Anda di halaman 1dari 10

2012 METODE EKSPERIMEN

STRUKTUR

1. Microcrackmeter
Yaitu termasuk alat uji tidak merusak (non-destructive apparatus). Alat ini berfungsi
untuk menentukan lebar retakan (crack) pada permukaan elemen beton dengan
tingkat ketelitian 0,01 mm. Prinsip alat ini mirip seperti teropong yaitu untuk melihat
retakan yang diperbesar tampilannya dengan bantuan lensa optik.

Gambar 1. Crack meter dan cara pemakaiannya


Cara pemakaian:
Operator cukup menempelkan alat di lokasi sekitar crack lalu melihat lewat ujung
yang lain. Pada alat tercantum garis-garis skala bacaan seperti pada mistar atau
meteran, sehingga operator juga bisa langsung menentukan/mengukur lebar retakan
yang teramati (gambar 2).

0.1
0.2 0.2 0.2 0.2 0.2

Gambar 2. Skala bacaan Crack meter

Untuk pengamatan di tempat yang relatif gelap, alat ini dilengkapi juga dengan
lampu kecil untuk penerangan. Retakan yang diamati di sini adalah yang berukuran
kecil/lembut. Pengamatan retakan bisa bertujuan untuk keperluan evaluasi (misal
perbandingan terhadap batasan ijin lebar retak) ataupun untuk perkiraan volume
injeksi pada retakan (bila nantinya diperlukan perbaikan misal dengan grouting).
Apabila lebar crack lebih besar sama dengan 0,3 mm maka diperlukan perbaikan.

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

2. PUNDIT (Portable Ultrasonic Non-destructive Digital Indicating Tester)


Prinsip kerja dari alat ini dengan memanfaatkan rambatan gelombang pada medium
tertentu (dalam hal ini elemen beton). Beberapa unit pundit yaitu:
 Unit utama mencakup prosesor dan display bacaan, dimana unit ini yang akan
membangkitkan gelombang.
 Unit sensor (sebagai transmitter dan receiver gelombang), yang nantinya
ditempelkan ke permukaan beton (bulatan warna biru) dan beberapa kabel.
 silinder metal panjang dan digunakan untuk kalibrasi alat sebelum digunakan
(gambar 4), dengan mempertimbangkan sifat besi yang cenderung homogen
materialnya.

Gambar 3. Unit Pundit

Gambar 4. Selinder metal

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

Kegunaan:
 Alat ukur modulus elastisitas bahan beton, kayu atau logam
 Karena hubungan antara kekuatan dan dan kecepatan gelombang itu kecil
makaperlu kehati-hatian dalam menggunakan alat ini untuk melihat kekuatan
beton
 Dapat digunakan untuk melihat tidak homogennya beton à dapat
mengindikasikan pula keretakan atau keropos
 Dapat digunakan untuk memperkirakan kedalaman retak
 Dapat pula digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan/ plat beton

Cara pemakaian:
Pastikan posisi-posisi yang akan diukur dan permukaannya dibuat rata dengan
gerenda. Kemudian permukaan-permukaan itu diolesi dengan vaselin kekentalan
tertentu. Unit ditempelkan ke permukaan beton, yang akan memancarkan
gelombang dari transmitter dan menuju ke receiver. Waktu rambat gelombang
tersebut, akan ditampilkan dan bisa dibaca pada display (ts dan tr). Saat unit sensor
ditempelkan ke permukaan beton, harus terjadi kontak yang sempurna antara
keduanya agar gelombang bisa merambat sempurna. Karena beton dan unit sensor
sama-sama bersifat padat/keras, maka kemungkinan akan terdapat celah/rongga
antara keduanya. Maka digunakan medium gel (berupa grease/vaselin) yang
nantinya menjadi perantara dan memastikan bahwa terjadi kontak sempurna antara
kedua bidang permukaan (beton dan unit sensor).

10 cm
10 cm

Gambar 4. Pembacan ts dan tc

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

Pengukuran kedalaman retak dapat dilakukan dengan cara sbb :


 Letakkan transducer transmitter dan receiver pada jarak 2x
 Amati travel time misal Ts
 Letakkan transducer transmitter dan receiver saling menyeberang retak pada
jarak sama misal x dari posisi retak
 Amati travel time misal Tc
 Kedalaman retak dapat dihitung dari persamaan h = x sqrt {(Tc2 /Ts2) - 1}

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh:


 Ts = 19,2 ms dan 19,8ms
 Tc = 23,7 ms dan 23,8 ms
Dengan mengetahui jarak antara dua unit sensor tersebut (yang memenuhi batasan
minimum) dan waktu rambat gelombang (dari bacaan display), bisa diperoleh
kecepatan rambat gelombang pada beton yang diuji/diamati.

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

3. PROFOMETER
Prinsip alat ini adalah memanfaatkan medan elektromagnetik, yang mudah
terpengaruh oleh adanya metal/logam, dalam hal ini adalah berupa tulangan baja di
dalam beton. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi tulangan dalam elemen beton,
dan juga ketebalan selimut beton (concrete cover). Alat ini terdiri atas:
- Unit display (1)
- Unit sensor, terdiri atas 3 sensor yaitu warna hitam (2), kuning(3) dan merah(4).
Sensor (2) berfungsi untuk mendeteksi tulangan dan selimut beton pada balok dan
kolom dan sensor (3) berfungsi untuk mendeteksi tulangan pada plat, sedangkan
sensor (4) untuk menghitung diameter tulangan dan selimut beton.

Gambar 5. Unit Profometer


Cara pemakaian:
Untuk mendeteksi tulangan, unit sensor ditempelkan pada permukaan beton lalu
digeser perlahan sambil diamati bacaan di display. Arah gerakan adalah tegak lurus
pada sumbu tulangan yang akan dideteksi. Khusus pada alat tipe Profometer ini, akan
terdengar nada sinyal bila sensor mendeteksi keberadaan tulangan, yang selanjutnya
posisi/titik ini ditandai. Posisi scanning bisa vertikal maupun horizontal.
DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

Gambar 6. Deteksi tulangan dengan profometer

Berikutya dilakukan scan serupa dari arah berlawanan, sehingga didapatkan


posisi/titik berikutnya. Jarak antara dua titik ini yang merupakan perkiraan dari
diameter tulangannya. Jika scanning dilakukan dari tepi elemen, maka jarak dari tepi
ke titik pertama terdengar sinyal adalah tebal selimut betonnya.
Alat ini juga akan membutuhkan kalibrasi. Kalibrasi yang paling baik tentu saja bila
ada pembanding langsung di lapangan, misal sampel inti beton, sehingga bisa
diketahui diameter yang ada dan tebal selimut.
Meskipun kelihatan canggih dan praktis, namun perlu diperhatikan juga keterbatasan
alat ini, yaitu antara lain dalam beberapa kondisi berikut :
 Deteksi hanya bisa dilakukan sebatas tulangan teluar saja, sehingga bila terdapat
beberapa lapis tulangan, maka lapis tulangan yang dalam tidak bisa terdeteksi
dengan baik, termasuk dalam hal ini adalah pengaruh overlap/sambungan
lewatan dan bundel tulangan
 Jarak antar tulangan yang terlalu rapat, sehingga bisa mempengaruhi akurasi
pembacaan/perkiraan diameter tulangan
 Pengaruh dari kandungan besi dalam agregat yang berlebih, atau penggunaan
jenis semen yang khusus
4. HAMMER TEST (Scmidht Rebound Hammer)

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

Prinsipnya adalah dengan pantulan massa di ujung alat. Pada sisi luar alat terdapat
skalan bacaan yang akan menunjukkan nilai pantulan/rebound tersebut. Alat itu
berfungsi untuk mengetahui kekerasan permukaan beton dilapangan.

Gambar 7. hammer

Gambar 8. Crack meter dan cara pemakaiannya

Prosedur pemakaian:
Beton yang akan di hammer harus dikupas selimut betonnya terlebih dahulu, lalu
gunakan batu pelicin (gambar9) untuk meratakan permukaan beton agar hasil
tembakan merata. Penggunaan hammer bisa secara horisontal, vertikal, dan arah
gravitasi (masing-masing posisi akan diberikan faktor koreksi nantinya). Lakukan
tembakan dengan hammer pada satu tititk, kunci hammer dan kemudian catat hasil
reboundnya. Miniminal tembakan sebanyak 12 kali tembakan ditempat yang
berbeda pada luasan 300mm x 300mm. Nilai bacaan tersebut umumnya selanjutnya

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

diolah untuk mendapatkan korelasi dengan perkiraan kuat tekan elemen beton
dimaksud.

Gambar 9. Batu pelicin permukaan

Gambar 10. Tembakan horisontal

Gambar 11. Grafik faktor koreksi

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

5. CORECASE
Alat ini merupakan semi distructive apparatus. Beberapa bagian dari alat core case
yaitu:
a. Core stand, yaitu sebagai pemegang posisi dan penekan corebit.
b. Core bit, yaitu mata bor berbentuk pipa untuk mengambil contoh selinder beton.
Ukuran core bit variatif kecil atau besar. Untuk elemen semacam balok dan kolom
(elemen yang ukurannya relatif kecil/langsing/slender), maka penggunaan bor
ukuran kecil 40-50 mm akan lebih cocok. Sedangkan untuk pelat digunakan
diameter yang lebih besar (150 mm).

Gambar 12. Core bit


c. Water pump (pompa air pendingin), yaitu saat proses pengeboran perlu
diperhatikan adanya suplai air yang kontinyu sebagai pendingin mata bor dan juga
sebagai pembersih kotoran hasil pengeboran agar tidak mengganggu putaran
ujung bor.
d. Hand drill, yaitu sebagai pemutar core bit.
e. Pliers, yaitu sebagai penjepit/pengambil selinder.

Cara pemakaian:
Pengambilan sampel dilakukan setelah pengeboran mencapai kedalaman tertentu,
yang tentu saja harus melebihi tebal selimutnya/beton bagian luar alias sampai
bagian dalam/inti.

DAHLIA PATAH |
325070
2012 METODE EKSPERIMEN
STRUKTUR

Gambar 13. corecase


Kedalaman pengeboran selain menyesuaikan dengan kebutuhan, perlu dicermati
juga nilai rasio diameter terhadap tinggi sampel (alias kedalaman pengeboran) di
kisaran angka 1,0-2,0 dan juga rasio diameter inti terhadap ukuran maksimum
agregat sekitar nilai 3. Pada elemen pelat, pengeboran bisa saja dilakukan sampai
menembus total, sehingga bisa teramati pula ketebalan pelat yang sebenarnya.
Setelah pengeboran selesai, maka akan didapatkan sampel inti beton (gambar 14).
Sampel-sampel inti tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk di tes
kekuatannya.

Gambar 14. Selinder hasil core case

DAHLIA PATAH |
325070

Anda mungkin juga menyukai