NPM : 12318287
Kelas : 4TA88
1. SONDIR TEST
1.1 PEDOMAN STANDAR
SNI 2827:2008 : Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat Sondir
1.2 TUJUAN
Percobaan sondir yang dilakukan untuk mengetahui kedalaman keras (qc
= 150 kg/cm2) dan mengetahui perlawanan tanah terhadap tekanan ujung konus
(hambatan pelekat), serta perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus.
Keterangan:
Keterangan :
Posisi A
Stang sondir menekan bikonus sampai kedalaman tertentu, stang dalam (plunger)
belum ditekan (belum ada pengukuran).
Posisi B
Stang dalam ditekan masuk sedalam 4 cm, ujung bikonus menembus lapisan
tanah. Tahanan konus diukur oleh manometer dengan perantaraan stang dalam.
Posisi C
Stang dalam ditekan terus, ujung bikonus dan dinding gesek bergerak bersama-
sama menembus lapisan tanah. Jumlah tahanan konus dan hambatan pelekat
diukur oleh manometer dengan perantara stang dalam.
Posisi D
Stang sondir ditekan kembali, ujung bikonus dan dinding gesek bergabung lagi.
Bikonus siap melakukan penetrasi untuk pengukuran pada kedalaman selanjutnya.
1.5 PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan sondir adalah sebagai berikut.
1. Siapkan peralatan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Buka baut penutup lubang pengisian oli dan buka keran manometer, lalu
pasang kunci piston pada ujung piston.
b. Tekan berkali-kali kunci piston ke atas sampai oli keluar semua.
c. Isi oli dari lubang pengisian sampai penuh setelah oli yang lama habis.
Gerakkan kunci piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan
gelembung udara. Tutup kembali lubang pengisian tadi setelah tidak ada
gelembung udara.
d. Tutup salah satu keran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka,
perhatikan kenaikan jarum manometer, hentikan penekanan dan tahan
(kunci) stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal
manometer. Apabila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada
kebocoran antara lain pada sambungan-sambungan napel, baut penutup
oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang sama untuk manometer yang
lainnya.
e. Pasang friction cone/ mantle cone pada drat stang sondir berikut stang
dalamnya. Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada
rangka sondir tepat di bawah ruang oli. Pasang kop penekan.
f. Dorong tracker, pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol
pemutar sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Pengujian dan
pengukuran siap dilakukan.
g. Tiang sondir diberi tanda tiap 20 cm dengan spidol, gunanya untuk
mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
h. Engkol pemutar kembali diputar sehingga patent friction cone/ mantle
cone masuk ke dalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda
spidol), engkol pemutar diputar sedikit dengan arah berlawanan, tracker
ditarik ke posisi lubang bulat.
i. Buka keran yang menuju manometer 60 kg/cm2.
2. Bersihkan lokasi pekerjaan lalu pasanglah dua atau empat jangka spiral sesuai
dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir.
3. Jepit rangka sondir dengan ambang pada jangka tersebut, lalu atur posisi
sondir agar tegak lurus, dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu
gunakan waterpass untuk mengontrol.
4. Engkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam
tanah dengan kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston lalu
akan menekan oli didalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada
manometer. Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc)
sedangkan friction cone akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan
dinding terhadap tanah.
5. Tekan stang, catat angka penunjukkan pertama pada jarum manometer
teruskan penekanan sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya.
6. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer. Bila
diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup keran
manometer tersebut dan buka keran manometer yang berkapasitas besar.
Stang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan
tekanan secara drastis dan merusak manometer.
7. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi tracker
dipindahkan kembali menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan
kembali sejarak 20 cm berikutnya dan ulangi prosedur 3 sampai 5.
8. Tambah stang sondir setelah mencapai kedalaman 1 meter. Caranya terlebih
dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung.
Gunakan kunci pipa untuk mengencangkannya. Ulangi prosedur 1 sampai 6.
9. Hentikan penyelidikan setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan
konus lebih besar dari 150 kg/cm2).
10. Cabut stang sondir yang sudah ditanam dengan cara sebagai berikut.
a. Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
b. Tarik tracker pada posisi lubang terpotong.
c. Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang
sondir berikutnya terlihat.
d. Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian dibawahnya
tidak jatuh.
e. Lepaskan stang sondir bawah dengan kunci pipa yang lainnya.
f. Ulangi prosedur untuk stang sondir berikutnya.
11. Lakukan perawatan dengan memperhatikan hal berikut:
a. Stang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari kotoran/
tanah yang melekat. Setelah bersih, lumuri dengan oli secukupnya agar
tidak berkarat.
b. Patent konus/ bikonus yang telah dipakai juga harus segera dibersihkan.
Setelah dibersihkan coba digerak-gerakkan, untuk menghindari terjadi
kemacetan. Buka rangkaian alat dan rendam dalam minyak tanah lalu
disikat dengan hati-hati kalau terjadi kemacetan. Lumuri dengan oli yang
masih baru kemudian dirangkaikan lagi sehingga gerakkannya tidak ada
yang terhambat.
c. Tambahkan stempet pada gigi penggerak mesin sondir bagian atas bila
sudah kering.
d. Lumasi seluruh bagian yang bergerak/ bergesekkan secara berskala.
e. Buka ruang oli dan periksa oil seal didalamnya bila terjadi kebocoran oli.
Ganti dengan yang baru bila oil seal tersebut sobek.
1.7 PERHITUNGAN
Perhitungan pada percobaan sondir dapat dilaukan dengan rumus rumus
dibawah ini.
1. Dimensi alat bikonus :
a. Diameter ujung bikonus (Dc) = 3,56 cm
b. Diameter selimut geser (Dg) = 3,56 cm
c. Tinggi selimut geser (hg) = 13,30 cm
2. Hasil pengukuran :
a. Tekanan konus (qc) kg/cm2
b. Jumlah Perlawanan (JP) kg/cm2
5 Dc (JH −qc )
= hg
Untuk harga Dc = Dg = D
hg = 13,3 cm
D
(JH −qc )
Maka, HS = 53 ,2
2.2 TUJUAN
Pengujian DCP dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California
Bearing Ratio) sub grade, sub base atau base coarse suatu sistem perkerasan,
dilakukan secara tepat dan praktis sebagai pekerjaan quality control pembuatan
jalan.
2.6 PERHITUNGAN
Perhitungan pada percobaan Dinamic Cone Penetrometer (DCP) dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus rumus berikut ini.
Kumulatif tumbukan = tumbukan ke-(n) + kumulatif tumbukan ke-(n – 1)
Penetrasi = panjang awal mistar – panjang terukur mistar (mm)
Kumulatif penetrasi = penetrasi ke-(n) – penetrasi awal (mm)
DCP lapisan ke-(n) =
kumulatif penetrasi lapisan bawah − kumulatif penetrasi lapisan atas
kumulatif tumbukan lapisan bawah − kumulatif tumbukan lapisan atas
1. AMBANG LEBAR
1.1 PENDAHULUAN
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan
untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang
bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang
melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan bangunan air untuk
pendistribusian air maupun pengaturan sungai. Salah satu jenis ambang yang
digunakan untuk menentukan karakterisitik aliran adalah dengan menggunakan
ambang lebar.Fungsi penggunaan ambang lebar adalah sebagai berikut.
1. Ambang tersebut menjadi model untuk diaplikasikan dalam perancangan
bangunan pelimpah pada waduk dan sebagainya.
2. Bentuk ambang ini adalah bentuk yang sederhana untuk meninggikan
muka air. Sebagai contoh aplikasi, air yang melewati ambang lebar akan
memiliki energi potensial yang lebih besar sehingga dapat dialirkan ke
tempat yang lebih jauh dan dapat mengairi daerah yang lebih luas.
Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa
bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang diamati.
Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan muka
air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi area persawahan
yang lebih luas. Dan selain itu, ambang dapat digunakan untuk mengukur debit
serta juga dapat digunakan untuk mengukur debit air yang mengalir pada saluran
terbuka.
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilakukan percobaan aliran yang melalui ambang lebar adalah
sebagai berikut.
1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.
2. Menentukan pengaruh keadaan tinggi muka air di hilir terhadap muka air
di hulu saluran.
3. Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air
yang melimpah di atas ambang.
1.3 PERALATAN
Beberapa peralatan yang digunakan selama percobaan aliran air yang
melalui ambang lebar adalah sebagai berikut.
Besarnya debit aliran (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
Q = 64,0988 × π × (Δ H^1/2) (cm3/s)
Dimana :
Q : Debit aliran (cm3/s)
ΔH : Selisih tinggi raksa pada manometer (cm)
π` : 3,140
Kecepatan aliran yang lewat di atas pelimpah akan dijelaskan sebagai berikut ini.
Dimana :
He : Tinggi air yang melewati atas pelimpah (cm)
g : Percepatan gravitasi = 981,000 (cm/s2)
t : Tinggi ambang (cm)
Debit aliran yang melalui pelimpah tersebut relatif kecil, maka
diperlukan koefisien reduksi bagi debit (Q) maka:
Debit air yang mengalir ketika sudah diketahui nilainya, maka nilai koefisien
pengaliran (C) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
Dimana :
C : Koefisien pengaliran (cm0,5/s)
Q : Debit aliran (cm3/s)
L : Lebar saluran (cm)
He : Tinggi air yang melewati atas pelimpah (cm)
2. He1 vs He8
a. Grafik He1 vs He8 bertujuan untuk membuktikan karakteristik air
yang melewati ambang. Kondisi tinggi muka air di hulu dan di hilir
ditunjukan dalam bentuk grafik He1 vs He8. Idealnya, nilai He1 akan
selalu sama selama air masih dalam kondisi loncat, artinya tinggi muka
air dihulu belum dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir dan
seterusnya.
b. Menggambarkan semua debit yang digunakan dalam satu grafik.
3. He1 vs Q
a. Grafik He1 vs Q bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara He1
dan Q. Idealnya, nilai He1 akan makin besar pada saat Q yang
dialirkan juga makin besar. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan
persamaan hasil regresi power (pangkat).
b. Menggunakan trendline yang mempunyai nilai R2 ≈ 1. Menggunakan
trendline regresi power.
4. He1 vs C
a. Grafik He1 vs C bertujuan untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Nilai
Cd didapatkan dengan cara merata-ratakan nilai C yang berdekatan.
Nilai C yang menyimpang tidak digunakan, sedangkan untuk
mendapatkan nilai Hd dengan cara menarik garis lurus sejajar sumbu x
ke arah sumbu y dari nilai Cd
b. Menggunakan trendline yang mempunyai nilai R2 ≈ 1. Menggunakan
trendline regresi power.
5. Q vs C
a. Grafik Q vs C bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara Q dan
C. Nilai C akan relatif konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda.
Menggunakan grafik untuk menunjukkan hubungan antara nilai C dan
Q dimana persamaan C, yaitu
6. He1/Hd vs C/Cd
a. Menggunakan nilai Hd dan Cd yang diperoleh dari grafik He1 vs C.
b. Menggunakan grafik He1/Hed vs C/Cd untuk membuktikan bahwa
pada saat He1/Hd bernilai 1, maka C/Cd juga akan bernilai 1.
2 HYDRAULIC BENCH
2.1 PENDAHULUAN
Hydraulic bench merupakan alat untuk menghitung debit aktual. Cara
kerjanya adalah dengan mengalirkan air dalam suatu debit tertentu kedalam pipa
terbuka alat ini. Setelah air dalam pipa berada pada debit yang stabil, air akan
terus melaju menuju bak penampungan air. Bak penampungan air saat kosong
beratnya sama dengan beban penahan yang ada di sebelahnya. Air akan masuk
kedalam bak penampungan air tersebut. Setelah bak terisi air melebihi beban
penahan, beban akan terangkat. Saat itu perhitungan waktu dimulai
Setelah beban penahan terangkat, tambahkan beban agar tuas beban
penahan kembali turun. Setelah air dalam bak penahan kembali terisi, tuas akan
mulai terangkat. Saat tuas mulai terangkat lagi, waktu perhitungan dihentikan
Saat tuas terangkat kembali, massa air dalam bak penampung sama
dengan tiga kali massa beban yang ditambahkan saat percobaan. Untuk tiap debit
air yang sama, dilakukan tiga kali pengambilan waktu, hal itu untuk
memperbanyak data, sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan pengambilan
data. Suhu air dihitung dalam percobann, karena suhu berpengaruh kepada
perbandingan debit aktual dan debit teoritis
Alat hydraulic bench memiliki prinsip kerja yaitu menggunakan beban
untuk menghitung debit aktual yang dihasilkan dari perhitungan waktu debit dari
awal aliran hingga waktu saat tuas akan terangkat. Mekanisme yang digunakan
adalah kesetimbangan tuas. Massa debit air sama dengan tiga kali massa beban
dan debit fluida berbanding terbalik. Perbandingan ini berasal daari perbandigan
antara lengan pada hydraulic bench yang diletakkan beban dengan lengan
keseluruhan. Percobaan ini dilakukan triplo yaitu diulang 3x lalu waktu yang
digunakan sebagai data ialah waktu rata-rata.
2.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaan hydraulic bench adalah
sebagai berikut.
Gambar 2.1 Hydraulic bench
Keterangan:
1. Pelat beban, berfungsi untuk menjadi beban penahan bak air/measuring tank.
Keterangan:
Qaktual : Debit air aktual (m³/detik)
Vair : Volume air (m³)
Mbeban : Massa beban (kg)
ρair : Massa jenis air (km/m³)
trata-rata : Waktu yang diperlukan sesaat tuas akan bergerak naik (detik)
Besarnya debit aktual diperoleh dari hasil bagi antara volume dengan
waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak penampung (measuring tank). karena
sulitnya pengukuran volume air yang mengalir misalnya diletakkan di atas
timbangan maka digunakan alat ini dengan prinsip seperti jungkat-jungkit.
Measuring tank dan weight beam dihubungkan dengan lengan sepanjang
I, titik pusat diletakkan sejauh 1/3 dari weight beam dan 2/3 dari measuring tank.
Maka dengan prinsip jungkat-jungkit massa air adalah 2 kali beban massa. Massa
jenis air menjadi salah satu hal yang mempengaruhi nilai debit. Massa jenis air
didefinisikan sebagai perbandingan massa zat cair tiap satuan volume pada
temperature dan tekanan tertentu. Pada suhu 4°C dan tekanan atmosfer, nilai rapat
massa sebesar 1000 kg/m³. Nilai tersebut akan berubah sesuai dengan suhu air
tersebut.
Suhu 𝜌 (Kg/cm³)
(°C)
0 999,9
5 1000
20 998,2
30 995,7
40 992,2
50 998,1
60 983,2
70 977,8
80 971,9
90 965,3
100 958,4
2.4.2 Viskositas
viskositas fluida (zat cair) merupakan gesekan yang ditimbulkan oleh
fluida bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan
ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar
viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair
tersebut. Viskositasyang berperan dalam zat cair adalah gaya kohesi antar partikel
zat cair. Viskositas dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain.
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan
memiliki viskositas tinggi. Contohnya, air memiliki viskositas rendah, sedangkan
minyak sayur memiliki viskositas yang lebih tinggi. Viskositas fluida dipengaruhi
oleh gaya kohesi antar molekul, sedangkan gaya kohesi tersebut dipengaruhi oleh
suhu.
keterangan:
h = ketinggian permukaan air dari dalam pipa pengukuruan
v = kecepatan aliran pada titik terteentu
P = tekanan pada zat cair
ρ = massa jenis zat cair
2. Beban vs Volume (M vs V)
a. Grafik (M vs V) bertujuan untuk hubungan berat beban dengan volume
air pada measuring tank.
b. Menggunakan trendline regresi linear.
3. Volume vs Waktu (V vs t)
a. Grafik (V vs t) bertujuan untuk menunjukkan hubungan volume (V)
terhadap waktu (t) pengisian air dalam measuring tank.
b. Menggunakan trendline regresi linear.
2. Debit vs Volume (Q vs V)
a. Grafik (Q vs V) bertujuan untuk melihat hubungan debit dengan
volume air pada measuring tank. Hasil tersebut harus sesuai dengan
persamaan V = Q × t.
b. Menggunakan trendline regresi linear set intercept 0.
3. Volume vs Waktu (V vs t)
a. Grafik (V vs t) bertujuan untuk hubungan volume air pada measuring
tank dengan waktu untuk mengisi measuring tank. Hasil tersebut harus
sesuai dengan persamaan V = Q × t.
b. Menggunakan trendline regresi linear.