gambar rencana atau Spesifikasi teknik hal. 2-10 (2.2.4)
perubahannya yang disetujui oleh direksi.
3.2.1. Timbunan biasa 1. Lokasi, dimensi sesuai dengan persetujuan direksi (shop drawing).
2. Toleransi dimensi : Spesifikasi teknik hal. 3-17 (3.2.1(5))
a. Elevasi kelandaian akhir maksimum +2 cm atau -3 cm dari shop drawing.
b. Permukaan akhir timbunan cukup rata dan landai, sehingga air permukaan mengalir
bebas.
c. Selain untuk lapisan penopang, hamparan padat maksimal 20 cm, minimal 10 cm tebal.
3. Pengajuan 2 sample masing-masing 50 kg, beserta keterangan asal bahan, dan data
laboratorium, maksimal 14 hari sebelum pekerjaan dimulai. Spesifikasi teknik hal. 3-17 (3.2.1(3))
4. Penyiapan tanah dasar sebelum ditimbun (dengan persetujuan direksi) :
a. Pada tanah lunak CBR < 2%, dilakukan : Spesifikasi teknik hal. 3-18 (3.2.1(5)b)
- Pemadatan sampai CBR > 2% atau
- Distabilisasi atau
- Dibuang seluruhnya atau
- Digali sampai kepadatan tanah dasar.
b. Untuk tanah daya dukung sedang CBR 2% - 6%, dilakukan pemadatan sehingga CBR Spesifikasi teknik hal. 3-9 (3.1.2(5))
min 6%. Spesifikasi teknik hal. 3-9 (3.1.2(5))
c. Untuk tanah daya dukung CBR >6%, dilakukan pemasokan material.
Spesifikasi teknik hal. 3-9 (3.1.2(5))
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
d. Semua tanah dasar timbunan dipadatkan (dengan penggemburan, pengeringan, atau Spesifikasi teknik hal 3-21 (3.2.3(1)c)
pembasahan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi, dengan kepadatan
sama dengan timbunan.
5. Bahan timbunan :
a. Tidak termasuk berplastisitas tinggi : A-7-6 atau CH, kecuali untuk dasar timbunan atau
timbunan kembali non struktural, CBR min 6% perendaman 4 hari pada MDD 100%.
b. Tidak termasuk tanah ekspansif dengan nilai aktif > 1,25
c. Tidak termasuk tanah mengandung bahan organik seperti jenis Ob, Oh, Pt, atau tanah
dengan kadar air sangat tinggi, atau tanah dengan kembang susut tinggi. Spesifikasi teknik hal 3-20 (3.2.2(2))
6. Pemadatan timbunan dilakukan bila kadar air -3% atau +1% terhadap kadar air optimum. Spesifikasi teknik hal 3-22 (3.2.3(3))
7. Setiap 1000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari sumber yang sama minimal diuji nilai Spesifikasi teknik hal 3-24 (3.2.4(1)c)
aktif atau uji kedepansifannya.
8. Kepadatan :
a. Lapisan timbunan lebih dari 30 cm dari elevasi top timbunan, kepadatan 95% dari
kepadatan kering maksimum.
b. Lapisan timbunan 30 cm atau kurang dari elevasi top timbunan, dipadatkan sampai 100%
dari kepadatan kering maksimum.
c. Pengujian kepadatan per layer timbunan dengan jarak uji maksimum 200 m, dan Spesifikasi teknik hal 3-24 (3.2.4(2))
rangkaian pengujian bahan yang lengkap untuk setiap 100 m3 timbunan dihampar.
9. Perhitungan volume timbunan dalam m3, dengan metoda luas bidang ujung dengan Spesifikasi teknik hal 3-25 (3.2.5(1)b)
penampang relatifnya sedang jarak maksimum 25 m, atau 50 m untuk daerah datar.
10. Timbunan diluar shop drawing atau diluar persetujuan direksi, tidak dapat ditagihkan. Spesifikasi teknik hal 3-25 (3.2.5(1)d)
3.2.2. Timbunan pilihan 1. Timbunan harus digunakan pada lokasi atau untuk maksud yang disetujui oleh direksi. Spesifikasi teknik hal 3-21 (3.2.2(3)a)
2. Bahan timbunan minimal sama dengan timbunan biasa tersebut pada 3.2.1. dengan Spesifikasi teknik hal 3-21 (3.2.2(3)b)
tambahan CBR minimal 10% setelah 4 hari perendaman.
3. Syarat antara lain untuk timbunan pilihan sama dengan timbunan biasa.
4. Penyiapan tanah dasar sebelum ditimbun (dengan persetujuan direksi) :
a. Pada tanah lunak CBR < 2%, dilakukan :
- Pemadatan sampai CBR > 2% atau
- Distabilisasi atau
- Dibuang seluruhnya atau
- Digali sampai kepadatan tanah dasar.
b. Untuk tanah daya dukung sedang CBR 2% - 6%, dilakukan pemadatan sehingga CBR
min 6%.
c. Untuk tanah daya dukung CBR >6%, dilakukan pemasokan material.
d. Semua tanah dasar timbunan dipadatkan (dengan penggemburan, pengeringan, atau
pembasahan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi, dengan kepadatan
sama dengan timbunan.
5. Bahan timbunan :
a. Tidak termasuk berplastisitas tinggi : A-7-6 atau CH, kecuali untuk dasar timbunan atau
timbunan kembali non struktural, CBR min 6% perendaman 4 hari pada MDD 100%.
b. Tidak termasuk tanah ekspansif dengan nilai aktif > 1,25
c. Tidak termasuk tanah mengandung bahan organik seperti jenis Ob, Oh, Pt, atau tanah
dengan kadar air sangat tinggi, atau tanah dengan kembang susut tinggi.
6. Pemadatan timbunan dilakukan bila kadar air -3% atau +1% terhadap kadar air optimum.
7. Setiap 1000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari sumber yang sama minimal diuji nilai
aktif atau uji kedepansifannya.
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
8. Kepadatan :
a. Lapisan timbunan lebih dari 30 cm dari elevasi top timbunan, kepadatan 95% dari
kepadatan kering maksimum.
b. Lapisan timbunan 30 cm atau kurang dari elevasi top timbunan, dipadatkan sampai 100%
dari kepadatan kering maksimum.
c. Pengujian kepadatan per layer timbunan dengan jarak uji maksimum 200 m, dan
rangkaian pengujian bahan yang lengkap untuk setiap 100 m3 timbunan dihampar.
9. Perhitungan volume timbunan dalam m3, dengan metoda luas bidang ujung dengan
penampang relatifnya sedang jarak maksimum 25 m, atau 50 m untuk daerah datar.
10. Timbunan diluar shop drawing atau diluar persetujuan direksi, tidak dapat ditagihkan
3.3. Penyiapan badan jalan 1. Lokasi, rencana volume sesuai dengan persetujuan direksi Spesifikasi teknik hal 3-27 (3.1.1(d))
2. Toleransi dimensi :
a. Ketinggian akhir setelah pemadatan maksimal +2cm atau -3cm dari yang disetujui.
b. Setelah permukaan cukup halus, rata, landai, sehingga air permukaan mengalir bebas. Spesifikasi teknik hal 3-27 (3.3.1(3))
3. Kepadatan yang dicapai 95% dari kepadatan kering maksimum, kadar air. Spesifikasi teknik hal 3-28 (3.3.1(5)b)
4. Daya dukung minimum CBR 6% setelah dipadatkan. Spesifikasi teknik hal 3-30 (3.3.3(3))
5. Pengetesan kepadatan, setiap selang jarak 200 m. Spesifikasi teknik hal 3-29 (3.3.3(2)b)
6. Perhitungan volume pekerjaan dalam meter persegi, diukur dari lahan yang disiapkan dibagi Spesifikasi teknik hal 3-30 (3.3.4(1))
dengan panjang yang disiapkan.
5.1.1. Lapis pondasi agregat A 1. Lokasi, dimensi, sample diajukan maksimal 21 hari sebelum dilakukan pekerjaan.
a. Contoh 2 bahan masing-masing 50 kg.
b. Pernyataan asal dan komposisi bahan, serta hasil laboratorium tentang sifat-sifat bahan Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(5))
sesuai pasal 5.1.2.5.
2. Request dilampirkan hasil pengujian penyiapan badan jalan : Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(5))
a. Pengujian kadar air dan kepadatan.
b. Pengujian kerataan permukaan.
3. Toleransi dimensi :
a. Permukaan lapis pondasi aggregat Kls A +0 cm atau -1 cm dari rencana.
b. Tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air.
c. Tebal minimum LPA tidak boleh kurang 1 cm.
d. LPA yang disiapkan untuk lapis resap pengikat, penyimpangan maksimum pada kerataan Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(3))
dengan mistar lurus 3 m, maksimum 1 cm.
4. Persyaratan bahan :
a. Agregat kasar yang tertahan ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel atau pecahan batu atau
kerikil yang keras dan awet.
b. Mempunyai 10% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90.
c. Fraksi halus lolos ayakan 4,75 mm terdiri dari pasir alami, batu pecah halus atau partikel
halus lain.
d. Agregat lolos ayakan no. 200 tidak boleh lebih dari 2/3 terdiri dari lolos ayakan no. 40.
e. Bahan bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung, dengan gradasi sbb :
Ukuran Ayakan
Persen berat lolos
ASTM (mm)
2” 50 -
1 ½” 37,5 100
1” 25,0 79 – 85
3/8” 9,5 44 – 58
No.4 4,75 29 – 44
No.10 2,0 17 – 30
No.40 0,425 7 – 17
No.200 0,075 2–8
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
f. Bahan mempunyai sifat-sifat sbb :
Sifat-SIfat Nilai
Abrasi dari agregat (SNI 2417 : 2008) 0 – 40%
Indeks plastisitas (SNI 1966 : 2008) 0–6
Hasil kali indeks plastisitas dengan % lolos ayakan no.200 Maks. 25
Batas cair (SNI 1967 : 2008) 0 – 25
Bagian yang lemah (SNI 03-4141-1996) 0 – 5%
CBR (SNI 03 – 1744 – 1989) Min. 90% Spesifikasi teknik hal 5-4 s/d hal 5-5 (5.1.2)

5. Lokasi yang disiapkan untuk penghamparan minimal 100 m. Spesifikasi teknik hal 5-5 (5.1.3(1))
6. Kadar air saat dihampar dan dipadatkan -3% atau +1% kadar air optimum modifikasi. Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(3)c)
7. Tebal padat minimum setiap lapis harus 2x ukuran terbesar agregat, dan tebal maksimum Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(2)d)
padat 20 cm.
8. Kepadatan yang dicapai minimum 100% dari hamparan kering maksimum modifikasi SNI 1743 Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(3)c)
: 2008.
9. Pengujian :
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan untuk pengajuan/persetujuan awal adalah
mencakup point (e) dan (f) tersebut diatas.
b. Setelah persetujuan, dilakukan pengujian ulang secara lengkap.
c. Pengujian rutin, dilakukan setiap 1000 m3 bahan minimum meliputi : minimum 5
pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel, satu penentuan kepadatan
kering maksimum SNI 1743:2008, pengujian CBR dilakukan dari waktu ke waktu sesuai
perintah direksi.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan dites dengan SNI 2827:2008, pada
tempat-tempat yang ditunjuk direksi atau maksimal berselang 200 m.
10. Perhitungan volume diukur sebagai jumlah m3 bahan yang sudah dipadatkan, lengkap
ditempat dan diterima.
5.1.2. Lapis Pondasi Aggregat B 1. Lokasi, dimensi, sample diajukan maksimal 21 hari sebelum dilakukan pekerjaan.
a. Contoh 2 bahan masing-masing 50 kg.
b. Pernyataan asal dan komposisi bahan, serta hasil laboratorium tentang sifat-sifat bahan Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(5))
sesuai pasal 5.1.2.5.
2. Request dilampirkan hasil pengujian penyiapan badan jalan : Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(5))
a. Pengujian kadar air dan kepadatan.
b. Pengujian kerataan permukaan.
3. Toleransi dimensi :
a. Permukaan lapis pondasi aggregat Kls B +0 cm atau -2 cm dari rencana.
b. Tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air.
c. Tebal minimum LPB tidak boleh kurang 1 cm. Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(3))
4. Persyaratan bahan :
a. Agregat kasar yang tertahan ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel atau pecahan batu atau
kerikil yang keras dan awet.
b. Mempunyai 60% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90.
c. Fraksi halus lolos ayakan 4,75 mm terdiri dari pasir alami, batu pecah halus atau partikel
halus lain.
d. Agregat lolos ayakan no. 200 tidak boleh lebih dari 2/3 terdiri dari lolos ayakan no. 40.
e. Bahan bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung, dengan gradasi sbb :
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM

Ukuran Ayakan
Persen berat lolos
ASTM (mm)
2” 50 100
1 ½” 37,5 88 – 95
1” 25,0 70 – 85
3/8” 9,5 30 – 65
No.4 4,75 25 – 55
No.10 2,0 15 – 40
No.40 0,425 8 – 20
No.200 0,075 2–8
f. Bahan mempunyai sifat-sifat sbb :
Sifat-SIfat Nilai
Abrasi dari agregat (SNI 2417 : 2008) 0 – 40%
Indeks plastisitas (SNI 1966 : 2008) 0 – 10
Hasil kali indeks plastisitas dengan % lolos ayakan no.200 -
Batas cair (SNI 1967 : 2008) 0 – 35
Bagian yang lemah (SNI 03-4141-1996) 0 – 5%
CBR (SNI 03 – 1744 – 1989) Min. 60% Spesifikasi teknik hal 5-4 s/d hal 5-5 (5.1.2)

5. Lokasi yang disiapkan untuk penghamparan minimal 100 m. Spesifikasi teknik hal 5-5 (5.1.3(1))
6. Kadar air saat dihampar dan dipadatkan -3% atau +1% kadar air optimum modifikasi. Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(3)c)
7. Tebal padat minimum setiap lapis harus 2x ukuran terbesar agregat, dan tebal maksimum Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(2)d)
padat 20 cm.
8. Kepadatan yang dicapai minimum 100% dari hamparan kering maksimum modifikasi SNI 1743 Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(3)c)
: 2008.
9. Pengujian :
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan untuk pengajuan/persetujuan awal adalah
mencakup point (e) dan (f) tersebut diatas.
b. Setelah persetujuan, dilakukan pengujian ulang secara lengkap.
c. Pengujian rutin, dilakukan setiap 1000 m3 bahan minimum meliputi : minimum 5
pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel, satu penentuan kepadatan
kering maksimum SNI 1743:2008, pengujian CBR dilakukan dari waktu ke waktu sesuai
perintah direksi.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan dites dengan SNI 2827:2008, pada Spesifikasi teknik hal 5-6 s/d hal 5-7
tempat-tempat yang ditunjuk direksi atau maksimal berselang 200 m. (5.1.3(4))
10. Perhitungan volume diukur sebagai jumlah m3 bahan yang sudah dipadatkan, lengkap Spesifikasi teknik hal 5-7 (5.1.4(1))
ditempat dan diterima.
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
5.1.3. Lapis Pondasi Aggregat S 1. Lokasi, dimensi, sample diajukan maksimal 21 hari sebelum dilakukan pekerjaan.
a. Contoh 2 bahan masing-masing 50 kg.
b. Pernyataan asal dan komposisi bahan, serta hasil laboratorium tentang sifat-sifat bahan Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(5))
sesuai pasal 5.1.2.5.
2. Request dilampirkan hasil pengujian penyiapan badan jalan : Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(5))
a. Pengujian kadar air dan kepadatan.
b. Pengujian kerataan permukaan.
3. Toleransi dimensi :
a. Permukaan lapis pondasi aggregat Kls B +1,5 cm atau -1,5 cm dari rencana. Spesifikasi teknik hal 5-2 (5.1.1(3))
b. Tidak boleh lebih dari +1 cm atau -1 cm tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan. Spesifikasi teknik hal 4-6 (4.2.1(3)d)
c. Lereng melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0% dari rencana. Spesifikasi teknik hal 4-6 (4.2.1(3)e)
4. Persyaratan bahan :
a. Agregat kasar yang tertahan ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel atau pecahan batu atau
kerikil yang keras dan awet.
b. Fraksi halus lolos ayakan 4,75 mm terdiri dari pasir alami, batu pecah halus atau partikel
halus lain.
c. Agregat lolos ayakan no. 200 tidak boleh lebih dari 2/3 terdiri dari lolos ayakan no. 40.
d. Bahan bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung, dengan gradasi sbb :
Ukuran Ayakan
Persen berat lolos
ASTM (mm)
2” 50 -
1 ½” 37,5 -
1” 25,0 89 – 100
3/8” 9,5 55 – 90
No.4 4,75 40 – 75
No.10 2,0 26 – 59
No.40 0,425 12 – 33
No.200 0,075 4 – 22
f. Bahan mempunyai sifat-sifat sbb :
Sifat-SIfat Nilai
Abrasi dari agregat (SNI 2417 : 2008) 0 – 40%
Indeks plastisitas (SNI 1966 : 2008) 4 – 15
Hasil kali indeks plastisitas dengan % lolos ayakan no.200 -
Batas cair (SNI 1967 : 2008) 0 – 35
Bagian yang lemah (SNI 03-4141-1996) 0 – 5%
CBR (SNI 03 – 1744 – 1989) Min. 50% Spesifikasi teknik hal 5-4 s/d hal 5-5 (5.1.2)
5. Lokasi yang disiapkan untuk penghamparan minimal 100 m. Spesifikasi teknik hal 5-5 (5.1.3(1))
6. Kadar air saat dihampar dan dipadatkan -3% atau +1% kadar air optimum modifikasi. Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(3)c)
7. Tebal padat minimum setiap lapis harus 2x ukuran terbesar agregat, dan tebal maksimum Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(2)d)
padat 20 cm.
8. Kepadatan yang dicapai minimum 100% dari hamparan kering maksimum modifikasi SNI 1743 Spesifikasi teknik hal 5-6 (5.1.3(3)c)
: 2008.
9. Pengujian :
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan untuk pengajuan/persetujuan awal adalah
mencakup point (e) dan (f) tersebut diatas.
b. Setelah persetujuan, dilakukan pengujian ulang secara lengkap.
c. Pengujian rutin, dilakukan setiap 1000 m3 bahan minimum meliputi : minimum 5
pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel, satu penentuan kepadatan
kering maksimum SNI 1743:2008, pengujian CBR dilakukan dari waktu ke waktu sesuai
perintah direksi.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan dites dengan SNI 2827:2008, pada Spesifikasi teknik hal 5-6 s/d hal 5-7
tempat-tempat yang ditunjuk direksi atau maksimal berselang 200 m. (5.1.3(4))
10. Perhitungan volume diukur sebagai jumlah m3 bahan yang sudah dipadatkan, lengkap Spesifikasi teknik hal 5-7 (5.1.4(1))
ditempat dan diterima.
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
6.1.(1)a. Lapis resap pengikat – Aspal cair 1. Request diajukan dengan lampiran hasil pemeriksaan aggregat kelas A.
2. Disemprot pada permukaan yang kering atau mendekati kering, dan tidak dilaksanakan pada Spesifikasi teknik hal 6-2 (6.1.1(4))
waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
3. Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak Spesifikasi teknik hal 6-2 (6.1.1(5))
merata, tanpa ada bagian-bagian yang berakhir atau kelebihan aspal.
4. Setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap ke lapis pondasi, Spesifikasi teknik hal 6-2 (6.1.1(5))
meninggalkan sebagian bahan aspal warna hitam yang merata dam tidak berrongga.
5. Sebelum pekerjaan dimulai, diajukan 5 ltr contoh bahan aspal dengan sertifikat pabrik dan Spesifikasi teknik hal 6-2 (6.1.1(6))
hasil pengujian.
6. Dibuat kalibrasi alat, dari tangkur celup ukur.
7. Bahan aspal adalah kadar suhu dari : Spesifikasi teknik hal 6-2 (6.1.1(6))
a. Aspal emulsi reaksi sedang (median setting) atau rekasi lambat (slow setting) (SNI 03-
4798-1998), mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) min.
60%, min. penetrasi 80/100, dan dapat diijinkan pengenceran asapal emulsi dengan
campuran 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan pengaduk mekanik.
b. Aspal semen pen. 80/100 atau pen 60/70, AASHTO M20, diencerkan dengan kerosen Spesifikasi teknik hal 6-4 (6.1.2(1)a)
dengan perbandingan 80 – 85 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal semen (80 pph
– 85 pph) atau ekivalen dengan viscositas aspal cair jenis MC-30.
8. Aspal emulsi kationik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan Spesifikasi teknik hal 6-4 (6.1.2(1)b)
negatif).
Aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat apun (bermuatan
positif).
9. Bila lalu lintas diijinkan lewat diatas lapis resap pengikat, digunakan bahan penyerap (bloster Spesifikasi teknik hal 6-4 (6.1.2(1)c)
material) dari penyajikan kerikil/batu pecah (terbebas dari minyak, lemak, bahan kobersit,
bahan organik), dengan ukuran butir 98% lolos ayakan 3/8” (9,5 mm) dan tidak boleh lebih
dari 2% lolos ayakan no.8 (2,36 mm).
10. Dilakukan uji coba alat semprot aspal dan tenaga penyemprotan. Spesifikasi teknik hal 6-7 (6.1.3(7))
11. Persiapan permukaan yang akan disemprot :
a. Permukaan dibersihkan dengan sikat mekanis atau compressor.
b. Pembersihan dilakukan melebihi minimal 20cm di tepi bidang yang akan disemprot.
c. Permukaan yang telah disemprot harus rata, rapat, termasuk agregat kasar/halus.
d. Permukaan telah dapat diterima oleh direksi.
12. Melakukan percobaan takaran dengan direksi dilapangan, dengan takaran : 0,4 sampai 1,3 Spesifikasi teknik hal 6-8 (6.1.4(1))
ltr/m2 untuk lapis pondasi tanpa bahan pengikat.
13. Temperatur penyemprotan :
Tabel 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan Spesifikasi teknik hal 6-9 (6.1.4(2)b)
Jenis Aspal Rentang suhu penyemprotan
Aspal cair, 25-30 pph minyak tanah 110 ± 10ºC
Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah (MC-30) 45 ± 10ºC
Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau aspal emulsi
Tidak dipanaskan
yang diencerkan
14. Pelaksanaan penyemprotan :
a. Batas-batas lokasi yang akan disemprot, ditandai dengan cat atau benang.
b. Sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan aspal, tongkat celup diukur untuk
menghitung volume aspal yang tersemprot.
c. Pada jalur penyemprotan diberi kertas resap untuk mengecek kadar lapis resap pengikat Spesifikasi teknik hal 6-9 (6.1.4(3))
persatuan luas.
15. Pelapisan berikut setelah lapis resap pengikat, dilakukan setelah bahan resap pengikat Spesifikasi teknik hal 6-11 (6.1.5(1)b)
tersebut meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras, atau segala hal
minimum 2 hari dan maksimal 14 hari.
16. Perhitungan volume adalah dalam liter, merupakan nilai terkecil diantara : Spesifikasi teknik hal 6-12 (6.1.7(1))
a. Jumlah liter residu pada 15ºC menurut takaran yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi
dan ketentuan direksi.
b. Jumlah liter residu aktual pada 15ºC yang terbayar dan diterima.
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
6.3(5a) Lataston ( HRS ),Gradasi senjang 1. Pengajuan kesiapan kerja, sebelum dan selama pekerjaan harus diserahkan kepada direksi :
atau semi senjang, HRS – Base, a. Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan.
dan HRS - WC b. Laporan tertulis sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh bahan.
c. Hasil pemeriksaan kelaikan peralatan laboratorium dan pelaksanaan, khususnya AMP
(dengan sertifikat dan laik produksi).
d. Rumusan campuran kerja (JMF) dan data pengujian pendukungnya.
e. Pengakuan pengujian permukaan.
f. Laporan tertulis mengenai kepadatan campuran yang dihampar.
g. Catatan harian dari seluruh muatan truck.
h. Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan.
i. Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian harian. Spesifikasi teknik hal 6-32 (6.3.1(6))
2. Toleransi :
a. Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji core.
b. Tebal aktual hamparan lapis beraspal disetiap segmen, disetimisalkan sebagai tebal rata-
rata dari semua benda uji inti yang diambil per segmen tersebut.
c. Tebal aktual hamparan, harus sama dengan tebal rancangan yang ditentukan dalam
gambar rencana dengan toleransi yang diisyaratkan.
d. Toleransi tebal untuk laston – lapis aus (AC-WC) tidak kurang dari 3,0 mm.
e. Tebal nominal minimum campuran beraspal untuk laston – lapis aus (AC-WC) adalah 4,0
cm.
f. Berat aktual campuran beraspal yang dihampar harus dipantau dan dicatat, apabila
kurang atau lebih dari 5% dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti,
harus dilakukan penyelidikan.
g. Perbedaan kerataan : Spesifikasi teknik hal 6-28 s/d hal 6-29
- Kerataan melintang, diukur dengan mistar 3m, untuk lapis aus maksimal 5 mm, (6.3.1(4))
perbedaan setiap titik maksimal 5mm dari penampang melintang rencana.
- Kerataan memanjang, diukur dengan roll profilmeter maksimal 5 mm.
3. Campuran yang hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering Spesifikasi teknik hal 6-32 (6.3.1(7))
atau diperkirakan tidak akan turun hujan.
4. Bahan :
(1). Agregat umum
a. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui oleh direksi pekerjaan.
b. Penyerapan air oleh agregat maksimal 3%.
c. Berat jenis (Specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari
0,2.
(2). Agregat kasar
a. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no.8 (2,36 mm), harus bersih,
keras, awet dan bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
b. Ketentuan-ketentuan agregat kasar :
Tabel. 6.3.2. (1a) Ketentuan-ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan SNI 3407 : 2008 Maksimal 12%
magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Campuran AC bergradasi SNI 2417 : 2008 Maksimal 30%
Los angeles kasar.
Semua jenis campuran Maksimal 40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Minimal 95%
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm Do.T; Pensilvania Test 95/90
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm Method PTM No. 621 80/75
Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791 Maksimal 10%
Perbandingan 1 : 5
Material lolos ayakan no. 200 SNI 03-4142-1996 Maksimal 1%
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
Ukuran nominal agregat kasar Cold Bin untuk campuran aspal.
Tabel 6.3.2(1b). Ukuran nominal agregat kasar penampang dingin untuk campuran aspal.
Ukuran nominal agregat kasar Cold Bin
Jenis Campuran minimum yang diperlukan
5 – 10 10 – 14 14 – 22 22 – 30
Lataston Lapis Aus Ya Ya - -
Lataston Lapis Pondasi Ya Ya - -
(3). Agregat halus
a. Agregat halus harus terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah lolos ayakan no.8
(2,36mm).
b. Agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah.
c. Pasir alam dapat dipakai sampai batas maksimum 15% berat total campuran.
d. Ketentuan agregat halus :
Tabel. 6.3.2. (2a) Ketentuan agregat halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai setara pasir SNI 03-1428-1997 Min. 50% untuk SS, HRS dan
AC bergradasi halus
Min. 70% untuk AC bergradasi
kasar
Material lolos ayakan no.200 SNI 03-4428-1997 Maksimal 8%
Kadar lempung SNI 3423 : 2008 Minimal 1%
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm AASHTO TP-33 Min. 45
atau
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm ASTM C-1252-93 Min. 40
(4). Gradasi agregat campuran Spesifikasi teknik hal 6-33 s/d hal 6-37
Tabel. 6.3.2.3. Amplop gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, dengan persen (6.3.2)
berat yang lolos terhadap total agregat dlm campuran

Ukuran ayakan Gradasi Senjang Gradasi Semi senjang


(mm)
37,5 WC Base WC Base
25
19 100 100 100 100
12,5 90 – 100 90 – 100 87 – 100 90 – 100
9,5 75 – 85 65 – 90 55 – 88 55 – 70
4,75
2,36 50 – 72 35 – 55 50 – 62 32 – 44
1,18
0,600 35 – 60 15 – 35 20 – 45 15 - 35
0,300 15 – 35 5 - 35
0,150
0,075 6 – 10 2-9 6 - 10 4–8
5. Prosedur rancangan campuran Design Mix Formula (DMF)
a. Sebelum dilakukan penghamparan, diusulkan metode kerja, agregat, aspal dan campuran
dengan membuat dan menguji campuran di laboratorium, dan penghamparan campuran
di lapangan.
b. Contoh agregat diambil dari cold bin, rancangan hasil laboratorium adalah sementara
sampai dicoba produksi dan penghamparan dilapangan.
c. Rancangan campuran memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
Tabel. 6.3.3(1c). Ketentuan sifat-sifat campuran lataston (HRS) Spesifikasi teknik hal 6-40 s/d hal 6-42
Lataston ( HRS ) (6.3.3(3))
Sifat-sifat campuran Lapis Aus ( WC ) Lapis Pondasi ( Base )
Semi Senjang Semi
Senjang
Senjang Senjang
Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal Mak 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min Min 35
Rongga dalam campuran
Mak Maks 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) Min 4,0
% Mak 6,0
Rongga dalam Agregat ( VMA )
18 17
%
Rongga terisi aspal % Min
68
Stabilitas marshal (Kg) Min 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshal Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas marshal sisa (%)
setelah perendaman 24 jam, Min 90
60ºC
Rongga dalam campuran (%)
pada kepadatan membral Min 3
(refusal)
6. a. DMF diusulkan maksimal 30 hari sebelum mulai pekerjaan aspal, dengan dilengkapi data-
data yang cukup.
b. Dilakukan percobaan/trial penghamparan dengan campuran DMF ± 50 ton.
c. 12 benda uji marshal diambil setiap percobaan penghamparan, dari instalasi pencampur
aspal atau dari truck pengangkut.
d. Percobaan yang memenuhi ketentuan, menjadikan DMF menjadi JMF, dengan toleransi
sebagai berikut :
Tabel. 6.3.3(2). Toleransi komposisi campuran
Agregat gabungan Toleransi komposisi campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5% berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai no.50 ± 3% berat total agregat
Lolos ayakan no.100 dan tertahan no.200 ± 2% berat total agregat
Lolos ayakan no. 200 ± 1% berat total agregat
Spesifikasi teknik hal 6-43 s/d hal 6-45
Kadar Aspal Toleransi (6.3.3(4))
Kadar aspal ± 0,3% berat total agregat

Temperatur Campuran Toleransi


Sebelum meninggalkan AMP dan dikirimkan ke -10ºC dari temperatur campuran beraspal di truck
tempat penghamparan saat keluar dari AMP
7. Ketentuan instalasi pencampur aspal
1) AMP
a. Disertifikasi oleh instansi yang berwenang.
b. Berupa pusat pencampur sistem penakaran (batching) dengan mix, kapasitas min 800 kg.
c. Dilengkapi dengan dust colector dengan sistem cyclone dan wet cyclone.
2) Tangki penyimpan aspal
a. Dilengkapi pemanas yang dapat dikendalikan.
b. Daya tampung minimal untuk 2 hari kerja.
3) Tangki penyimpan aditif
Tangki penyimpan aditif kapasitas untuk satu hari kerja, dilengkapi dengan dozing pump.
4) Ayakan panas, sesuai dengan jenis campuran tabel 6.3.2(1b)
5) Truck pengangkut, dilengkapi dengan terpal kamar, dengan jumlah cukup.
6) Peralatan penghampar, mampu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai
rencana.
7) Peralatan pemadat :
a. Pemadat roda baja :
- Pemadat tandem statis, berat min. 8 ton
- Pemadat tandem vibrator ganda, berat min. 6 ton

b. Pemadat roda karet : Spesifikasi teknik hal 6-45 s/d hal 6-50
- Mempunyai 9 roda, permukaan halus, ukuran sama, berat 10-12 ton (6.3.4)
- Tekanan pompa ban (6,0-6,5) Kg/cm2 atau (85-90)psi
8. Pembuatan dan produksi campuran beraspal
1. Bahan aspal dipanaskan sampai suhu 160ºC dalam tangki.
2. Agregat dialirkan dan dipanaskan maksimal +10ºC diatas suhu aspal, dengan nyala api
terjaga dan tepat, sehingga tidak terdapat jelaga pada agregat.
3. Agregat dicampur dengan proporsi yang tepat pada pugmill sekitar 45 detik.
4. Ketentuan suhu :
Tabel. 6.3.5.1. Ketentuan viskositas dan temperatur aspal untuk pencampuran dan pemadatan Spesifikasi teknik hal 6-50 s/d hal 6-52
No.
Viskositas Aspal Rentang Temperatur (6.3.5)
(P.A.S) Aspal Tipe I (ºC)
1 Pencampuran benda uji marshal 0,2 155 ±1
2 Pemadatan benda uji marshal 0,4 145 ±1
3 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 – 0,5 145 – 155
4 Menuang campuran aspal ke truck ± 0,5 135 – 150
5 Pemasukan ke alat penghampar 0,5 – 1,0 130 – 150
6 Pemadatan awal (roda baja) 1–2 125 – 145
7 Pemadatan antara (roda karet) 2 – 20 100 – 125
8 Pemadatan akhir (roda baja) < 20 > 95
9. Penghamparan campuran
1. Permukaan yang akan dihampar dibersihkan dari bahan yang tidak dikehendaki.
2. Alat penghampar berkecepatan yang tepat, dengan persetujuan direksi.
3. Pemadatan awal :
a. Memakai pemadat roda baja,
b. Jumlah lintasan setiap titik minimal 2 lintasan – 4 lintasan, kecepatan 3-4 km/jam
c. Suhu sesuai tabel 6.3.5.1
4. Pemadatan antara (intermediate)
a. Memakai pemadat roda karet,
b. Jumlah lintasan sesuai percobaan 6-12 lintasan, kecepatan 5-10 km/jam
c. Suhu sesuai tabel 6.3.5.1
5. Pemadatan akhir (finished rolling)
a. Memakai pemadat roda baja Spesifikasi teknik hal 6-53 s/d hal 6-56
b. Jumlah lintasan 4-6 lintasan, kecepatan 5-8 km/jam (6.3.6)
c. Suhu sesuai tabel 6.3.5.1
10. Pengendalian mutu dan pemeriksaan lapangan
1. Pengujian permukaan, toleransi sesuai pasal 6.3.1(4)(f), pada setiap interval 100 m,
dengan menggunakan mistar ukur 3 m.
2. Kepadatan lapangan SNI 03-6757-2002, minimal 98% , dengan core drill, termasuk untuk
ukur ketebalan.
3. Jumlah benda uji min 3 inti sample setiap kelipatan 200 m dan jumlah 3 untuk sisa yang
kurang dari 200 m.
Tabel 6.3.7.(1). Ketentuan Kepadatan
Kepadatan yang Kepadatan minimum Nilai minimum setiap
Jumlah benda uji per
diisyaratkan rata-rata pengujian tunggal
segmen
(% JSD) (% JSD) (% JSD)
3–4 98,1 95
98 5 98,3 94,9
76 98,5 94,8
ITEM URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK

4. Pengendalian mutu sebagai berikut :


Tabel. 6.3.7(2). Pengendalian mutu Spesifikasi teknik hal 6-56 s/d hal 6-60
Bahan dan pengujian Frekuensi pengujian (6.3.7)
Aspal :
Aspal berbentuk drum 3
√ dari jumlah drum
Aspal curah Setiap tangki aspal
Agregat :
Abrasi dengan mesin los angeles Setiap 5000 m3
Gradasi agregat Setiap 1000 m3
Gradasi agregat dari hot bin Setiap 250 m3 (min 2 pengujian per hari)
Nilai setara pasir Setiap 250 m3
Campuran :
Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan Setiap batch dan pengiriman
Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min 2 pengujian per hari)
Kepadatan, stabilitas, kelelehan, marshall
quoutient, rongga dalam campuran pada 75 Setiap 200 ton (min 2 pengujian per hari)
tumbukan
Rongga dalam campuran pada kepadatan
Setiap 3000 ton
membal.
Campuran rancangan (Mix Design Marshall) Setiap peralatan agregat / campuran
Lapisan yang dihampar
Benda uji inti (core) diameter 4” untuk partikel 3 benda uji untuk setiap 200 m panjang dan
ukuran 1” dan 6” untuk partikel ukuran > 1” baik kali pertamanya untuk sisa panjang segmen
untuk pemeriksaan pemadatan maupun untuk < 200 m, jumlah benda uji 3 sisa panjang
tebal lapisan. segmen.
Toleransi pelaksanaan :
Min 3 titik diukur melintang pada paling
Elevasi permukaan, untuk penampang melintang
sedikit setiap 12,5 m panjang memanjang
dari setiap jalur lalu lintas
sepanjang jalan tersebut.

11. Pengukuran volume adalah dalam ton bersih , dari campuran yang telah dihampar dan
diterima, sebagai perkalian luas dan tebal yang diterima pada kepadatan yang diperoleh dari
uji inti, setelah dikuragni berat dopal, bahan anti pengelupasan dan filler.
6.3.8.a Aspal Minyak 1. Ketentuan untuk aspal keras
Tabel 6.3.2.5. Ketentuan-ketentuan untuk aspal keras Spesifikasi teknik hal 6-37 (6.3.2(6))
Tipe I
No. Jenis pengujian Metode pengujian
Aspal pen 60/70
1 Penetrasi pada 25ºC (mm) SNI 06-2456-1991 60 – 70
2 Viskositas 135ºC SNI 06-6441-2000 385
3 Titik lembek ºC SNI 06-2434-1991 ≥ 48
4 Indeks penetrasi - ≥ -1,0
5 Daktilitas pada 25ºC (cm) SNI 06-2436-1991 ≥ 100
6 Titik nyala (ºC) SNI 06-2433-1991 ≥ 232
7 Kelarutan dalam toluene (%) ASTM D5546 ≥ 99
8 Berat jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0
9 Stabilitas penyimpanan (ºC) ASTM D5976 part 64 -
Pengujian TFOT atau RTFOT :
10 Berat yang hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8
11 Penetrasi pada 25ºC (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54
12 Indeks penetrasi - ≥ -1,0
13 Keelastisan setelah pengembalian (%) AASTHO T301-93 -
14 Daktilitas pada 25ºC (cm) SNI 062432-1991 ≥ 100
Partikel yang lebih halus dari 150 micron
15 -
(mm) (%)
NO.
URAIAN PEKERJAAN SYARAT KEBERTERIMAAN DAFTAR SIMAK
ITEM
2. Pengujian pengendalian mutu aspal, adalah sebagaimana pada tabel 6.3.7(2)
3. Perhitungan volume aspal adalah dalam ton, yang diukur dari aspal yang aktual yang Spesifikasi teknik hal 6-62 (6.3.8(2))
terpakai di AMP.
6.3.10. Bahan pengisi (Filler) 1. Bila terdiri dari abu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydroted dust), semen, atau
abu terbang (fly ask).
2. Persyaratan bahan pengisi harus kering, bebas dari gumpalan, lolos ayakan no. 200 min Spesifikasi teknik hal 6-36 (6.3.2(4))
75%.
3. Kadar filler min 1% - maks. 2%.
4. Perhitungan volume filler adalah dalam kg yang terpakai pada AMP.

Anda mungkin juga menyukai