Anda di halaman 1dari 6

DAYA DUKUNG TIANG TUNGGAL LEKATAN PENUH HASIL

PERHITUNGAN CPT DAN UJI PEMBEBANAN LAPANGAN

Yusti Yudiawati
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, FTSP-ITS Surabaya
E-mail: y.yudiawati@yahoo.co.id,

Indrasurya B. Mochtar
Profesor di JurusanTeknik Sipil, FTSP-ITS Surabaya

Noor Endah Mochtar


Profesor di JurusanTeknik Sipil, FTSP-ITS Surabaya

ABSTRAK: Tiang lekatan (friction pile) dan tiang lekatan penuh (full friction pile) merupakan jenis floating
pile. Daya dukung floating pile umumnya dihitung menggunakan data CPT karena dapat memberikan nilai
tahanan ujung dan lekatan sepanjang kedalaman tiang. Perhitungan data CPT memiliki banyak metode
sehingga perlu diketahui metode yang paling sesuai digunakan pada floating pile khususnya tiang lekatan
penuh. Validasi hasil perhitungan CPT dilakukan dengan uji pembebanan lapangan pada tiang beton tunggal
full friction dimensi 20 cm x 20 cm dengan kedalaman tertanam 5,5 m, 11,5 m dan 17,5 m. Analisa
perhitungan daya dukung ultimit dengan data CPT menggunakan metode Schmertmann-Nottingham (1975),
metode Bagemann (1965) dan metode Philipponat (1980) dibandingkan dengan daya dukung ultimit hasil
pembebanan lapangan. Hasilnya menunjukkan metode Bagemann (1965) lebih sesuai digunakan pada tiang
lekatan penuh dengan akurasi mencapai 70-100% mendekati hasil uji pembebanan lapangan.

Kata Kunci: floating pile, full friction pile, tiang tunggal, uji pembebanan lapangan
1 PENDAHULUAN kondisi. Untuk itu, perlu dilakukan validasi
Selama ini telah umum dikenal pondasi hasil perhitungan tersebut dengan hasil uji
tiang yang disebut sebagai end bearing pile pembebanan lapangan guna mengetahui
dan floating pile. Daya dukung end bearing metode yang paling sesuai untuk digunakan
pile hanya mengandalkan kekuatan tanah di pada kondisi tiang atau tanah di suatu lokasi
ujung tiang saja; sedang daya dukung floating tertentu.
pile tergantung pada lekatan sepanjang tiang Beberapa peneliti yaitu Horvitz et al (1981),
dan mungkin sebagian kecil kekuatan tanah di Briaud (1988) dan Lestari, A.S, et al (2014)
ujung tiang. Untuk membedakannya, floating telah melakukan validasi tersebut dan hasilnya
pile dibedakan dalam dua tipe yaitu friction dinyatakan bahwa metode Schmertmann-
pile dan full friction pile. Dinamakan sebagai Nottingham (1975) memberikan hasil yang
pondasi friction pile apabila ujung tiang sudah paling sesuai dengan hasil loading test. Hanya
berada pada lapisan tanah kaku/agak padat, saja, penelitian dilakukan terhadap tiang yang
sedangkan pada full friction pile seluruh daya dukungnya didasarkan pada kekuatan
panjang tiang berada di lapisan tanah lunak. lapisan tanah di ujung tiang dan lekatan di
Jadi daya dukung tiang full friction (tiang sepanjang tiang (friction pile), bukan full
lekatan penuh) 100% hanya mengandalkan friction pile. Untuk itu, perlu dilakukan
lekatan antara tiang dan tanah (Mochtar, penelitian pada full friction pile dimana
1985). seluruh panjang tiang berada di lapisan tanah
Daya dukung floating pile umumnya lunak mengingat banyaknya bangunan di
ditentukan dengan menggunakan data sondir Indonesia yang didirikan diatas lapisan tanah
atau Cone Penetrometer Test (CPT) karena lunak yang sangat tebal.
data sondir memberikan hasil nilai konus dan
lekatan sepanjang tiang. Hanya saja, banyak
2. TANAH DAN TIANG YANG DITELITI
metode dan formula tersedia dimana tidak
semuanya sesuai untuk digunakan di semua
Untuk melakukan penelitian tersebut telah qc1 = nilai tahanan kerucut minimum rata-
dipilih kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, rata dengan rentang (0,7 – 4) D di
yang sebagian wilayahnya memiliki lapisan bawah ujung tiang (kg/ cm²)
tanah lembek yang sangat tebal. Untuk tujuan qc2 = nilai tahanan kerucut rata-rata 8D
tersebut telah dilakukan uji CPT (sondir) di 2 di atas ujung tiang (kg/ cm²)
titik (S1 dan S2) dan uji pembebanan lapangan D = diameter tiang (cm)
(loading test). Tiang minipile yang dipakai qc2 = qc rata-rata pada 8D
pada penelitian ini terbuat dari beton yang α = faktor koreksi gesekan selimut tiang
berukuran 20 x 20 cm. Tiang dipancang D = diameter tiang (cm)
sampai kedalaman yang berbeda yaitu 5,5 m, y = jarak dimana tahanan dibawah tiang
11,5 m, dan 17,5 m seperti pada Gambar 1. yang dihitung = 4D (cm)
Tiang uji kedalaman 5,5 m sebanyak 1 sampel,
kedalaman 11,5 m sebanyak sampel dan Perhitungan daya dukung ultimit dengan
kedalaman 17,5 m sebanyak 2 sampel. metode Bagemann (1965) merupakan metode
yang banyak digunakan untuk tanah kohesif
dengan persamaan sebagai berikut:

Qult = qc . Ab + JHP. As ………………… (2)

Dimana :
Qult = Tahanan ultimit tiang (ton/m2)
qc = Rata-rata qc pada jarak 4D ke atas dan
1D ke bawah dari ujung tiang (ton/m2)
Ab = Luas penampang ujung tiang (m2)
As = Luas keliling selimut tiang (m2)
Gambar 1. Variasi Panjang Tiang JHP = Jumlah hambatan pelekat (t/m)

Perkiraan daya dukung ultimit


menggunakan data CPT untuk kondisi tanah
3. PREDIKSI DAYA DUKUNG FULL yang berbeda oleh Philipponat (1980) adalah:
FRICTION PILE BERDASARKAN DATA
SONDIR (CPT) qb = kb.qcα(tip) ………...………………....…..… (3)
Prediksi daya dukung full friction pile
berdasarkan data sondir (CPT) yang digunakan
………......…… (4)
adalah metode Schmertmann dan Nottingham
(1975), metode Bagemann (1965), dan
Dimana:
Philipponat (1980). Metode-metode ini dipilih
fp = tahanan selimut tiang (ton/m2)
karena daya dukung full friction pile hanya
qca(side) = rata-rata bacaan qc (ton/m2)
mengandalkan tahanan selimut tiang (fs)
qb = tahanan ujung tiang (ton/m2)
mengingat nilai tahanan konus sangat kecil.
qca(tip) = nilai qc pada ujung tiang (ton/m2)
Persamaan daya dukung pondasi tiang kb = koefisien bergantung jenis tanah
dengan metode Schmertmann adalah sebagai
berikut:
Nilai qc rata-rata pada metode Philipponat
adalah jarak dari 3D ke atas dan ke bawah dari
dasar tiang. Nilai fp pada metode ini
dipengaruhi oleh jenis tiang dan tanah.
……...… (1)
Dari hasil uji sondir (Gambar 2) diketahui
bahwa sampai dengan kedalaman 20 meter
Dimana: tanah di lokasi penelitian merupakan lapisan
tanah lempung lunak dengan nilai qc < 10
kg/cm2 dan Friction Ratio 4–10. Apabila
kedalaman tiang uji adalah 5,5m, 11,5m dan
Qp Qs Qult
17,5 m maka seluruh tiang berada pada lapisan Data Metode
lunak atau di kategorikan sebagai full friction (ton) (ton) (ton)
pile atau tiang lekatan penuh. Schmertmann-
0,60 3,31 3,91
Nottingham
S1
Bagemann 0,80 2,52 3,32
Philipponant 0,40 4,25 4,65
Schmertmann-
0,60 3,20 3,80
Nottingham
S2
Bagemann 0,63 2,52 3,15
Philipponant 0,20 3,60 3,80

Tabel 2. Daya dukung tiang kedalaman 11.5 m


Qp Qs Qult
Data Metode
(ton) (ton) (ton)
Schmertmann-
1,60 15,13 16,73
Nottingham
S1
Bagemann 1,53 6,32 7,85
Philipponant 0,80 12,25 13,05
Schmertmann-
1,40 13,49 14,89
Nottingham
S2
Bagemann 1,43 5,92 7,35
Philipponant 0,80 11,85 12,65

Tabel 3. Daya dukung tiang kedalaman 17.5 m


Qp Qs Qult
Data Metode
(ton) (ton) (ton)
Schmertmann-
3,00 38,27 41,27
Nottingham
Gambar 2. Grafik CPT dilokasi penelitian S1
Bagemann 2,90 10,96 13,86
Philipponant 1,20 27,90 29,10
Dengan metode Schmertmann-Nottingham Schmertmann-
3,80 29,99 33,79
(1975), metode Bagemann (1965), dan metode Nottingham
S2
Philipponat (1980), hasil prediksi daya dukung Bagemann 4,23 10,72 14,95
tiang uji adalah seperti diberikan dalam Tabel Philipponant 1,92 29,03 30,95
1 - Tabel 3. Dari hasil prediksi tersebut
diketahui bahwa daya dukung tiang yang
merupakan kontribusi dari tahanan selimut
tiang adalah sebagai berikut: metode 4. DAYA DUKUNG FULL FRICTION PILE
BERDASARKAN UJI PEMBEBANAN
Schmertmann-Nottingham sekitar 80 – 90%,
LAPANGAN
metode Bagemann sekitar 80% dan pada
metode Philipponat komponen tahanan selimut Seperti disebutkan diatas bahwa untuk
tiang hampir mencapai 90 – 95% dari total menentukan daya dukung ultimit tiang di
daya dukung ultimit tiang. lapangan maka dilakukan test uji pembebanan
(static loading test). Tiang yang akan diuji,
dipancang dan dibiarkan selama 30 hari
(Gambar 3) sebelum pemberian beban untuk
loading test dimulai. Sketsa letak beam,
beban, dan tiang diberikan di Gambar 4.
Tabel 1. Daya dukung tiang kedalaman 5.5 m
sangat besar pada saat penurunan tiang yang
terjadi masih pada area elastic, seperti
ditunjukkan pada Gambar 5. Metode-metode
lain menghasilkan daya dukung ultimit yang
lebih besar daripada kenyataan keruntuhan
yang terjadi. Adapun hasil uji pembebanan
lapangan diberikan dalam Tabel 4.
Gambar 3. Tiang yang sudah dipancang dibiarkan
30 hari sebelum tes pembebanan dimulai
Tabel 4. Hasil Loading Test Tiang Lekatan Penuh

Gambar 4. Sketsa letak beam, beban, dan tiang

Pengujian pembebanan dilakukan sesuai Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa daya
dengan ASTM D1143-81. Pemberian beban dukung ultimit tiang lekatan penuh semakin
dilakukan secara bertahap dengan jumlah meningkat dengan bertambah besarnya
beban sama pada setiap tahapan, penambahan kedalaman tiang tertanam. Kenaikan daya
beban dilakukan apabila penurunan tiang dukung tiang lekatan penuh ini sebanding
akibat beban sebelumnya sudah konstan yaitu dengan kenaikan kedalaman tiang tertanam.
sekitar 1-2 jam. Penambahan beban bertahap
distop atau test dihentikan apabila pada
pemberian beban tertentu telah menyebabkan 5 PERBANDINGAN ANTARA DAYA
penurunan tiang yang terus terjadi dalam DUKUNG FULL FRICTION PILE DARI
waktu pengamatan yang sama. Dari uji DATA SONDIR DAN DARI
pembebanan ini didapatkan beban ultimit tiang PEMBEBANAN LAPANGAN
yang ditest.
Daya dukung pondasi tiang yang ditentukan
dari data sondir (S1 dan S2) dan dari data hasil
uji pembebanan lapangan (loading test) untuk
tiang dengan kedalaman tertanam 5.50, 11.50,
dan 17.50 m masing-masing diberikan pada
Gambar 6, 7, dan 8.

Gambar 5. Cara menentukan Qultimit dari hasil


loading test dengan metode praktis

Hasil loading test yang telah diperoleh


kemudian ditentukan daya dukung ultimit nya
dengan menggunakan metode praktis. Metode
ini dipilih karena pada full friction pile
keruntuhan total yang terjadi tiba-tiba dan
Gambar 6. Daya dukung ultimit full friction pile Pada tiang uji panjang 11,5 m dan 17,5 m
dari data sondir dan dari hasil uji pembebanan seperti ditunjukkan pada Gambar 7 dan
lapangan untuk tiang kedalaman tertanam 5.50 m. Gambar 8. Hasil analisa uji pembebanan
menunjukkan metode Schmertmann-
Nottingham dan Philipponat memberikan hasil
lebih besar (over estimate) daripada hasil
loading test, sedangkan metode Bagemann
meskipun lebih kecil tetapi lebih mendekati
hasil uji pembebanan lapangan. Hasil yang
over estimate pada metode Schmertmann-
Nottingham dan Philipponat karena adanya
faktor koreksi tanah dan tiang, selain itu
metode ini lebih banyak digunakan untuk
tanah granular/berlapis. Sedangkan pada
metode Bagemann tidak ada faktor koreksi dan
metode ini memang disarankan digunakan
pada tanah kohesif.
Gambar 7. Daya dukung ultimit full friction pile
dari data sondir dan dari hasil uji pembebanan
lapangan untuk tiang kedalaman tertanam 11.50 m. Tabel 5. Perbandingan hasil uji CPT dengan
Loading Test Lapangan
Perbandingan Daya
Data Metode Dukung Ultimit
5,5 m 11,5 m 17, 5
Schmertmann-
0,83 1,91 2,73
Nottingham
S1
Bagemann 0,70 0,90 0,92
Philipponant 0,98 1,49 1,93
Schmertmann-
0,80 1,70 2,24
Nottingham
S2
Bagemann 0,67 0,84 0,99
Philipponant 0,80 1,44 2,05

Gambar 8. Daya dukung ultimit full friction pile


dari data sondir dan dari hasil uji pembebanan
lapangan untuk tiang kedalaman tertanam 17.50 m.
2 KESIMPULAN
Hasil uji pembebanan pada tiang dengan
kedalaman 5,5 m memberikan hasil daya
dukung ultimit yang lebih besar dibandingkan Dari 3 metode analisa perhitungan
ketiga metode analisa hasil CPT. Metode menggunakan data CPT yaitu metode
Schmertmann-Nottingham dan Philipponat Schmertmann-Nottingham (1975), metode
cenderung lebih mendekati daripada metode Bagemann (1965) dan Philipponat (1980) yang
Bagemann (1965). Pada metode Bagemann dibandingkan, hasil uji pembebanan lapangan
nilai JHP kedalaman 5,5 m masih sangat kecil. pada minipile beton 20cmx20cm dengan 3
variasi kedalaman tiang tertanam
Sedangkan pada metode Schmertmann-
menunjukkan bahwa metode Bagemann
Nottingham dan Philipponat adanya faktor (1965) memberikan nilai daya dukung ultimit
memberikan konstribusi daya dukung ultimit mendekati hasil uji pembebanan lapangan.
sehingga mendekati daya dukung hasil loading Akurasi analisa perhitungan metode
test. Bagemann (1965) menggunakan data CPT
mencapai 70% – 100%. Kesimpulannya pada Test Data. Lousiana: Lousiana Transportation
tiang lekatan penuh penggunaan metode Research Center
Bagemann (1965) dalam menentukan daya
Schmertmann, J. H. (1978). Guidelines for cone
dukung ultimit tiang lekatan penuh lebih penetration test, performance and
sesuai untuk digunakan dalam memperkirakan design.U.S.Department of Transportation.
daya dukung ultimit.
Titi, H. H & Abu-Farsakh, M. Y. (1999) Evaluation of
Bearing Capacity of Piles from Cone Penetration
Test Data. Lousiana: Lousiana Transportation
DAFTAR PUSTAKA Research Center

Abu-Farsakh, M. Y. & Titi, H. 2004. Assessment of


Direct Cone Penetration Test Methods for
Predicting the Ultimate Capacity of Friction Driven
Pile. Journal of Geotechnical and geoenvironmental
Engineering. 130: 935-944.

Briaud. 1988. Evaluation of Cone Penetration Test


Methods using 98 pile load test. Proceeding. First
International

Hardiyatmo, HC. 2008. Teknik Pondasi 2, Yogyakarta:


Beta Offset.

Horvitz, G.E, et al. 1981. Comparison of Predicted and


Observed Pile Capacity. Cone Penetration Testing
and Experience. Ed. GM Norris and T.D. Holtz.
ASCE.

Lestari, S.A., et al. 2014. Evaluasi Formula Penentuan


Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal
Menggunakan Data CPT Berdasarkan Metode
Langsung (Direct Method) https:
//www.researchgate.net/publication/276279028.

Mayne, P. W. 2007. Cone penetration testing—a


synthesis of highway practice. NCHRP Synthesis
368, Transportation Research Board, Washington,
DC.

Mochtar, I.B. 1985. “An Experiment Study of Skin


Friction and Creep of Piles in Clay”, Ph.D Thesis,
Department of Civil and Enviromental Engineering
University of Wisconsin, Madison, Wisconsin.
Nottingham, L. C. 1975. Use of quasi- static friction
cone penetrometer data to predict load capacity of
displacement piles. PhD Thesis, University of
Florida.

Philipponnat, G. 1980. Methode pratique de calcul


d’un pieu isole a l’aide du penetrometre statique.
Rev Fr Ge´otech10:55–64.

Schmertmann, J. H. 1978. Guidelines for cone


penetration test, performance and design.
U.S.Department of Transportation.

Titi, H. H & Abu-Farsakh, M. Y. 1999. Evaluation of


Bearing Capacity of Piles from Cone Penetration

Anda mungkin juga menyukai