Anda di halaman 1dari 6

D-5

HAMMER TEST

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur/mengetahui kuat tekan beton keras
dengan cepat dan praktis.

II. PERALATAN
Hammer Test CO-550.

III. BAHAN
Beton hasil praktikum D-1.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan bahan dan alat.
2. Haluskan permukaan benda uji dengan menggunakan batu sikat yang tersedia dalam satu
set alat hammer test.
3. Letakkan alat hammer test diatas benda uji secara vertikal.
4. Tekan kepala pluger pada permukaan yang keras sampai kaitan terlepas atau tekan tombol
samping, pastikan skala pengukuran pada alat menunjukkan 0.
5. Letakkan kepala pluger pada posisi tegak lurus permukaan beton yang akan diuji.
6. Tekan alat hammer test sampai terjadi hentakan.
7. Tekan tombol disamping saat terjadi hentakan.
8. Baca skala yang tertera pada alat hammer test.
9. Ulangi percobaan diatas beberapa kali sesuai dengan peraturan (minimumnya 5 kali).
10. Gunakan grafik untuk mengetahui hasil yang dicatat tersebut.
Untuk menghitung kekuatan tekan beton, baca skala yang ditunjukan pada jarum penunjuk
lalu diplotkan pada grafik yang tertempel pada concrete hammer test. Harga yang ditunjukkan
jarum penunjuk diplotkan pada sumbu mendatar, lalu tarik garis lurus keatas sampai memotong
grafik sesuai nilai α. Dari titik potong tersebut tarik garis lurus mendatar sampai sumbu tegak,
lalu baca nilai yang tertera. Penggunaan hammer test tidak hanya pada posisi tegak saja
melainkan juga bisa digunakan pada posisi miring, tetapi grafik yang digunakan perlu
disesuaikan kembali.
V. PEMBAHASAN TEORI
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, metode ini akan
diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah.
Hammer test adalah salah satu metode NDT yang sering digunakan di Indonesia tetapi untuk
UPV test (R. Martin Simatupang, 2016) masih jarang digunakan. UPV test adalah metode untuk
memperkirakan kekuatan beton yang didasarkan pada hubungan kecepatan gelombang UPV
melalui media beton. 1
Metode ini paling sederhana, ringan, murah dan mudah dilakukan. Jarak pantulan suatu
massa terkalibrasi (yang digerakkan oleh pegas) yang mengenai permukaan beton uji digunakan
sebagai kriteria kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini dihubungkan dengan kuat-tekan
beton normal, sehingga apabila kekerasan beton tidak relevan dengan kekuatan tekan beton
normal, maka hasil pengujian dengan alat ini perlu dilakukan kalibrasi tersendiri. Alat ini
menganggap bahwa beton cukup homogen, sehingga perubahan mutu beton di bagian dalam
tidak dapat ditunjukkan oleh alat ini. Semakin banyak titik pengamatan, semakin baik hasil yang
diperoleh.
Secara umum alat ini bisa digunakan untuk:
1. Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.
2. Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.
3. Mengoreksi hasil pengujian benda uji beton (silinder/kubus).
Kelebihan hammer test yaitu :
1. Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat.
2. Mudah diaplikasikan.
3. Tidak merusak struktur/bangunan.
4. Murah dari segi biaya.
Kekurangan dalam penggunaan alat uji Hammer yaitu:
1. Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat-sifat dan jenis
agregat kasar, derajad karbonisasi, umur beton dan titik pengambilan sampel pengetesan.
2. Sulit mengkalibrasi hasil pengujian.

1
R. Martin Simatupang, D. N. KORELASI NILAI KUAT TEKAN BETON ANTARA HAMMER TEST, ULTRASONIC
PULSE VELOCITY (UPV) DAN COMPRESSION TEST. Malang. 2016. REKAYASA SIPIL/VOLUME 10.
3. Tingkat keakurasian hasil pengujiannya rendah.
4. Hanya memberikan informasi kekuatan karakteristik beton pada permukaan struktur.2
Hammer Test (Scmidht Rebound Hammer)
Pengujian in-situ (Hammer Test Scmidht Rebound Hammer) ini termasuk salah satu yang
cukup praktis. Alatnya tampak seperti pada gambar di atas, dengan ukuran kira-kira sebesar botol
air minum kemasan ukuran sedang 500 ml dan berat yang ringan pula. Pencetus konsep alatnya
pertama kali adalah Ernst Schmidt dari Swiss, yang kemudian menjadi nama populer alat ini.
Prinsipnya adalah dengan pantulan massa di ujung alat (jadi semacam memukulkan ‘palu’) pada
permukaan beton yang rata (lihat gambar bawah). Pada sisi luar alat terdapat skalan bacaan yang
akan menunjukkan nilai pantulan/rebound tersebut.

Gambar 5.1. Alat Hammer Test


Operator bisa melakukan pengujian dengan alat ini baik untuk arah horizontal maupun
vertikal (masing-masing posisi akan diberikan faktor koreksi nantinya). Pengujian dapat
dilakukan pada beberapa titik, dengan masing-masing titik pengujian pukulan hammer
dilaksanakan beberapa kali pukulan pada suatu luasan ukuran 300mm x 300 mm sehingga
didapatkan beberapa nilai bacaan untuk satu titik (masing-masing pukulan di tempat berbeda).
Nilai bacaan tersebut umumnya selanjutnya diolah untuk mendapatkan korelasi dengan perkiraan
kuat tekan elemen beton dimaksud.

2
Weka Indra Darmawan, D. O. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan
Compression Testing Machine terhadap Beton Pasca Bakar. Bandar Lampung. 2016 . MEDIA KOMUNIKASI
TEKNIK SIPIL
Perlu diperhatikan juga bahwa sesuai prinsip kerjanya yang berupa pantulan pada
permukaan beton, maka sebenarnya nilai bacaan tersebut adalah representasi pada permukaan
saja dan belumlah mewakili sifat keseluruhan elemen betonnya. Kalibrasi terhadap sampel lab
dengan sifat yang bisa mendekati beton yang diuji di lapangan (yang tentu juga tidak mudah)
juga diperlukan demi akurasi pengukuran. Selain itu, nilai bacaan juga akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Pengaruh agregat (pantulan pada daerah yang dekat dengan agregat akan
memberikan nilai bacaan yang lebih tinggi dibanding pada mortar/pasta), kemungkinan adanya
keropos di dalam elemen beton yang diuji (yang akan menunjukkan nilai bacaan rendah),
kekeringan permukaan (permukaan basah memberikan nilai yang lebih kecil); variasi campuran
beton. Oleh karena itu, jika pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan representasi nilai kuat
tekan beton aktual, maka sebaiknya juga didampingi dengan metode pengujian lainnya sebagai
pembanding.3

3
Ed., Edward G Naw : Concrete Construction Engineering Handbook, 2nd. 2008, hal. 245
VI. PENUTUP
6.1 Faktor Kesalahan
1. Pada saat melakukan percobaan alat hammer test tidak tegak lurus.
2. Pada saat melakukan percobaan hammer test tekanan dari tangan praktikan terlalu kuat
sehingga mempengaruhi nilai skala pada alat hammer test.

6.2 Kesimpulan
Karena bahan uji yang akan digunakan tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian,
maka tidak dapat dilakukan pembacaan (hasil dari alat hammer test = 0).

6.3 Saran
Diharapkan untuk praktikan agar menjalankan praktek dengan serius. Karena praktek
hammer test membutuhkan ketelitian. Dan dalam melakukan praktek diharapkan praktikan sabar
dalam melakukan percobaan ini.

Anda mungkin juga menyukai