FLAT DILATOMETER
Disusun oleh:
Marsetya Putra Pradipta
1106070306
Dosen Pengajar
Dr. Ir. Damrizal Damoerin, M.Sc
PENDAHULUAN
SPESIFIKASI ALAT
Alat Flat Dilatometer Test memiliki komponen-komponen sebagai berikut :
1.
Dilatometer Blade
Bagian ini memiliki fungsi seperti pisau untuk membuat suatu lubang
ketika dilatometer diinjeksi ke dalam tanah dan dapat berputar dengan
sudut putar antara 240 sampai dengan 320 dengan panjang bagian ujung
pisau ke bagian bawah pisau 50 mm. Blade ini dapat menembus ke dalam
tanah dengan aman tanpa menyebabkan failure pada tanah dengan tahanan
ujung 250 kN. Pada bagian tengah terdapat membran dengan diameter 60
mm yang berfungsi untuk mengukur ketahanan geser tanah yaitu dengan
diberikan tekanan udara dan dapat berkembang hingga mencapai 1,1 mm
ke dalam tanah.
2.
Control Unit
Pada bagian ini sebagai pengukur tekanan gas yang diberikan kedalam
Dilatometer Blade setelah diinjeksi ke dalam tanah. Bagian ini akan
dihubungkan dengan menggunakan kabel pneumatik listrik yang berfungsi
untuk mengatur katup yang mengalirkan gas dan ventilasi dari sistem alat
Dilatometer. Control Unit memiliki dua bagian yang dihubungkan secara
paralel, yaitu pengukur tekanan dengan skala rendah (skala terbesar
1Mpa), dan pengukur dengan skala tinggi (skala terbesar 6 Mpa).
(Extended Cable) dan pneumatic yang tidak dapat disambung (NonExtended Cable).
5.
PROSEDUR PENGUJIAN
Prosedur percobaan yang dilakukan untuk melakukan pengujian dengan
menggunakan alat Flat Dilatometer yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Setiap pengujian hanya membutuhkan waktu 1-2 menit. Keuntungan utama dari
dilatometer adalah bahwa alat ini dapat memperkirakan tekanan at rest di
lapangan dan modulus geser dari suatu tanah.
PARAMETER PENGUJIAN
Parameter-parameter perencanaan yang diperoleh bedasarkan Guidlines for
Using The CPT, CPTU and Marchetti DMT for Geotechnical Design Vol. III
oleh Dr. John H. Schmertmann, 1988 dan dari Flat Dilatometer oleh Silviano
Marchetti dan David K. Crapps, 1981) antara lain :
1.
2.
4.
5.
(Marchetti, 1980)
Rumus tersebut cocok untuk ID 1.2 sesuai yang ditulis oleh Marchetti
(1980). Hal ini berbeda dengan yang dikatakan denga Schmertmann
(1988) mengatakan bahwa rumus tersebut baik juga untuk ID 0.6 dan
sangat tepat untuk ID < 0.35. Rumus tersebut tidak cocok untuk tanah
sementasi dimana kondisi over konsolidasi tercapai bukan karena
verkurangnya tekanan overburden. Bentuk korelasi lain untuk lempung
terkonsolidasi normal dan lempung sedikit over konsolidasi adalah sebagai
berikut
su = (p2-uo)/ (8 sampai 10) untuk lempung dengan OCR dari 1.53.3
Berdasarkan parameter tersebut, maka jenis tanah, modulus, dan kekuatan
gesernya dapat diperkirakan.
Gambar 5. Korelasi Antara Jenis Tanah dengan Indeks Material dan Modulus
Dilatometer
(Sumber : Lacasse & Lunne. 1986)
2.
3.
4.
Nilai sudut geser hasil pengujian DMT jauh lebih besar dari nilai sudut
geser hasil pengujian triaxial. Kemungkinan yang paling logis adalah
karena pengaruh disturbansi pada benda uji pengujian triaxial, dimana
terjadi perubahan sistem tegangan dalam benda uji sejak dari pemboran-
KESIMPULAN
Setelah mengetahui berbagai parameter serta analisis tentang hasil pengujian alat
Flat Dilatometer maka dapat disimpulkan :
1.
2.
Untuk tanah sedimen jelas pengujian Flat Dilatometer sudah sangat teruji
keunggulan dan manfaatnya, karena hampir seluruh parameter tanah yang
dominan dapat diprediksi dalam keadaan asli tanpa gangguan keasliannya,
mengingat penelitian dengan Flat Dilatometer sudah lebih dari 30 tahun
dilakukan pada tanah sedimen.
3.
Apabila dilakukan korelasi nilai hasil parameter uji Flat Dilatometer akan
menghasilkan nilai yang relatif sama dengan hasil pengujian lapangan
yang lainnya (SPT,CPT,Pressuremeter)
4.
Keunggulan lain dari pengujian ini adalah menghemat waktu dan biaya,
karena tidak diperlukan lagi pekerjaan pemboran, pengambilan contoh
tanah dan pengujian laboratorium, untuk mendapatkan parameter
geoteknik yang diperlukan.