Anda di halaman 1dari 7

5.

Uji Dilatometer
Uji dilatometer (Marchetti 1980, Schmertmann, 1988) merupakan uji sederhana untuk mengukur modulus tanah.
Alat ini berupa suatu blade dengan lebar 95 mm dan tebal 15 mm. Ditengahnya terdapat suatu plat lingkaran
yang dapat bergerak keluar jika dikembangkan.
Prosedur pengujian dilatometer mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1 Dilatometer dimasukkan kedalam lubang galian, lakukan pembacaan setelah dikoreksi (p1).
2 Membran dikembangkan dan tekanan dibaca saat mencapai 1.1. mm (p2).
3 Tekanan diturunkan dan saat membran kembali keposisi semula, kembali dibaca (p3).
4 Dilatometer diturunkan ke titik berikutnya dan langkah 1 s/d 3 diulang kembali.
Setiap pengujian hanya membutuhkan waktu 1-2 menit. Keuntungan utama dari dilatometer adalah bahwa alat
ini dapat memperkirakan tekanan at rest di lapangan. Disamping itu kemampatan tanah dapat diperoleh
(modulus subgrade).
Dari data diatas dapat diperoleh beberapa parameter dilatometer sebagai berikut :
1 Modulus dilatometer, Ed
Ed =34.7(p2-p1)

Kd
2

p1 u
po '

Indeks Tegangan Lateral, Kd

ID
3

p 2 p1
p2 u

Indeks Material, ID

Berdasarkan parameter tersebut maka jenis tanah, modulus, dan kekuatan gesernya dapat diperkirakan.

Gambar 1.14. Korelasi Antara Jenis Tanah dengan


Indeks Material dan Modulus Dilatometer
(Sumber : Lacasse & Lunne. 1986)

6. Pengamatan Muka Air Tanah


Pengamatan muka air tanah dan fluktuasinya untuk beberapa proyek amat dibutuhkan khususnya dimana
pengaruh dari posisi muka air tanah memberikan beban hidrostatik dan beban uplift. Disamping itu pengetahuan
mengenai muka air tanah juga amat dibutuhkan untuk tahapan konstruksi.
Cara umum untuk memperoleh informasi muka air tanah adalah dengan menggunakan piezometer yang dapat
dipasang pada bekas lubang bor.

Gambar. 1.15. Piezometer Jenis Standpipe dan Hidrolik


7. Cara Pelaporan Hasil Penyelidikan Tanah
Pelaporan hasil penyelidikan tanah harus mencakup informasi yang dibutuhkan untuk perancangan pondasi
maupun untuk penentuan teknik pelaksanaan oleh kontraktor. Bagian yang penting dari isi laporan meliputi :
Geologi dan topografi di lokasi proyek.
Bor log dan potongan - potongan melintang profil tanah.
Hasil uji lapangan (SPT, CPT, VST, Pressuremeter dan lain-lain).
Posisi muka air tanah.
Hasil uji laboratorium.
Kondisi lapangan, diantaranya yang penting adalah bangunan sekitar yang sudah ada, jalan akses, utilitas
umum, lokasi sungai atau selokan dan lain-lain.

Pada umumnya laporan diatas disebut factual report yaitu berisi data-data apa adanya tanpa memberikan
engineering judgement ataupun rekomendasi. Dalam banyak hal di Indonesia, pekerjaan penyelidikan tanah
sering dituntut untuk melengkapi dengan desain dan rekomendasi.
Penurunan Seketika pada Tanah Berpasir
Penurunan elastik pada tanah berpasir dihitung dengan memasukkan faktor regangan (strain influence
factor) yang ditemukan oleh Hortman dan Schmertman (1978) ke dalam persamaan seperti dibawah
ini :
z2

Iz

E z

S e C1C 2 (q q)

(2.84)
dengan :
Iz = faktor regangan

qq

1 0,5

C1 = faktor koreksi timbunan pondasi


C2 = faktor koreksi rayapan (creep) = 1 + 0,2 . log (t/0,1)
t = waktu yang ditinjau (dalam tahun)
q = . Df

Df = kedalaman pondasi

; Es = modulus Young

= berat isi tanah

q
= beban merata yang bekerja pada dasar pondasi

Q
L.B

Variasi harga Iz untuk pondasi berbentuk persegi dan lingkaran diberikan sebagai berikut, Gambar 2.25 :
Iz = 0,1 pada kedalaman z
= 0
Iz = 0,5 pada kedalaman z
= z1 = 0,5.B
Iz = 0
pada kedalaman z
= z2 = 2.B
Variasi Iz untuk pondasi dengan nilai L/B 10 adalah :
Iz = 0,2 pada kedalaman z
=0
Iz = 0,5 pada kedalaman z
= z1 = B
Iz = 0
pada kedalaman z
= z2 = 4.B
Untuk nilai perbandingan L/B antara 1 dan 10 nilai-nilai Iz bisa diperoleh dengan cara interpolasi.
Dengan, B = lebar fondasi sedangkan L = panjang fondasi.

Grafik 2.25. Variasi faktor pengaruh regangan Iz di bawah dasar pondasi


Menentukan Iz dari data tanah yang ada :
1 Dari data tanah yang ada gambarkan penampang pondasi dengan lebar B yang ada
2 Tentukan kedalaman tanah yang diperkirakan mengalami penurunan dengan menggunakan
batasan 2B atau 4B sesuai dengan bentuk pondasi
3 Dengan menggunakan titik bantu Iz yang ada, tentukan garis regangan dengan nilai regangan
maksimum 0,5
4 Tentukan jumlah lapisan yang digunakan dalam perhitungan penurunan
5 Tentukan nilai Iz pada tengah-tengah setiap lapisan yang merupakan perpotongan dengan garis
regangan.
6 Menghitung besarnya penurunan yang terjadi dengan menggunakan rumus 2.84.
Menentukan nilai Es dan berbagai jenis tanah
Besarnya nilai-nilai Es dan untuk keperluan praktis dapat dicari dengan menggunakan bantuan Tabel
2.6. Tetapi biasanya angka-angka tersebut diperoleh dari hasil pengujian tanah di laboratorium.
Selain itu harga Es dan dapat juga diperoleh berdasarkan besarnya nilai N (dari pengujian SPT) atau
nilai tahanan penetrasi ujung qc (hasil pengujian sondir di lapangan) dengan menggunakan rumus yang
diberikan Schmertmann, Mitchell dan Gardner (1975) seperti di bawah ini :
Es (kN/m2) = 766 N

atau Es (ton/ft2) = 8 N

Es = 2.qc

(2.85)
(2.86)

dengan :
qc = perlawanan nilai tahanan konus
Sedangkan Schmertmann dan Hartman (1978) memberikan koreksi nilai-nilai tersebut:
Es = 2,5 qc
(untuk pondasi persegi dan lingkaran)
Es = 3,5 qc

(untuk pondasi menerus)

Untuk lempung nilai Modulus Young adalah :


Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi normal (normally consolidated clays)
Es = 250.c ~ 500.c

(2.87)
(2.88)

(2.89)

Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi berlebihan (overconsolidated clays)


Es = 750.c ~1000.c
dengan :
c = kohesi undrained untuk tanah lempung.

(2.90)

4.5 Daya Dukung Tiang Berdasarkan Data Sondir


Untuk menentukan daya dukung pondasi tiang dengan data sondir ada 3 (tiga) cara :
1. Cara Konvensional
2. Cara Schmertmann dan Nottingham (1975)
3. Cara Tumay dan Fakhroo (1981)
4.5.1 Cara Konvensional
Daya dukung satu tiang :

qu

qc .A JHP.O

F1
F2

(4.51)
dimana :
qc = nilai konus (nilai rata-rata harga konus diambil 4.D di bawah ujung tiang dan 8.D di atas ujung tiang)
JHP = jumlah hambatan pelekat sepanjang tiang
A = penampang tiang
O = keliling tiang
F = faktor keamanan
4.5.2 Cara Schmertmann dan Nottingham (1975)
Daya dukung satu tiang :
qu = qp + qs
qp

(4.52)

qc1 qc2 2 qc3


2

(4.53)

18.D . f .A

qs K s,c .

L 8
L 0

L L

L 8.D

.A s

(4.54)

dimana :
qp = daya dukung ujung tiang
qs = daya dukung akibat lekatan
qc1 = nilai konus rata-rata dari 0,7.D s/d 4.D di bawah ujung tiang arah a b
qc2 = nilai konus minimum dari 0,7.D s/d 4.D di bawah ujung tiang arah b c
qc3 = nilai konus rata-rata dari 0,7.D s/d 8.D di atas ujung tiang
Ks,c = faktor koreksi (Ks = 2 untuk pasir, Kc = 2 untuk lempung) lihat Grafik 8
D
fs
As
L

= diameter tiang
= hambatan lekatan tanah dari data sondir
= luas selimut tiang
= panjang total tiang

Untuk bore pile, Schmertmann (1978) menyarankan harga qc dikalikan 0,75 artinya untuk memperhitungkan
pengurangan tegangan efektif yang bekerja sepanjang tiang.
4.5.3 Cara Tumay dan Fakhroo (1981)
Daya dukung satu tiang :
qu = qp + qs

(4.55)

dimana :
qp = daya dukung ujung tiang (cara Schmertmann)
qs = daya dukung akibat gesekan kulit = L . O . fo
fo = unit lekatan = m . fs
fs

= JHP L

fs
JHP
L
O
m

= lekatan rata-rata
= jumlah hambatan lekatan sepanjang tiang
= panjang tiang
= keliling tiang
= koefisien lekatan (nilai : 0,50 s/d 10,0)

Anda mungkin juga menyukai