UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENGAIRAN
MALANG
Jawablah dengan singkat dan jelas. Lengkapi dengan gambar, diagram atau skema bila
diperlukan.
1. Sebutkan beberapa jenis pengujian tanah di lapangan yang Anda ketahui beserta
tujuannya (minimum 3 jenis).
2. Dalam menentukan daya dukung pondasi dangkal, parameter tanah apa saja yang
diperlukan?
3. Berikan beberapa contoh kegagalan pondasi atau daya dukung tanah pada bangunan
sipil keairan (minimum 3 contoh).
4. Berikan uraian dan penjelasan tentang:
a. Pondasi Cakar Ayam (Prof. Sedijatmo)
b. Pondasi Sarang Laba-laba (Ir. Soetjipto dan Ir. Ryantori)
5. Jelaskan beberapa definisi berikut ini:
a. Lapisan tanah lensa
b. Daya dukung ultimit dan daya dukung ijin tanah
c. Faktor keamanan (factor of safety)
d. Tanah ekspansif
Uraian jawaban
Hasil uji SPT sangat dipengaruhi oleh jenis alat. Hal lain yang juga
berpengaruh adalah efisiensi tenaga alat dan operator pelaksana uji.
Menurut SNI 4153 2008, hasil uji SPT perlu dikoreksi untuk hal-hal berikut ini:
CN: faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif
CE: faktor koreksi terhadap rasio tenaga hammer
CB: faktor koreksi terhadap diameter bor
CR: faktor koreksi untuk panjang batang SPT
CS: faktor koreksi terhadap tabung sampler
pengeboran tanah.
Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti sondir lebih dapat
dipercaya daripada hasil percobaan penetrasi dinamis seperti SPT.
Kekerasan (Consistency)
0-2
2-4
4-8
8 - 15
15 30
Kaku (stiff)
Sangat kaku (very stiff)
> 30
Keras (hard)
Batasan
Dikenal sebagai tipe Begemann yang dapat mengukur nilai perlawanan ujung
geser.
Untuk nilai perlawanan ujung: tinggi pada pasir, rendah pada lempung.
Untuk nilai perlawanan geser/selimut: rendah pada pasir, tinggi pada
lempung
10
11
12
c. Uji tekan lateral pipih (flat dilatometer test): sifat deformasi tanah
13
14
Sumber:
Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik Pondasi Dr. Eng. Andre Primantyo, ST., MT. Jurusan
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 2014.
http://adhimuhtadi.dosen.narotama.ac.id/files/2011/04/11_sondir_boring.pdf
15
Nc, Nq dan N = faktor daya dukung sebagai fungsi dari sudut geser dalam () tanah; dapat
dihitung atau ditentukan dari tabel atau grafik.
Nc, Nq dan N = faktor daya dukung (bearing capacity factors) bila diasumsikan terjadi
keruntuhan geser keseluruhan (general shear failure).
Nc, Nq dan N = faktor daya dukung bila diasumsikan terjadi keruntuhan geser lokal (local
shear failure).
qu = 1.3 c Nc + q Nq + 0.4 B N
qu = 1.3 c Nc + q Nq + 0.3 B N
16
Bila m.a.t terletak pada 0 D1 Df maka harga q dari perumusan sebelumnya dihitung dengan:
q = effective surcharge = D1 + D2 (sat - w)
= D1 + D2
Juga harga (pada suku terakhir perumusan sebelumnya) harus diganti dengan harga :
= sat - w
Sumber:
Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik Pondasi Dr. Eng. Andre Primantyo, ST., MT. Jurusan
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 2014.
17
Sumber:
http://matakuliahteknik.blogspot.com/2010/04/struktur-bawah-bangunan.html
18
Menurut Oman (54) dan Rafli (53) warga sekitar bendungan mengungkapkan
jebolanya bagian sayap bendungan terjadi pada hari Minggu (26/4) sekitar pukul 21.00 WIB.
Saat runtuh warga juga mendengar suara gemeretak yang sangat keras disertai dengan tanah
yang bergetar. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kuat dukung tanah di bawah
pondasi bendungan mempunyai kohesifitas yang rendah.
Sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/88767
Bendungan Karanglo
Pada saluran irigasi Karanglo terdapat sebuah dam yang keberadaanya sudah tidak
bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan pondasinya sudah rusak (bocor)
sehingga tidak membendung air dengan baik.
Sumber:
http://glagahombo.blogspot.com/2013/02/fenomena-mistis-bendungan-dusun-karanglo.html
19
Sejarah
Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara
listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah, 2 menara
berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih
terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok
ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games
1962.
Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat
sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru ,Lahirlah ide Ir Sedijatmo
untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipapipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram
tanah lembek secara meyakinkan.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara
tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang
sekarang sudah menjadi ka wasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar
ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan
landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan
kembang susut.
Struktur
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung
oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit dengan plat
beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis
beton bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis-buis
beton ini gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton
dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga menciptakan suatu siatem
20
komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi rakit
(raft foundation).
Sumber: http://1.bp.blogspot.com
Mekanisme sistem podasi cakar alam dalam memikul beban dari hasil pengamatan
adalah sebagai berikut: Bila diatas pelat bekerja beban titik, maka beban tersebut membuat
pelat melendut. Lendutan ini menyebabkan buis-buis cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan
pada model menunjukkan rotasi cakar terbesar adalah pada cakar yang terletak di dekat beban.
Rotasi cakar memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar-ayam dan merupakan
momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan pelat,
semakin besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan maka semakin besar reduksi
lendutan. Momen lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat
geser) tanah disekitar cakar,yaitu semakin panjang (dan juga lebar) cakar, maka semakin besar
momen lawan terhadap lendutan pelat yang dapat diperoleh.
21
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof.
Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan
bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara
Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang
dan tribune di Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.
Sumber: http://satriamadangkara.com/wp-content/uploads/2011/10/Pemasangan-danPengecoran-Pondasi-Cakar-Ayam.jpg
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan telah
mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur, Inggris,
Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi_cakar_ayam
22
Konstruksi sarang laba-laba (KSLL) ini ditemukan pada tahun 1976 oleh Ir. Ryantori
dan Ir. Sutjipto dan di dalam pengembangan, pemasaran dan pelaksanaannya dipegang oleh
PT. KATAMA SURYABUMI yang telah mematenkannya pada Departemen Hukum dan Ham
RI/ HAKI dengan sertifikat paten No.ID. 0 018808.
Sumber : http://cdn.kaskus.com/images/2013/08/27/2491353_20130827072211.jpg
KSSL yang merupakan karya putra bangsa memiliki teknologi pembangunan yang
dirancang terdiri dari plat tipis yang diperkaku dengan rib-rib tipis dan tinggi yang saling
berhubungan membentuk segitiga-segitiga yang diisi dengan perbaikan tanah sehingga
menjadi satu kesatuan komposit konstruksi beton bertulang dan tanah yang kokoh atau kuat,
kaku dan mampu menyebarkan semua gaya secara merata ke tanah pemikul serta mampu
menerima gaya lateral akibat gempa.
Sumber: http://4.bp.blogspot.com
23
Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional yang
lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan
yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil
penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu
membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi
untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah
dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat dan bersifat
padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat dilaksanakan secara industri
(pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton bertulang dan yang
paling penting adalah ramah lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan
sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak
menimbulkan kebisingan disekitarnya.
Sumber: http://4.bp.blogspot.com
Selain digunakan sebagai pondasi bangunan bertingkat tanggung (12 lantai), KSSL
juga telah diaplikasikan untuk pembangunan infrastruktur seperti bandara khususnya untuk
konstruksi Runway, Taxiway dan Apron, seperti yang saat ini sedang dikerjakan di bandara
Juwata dan pembangunan Apron untuk pangkalan TNI AU di Tarakan, Kalimantan Timur.
Penghargaan sebagai Pemenang Lomba Karya Konstruksi Tahun 2007 untuk Kategori
Teknologi Konstruksi yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun lalu
akan lebih memiliki arti lagi bila adanya kesadaran dari pihak praktisi bisnis di bidang
konstruksi Indonesia untuk mengaplikasikannya sebagai wujud kebanggaan akan karya cipta
Bangsa Indonesia dan juga berusaha untuk mensosialisasikannya di tingkat international untuk
menjadikan Pondasi KSSL sebagai Prestasi Dunia Dari Indonesia, akan tetapi untuk
24
mewujudkan itu semua memerlukan dukungan dari berbagai pihak khususnya dalam hal ini
pemerintah.
Sumber:
http://nanasuryanacenter.wordpress.com/teknik-sipil/pondasi-sarang-laba-laba/
25
26
mendadak, maka terdapat kemungkinan bahwa terdapat lensa (lapisan tipis) tanah keras pada
daerah tersebut.
Sumber:
Muhrozi. 2001. Soil Test, Masalah dan Aplikasinya pada Tanah Lunak. Universitas
Diponegoro.
http://wiryanto.wordpress.com/2007/12/19/memilih-sistem-pondasi/#comment-41188
http://irawanfirmansyah.wordpress.com/about-me/#comment-80
http://prasetyotheocean.wordpress.com/2013/05/23/daya-dukung-tanah/
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000014767913/mengenai-pondasi-dan-uji-ujipondasi-testing/
Dimana :
qu
Pu
= beban ultimit
= luas pondasi
Kapasitas/daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk menahan
suatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi. Kapasitas/daya
dukung tanah batas (qu = qult = ultimate bearing capacity) adalah tekanan maksimum yang
dapat diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa menimbulkan kelongsoran geser
pada tanah pendukung tepat di bawah dan sekeliling pondasi.
Konsep perhitungan daya dukung batas tanah dan bentuk keruntuhan geser dalam tanah
dapat dilihat dalam model pondasi menerus dengan lebar (B) yang diletakkan pada permukaan
lapisan tanah pasir padat (tanah yang kaku) seperti pada Gambar 1.3a. Apabila beban terbagi
rata (q) tersebut ditambah, maka penurunan pondasi akan bertambah pula. Bila besar beban
terbagi rata q = qu (qu = daya dukung tanah batas) telah dicapai, maka keruntuhan daya dukung
27
akan terjadi, yang berarti pondasi akan mengalami penurunan yang sangat besar tanpa
penambahan beban q lebih lanjut seperti Gambar 1.3b. Hubungan antara beban dan penurunan
ditunjukkan pada kurva I pada Gambar 1.3b. Untuk keadaan ini, qu didefinisikan sebagai daya
dukung batas dari tanah.
qu
Beban per
satuan luas
q
I
II
B
Keruntuhan
geser
setempat
(a)
Keruntuhan
geser
menyeluruh
(b)
28
29
Tanah adalah material yang homogen, isotropis dengan kekuatan gesernya yang mengikuti
hukum Coulumb.
= c + . tan
(1.1)
dimana :
= tegangan geser
30
c = kohesi tanah
= tegangan normal
Untuk pondasi menerus penyelesaian masalah seperti pada analisa dua dimensi
Analisa distribusi tegangan di bawah dasar pondasi menurut teori Terzaghi seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.7, dimana bidang keruntuhan dibagi menjadi 3 (tiga) zona
keruntuhan yaitu:
Gambar 1.7 Analisa distribusi tegangan di bawah pondasi menurut teori Terzaghi (1943)
Zona I
Bagian ACD adalah bagian yang tertekan ke bawah dan menghasilkan suatu keseimbangan
plastis dalam bentuk zona segitiga di bawah pondasi dengan sudut ACD = CAD = = 45o
+ /2. Gerakan bagian tanah ACD ke bawah mendorong tanah disampingnya ke samping.
Zona II
Bagian ADF dan CDE disebut radial shear zone (daerah geser radial) dengan curve DE
dan DF yang bekerja pada busur spiral logaritma dengan pusat ujung pondasi.
Zona III
Bagian AFH dan CEG dinamakan zona pasif Rankine dimana bidang tegangannya
merupakan bidang longsor yang mengakibatkan bidang geser di atas bidang horisontal
tidak ada dan digantikan dengan beban sebesar
q = . Df
Terzaghi (1943), memberikan beberapa rumus sesuai dengan bentuk geometri pondasi
tersebut. Rumus-rumus yang dimaksud antara lain:
Untuk tanah dengan keruntuhan geser umum (general shear failure)
31
(1.2)
(1.3)
(1.4)
(1.5)
dimana:
qu = daya dukung maksimum
c
= kohesi tanah
= panjang pondasi
Df = kedalaman pondasi
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung yang besarnya dapat ditentukan dengan memakai
Tabel 1.1 atau Gambar 1.8 atau dengan memakai rumus-rumus sebagai berikut:
e 2(3/4/)tan
1 cot (N q 1)
N c cot
2
2cos 4 2
e 2(3/4/)tan
Nq
2cos 2 45
2
1 K py
1 tan
2 cos 2
(1.6)
(1.7)
(1.8)
32
(1.9)
(1.10)
(1.11)
(1.12)
Tabel 1.1 Faktor Daya Dukung Terzaghi untuk Kondisi Keruntuhan Geser Umum (general
shear failure)
33
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Nc
5,70
6,00
6,30
6,62
6,97
7,34
7,73
8,15
8,60
9,09
9,61
10,16
10,76
11,41
12,11
12,86
13,68
14,60
15,12
16,56
17,69
18,92
20,27
21,75
23,36
25,13
Nq
1,00
1,10
1,22
1,35
1,49
1,64
1,81
2,00
2,21
2,44
2,69
2,98
3,29
3,63
4,02
4,45
4,92
5,45
6,04
6,70
7,44
8,26
9,19
10,23
11,40
12,72
N
0,00
0,01
0,04
0,06
0,10
0,14
0,20
0,27
0,35
0,44
0,56
0,69
0,85
1,04
1,26
1,52
1,82
2,18
2,59
3,07
3,64
4,31
5,09
6,00
7,08
8,34
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Nc
27,09
29,24
31,61
34,24
37,16
40,41
44,04
48,09
52,64
57,75
63,53
70,01
77,50
85,97
95,66
106,81
119,67
134,58
151,95
172,28
196,22
224,55
258,28
298,71
347,50
Nq
14,21
15,90
17,81
19,98
22,46
25,28
28,52
32,23
36,50
41,44
47,16
53,80
61,55
70,61
81,27
93,85
108,75
126,50
147,74
173,28
204,19
241,80
287,85
344,63
415,14
N
9,84
11,60
13,70
16,18
19,13
22,65
26,87
31,94
38,04
45,41
54,36
65,27
78,61
95,03
115,31
140,51
171,99
211,56
261,60
325,34
407,11
512,84
650,67
831,99
1072,80
* Kumbhojkar (1993)
Tabel 1.2 Faktor-faktor daya dukung Terzaghi modifikasi untuk kondisi keruntuhan geser
setempat (locall shear failure)
34
Nc
Nq
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
5,70
5,90
6,10
6,30
6,51
6,74
6,97
7,22
7,47
7,74
8,02
8,32
8,63
8,96
9,31
9,67
10,06
10,47
10,90
11,36
11,85
12,37
12,92
13,51
14,14
14,80
1,00
1,07
1,14
1,2
1,30
1,39
1,49
1,59
1,70
1,82
1,94
2,08
2,22
2,38
2,55
2,73
2,92
3,13
3,36
3,61
3,88
4,17
4,48
4,82
5,20
5,60
N
0,00
0,005
0,02
0,04
0,055
0,074
0,10
0,128
0,16
0,20
0,24
0,30
0,35
0,42
0,48
0,57
0,67
0,76
0,88
1,03
1,12
1,35
1,55
1,74
1,97
2.25
Nc
Nq
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
15,53
16,30
17,13
18,03
18,99
20,03
21,16
22,39
23,72
25,18
26,77
28,51
30,43
32,53
34,87
37,45
40,33
43,54
47,13
51,17
55,73
60,91
66,80
73,55
81,31
6,05
6,54
7,07
7,66
8,31
9,03
9,82
10,69
11,67
12,75
13,97
15,32
16,85
18,56
20,50
22,70
25,21
28,06
31,34
35,11
39,48
44,54
50,46
57,41
65,60
N
2,59
2,88
3,29
3,76
4,39
4,83
5,51
6,32
7,22
8,35
9,41
10,90
12,75
14,71
17,22
19,75
22,50
26,25
30,40
36,00
41,70
49,30
59,25
71,45
85,75
* Kumbhojkar (1993)
35
Gambar 1.9. Perubahan kapasitas dukung adanya beda tinggi muka air tanah
a. Kasus I : jika letak muka air tanah, 0 < D1 Df :
q = D1. + D2(sat - w) dan
(1.13)
d
( )
B
(1.14)
(1.15)
Dimana :
qu = daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi (= diameter untuk pondasi lingkaran )
= berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk
36
Nc; Nq; N
= faktor daya dukung, sesuai Tabel 1.3 atau dengan rumus faktor daya
N q tan 2 45 e .tan
2
(1.16)
Nc (Nq 1).cot
(1.17)
N 2.(Nq 1).tan
(1.18)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Nc
5,14
5,38
5,63
5,90
6,19
6,49
6,81
7,16
7,53
7,92
8,35
8,80
9,28
9,81
10,37
10,98
11,63
12,34
13,10
13,93
14,63
15,82
16,88
18,05
19,32
20,72
Nq
1,00
1,09
1,20
1,31
1,43
1,57
1,72
1,88
2,06
2,25
2,47
2,71
2,97
3,26
3,59
3,94
4,34
4,77
5,26
5,80
6,40
7,07
7,82
8,66
9,60
10,66
N
Nq/Nc
0,00
0,20
0,07
0,20
0,15
0,21
0,24
0,22
0,34
0,23
0,45
0,24
0,57
0,25
0,71
0,26
0,86
0,27
1,03
0,28
1,22
0,30
1,44
0,31
1,69
0,32
1,97
0,33
2,29
0,35
2,65
0,36
3,06
0,37
3,53
0,39
4,07
0,40
4,68
0,42
5,39
0,43
6,20
0,45
7,13
0,46
8,20
0,48
9,44
0,50
10,88 0,51
tan
0,00
0,02
0,03
0,05
0,07
0,09
0,11
0,12
0,14
0,16
0,18
0,19
0,21
0,23
0,25
0,27
0,29
0,31
0,32
0,34
0,36
0,38
0,40
0,42
0,45
0,47
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Nc
22,25
23,94
25,80
27,86
30,14
32,67
35,49
38,64
42,16
46,12
50,59
55,63
61,35
67,87
75,31
83,86
93,71
105,11
118,37
133,88
152,10
173,64
199,26
229,93
266,89
Nq
11,85
13,20
14,72
16,44
18,40
20,63
23,18
26,09
29,44
33,30
37,75
42,92
48,93
55,96
64,20
73,90
85,38
99,02
115,31
134,88
158,51
187,21
222,31
265,51
319,07
N
Nq/Nc
12,54
0,53
14,47
0,55
16,72
0,57
19,34
0,59
22,40
0,61
25,99
0,63
30,22
0,65
35,19
0,68
41,06
0,70
48,03
0,72
56,31
0,75
66,19
0,77
78,03
0,80
92,25
0,82
109,41 0,85
130,22 0,88
155,55 0,91
186,54 0,94
224,64 0,97
271,76 1,01
330,35 1,04
403,67 1,08
496,01 1,12
613,16 1,15
762,89 1,20
tan
0,49
0,51
0,53
0,55
0,58
0,60
0,62
0,65
0,67
0,70
0,73
0,75
0,78
0,81
0,84
0,87
0,90
0,93
0,97
1,00
1,04
1,07
1,11
1,15
1,19
* Vesic (1973)
Rumus umum yang digunakan untuk menentukan faktor pengaruh bentuk, kedalaman dan
kemiringan beban dapat digunakan seperti dalam Tabel 1.4
37
Rumus
Fcs 1
Sumber
De Beer (1970)
B Nq
L Nc
B
tan
L
B
F s 1 0,4
L
Fqs 1
Kedalaman
Untuk = 0
a. Bila Df/B 1
Fcd 1 0,4
Fqd 1
Hansen (1970)
Df
B
Fd 1
Untuk > 0
Fcd Fqd -
1 - Fqd
N c tan
Fd 1
Untuk = 0
Df
B
D
Fcd 1 0,4 tan 1 f
B
Fqd 1
Fd 1
Untuk > 0
Fcd Fqd -
1 - Fqd
N c tan
D
Fqd 1 2 tan 1 sin tan 1 f
B
F d 1
Rumus
Sumber
38
Kemiringan
Fci Fqi 1
90
F i 1
Mayerhof (1963);
Hanna dan Mayerhof
(1981)
Df
Sumber:
http://www.slideshare.net/ayufatimahzahra/daya-dukung-pondasi-dengan-analisis-terzaghi
http://www.rahmadsigit.files.wordpress.com/2013/04/daya-dukung.doc
Sumber:
http://muchtar.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/M2-Rekayasa-pondasi-2011.pdf
Tanah ekspansif
Tanah ekspansif merupakan istilah yang mengacu pada tanah atau batuan yang memliki
potensi untuk mengembang dan menyusut akibat perubahan kondisi airnya. Secara teknis,
tanah ini biasanya mengandung mineral montmorillonite bermuatan negatif besar yang
menyerap air dengan mengisi rongga pori, sehingga tanahnya mengembang, dan kekuatannya
berkurang drastis.
Walaupun definisi ini terlihat sederhana, tetapi sebenarnya fenomena kembang susut
dari tanah ekspansif memiliki kinerja yang rumit dan kompleks. Dari beberapa studi yang telah
39
Sumber: http://konstruksimania.blogspot.com/2012/06/hati-hati-dengan-tanah-ekspansif.html
Secara umum, sifat-sifat yang menonjol dari tanah ekspansif adalah berdaya dukung
sangat rendah pada kondisi basah. Kemudian, kembang susutnya sangat tinggi, sehingga
berakibat sangat buruk bilamana mengalami perubahan kadar air (timbul retak-retak pada
kondisi kering dan mengembang pada kondisi basah).
Beberapa parameter umum dapat digunakan sebagai indikator tanah ekspansif, antara
lain :
1. Dari hasil laboratorium tanah, didapati : PI > 25 ; LL > 40 ; dan SL < 11
2. Alluvium berwarna gelap, seperti hitam, biru, atau coklat tua (kadang-kadang ada
bintik-bintik putihnya)
3. Sangat peka terhadap perubahan kadar air (potensi retak dan mengembang)
Tanah ekspansif memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis tanah pada
umumnya yaitu:
1. Mineral Lempung
40
Sumber:
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2253731-definisi-tanah-ekspansif/
http://aryapersada.com/teknik-konstruksi-di-atas-tanah-ekspansif.html
http://konstruksimania.blogspot.com/2012/06/hati-hati-dengan-tanah-ekspansif.html
41